• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INTERAKSI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 2 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INTERAKSI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 2 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INTERAKSI SOSIAL UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII

SMPN 2 GERUNG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Linda Sekar Utami, Supriadin

1)

1) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Mataram, Mataram, Indonesia, lindasekarutami@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen berdesain Tru Experimental Desaign pre-test dan

post-test. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh model pembelajaran interaksi sosial untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIC SMPN 2 Gerung Tahun Pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian adalah semua siswa kelas VIII SMPN 2 Gerung. Sampel penelitian diambil dengan simple random sampling dan kelas VIIIC di tentukan sebagai sampel. Instrumen yang digunakan berupa tes objektif yang telah di uji kelayakan. Untuk hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh hasil pre-test 48,57 dan post-test 76,90. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh hasil pre-test 50,62 dan post-test 68,75. Teknik analisis data digunakan uji persyaratan anlisis yang meliputi uji homogenitas dan uji normalitas, sedangkan uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas pre-test data diperoleh x2hitung= 104 dan

x2tabel = 2,04. Karena x

2

hitung < x 2

tabel maka varians kedua sampel homogen, sedangkan uji

homogenitas post-test data diperoleh x2hitung= 1,96 dan x2tabel = 2,04. Karena x2hitung < x2tabel maka

varians kedua sampel homogen. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data pre-test kelas eksperimen diperoleh x2hitung = 405 dengan x

2

tabel = 11,070. Sedangkan kelas kontrol x

2 hitung = 5,397 dengan x2tabel = 11,070. (x 2 hitung < x 2

tabel) maka data dinyatakan terdistribusi normal pada taraf

signifikan 5%, sedangkan perhitungan uji normalitas data post-test kelas eksperimen diperoleh x2hitung

= 4,504 dengan x2tabel = 11,070. Sedangkan kelas kontrol x 2 hitung = 4,66 dengan x 2 tabel = 11,070. (x2hitung < x 2

tabel) maka data dinyatakan terdistribusi normal pada taraf signifikan 5%. Pada uji

hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai pre-test thitung = -0,552 dan ttabel = 1,682 (thitung <

ttabel) yang menunjukan hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Sehingga

tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa. Sedangkan nilai post-test thitung = 2,050 dan ttabel =

1,682 (thitung > ttabel) yang menunjukan hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)

diterima. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran interaksi sosial untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMPN 2 Gerung Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kata kunci: Model Pembelajaran Interaksi Sosial, Hasil Belajar

A. Pendahuluan

Ilmu Fisika salah satu bagian dari mata pelajaran Pengetahuan Alam yang mempunyai gejala-gejala Alam. Banyak kalangan pelajar menganggap bahwa belajar fisika adalah pelajaran yang tidak menyenangkan, penuh dengan rumus rumus, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang

sedang dihadapi di meja belajar, tanpa diiringi kesadaran untuk menggali konsep lebih dalam yang sebenarnya dapat menambah wawasan ataupun mengasah keterampilan (Nurhaeni, 2011:70). Pembelajaran fisika selama ini sangat ditakuti oleh kebanyakan siswa. Fisika dianggapnya sebagai pelajaran yang sulit dan memusingkan. Akibatnya banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran fisika, terutama siswa yang kurang tahu tentang

(2)

konsep-konsep fisika yang pada dasarnya bersifat abstrak. Keabstrakan konsep inilah yang banyak menimbulkan kesalahan konsep (miskonsepsi) pelajaran fisika yang mengakibatkan prestasi akademiknya rendah.

Selain itu, metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi lebih sering menggunakan metode konvensional yaitu guru sebagai sumber utama pengetahuan dan ceramah menjadi pilihan utama metode mengajar, sehingga pembelajaran fisika cenderung kurang efektif dan berakibat siswa merasa sulit untuk memahami konsep dan akhirnya menyebabkan rendahnya kreativitas siswa untuk belajar, yang secara otomatis mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Metode inilah yang menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah dan kadangkala siswa menjadi bosan.

