• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revitalisasi Esensi Sumpah Pemuda Untuk Memperkukuh Ketahanan Nasional 1 Musdah Mulia 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Revitalisasi Esensi Sumpah Pemuda Untuk Memperkukuh Ketahanan Nasional 1 Musdah Mulia 2"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Revitalisasi Esensi Sumpah Pemuda Untuk Memperkukuh Ketahanan Nasional1

Musdah Mulia2

Pendahuluan

Indonesia Raya yang menghampar di Pasifik bergelar Zamrud Khatulistiwa, bermahkotakan keelokan sebagai taman sarinya dunia yang kaya raya mutu-manikam, etnik, suku, ras dan agama sesungguhnya merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang menganugerahkan keajaiban dunia, suatu keniscayaan tan hanna darmma mangrwa, kebenaran asasi yang tiada duanya.

Hamparan Zamrud mutu manikam itu membentuk gugusan suku etnik agama, kultur dan subkultur, mengemuka dalam rupa budaya maupun filsafat agung yang mengandung marwah wibawa unik, indah dan eksotik seperti: Tat Twan Asi, Dalihan Na Tolu, Sitou Timou Tumou Tou, Pela Gandong, Tungku Tigo Sajarangan-Tali Tigo Sapilin, Manyama Braya, Sintuwu Maroso, Taramiti Tominuku, Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, Rukun Agawe Santoso, Tat wan Asi, Torang Samua Basudara, Gemah Ripah Loh Jinawi, Baku Bikin Pandai; yang keseluruhannya bermuara dalam satu kesatuan harmoni sebagai putiknya peradaban pusaka bangsa: Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa.

Peradaban Pusaka Bangsa yang beraneka itu kian mengkristal tatkala seluruh eskponen pemuda Indonesia yang bergempita sejak 20 Mei 1908 secara heroik melakukan berbagai epos perjuangan kebangsaan, mencapai puncaknya pada momentum pencanangan Sumpah Pemuda, dengan Tiga Simpul Harmoni, yakni Satu Nusa, Bangsa, Bahasa Indonesia

Kini, tatkala badai El Nino dalam segala dimensinya melanda Pasifik Rim dalam rupa bencana alam, kekeringan, kelaparan, kemiskinan dan berbagai       

1 Makalah disampaikan pada Acara Peringatan 87 Tahun Sumpah Pemuda, diadakan oleh FKKJ, Jakarta  27 

Oktober 2015. 

2

(2)

penyakit ikutan; badai itupun mewujud dalam rupa pragamatisme, hedonisme, sektarianisme dan anasir-anasirnya, menerpa, bahkan menjungkirbalikkan harmoni Tiga Dimensi Sumpah Pemuda. Lalu, masihkan Pemuda mampu menjadi garda terdepan untuk mengaktualisasikan esensi dan hakekat Sumpah pemuda secara profetik dan professional demi menyelamatkan bangsa dari wabah pandemi dekadensi semesta.

Bangsa yang Multikultur

Ciri khas keberagaman bangsa Indonesia yang multikultur dan multietnis adalah sebuah realitas yang telah sejak lama disadari oleh bangsa Indonesia. Realitas keberagaman ini dapat bertahan hingga saat ini disebabkan adanya pemahaman untuk tidak mempertentangkan disparitas antara satu dengan yang lain, namun perbedaan tersebut diterima sebagai suatu kewajaran, dan yang paling utama adalah menyerasikan perbedaan menjadi satu kesatuan, satu tujuan, satu tindakan menuju cita-cita bersama.

Perbedaan adalah kenyataan yang harus diterima dan bukan untuk dipertentangkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa, dan terdapat 719 bahasa lokal/daerah. Menurut Penjelasan UU Nomor 1/PNPS/1965, agama yang diakui di Indonesia, yakni: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Disamping itu Indonesia dapat dibagi menjadi 23 lingkungan adat, 3.025 spesies binatang, 47.000 jenis tumbuh-tumbuhan, 300 gaya seni tari, dan 485 lagu daerah.

Kondisi obyektif bangsa Indonesia yang lahir dengan keanekaragaman etnis, agama dan kultur tersebut secara alamiah memiliki kerawanan, karena bilamana hal tersebut tidak dikelola dengan bijak akan berkembang menjadi potensi konflik yang dapat mengundang disintegrasi bangsa dan negara. Untuk memantapkan modal dasar pembangunan berupa keberagaman budaya, perlu dilakukan revitalisasi pola tatanan kehidupan dan kearifan budaya lokal pada setiap kelompok etnik agar perangkat nilai dan kearifan lokal dapat hidup berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat secara keseluruhan.

