• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kinerja Simpang Tak Bersinyal di Jalan Mertojoyo-Jalan Joyo Utomo, Kelurahan Merjosari Kota Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Kinerja Simpang Tak Bersinyal di Jalan Mertojoyo-Jalan Joyo Utomo, Kelurahan Merjosari Kota Malang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

D21.1

Analisa Kinerja Simpang Tak Bersinyal di Jalan Mertojoyo-Jalan

Joyo Utomo, Kelurahan Merjosari Kota Malang

Yovanus Hendradino Garung1, Andy Kristafi Arifianto2, Pamela Dinar Rahma3 1,2,3

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang email : dinogarung39@gmail.com

Diterima Agustus 2018, direvisi Agustus 2018, diterbitkan September 2018

Abstract

Intersection is one part of the road that is the area where traffic conflicts occur. The existence of this conflict will result in interference with the movement of the vehicle. This situation is generally known as traffic flow congestion. Geometric condition of unmarked intersection on Mertojoyo - Joyo Utomo roads of Merjosari village Malang city, conflicts often occur which are caused by the approaching width which is less proportional to the current of the vehicle, so it is necessary to analyze. The purpose of this study is to determine the size of the intersection capacity, intersection performance and alternative intersection improvement directions. The method used in analyzing this perverse performance refers to the Indonesian highway Capacity Manual 1997 (MKJI 1997). To analyze this crossing, the average traffic data collected during 12 working days is taken. Based on the recapitulation of traffic volume for 12 working days, the highest QTotal was 2994 smp/hour which occurred on Saturday period 17.00 - 18.00. Based on the results of data analysis of traffic flow on a busy Saturday, the period 17.15-18.15, obtained QTotal = 2994 Smp / Hour, capacity value (C) = 2135.98 smp/hour the degree of saturation (DS) = 1.381 > 0.75 values suggested MKJI 1997. Alternative installation of prohibited traffic signs turn right on the main road, C = 2693,829 smp/hour, degree of saturation (DS) = 1,112 > 0,75. Alternative widening on main roads and minor roads and the installation of prohibited traffic signs turn right on the main road, obtained C = 3178,378 smp/hour, DS = 0,94 > 0,75. Alternative two-phase signaling and widening on the main road and minor road, the capacity of each approach < 0.75 is obtained, thus overcoming the problem at this intersection.

Keywords : unsignalized intersection, capacity, alternative

1. Pendahuluan

Dengan makin meningkatnya pertumbuhan lalu lintas di negara berkembang khususnya Indonesia menimbulkan beberapa masalah lalu lintas karena fasilitas yang diberikan belum dapat mengimbangi pertumbuhan lalu lintas, akibatnya masalah kemacetan, kecelakaan serta antrian yang panjang sering terjadi dibeberapa ruas jalan pada persimpangan.

(2)

D21.2

Adapun beberapa permasalahan yang terjadi pada persimpangan ruas jalan di Indonesia, dalam jurnal Lintong Elisabeth dengan judul “Analisa Kinerja Simpang Tiga Tanpa Sinyal Jalan Ringroad - Jalan Maumbi Kota Manado”, memaparkan hasil penelitiannya bahwa tingkat pelayanan pada persimpangan sudah sangat rendah, yang ditandai dengan nilai derajat kejenuhan DS = 0,98. Hasil penelitian dalam jurnal Novriyadi Rorong, dengan tema “Analisa Kinerja Simpang Tidak Bersinyal Di Ruas Jalan S.Parman Dan Jalan Di.Panjaitan” menjelaskan hasil analisis kinerja persimpangannya dengan nilai derajat kejenuhan DS = 0,958. Hasil penelitian dalam jurnal Dwinata Utama dengan tema “Evaluasi Kinerja Simpang Tak Bersinyal Antara Jalan Sultan Hamengkubuwono 9 Dan Jalan Cakung Cilincing Raya” menjelaskan bahwa kinerja pada persimpangan yang diamat tingkat pelayanannya sudah sangat buruk yang ditandai dengan nilai derajat kejenuhan DS = 1,08.

Dengan menilai permasalahan yang terjadi di beberapa persimpangan di atas, peneliti melakukan penelitian pada persimpangan Merjosari kota Malang, adapun beberapa permasalahan yang terjadi pada persimpangan tak bersinyal jalan Mertojoyo – jalan Joyo Utomo, kelurahan Merjosari kota Malang, diantaranya masalah kemacetan yang disebaban oleh lebar pendekat yang kurang sebanding dengan arus kendaraan. Maka dengan permasalahan yang terjadi perumusan masalah yang dikaji antara lain : 1. Besar Kapasitas Simpang?