Berdasarkan hasil observasi di SMPN 2 Gerung khususnya dengan guru mata pelajaran fisika, peneliti melihat kreatifnya kurang karena

dalam penyelesaian masalah atau dalam

memuangkan ide-ide untuk menyelesaiankan sebuah permasalahan peserta didik menggunakan pemikiran sangat sempit dalam artian mereka tidak pernah berusaha mencari sendiri solusi dari permasalahan yang ada, kecuali apa yang diberikan oleh guru sebelumnya. Permasalahan tersebut dapat dilihat dari cara guru fisika mengajar di kelas VIIIC IPA di SMPN 2 Gerung, terlihat pada hasil belajar fisika peserta didik yang tergolong rendah dengan data yang dipeoleh dari data nilai KKM 72,00, faktor yang mempengaruhi nilai hasil belajar peserta didik tergolong rendah yaitu kurangnya perhatian seorang pendidik dalam proses belajar berlangsung dan adanya ketenangan dalam belajar

sehingga peserta didik kurang leluasa

mengeluarkan pendapat.

B. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian adalah true experimental design karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental design

adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk

eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random.

Tabel 1. Pretest- PosttestControl Group Design

Kelas Pre-test

Treatment Post-test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 O4 R = kelas eksperimen dan kelas kontrol

O1 = nilai pre-test kelas eksperimen (sebelum

diberi perlakuan)

O2 = nilai post-test kelas eksperimen (setelah

diberi perlakuan)

O3 = nilai pre-test kelas kontrol (tidak diberi

perlakuan)

O1 = nilai post-test kelas eksperimen (tidak

diberi perlakuan)

X = perlakuan dengan model pembelajaran interaksi sosial

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMPN 2 Gerung kelas VIIIC Tahun Pelajaran 2014/2015. 3. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Tahun Pelajaran 2014/2015.

4. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).

5. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi dapa disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang dapat mewakili populasi. 6. Variabel Penelitian

(3)

a. Variabel bebas: Model Pembelajaran Interaksi Sosial

b. Variabel terikat: Hasil Belajar IPA Fisika

7. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian eksperimen ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini antara lain:

1)Observasi non sistematis

2)Menentukan sampel penelitian (random

sampling)

3)Menentukan materi yang diajarakan

4)Membuat instrumen penelitian

5)Mengitung validitas, realibilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda instrumen soal pre-test dan post-test.

b. Tahap menentukan kemampuan awal sampel

Dalam tahap ini ada beberapa langkah yang dilakukan antara lain :

1) Melakukan uji kemampuan awal pre-test

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

2) Menentukan rata-rata hasil kedua

kelompok

3) Menguji homogenitas hasil kemampuan

awal kedua kelompok

4) Menguji normalitas hasil kemampuan awal

kedua kelompok

5) Menguji perbedaan kemampuan awal

kedua kelompok dengan uji hipotesis, jika (Ha) diterima maka terdapat perbedaan awal kedua kelompok. Sedangkan (Ho) diterima maka tidak terdapat perbedaan awal kedua kelompok.

c. Tahap pelaksanaan tindakan

1) Memberikan materi pembelajaran yang

diterapkan model pembelajaran kelas

eksperimen dan menggunakan pengajaran konvensional pada kelas kontrol

2) Memberikan soal post-test kepada kedua kelas untuk mengetahui hasil belajar setelah

perlakuan.

3) Tahap pelaksanaan setelah tindakan, yaitu:

a) Menentukan rata-rata hasil kedua

kelompok

b) Menguji normalitas hasil kemampuan

akhir kedua kelompok

c) Menguji homogenitas kemampuan akhir

kedua kelompok

d) Menguji hipotesis penelitian yang

diajuka pada halaman sebelumnya. 8. Intrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Menurut Arikunto (2006), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini dibuat 2 kelompok tes, tes pertama 30 soal untuk pre-test, 30 soal untuk post-test. Kemudian dilakukan 4 jenis uji untuk memperoleh soal yang valid, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.