(3)

Dewasa ini bangsa Indonesia masih mengalami ujian yang berat, bukan saja karena bencana alam yang silih berganti, tapi juga akibat berbagai masalah sosial ekonomi yang belum terpecahkan, seperti kemiskinan, kebodohan, kesenjangan sosial, pengangguran, serta terganggunya harmonisasi sosial antar anak bangsa sebagai akibat berbagai konflik yang masih terjadi di berbagai daerah.

Perbedaan etnis, suku, asal usul, golongan, dan agama masih sering dieksploitasi untuk mengobarkan api permusuhan. Berbagai kerawanan sosial tersebut menjadi pemicu timbulnya ketidakpuasan masyarakat sehingga menimbulkan permasalahan yang mempengaruhi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Ketidakpuasan tersebut dimanifestasikan dalam bentuk tindakan-tindakan yang mengarah pada perpecahan diantara anak bangsa.

Pentingnya Pluralisme

Pluralisme masyarakat dalam tatanan sosial agama dan suku bangsa telah ada sejak jaman nenek moyang, kebhinnekaan budaya yang dapat hidup berdampingan secara damai merupakan kekayaan yang tak ternilai dalam khasanah budaya nasional. Nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat Indonesia, akan selalu berakar dari kearifan tradisional yang muncul dan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat itu sendiri.

Kemajemukan masyarakat Indonesia di satu pihak merupakan kebanggaan yang tidak ternilai harganya sebagai kekayaan budaya bangsa, namun di sisi lain dapat pula menjadi potensi konflik besar yang dapat menghambat proses integrasi bahkan dapat mengancam keutuhan NKRI.

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia, sesuai UU Nomor 24 Tahun 2009 merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 , serta merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan negara.

(4)

Lambang Negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diambil dari kitab

Sutasoma karya Mpu Tantular pada abad XIV yang menekankan pentingnya

kerukunan antarumat beragama pada waktu itu, yaitu Syiwa dan Buddha. Berbagai pemahaman tentang “Bhinneka Tunggal Ika” dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Berbeda tapi satu.

2. Menggambarkan gagasan dasar yaitu menghubungkan daerah-daerah dari suku-suku berapa di seluruh Nusantara menjadi Kesatuan Raya.

3. Berbeda-beda tetapi satu jua. Meskipun penduduk Indonesia itu beraneka ragam budaya dan adat istiadatnya, semuanya bersatu dalam satu wadah NKRI

4. Berbeda-beda namun tetap manunggal satu. 5. Beraneka ragam tapi satu.

Pemahaman di atas walaupun dinyatakan dengan kalimat berbeda, namun pada dasarnya mengandung esensi yang senada bahwa dalam konsep

Bhinneka Tunggal Ika mengandung tiga unsur utama

a. Ada keanekaragaman atau kemajemukan;

b. Keanekaragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan yang tidak dapat ditolak, alamiah;

c. Terintegrasi dalam satu negara bangsa Indonesia.

Keanekaragaman atau kemajemukan yang dimaksud adalah segala macam isi yang ada di ”halaman, pekarangan” wilayah negara bangsa Indonesia, yaitu suku bangsa, bahasa, adat istiadat, kepentingan dan lain-lain, lebih yang bernuansa nonfisik daripada fisik.

”Kebhinnekaan” (keragaman, kemajemukan) ini dapat tetap ”tunggal” apabila kita terus-menerus memupuk semangat persatuan, kesatuan, hidup menurut jiwa dan semangat Pancasila, yaitu pengendalian diri, tenggang rasa, toleransi terhadap sesama dan keanekaragaman itu sendiri. Mulailah dari diri sendiri, selanjutnya meluas dalam lingkup yang lebih besar, yaitu keluarga, golongan, masyarakat, bangsa, bahkan dunia internasional. Secara

(5)

internasional, jelas keragaman, kemajemukan lebih besar, tetapi tetap tunggal sebagai umat ciptaan Tuhan yang bercita-cita ingin hidup paripurna.

Sumpah Pemuda dan Ketahanan Nasional

Wawasan Nusantara sebagai wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia yang timbul karena kesadaran diri dan tempaan sejarah mengandung nilai-nilai luhur bengsa, diantaranya: pengorbanan demi kepentingan nasional; kesetaraan dalam perjuangan mewujudkan cita-cita; kekeluargaan dalam menjalin hubungan harmonis antar individu, kelompok, antar individu dengan kelompok, masyarakat bangsa dan antar bangsa; dan gotong-royong dalam kepedulian untuk saling membantu dengan ikhlas guna saling memenuhi kebutuhan.