2. Kinerja Simpang?

3. Alternatif Perbaikan Simpang?

2. Materi dan Metode

Prinsip Umum Kinerja Simpang Tak Bersinyal [1]

1. Kapasitas

2. Derajat Kejenuhan 3. Tundaan

4. Peluang Antrian

Karakteristik Kendaraan Menurut MKJI 1997 [2]

Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997 klasifikasi kendaraan di golongkan menjadi :

a. Light Vehicle (LV), yaitu kendaraan ringan yang beroda empat dengan dua as berjarak 2-3 meter (termasuk kendaraan penumpang, mikro bis, pick up, dan truck kecil).

b. Heavy Vahicle (HV), yaitu kendaraan berat beroda lebih dari empat roda dengan jarak as 3-4 meter, termasuk bis, truk 2 as, truck 3 as dan sejenisnya.

c. Motor Cycle (MC), yaitu kendaraan bermotor beroda dua atau tiga seperti becak motor dan sepeda motor.

d. Unmotorized (UM), yaitu kendaraan tidak bermotor beroda dua atau tiga seperti becak, sepeda, kereta dorong dan pejalan kaki.

(3)

D21.3

Tabel 1. Faktor Ekivalen Mobil Penumpang

Jenis Kendaraan Emp

Kendaraan Ringan (LV) 1,0

Kendaraan Berat (HV) 1,3

Sepeda Motor (MC) 0,5

Sumber : Anonim, (1997 : 3-46)

Metode

Prosedur Analisis Simpang Tak Bersinyal (Manual Kapasitas Jalan Indonesia,1997):

Gambar 1. Prosedur Analisis Kinerja Simpang

Lebar rata-rata simpang Wi ditentukan dengan rumus : Wi = (A+B+C+D)/4 (1) Volume lalu lintas jam puncak simpang :

Q total = volume total rata – rata lalu lintas (smp/jam) Keterangan :

C = kapasitas ( smp/jam )

C = Co × FW × FM × FCS × FRSU × FLT × FRT × FMI

CO = nilai kapasitas dasar

FW = faktor penyesuaian lebar masuk = 0.61 + (0.0740 X W1) FM = faktor penyesuaian tipe median pada jalan

FCS = faktor penyesuaian ukuran kota

FRSU = faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan hambatan samping dan kendaraan bermotor.

(4)

D21.4

FLT = faktor penyesuaian belok kiri Flt = 0,84 + (1.61 x Plt)

FRT = faktor penyesuaian belok kanan FRT = 1 untuk simpang 4 lengan

FMI = faktor penyesuaian rasio arus jalan minor

Derajat Kejenuhan

DS = Qtotal/C

Tundaan

1.Tundaan lalu-lintas simpang ( DT1) detik/smp UNTUK DS < 0,6

DT1 = 2 + 8,2078 x DS-(1-DS) x 2 (5) UNTUK DS > 0,6

DT1 = 1,0504 / (0,2742-0,2042 x DS)-(1-DS) x 2 2. Tundaan lalu-lintas jalan utama (DTMA) detik/smp

UNTUK DS < 0,6; DTMA = 1,8 + 5,8234 x DS-(1-DS) x 1,8 UNTUK DS >0,6

DTMA = 1,05034 / (0,346-0,246 x DS)-(1-DS) x1,8 3.Tundaan lalu-lintas jalan minor (DTMI) detik/smp

DTMI = (QTOTAL x DT1) – (QMAx DTMA)/QMI 4. Tundaan geometri simpang ( DG ) detik/smp

UNTUK DS < 1,0

DG = (1-DS) x (PTx 6 + (1 – PT) + DS x 4; DG = 4 UNTUK DS ≥1,0 Dimana :

DG = Tundaan geometrik simpang; DS = Derajat kejenuhan PT = Rasio belok total

5. Tundaan simpang (D) smp / jam D = DG + DT1

3. Hasil dan Pembahasan Geometrik

Simpang yang diamati merupakan simpang tak bersinyal 4 lengan di jalan Mertojoyo – jalan Joyo Utomo, kelurahan Merjosari kota Malang. Kondisi geometrik persimpangan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2. Sketsa Persimpangan

10 m 10 m Joyo Utomo M ert ojo yo S ela ta n Jo yo U to m o Joyo Tambaksari 6 m 5 m U B T S A B C D 6 m 6 m 1 m 1 m 1 m 1 m 1 m 1 m 1 m 1 m

(5)

D21.5

Volume lalu lintas

Tabel 2 Jam Puncak Arus Lalu Lintas Rata- Rata PERIODE Jenis Kendaraan Q Total

Rata- rata MINGGU ke-1 dan MC LV HV

Kend/Jam Smp/Jam MINNGU ke-2 0,5 1,0 1,3 Senin (16.00- 17.00) 8002 1632 1 9635 5666,8 2833,4 Selasa (17.15 -18.15) 7838 1196 21 9055 5142,3 2571,15 Rabu (16.00 - 17.00) 8806 1348 7 10161 5778,3 2889,15 Kamis (16.00 - 17.00) 7579 1391 19 8989 5228,6 2614,3 Jumat (17.15 - 18. 15) 7714 1926 25 9665 5815,5 2907,75 Sabtu (17.15 - 18. 15) 7579 2037 18 9910 5987,9 2994,00