9. Uji Coba Instrumen

a. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2006), validitas adalah ukuran yang menujukan tingkat-tingkat ke validan atau kesahihan suatu instrumen.instrumen di katakan valid apabila mampu mengukur apa yang di inginkan. Sebuah insrtumen di katkakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang di teliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas butir soal digunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut :

{

(

)

}{

(

)

}

)

)(

(

2 2 2 2

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

r

xy

Keterangan: xy

r

=koefisien korelasi product moment

X

= jumlah skor butir soal

Y

= jumlah skor total

N = jumlah responden

2

X

(4)

2

Y

= jumlah kuadrat skor total soal

XY

= jumlah hasil kali skor butir soal b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan atau keterandalan. Menurut Sugiyono (2012), tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi (reliabel) jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen, salah satunya dengan menggunakan rumus K-R 20 dengan rumus sebagai berikut: r11=

2 2

1

t i i t

S

q

p

S

k

k

Dengan: N N X X s t t s t

 2 2 ( ) Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item

k = jumlah item dalam instrumen

i i

q

p

= jumlah hasil perkalian p dan q

2

t

S = Varians total

t

X

= Skor total item soal

Dari hasil perhitungan, akan diperoleh nilai koefisien korelasi r11 agar diketahui tinggi rendahnya koefisien tersebut. Nilai korelasi r11 yang diperoleh dikonsultasikan ke tabel harga kritik r Product Moment dengan taraf signifikan 5 %. Jika harga rhitung > rtabel harga kritik Product

Moment, maka harga rhitung (nilai varians

butir/varians total) tersebut reliabel (Sugiyono, 2012: 186).

c. Taraf Kesukaran Soal

Persamaan yang digunakan dalam taraf kesukaran adalah: P=

Js

B

Keterangan : P = indeks kesukaran

B = banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js = jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 2. Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal

Indeks kesukaran (P) Keterangan

0,00 - 0,30 0,31 - 0,70 0,71 - 1,00 Sukar Sedang Mudah (Arikunto, 2009)

Dari semua soal yang diujikan kepada siswa, apabila nilai yang didapat antara 0,00 – 0,30, maka soal tersebut dianggap sukar atau soal tersebut suit, dan apabila nilai yang didapatkan itu antara 0,31 – 0,070, maka soal tersebut dianggap sedang, sedangkan apabila nilai yang didapatkan antara 0,71 – 1,00, maka soal tersebut dianggap mudah.

d. Daya Pembeda Soal

Untuk menentukan daya beda soal digunakan rumus: B B A A

J

B

J

B

D

Keterangan : D = Daya beda

BA = Banyak peserta kelompok atas yang

menjawab soal dengan benar

BB = Banyak peserta kelompok bawah yang

menjawab soal dengan benar

JA = Banyak peserta kelompok atas

JB = Banyak peserta kelompok bawah.

Tabel 3. Kriteria Daya Beda

Nilai Keterangan 0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,70 0,71 – 1,00 Jelek Cukup Baik Baik sekali (Arikunto, 2009) 10. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis statistik dan menyimpulkannya dengan persentase.

(5)

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk

mengetahui apakah pre-test dan post-test

terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dicari dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat

k i h O

fh

f

f

x

1 2 2

(

)

Keterangan:

2

chi kudrat

o

f

frekuensi yang diobservasi

h

f

frekuensi yang diharapkan.

