• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 11 ASPEK PEMBIAYAAN. B a b -XIAspek Pembiayaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 11 ASPEK PEMBIAYAAN. B a b -XIAspek Pembiayaan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

B a b -XIAspek Pembiayaan

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternative pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk: a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya,

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

ASPEK PEMBIAYAAN

(2)

c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.

11.1.

ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

Otonomi daerah menimbulkan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan segala urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan dalam rangka mencapai kemakmuran, kesejahteraan, dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mampu memberikan kepuasan. Untuk dapat mencapai maksud tersebut, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan diperlukan kemampuan pendanaan dari pemerintah daerah berkaitan dengan upaya melakukan optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah. Pendapatan Daerah merupakan seluruh penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri maupun alokasi dari Pemerintah Pusat sebagai hak pemerintah daerah yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Sumber-sumber pendapatan daerah yang berasal dari Pemerintah Pusat selanjutnya diatur melalui Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Arah kebijakan pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dilakukan dengan menekankan pada prinsip keadilan, kepatutan dan manfaat sebagai konsekuensi hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam rangka mendukung terwujudnya good and clean goverment, pengelolaan keuangan Kabupaten Pasuruan disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah serta dilakukan secara profesional mengacu perundang-undangan yang berlaku dengan prinsip:

1. Partisipasi masyarakat

2. Transparansi dan akuntabilitas 3. Disiplin

4. Keadilan

5. Efisiensi dan efektifitas

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

(3)

B a b -XIAspek Pembiayaan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, criteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat

(4)

melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk

mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman

(5)

B a b -XIAspek Pembiayaan

nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dandana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

(6)

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan

direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

11.2.

PROFIL APBD KABUPATEN/KOTA

Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah equitas dana lancar yang merupakan hak pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah pada tahun anggaran 2012 menekankan pada upaya menggali potensi dan memobilisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk mendukung kemandirian daerah, disamping itu pemerintah daerah juga berupaya membuat berbagai terobosan guna meningkatkan penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat, swasta serta masyarakat.

Kebijakan Pendapatan Daerah Kabupaten Pasuruan diarahkan pada:

1. Peningkatan dan pencapaian target pendapatan daerah baik pajak langsung maupun tidak langsung yang terencana sesuai kondisi perekonomian dengan memperhatikan kendala dan potensi yang ada;

2. Ekstensifikasi dan intensifikasi kebijakan pendapatan daerah yang dapat diterima masyarakat, partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan; 3. Perluasan sumber-sumber pendapatan daerah.

Bedasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

(7)

B a b -XIAspek Pembiayaan

Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, sumber – sumber pendapatan daerah terdiri dari :

1. Pendapatan asli daerah meliputi :

 Pajak daerah ;

 Retribusi Daerah;

 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2. Dana Perimbangan meliputi :

 Dana bagi hasil pajak / bukan pajak;

 Dana Alokasi Umum;

 Dana Alokasi Khusus;

3. Lain – lain pendapatan daerah yang sah, meliputi :

 Hibah;

 Dana Darurat;

 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya;

 Dana penyesuaian dan otonomi khusus;

 Bantuan keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya.

Dalam pengelolaan pendapatan daerah upaya yang dilakukan untuk peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah dapat ditempuh melalui :

 Penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah;

Low inforcement dalam upaya membangun ketaatan wajib pajak dan retribusi daerah;

Peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah untuk terciptanya efektifitas dan efisiensi.

(8)

Tabel 11. 1

Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir Tahun 2009-2013

Pendapatan Daerah TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013

Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pajak Daerah Retribusi Daerah

Bagian Laba Usaha Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

DANA PERIMBANGAN

Bagian Hasil Pajak dan Bukan Pajak Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

Hibah

Dana Perimbangan dari Propinsi Dana Penyesuaian otonomi khusus Bantuan Keuangan dari Propinsi Total Pendapatan Daerah

Sumber: APBD KAB.

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

(9)

B a b -XIAspek Pembiayaan

Tabel 11. 2

Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir Tahun 2008-2012

Belanja Daerah

TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 Rp x 1000 % Rp x 1000 % Rp x 1000 % Rp x 1000 % Rp x 1000 %

BELANJA TIDAK LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Bunga

Belanja Subsidi

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Bantuan Pemda lain

Belanja Tidak Terduga

BELANJA LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Barang & Jasa

Belanja Modal

Total Belanja Daerah

Sumber: APBD KAB.

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

(10)

Tabel 11. 3

Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir Tahun 2008-2012

Pembiayaan Daerah TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Penggunaan SiLPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah

Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah

Penerimaan Kembali Pinjaman Piutang Daerah

PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal

Pembayaran Pokok Pinjaman Pemberian Pinjaman Daerah

(11)

B a b -XIAspek Pembiayaan

TOTAL PEMBIAYAAN DAERAH Sumber: APBD AB.

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

(12)

11.3.

PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

11.3.1.Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut

Tabel 11. 4

APBN Cipta Karya Kabupaten Pasuruan dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2009-2013)

Sektor Alokasi Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 Pengembangan Air Minum

Pengembangan PPLP

Pengembangan Permukiman

Penataan Bangunan dan

Lingkungan

Total

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

(13)

B a b -XIAspek Pembiayaan

sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.

Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 11. 5

Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Pasuruan dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2009-2013)

Jenis DAK Alokasi Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 DAK Air Minum

DAK Sanitasi Sumber:

11.3.2.Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD dalam 5 Tahun

Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada. Perkembangan alokasi APBD untuk pembangunan bidang cipta karya kabupaten Pasuruan. dalam 5 tahun terakhir bisa dilihat pada tabel 11.6 dibawah ini.

Tabel 11. 6

Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Pasuruan dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2009-2013)

Sektor

TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 Alokasi (x 1000) % APBD Alokasi (x 1000) % APBD Alokasi (x 1000) % APBD Alokasi (x 1000) % APBD Alokasi (x 1000) % APBD Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP

Pengembangan

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

(14)

Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan

Total Belanja APBD Bidang CK

Total Belanja APBD

Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten Pasuruan DDUB ini menunjukkan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah. Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 11.7.

Tabel 11. 7

Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2009-2013) Sektor Alokasi Tahun (dalam x 1000)

2009 2010 2011 2012 2013

Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan

Total

11.3.3.Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

(15)

B a b -XIAspek Pembiayaan

Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Tabel 11. 8

Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2009-2013)

Kegiatan Tahun Komponen

KPS Satuan Volume Nilai (Rp)

Skema Pembiayaan Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman - RTLH Penataan Bangunan dan Lingkungan - Penataan mareci barat aloon-aloon - Penataan PK 5 Timur aloon-aloon

11.4.

PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG

CIPTA KARYA

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

(16)

11.4.1. Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut, disajikan dalam Tabel 9.10. A. Net Public Saving (NPS)

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)

Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja Pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.

Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Tabel 11. 9

Realisasi Pendapatan APBD Tahun 2010-2012

Komponen APBD Realisasi

2011 2012 2013

PENDAPATAN ASLI DAERAH

(17)

B a b -XIAspek Pembiayaan

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

TOTAL APBD

Tabel 11. 10

Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

Komponen APBD Proyeksi

2014 2015 2016 2017 2018 PENDAPATAN ASLI DAERAH DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

Sumber : Hasil Analisa, 2013

Tabel 11. 11

Perhitungan Net Public Saving Kabupaten PasuruanTahun 2014 Penerimaan Daerah Belanja Wajib

PAD DAU DBH DAK Dana Peneyesuaian

dan Otonomi Khusus

Lain-lain Pendapatan

daerah yang Sah

Jumlah

Net Public Saving 236,856,810,157

Sumber : Hasil Analisa, 2013

Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

Isi nunggu kiriman tabel dari

kabupaten

(18)

bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut :

Tabel 11. 12

Perhitungan DSCR Kabupaten PasuruanTahun 2012

PAD Pokok Pinjaman

DAU Bunga DBH Biaya Lain DBHDR Jumlah Belanja Wajib Selisi Jumlah DSCR

(19)

B a b -XIAspek Pembiayaan

11.4.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah 5 tahun ke depan

Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan. Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPIJM.

11.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 tahun ke depan

Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari program tersebut.

11.5.

ANALISIS

TINGKAT

KETERSEDIAAN

DANA

DAN

STRATEGI

PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN CIPTA KARYA

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber

11.5.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Dengan demikian proyeksi dana dari

(20)

pemerintah pusat (APBN) untuk kegiatan Cipta Karya Kabupaten Pasuruandapat dilihat pada Tabel 11.13.berikut.

Tabel 11. 13

Ringkasan Proyeksi Dana APBN untuk Kegiatan Cipta Karya Kabupaten PasuruanTahun 2012

Tahun Proyeksi Dana APBN (Rp.x1000) 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Hasil Analisa, 2013

b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan pada bagian 11.4.1 Secara ringkas proyeksi dana dari pemerintah kota (APBD) untuk kegiatan Cipta Karya Kabupaten Pasuruandapat dilihat pada Tabel 11.14 berikut

Tabel 11. 14

Ringkasan Proyeksi Kemampuan Dana APBD Kabupaten Untuk Kegiatan Cipta Karya

(Rp. 000) NO URAIAN PROYEKSI REALISASI 2011 REALISASI 2012 PAPBD 2013 APBD 2014 PROYEKSI 2015 PROYEKSI 2016 1 Pendapatan

2 Pencairan dana cadangan

(sesuai Perda)

3 Penerimaan Pembiayaan

Total Penerimaan Dikurangi:

4

Belanja dan Pengeluaran

Pembiayaan yang Wajib dan

Mengikat serta Prioritas

Utama

Kapasitas riil kemampuan keuangan

Sumber : Bappeda Kab. ... data diolah

Dengan melihat proyeksi kapasitas riil kemampuan keuangan daerah diatas, maka dalam mengalokasikan anggaran harus benar-benar sesuai prioritas daerah,

(21)

B a b -XIAspek Pembiayaan

selanjutnya perlu ditetapkan kebijakan alokasi dari kapasitas kemampuan keuangan daerah tersebut kedalam berbagai Kelompok Prioritas. Kelompok Prioritas I mendapatkan prioritas utama sebelum Kelompok Prioritas II. Kelompok Prioritas III mendapatkan alokasi anggaran setelah Kelompok Prioritas I dan II terpenuhi kebutuhan dananya.