Sumber: Hasil Rekapitulasi Data Pengamatan Lapangan, 2018

Perhitungan Rasio Belok Dan Rasio Arus Jalan Minor

1. Arus jalan minor total (QMI) yaitu arus pada pendekat A dan pendeka C adalah, 1404,2 SMP/Jam.

2. Arus jalan utama total (QMA) yaitu jumlah arus pada pendekat B dan D adalah 1590 smp/jam

3. Rasio arus jalan minor (PMI) yaitu arus jalan minor dibagi dengan arus total. PMI = 0,4690

4. Rasio belok kiri dan kanan total (PLTdan PRT) dapat dihitung : QLT = 784,95Smp/Jam; QRT = 710,25Smp/Jam sehingga: PLT = 0,2622 PRT= 0,2372 PUM = 0,0070 Kend/Jam FRSU = 0,93 Kapasitas C = CO x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI = 2135,98 smp/jam Ds = 1,381 Tundaan

a. Tundaan lalu lintas simpang (DT1) = 84,0 Detik/Smp b. Tundaan Lalu Lintas Jalan Utama (DT

MA) = 35,0 detik/smp

c. Tundaan Lalu Lintas Jalan Utama (DT

MA) = 139,81 detik/smp

d. Tundaan Geometrik Simpang (DG), Untuk DS > 1,0 maka nilai DG = 4 e. Tundaan Simpang (D) = 88 detik/smp

Peluan Antrian

QP = 168 % (batas atas) QP = 80 % (batas bawah)

(6)

D21.6

Alternatif Pelebaran pada jalan utama dan jalan minor serta pemberian sinyal 2 fase Kapasitas C = S x g/c Pendekat A = 1202,33 smp/jam Pendekat B = 1352,63 smp/jam Pendekat C = 1352,63 smp/jam Pendekat D = 1352,63 smp/jam

Perilaku lalu lintas Derajat Kejenuhan (DS) DS = Q/C Pendekat A; DS = 0,25 Pendekat B; DS = 0,36 Pendekat C; DS = 0,40 Pendekat D; DS = 0,35 4. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis kinerja pada simpang tak bersinyal di jalan Mertojoyo - Jalan Joyo Utomo, kelurahan Merjosari Kota Malang, dapat disimpulkan yanitu kinerja pada persimpangan yang diamati peneliti sudah sangat buruk, ini di tandai dengan nilai derajat kejenuhan DS = 1,381 > 0,75 niai yang di sarankan oleh manual kapasitas jalan indonesia 1997. Alternatif pemecahan masalah pada persimpangan ini yaitu dengan skenario pemberian sinyal 2 fase serta pelebaran pada jalan utama dan minor

Daftar Pustaka

[1] Novriyadi Rorong, Lintong Elisabeth, Joice E. Waani, 2015. Analisa Kinerja Simpang Tidak Bersinyal Di Ruas Jalan S.Parman Dan Jalan Di.Panjaitan. Jurnal Sipil Statik. Vol.3 No.11 (747-758)

[2] Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Februari 1997. “Manual Kapasitas Jalan Indonesia”, Jakarta.

[3] Bawangun Vrisilya, Sendow K. Theo, Lintong Elisabeth, 2015. Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal Untuk Simpang Jalan W.R. Supratman Dan Jalan B.W. Lapian Di Kota Manado. Jurnal Sipil Statik. Vol.3 No.6 Juni 2015 (422-434) [4] Hobs F. D, 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Penterjemah: Suprapto

Gambar

Tabel 1. Faktor Ekivalen Mobil Penumpang
Gambar 2. Sketsa Persimpangan
Tabel 2  Jam Puncak Arus Lalu Lintas Rata- Rata

Referensi

Dokumen terkait

Nilai kenampakan fillet ikan bandeng pada hari ke-0 penyimpanan dingin menunjukkan bahwa masing-masing konsentasi baik kontrol, konsentrasi 5% daun teh muda dan tua masih

Kadar TSS yang tinggi pada tahun 1998 dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain perbedaan besaran curah hujan, hasil akumulasi sedimen yang berasal dari

Hubungan antara kenaikan arus saluran terhadap tegangan tarik konduktor ACSR Dengan mempertimbangkan batas temperatur mak- simum yang diizinkan untuk jenis konduktor tersebut,

Observasi lingkungan sekolah pertama dilaksanakan pada tanggal 06 Maret 2014. Kegiatan observasi lingkungan sekolah bertujuan untuk mengetahui keadaan sarana

Dengan dibangunnya aplikasi Realitas Virtual untuk Belajar Kosa Kata Bahasa Asing Menggunakan Google Cardboard, pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang

1) Rencana kegiatan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus 1 dan siklus 2. 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). 3) APKG-PKP 1 yaitu instrumen penilaian

Dari pengamatan penulis, masih terdapat kendala yang berkaitan dengan pemantauan jumlah siswa yang kursus di LKP VIVA College, direktur tidak dapat mengetahui jumlah

SSS dikembangkan dengan alasan bahwa pemeriksaan CT-Scan belum tentu dapat dilakukan pada daerah-daerah terpencil dimana fasilitas kesehatannya masih sangat terbatas