Kriteria: Jika χ2hitung ≤ χ 2

tabel dengan dk = k-3

dan α = 5% maka data berdistribusi normal (Arikunto, 2006).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dicari dengan menggunakan rumus uji-F yaitu dengan rumus:

Kriteria pengujian: Jika Fhitung > Ftabelberarti

tidak homogen dan jika Fhitung < Ftabel berarti

homogen pada taraf signifikan 5% (Sugiyono, 2013).

c. Uji Hipotesis

Sebelum menguji hipotesis kompratif dua variabel yang berkorelasi, maka terlebih dahulu melakukan analisis tentang hubungan antara kedua

sampel dengan menggunakan korelasi product

moment, yaitu:



2 2

y

x

xy

r

xy

Skor simpangan (deviation score)

didefenisikan sebagai selisih antara setiap skor seperangkat data dengan nilai rata perangkat data itu. Secara matematis aljabar, defenisi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

X X x1Y Y y1

Untuk mencari rata-rata skor digunakan rumus sebagai berikut: X

n

Xi

Keterangan:

1 1

x

y

skor simpangan

1 1

X

Y

skor asli (awal)

Y=X = rata-rata skor

n

jumlah data.

(Furkan, 2014:43 dalam Umam)

Untuk menghitung (Uji t ) menggunakan rumus berpasangan/related

2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1

2

n

s

n

s

r

n

s

n

s

X

t

Keterangan:

t

= nilai t yang dihitung

1

= nilai rata-rata kelas eksperimen

2

= nilai rata-rata kelas kontrol

1

n = jumlah anggota kelas eksperimen

2

n = jumlah anggota kelas kontrol

2 1

s

= varians kelas eksperimen

2 2

s

= varians kelas kontrol

r

=korelasi antara data dua kelompok.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

Penelitian eksperimen ini telah

dilaksanakan pada tanggal 11 Mei sampai 11 Juni

2015 di SMPN 2 Gerung pada kelas VIIIC sebagai

kelas eksperimen yang berjumlah 21 orang dan kelas VIIIA sebagai kelas kontrol yang berjumlah 24 orang. Penelitian ini dilakukan dalam 4 kali pertemuan untuk masing – masing kelas sampel, dengan rincian 2 kali pertemuan dalam 4 jam pelajaran pelajaran untuk pre-test dan post-test

instrumen soal, selanjutnya 2 kali pertemuan digunakan untuk kegiatan pelajaran.

(6)

2. Hasil Studi Pendahuluan

Hasil dari studi literatur dan studi lapangan di SMPN 2 Gerung menunjukan bahwa siswa kelas VIII SMPN 2 Gerung. Hasil belajar siswa fisika di bawah KKM yang telah ditetapkan yakni 72,00 Pada proses pembelajaran siswa kurang aktif dan kreatif, ini dapat dilihat dari siswa kurang aktif dalam bertanya, apabila diberikan pertanyaan hanya sedikit siswa yang memberikan jawaban dan

terbatas pada siswa tertentu dan proses

pembelajaran didominasi oleh guru.

Pada proses pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu metode mengajar dan media pembelajaran yang digunakan pada saat pembelajaran. Metode pembelajaran yang sering digunakan siswa SMPN 2 Gerung adalah metode konvesional sehingga siswa kurang kreatif untuk belajar fisika.

3. Hasil Uji Coba Instrumen a. Uji Validitas Soal

1) Pre-Test

Sebelum tes diberikan kepada siswa, terlebih dahulu dilakukan uji validitas terhadap soal yang akan diuji untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian. Dari hasil uji coba instrumen yang dilakukan pada kelas IX SMPN 2 Gerung dengan jumlah siswa sebanyak 22 orang. Dari 30 soal pre-test dan post-test yang diuji cobakan diperoleh 20 soal yang valid dan 10 soal invalid. Untuk N= 22 dengan taraf signitif 5%, maka diperoleh rtabel = 0,423

sehingga dapat ditentukan valid tidaknya soal tersebut.