Nilai-nilai yang memperkuat wawasan kebangsaan terdiri dari: nilai dasar yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila; nilai instrumental, yaitu peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dilandasi oleh Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila; serta nilai praksis, yaitu nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh nilai kearifan lokal yang harmonis dengan paradigma nasional.

Adanya kekhasan dalam konstelasi geografis dan keragaman suku, ras, budaya, agama dan bahasa dalam negara, menjadikan bangsa Indonesia harus memiliki sikap dan cara pandang tersendiri untuk melihat diri dan lingkungannya sebagai suatu negara kesatuan yang utuh dan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan wilayah negara dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Cara pandang dan sikap bangsa mengenai diri dan lingkungannya tersebut merupakan wawasan yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 , serta lingkungan nusantara sebagai negara kepulauan.

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pembangunan nasional, wawasan yang demikian disebut wawasan nusantara, yaitu mencakup implementasi akan perwujudan konstelasi geografis dan keragaman di dalam wadah NKRI sebagai negara kepulauan yang memiliki kesatuan yang utuh di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

(6)

Wawasan nusantara adalah kesamaan persepsi pada segenap komponen bangsa Indonesia sebagai dasar bagi terbangunnya rasa dan semangat nasional yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional, sebagai faktor pendorong untuk berbuat dan mendarmabaktikan karya dan karsa terbaik bagi bangsa dan negara.

Hakikat wawasan nusantara menghendaki dimilikinya sikap untuk segera mengakhiri kesetiaan terhadap kelompok, seperti partai, golongan, suku bangsa, dan individu menjadi kesetiaan terhadap persatuan dan kesatuan bangsa pada saat diperlukan oleh bangsa dan negara.

Konkritisasi cita-cita nasional mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur, tertuang sebagai tujuan nasional dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945. Berdasarkan cara pandangnya terhadap diri dan lingkungannya yang terkonsepsi sebagai Wawasan Nusantara, upaya mencapai tujuan nasional itu dilakukan bangsa Indonesia dengan mengoptimalisasikan segenap potensinya menuju terciptanya kondisi ketahanan nasional yang tinggi.

Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

Di era yang semakin transparannya batas kedaulatan antar bangsa saat ini, ancaman terhadap kedaulatan negara telah berkembang pesat dari semula bersifat konvensional (fisik) menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Ancaman yang bersifat multidimensional tersebut dapat bersumber, baik dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun permasalahan keamanan yang terkait dengan kejahatan internasional, antara lain terorisme, imigran gelap, bahaya narkotika, pencurian kekayaan alam, bajak laut, dan perusakan lingkungan.

(7)

Sebagai konsekuensi logis dari proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, bahwa bangsa Indonesia harus mampu mempertahankan kemerdekaan dan menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, demi terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional.

Bangsa Indonesia harus memiliki keuletan dan ketangguhan dalam eksistensi, identitas, integritas dan terus berjuang agar mampu mengatasi setiap bentuk tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari mana saja.

Referensi

Dokumen terkait

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH..

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu- ribu pulau dimana setiap daerah memiliki adat istiadat, bahasa, aturan, kebiasaan dan lain-lain

Seluruh dosen Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia atas semua ilmu, bimbingan serta pengalaman yang dibagikan kepada

Namun demikian sebelum diterjunkan untuk PPL di SMK Muhammadiyah Pekalongan, praktikan telah melakukan tahapan-tahapan kegiatan PPL antara lain micro teaching yang

Adam Malik Medan guru penulis yang tidak pernah bosan dan penuh kesabaran dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis

Dari hasil IPO perseroan pada 2012, perseroan meraih dana sebesar Rp1,255 triliun dengan penggunaan dana hingga periode Maret 2015 mencapai Rp1,210 triliun.. • Perkuat modal

Kemampuan pemecahan masalah siswa dengan karakteristik cara berpikir tipe SK: (1) menuliskan apa yang diketahui secara lengkap dan terurut, menuliskan apa yang ditanyakan dari

HASAN MUSTAFA Aqidah Akhlak MI Nurul Jadid Ganding Sumenep Lulus 429 12052823520143 BUSRI Aqidah Akhlak MTs MTs. AMIN Bahasa Arab