Adapun ketentuan prioritas anggaran sebagai berikut:

Prioritas I, dialokasikan untuk mendanai Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama.

Prioritas II, dialokasikan untuk pendanaan:

a. Program prioritas dalam rangka pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati periode 2011-2016, yang merupakan program pembangunan daerah dengan tema atau program unggulan (dedicated) Kepala daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN dan amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan 20% (duapuluh persen) dan bidang kesehatan 10% (sepuluh persen). Program tersebut harus berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi daerah. Di samping itu, prioritas II juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Program prioritas dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang paling berdampak luas pada pelayanan masyarakat yang sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD.

Prioritas III, merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja-belanja tidak langsung seperti: belanja hibah, belanja bantuan sosial serta belanja tidak terduga.

Berikut disajikan rencana penggunaan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah selama 5 (lima) tahun kedepan:

Tabel 11. 15

Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten PasuruanTahun 2011 s/d 2016

(22)

NO URAIAN REALISASI PAPBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI

2011 2012 2013 2014 2015 2016

A KAPASITAS KEMAMPUAN

KEUANGAN DAERAH

A.1 PENDAPATAN

A.2 Penerimaan Pembiayaan

B BELANJA DAERAH

B.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG

B.1.1 PRIORITAS I

B.1.1.1

Belanja Gaji Dan Tunjangan

Tambahan Penghasilan PNS,

Belanja Penerimaan Lainnya

Pimpinan Dan Anggota DPRD Serta KDH/WKDH

B.1.1.2 Belanja Bagi Hasil kpd Pemb.

Prov /Kab/Kota dan Desa

B.1.2 PRIORITAS III

B.1.2.1 Belanja Hibah

B.1.2.2 Belanja Bantuan Sosial

B.1.2.3

Belanja Bantuan Keuangan

Kepada Prov. Kab/Kota dan Pemerintah desa

B.1.2.4 Belanja Tidak Terduga

B.2 BELANJA LANGSUNG

B.2.1 PRIORITAS I

B.2.1.1 Belanja Administrasi Perkantoran

B.2.2 PRIORITAS II

B.2.2.1 PROGRAM PRIORITAS PENCAPAIAN

VISI DAN MISI

D PENERIMAAN PEMBIAYAAN

DAERAH

D.1 SILPA

D.2 Penerimaan Piutang Daerah

C PENGELUARAN PEMBIAYAAN

DAERAH

C.1

Penyertaan Modal (Investasi)

Pemda Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

C.2 Pemberian Pinjaman Daerah

Surplus/Defisit

Sumber : Bappeda Kab ... data diolah

Lebih jelasnya alokasi penggunaan dana untuk masing-masing prioritas per tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. 16 Pendanaan Prioritas Kabupaten PasuruanTahun 2011 s/d 2016 (Rp.000) URAIAN TAHUN 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(23)

B a b -XIAspek Pembiayaan Prioritas Pertama (Belanja Wajib mengikat) Prioritas Kedua (Visi Misi) Prioritas Ketiga (BTL Selain Gaji, Tunjangan perangkat) JUMLAH

Sumber : Bappeda Kab. ... data diolah

11.5.2. Strategi PeningkatanInvestasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Pasuruandan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruanperlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPIJM Kabupaten Pasuruanmerumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:

1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;

2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran; 3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam p embiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;

5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;

(24)

Gambar

Tabel 11. 16  Pendanaan Prioritas  Kabupaten PasuruanTahun 2011 s/d 2016  (Rp.000)  URAIAN  TAHUN  2011  2012  2013  2014  2015  2016

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan gambaran spatial dan temporal kasus DBD, mengidentifikasi faktor risiko perilaku, demografi, dan geografi terhadap penyebaran

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu karena penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil belajar yang menerapkan

Hasil penelitian menunjukan secara umum terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan (p= 0,00) antara kelas eksperimen yang belajar dengan menerapkan model project

dibuatlah penelitian skripsi dengan judu l “ Pengaruh Kualitas Pelayanan, Penanganan Komplain dan Tingkat Margin terhadap Kepuasan Nasabah Produk Pembiayaan Murabahah

Hasil penelitian ini semakin diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2014) dengan judul penelitian “ Self efficacy dan prokrastinasi pada mahasiswa

Bagi Universitas penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi dengan terus berinovasi ketika mengadakan kegiatan kemahasiswaan, khususnya LKMM, yang berguna untuk

Sepanjang kontrak kerja adalah „bebas‟, apa yang diperoleh pekerja tidak ditentukan oleh nilai sesungguhnya dari barang-barang yang dihasilkannya, tetapi oleh kebutuhan

Rerata motilitas spermatozoa pada kelompok KM2 dibandingkan dengan KM3 menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (p=0,000) berarti pemberian ekstrak kulit manggis