2) Post-test

Sebelum tes diberikan kepada siswa, terlebih dahulu dilakukan uji validitas terhadap soal yang akan diuji untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian. Dari hasil uji coba instrumen yang dilakukan pada kelas IX SMPN 2 Gerung dengan jumlah siswa sebanyak 22 orang. Dari 30 soal pre-test dan post-test yang diuji cobakan diperoleh 20 soal yang valid dan 10 soal invalid. Untuk N= 22 dengan taraf signitif 5%, maka diperoleh rtabel = 0,423

sehingga dapat ditentukan valid tidaknya soal tersebut.

b. Uji Reliabilitas Soal 1) Pre-Test

Uji coba reliabilitas dilakukan pada 30 soal dengan menggunakan rumus KR–20 diperoleh nilai r11 sebesar 0,684 dan nilai rtabel untuk taraf

signifikan 5 % dengan N = 22 sehingga diperoleh nilai 0,423 oleh karena itu rhitung lebih besar dari

pada rtabel ( 0,684 > 0,423 ). Maka instrumen

penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang kuat/tinggi.

2) Post-Test

Uji coba reliabilitas dilakukan pada 30 soal dengan menggunakan rumus KR–20 diperoleh nilai r11 sebesar 0,730 dan nilai rtabel untuk taraf

signifikan 5 % dengan N = 22 sehingga diperoleh nilai 0,423 oleh karena itu rhitung lebih besar dari

pada rtabel ( 0,730 > 0,423 ). Maka instrumen

penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang kuat/tinggi.

c. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal 1) Pre-Test

Uji tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui tingkat perbedaan soal yang diberikan kepada siswa. Berdasarka hasil uji tingkat kesukaran soal, diketahui bahwa soal berkriteria sukar sebanyak 4 soal karena berada pada rentang 1,00 – 0,30, soal yang berkriterial sedang sebanyak 14 karena berada pada rentang 0,30 – 0,70, sedangkan soal yang berkriterial mudah sebanyak 12 soal karena berada pada rentang 0,70 – 1,00.

2) Post-Test

Uji tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui tingkat perbedaan soal yang diberikan kepada siswa. Berdasarka hasil uji tingkat kesukaran soal, diketahui bahwa soal berkriteria sukar sebanyak 5 soal karena berada pada rentang 1,00 – 0,30, soal yang berkriterial sedang sebanyak 21 karena berada pada rentang 0,30 – 0,70, sedangkan soal yang berkriterial mudah sebanyak 4 soal karena berada pada rentang 0,70 – 1,00.

d. Uji Daya Beda Soal

1) Pre-Test

Berdasarkan hasiluji daya beda soal, maka dapat disimpulkan bahwa soal yang memiliki daya beda jelek sebanyak 10 soal karena berada pada rentang 0,00 – 0,20, soal yang memiliki daya beda cukup berada sebanyak 12 karena berada pada

(7)

rentang 0,20 – 0,40 dan soal yang memiliki daya beda baik sebanyak 8 soal karena berada pada rentang 0,40 – 0,70.

2) Post-Test

Berdasarkan hasiluji daya beda soal, maka dapat disimpulkan bahwa soal yang memiliki daya beda jelek sebanyak 10 soal karena berada pada rentang 0,00 – 0,20, soal yang memiliki daya beda cukup berada sebanyak 12 karena berada pada rentang 0,20 – 0,40 dan soal yang memiliki daya beda baik sebanyak 8 soal karena berada pada rentang 0,40 – 0,70.

Tabel 4. Rangkuman Uji Instrumen Tes

Jenis uji Jenis instrumen

Soal

Uji Validitas Soal :30 Pre-Test dan 30 Pos-Test. Valid :20 Pre-Test 10 invalid Valid : 20 Post-Test 10 invalid Uji Realibilitas Reliabel Pre-Test dan 30 Pos-Test : 20 Uji taraf Kesukaran Pre-Test : Sedang 14, Mudah 12,Sukar 4

Post-Test : Sedang 21, Mudah 4, Sukar 5 Uji Daya Beda Pre Test : Jelek 10, Cukup 12, Baik 8.

Pos Test : Jelek 10, Cukup 12, Baik 8.

4. Analisis Data Hasil Penelitian a. Hasil Pre-Test

Pre-test atau tes kemampuan awal untuk

instrumen berupa soal–soal materi cahaya

dilakukan pada keduan sampel (kelas eksperimen maupun kelas kontrol). Hasil pre-test tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Data Pre-Test

Kelas Jumlah siswa Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata nilai Eksperimen 21 70 30 48,57 Kontrol 24 70 30 50,62 b. Hasil Post-Test

Tes akhir post-test juga diberika kedua sampel dengan menggunakan instrumen soal–soal materi listrik yang sudah dipelajari oleh siswa.

Hasil post-test yang diperoleh untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Data Post-test

Kelas Jumlah siswa Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata nilai Eksperimen 21 95 50 76,90 Kontrol 24 85 50 68,75

Dari hasil Pre-test dan Post-test siswa di atas, dapat ditabulasikan penungkatanya dalam tabel berikut:

Tabel 7. Rangkuman Nilai Pre-Test dan Post-Test Kedua Sampel

Kelas Rata – Rata Nilai Pre–test Post–test

Eksperimen 48,57 76,90 Kontrol 50,62 68,75

Berdasarkan data nilai rata-rata kedua kelas sampel yang telah diperoleh maka dapat dibuat diagram peningkan hasil belajar fisika siswa seperti berikut:

Grafik 1. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa

5. Analisis Data Hasil Belajar a. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk

mengetahui apakah kemampuan awal kedua sampel yang menjadi objek penelitian bersifat

homogen atau tidak. Sehingga pada uji

homogenitas digunakan data pre-test siswa. Uji homogenitas dapat dilakukan menggunakan teknik bartlet. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 8. Uji Homogenitas Pre-Test Kelas Rata– Rata Nilai Varians x2 hitung x2 tabel Keteranga n Eksperimen 48,57 175,357 1,04 2,04 Homogen Kontrol 50,62 168,070 Homogen

Berdasarkan hasil perhitungan untuk uji homogenitas sampel diperoleh x2hitung = 1,04 dan

x2tabel = 2,04 pada taraf signifikan 5% berdasarkan

0 20 40 60 80 Pre-Test Post-Test

(8)

kriteria penguji jika x2hitung < x 2

tabel makan sampel

homogen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keduan sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang homogenitas.

Tabel 9. Uji Homogenitas Post-Test

Kelas Rata– Rata Nilai Vari ans x2 hitung x2 tabel Keterangan Eksperimen 76,90 248, 69 1,96 2,04 Homogen Kontrol 68,75 126, 630 Homogen

Berdasarkan hasil perhitungan untuk uji homogenitas sampel diperoleh x2hitung = 1,96 dan

x2tabel = 2,04 pada taraf signifikan 5% berdasarkan

kriteria penguji jika x2hitung < x 2

tabel makan sampel

homogen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang homogenitas. b. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil post-test dilakukan uji normalitas untuk mengetahui distribusi hasil yang diperoleh. Berikut ini disajikan uji normalitas yang dilakukan pada masing–masing kelompok.

Tabel 10. Uji Normalitas Data Pre-Test

Kelas x2

hitung x2tabel Keterangn Eksperimen 4,05 11,070 Terdistribusi

Normal Kontrol 5,397

Pada kelas eksperimen berdasarkan hasil perhitungan diperoleh x2hitung = 4,05 dan x

2 tabel =

11,070 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan kriteria pengujian jika x2hitung < x

2

tabel maka data

terdistribusi normal. Dengan demikian hasil pre-test kelas eksperimen terdistribusi normal.

Pada kelas kontrol berdasarkan hasil perhitungan diperoleh x2hitung = 5,397 dan x

2 tabel =

11,070 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan kriteria pengujian jika x2hitung < x

2

tabel maka data

terdistribusi normal. Dengan demikian hasil pre-test kelas kontrol terdistribusi normal.

Tabel 11. Uji Normalitas Data Post-Test

Kelas x2hitung x2tabel Keterangn Eksperimen 4,504 11,070 Terdistribusi

Normal Kontrol 4,660

Pada kelas eksperimen, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh x2hitung = 4,504 dan x

2 tabel =

11,070 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan kriteria pengujian jika x2hitung < x

2

tabel maka data

terdistribusi normal. Dengan demikian hasil post-test kelas eksperimen terdistribusi normal.

Pada kelas kontrol, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh x2hitung = 4,660 dan x

2 tabel =

11,070 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan kriteria pengujian jika x2hitung < x2tabel maka data

terdistribusi normal. Dengan demikian hasil post-test kelas kontrol terdistribusi normal.

c. Uji hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa

sebelum menggunakan model pembelajaran

interaksi sosial dan setelah menggunakan model pembelajaran interaksi sosial. Untuk membuktikan

signifikan peningkatan model pembelajaran

sebelum dan setelah menggunakan model

pembelajaran interaksi sosial, perlu diuji secara statistik dengan t-test berkorelasi (relatet). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 12. Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Data Pre-Test Kelas Jumlah Siswa Rata – Rata Rerata Varians St2 thitung ttab el Eksperimen 21 48,571 175,297 -0,552 1,6 82 Kontrol 24 50,625 167,961

Berdasarkan hasil perhitungan pre-test

diperoleh nilai thitung = -0,552 dari hipotesis tersebut

maka dapat digunakan kaidah pengujian dua pihak bahwa (thitung < ttabel ) diperoleh ttabel = 1,682 pada

taraf signifikan 5%, maka berarti thitung < ttabel

(-0,552 < 1,682) yang berarti hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak sehingga tidak terdapat kemampuan awal siswa.

Tabel 13. Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Data Post-Test Kelas Jumlah Siswa Rata – Rata Rerata Varians St2 thitung ttabel Eksperimen 21 76,904 248,661 2,05 0 1,682 Kontrol 24 68,750 126,630

(9)

Berdasarkan hasil perhitungan post-test

diperoleh nilai thitung = 2,050 dari hipotesis tersebut

maka dapat digunakan kaidah pengujian dua pihak bahwa (thitung > ttabel) diperoleh ttabel = 1,682 pada

taraf signifikan 5% maka berarti thitung > ttabel

(2,050>1,682) yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak, sehingga penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran interaksi sosial untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMPN 2 Gerung Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara langsung pada guru mata pelajaran Fisika, diperoleh beberapa informasi salah satunya yaitu sekolah tersebut masih menggunakan metode konvensional, sehingga hasil belajar siswa di bawah KKM. Berdasarkan informasi tersebut peneliti menerapkan model pembelajaran interaksi sosial, dengan cara melakukan diskusi kelompok, pada diskusi kelompok dapat dibagi menjadi dua yaitu: kelompok besar dan kelompok kecil untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam penentuan kelas yang akan

dijadikan sampel, peneliti melakukan uji

homogenitas. Dari hasil uji homogenitas pada kelas VIIIA dan VIIIC hasilnya sama-sama homogen, sehingga peneliti mengambil sampel di kelas VIIIC dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIIA dijadikan sebagai kelas kontrol.

Dalam penelitian, pendahuluan melakukan uji soal, terlebih dahulu pada kelas IX SMPN 2 Gerung yang sudah mempelajari materi cahaya sebagai materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini, setelah itu barulah diadakan penelitian dengan 4 kali pertemuan yang terbagi dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan pre-test dan post-test soal dimana akhirnya nilai dari kedua kelas dibandingkan untuk melihat peningkatanya.

Dari peningkatan nilai rata-rata kedua kelas sampel pada tes kemampuan awal pre-test dan post-test yang telah diberikan. Nilai rata-rata tes kemampuan awal pre-test kelas eksperimen adalah 48,57 dan kelas kontrol adalah 50,62 sedangkan peningkatannya pada tes hasil belajar post-test mencapai 76,90 untuk kelas eksperimen dan 68,75 untuk kelas kontrol.

Berdasarkan perbandingan peningkatan

hasil belajar antara kelas yang diajarkan

menggunakan dengan model pembelajaran

interaksi sosial (kelas eksperimen) dan kelas yang tidak diajarkan dengan metode konvesional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima yaitu terdapat pengaruh model pembelajaran interaksi sosial terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan kriteria penguji hipotesis statistik, maka diperoleh kesimpulan bahwa thitung > ttabel (2,050 > 1,682) yang berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol statistik (Ho) ditolak. Peningkatan hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan dibandingkan dengan setelah diberikan perlakuan.

D. Simpulan dan Saran

Berdasarkan analisis data yang dilakukan peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran interaksi sosial terhadap peningkatan hasil belajar siswa di SMPN 2 Gerung Tahun Pelajaran 2014/2015.

E. Daftar Pustaka

Alex, dkk. (2013). Interaksi sosial guru dan siswa dalam pembelajaran sosiologi. FKIP

UNTAN. Diakses di

http://download.portalgaruda.org/Article. Ambarjaya. (2012). Psikologis pendidikan dan

pengajaran teori dan praktis. Yogyakarta: PT. Buku Seru.

Arikunto. (2006). Prosedur penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. .

Arikunto. (2009). Dasar-dasar evaluasi

pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Artama. (2008). Pengaruh pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS Kelas VIII di SMPN 1 Mendoyo. Diakses di

http://pasca.undiksha.ac.id/e-jurnal.

Halim. (2008). Pengaruh strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar Fisika siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat. Diakses di http://digilib. Unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23931- Abdul%20.Halim.pdf

Nurhaeni. (2011). Meningkatkan pemahaman

siswa pada konsep listrik melalui pembelajaran kooperatif tipe jiqsaw pada siswa kelas IX SMPN 43 Bandung. Jurnal.

(10)

ISSN 1412-565X. Diakses di

http://jurnal.upi.edu/file/7-Yani.pdf

Purwanto. (2013). Evaluasi hasil belajar.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santoso. (2010). Teori–teori psikologi sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung

Supatmawati. (2013). Interaksi sosial peserta didik dalam proses pembelajaran sosiologi.

FKIP UNTAN. Diakses di

http://download.portal garuda.org/Article.

Suyono, dkk. (2013). Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif

tipe Jiqsaw. Diakses di

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/ Article.

Umam, M.K. (2014). Pengaruh Pemanfaatan

Vidio Interaktif Sebagai Media

Pembelajaran Fisika Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Di SMPN Pringgarata Tahun Pelajaran 2013/2014 (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Mataram).

Valentino. (2013). Faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa mata pelajaran akuntansi jurusan akuntansi di

SMK. Diakses di

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/ Article.

Gambar

Tabel 6. Data Post-test  Kelas  Jumlah  siswa  Nilai  tertinggi  Nilai  terendah  Rata-rata nilai  Eksperimen  21  95  50  76,90  Kontrol  24  85  50  68,75

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian dosis NPK (N) dengan waktu pemberian pupuk organik cair (W) memberikan pengaruh yang nyata hingga

Dalam kegiatan untuk memaksimalkan kinerja dalam perusahaan seringkali tidak semudah yang diharapkan karena akan muncul berbagai masalah atau konflik antar pihak yang

sistem informasi dengan perhatian yang tepat. Atribut dengan gap terbesar adalah pada pernyataan bahwa bagian IT atau costumer service cepat membantu pengguna

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Perencanaan kurikulum akselerasi pada program kelas Cerdas Istimewa; 2) Implementasi kurikulum akselerasi pada program kelas

pemberian hak khusus ini baik bahkan sangat baik bagi mereka, namun realitanya realisasi daripada kebijakan ini belum sepenuhnya di rasakan oleh masyarakat,

• SIUP KECIL, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai sampai dengan Rp.200.000.000-

Jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk per km 2 menurut kecamatan pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :..

Menurut Puspa Dan Riyanto (1999) konflik peran merupakan suatu gejala psikologis yang dialami oleh anggota organisasi yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan