• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Kebijakan Kontroversial (RUU KUHP) yang Dibuat oleh Pemerintah terhadap Rasa Bela Negara Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dampak Kebijakan Kontroversial (RUU KUHP) yang Dibuat oleh Pemerintah terhadap Rasa Bela Negara Mahasiswa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Dampak Kebijakan Kontroversial (RUU KUHP) yang Dibuat oleh Pemerintah terhadap Rasa Bela Negara Mahasiswa

Ragil Ira Mayasaria*

aProgram Studi Ilmu Hukum Universitas Mayjen Sungkono

*Koresponden penulis: maia_iga@yahoo.com Abstract

The controversy over criminal law enforcement based on the Criminal Procedure Code is due to law enforcement still struggling in the formalism paradigm, so many cases just evaporate because of limited thinking about the implementation of law enforcement. controversy occurs as long as law enforcement officials do not change the idea that the main purpose of criminal law enforcement is to bring about truth and justice. Controversy is not only on the aspect of criminal law enforcement but also on the policy of drafting the Bill and the Criminal Code Act which is discussed and ratified at the end of the term of office. A series of articles in the Criminal Code Bill invite a lot of controversy from various walks of life in Indonesia including students. Students in various regions in Indonesia held a demonstration in front of the pages of their respective regional DPR offices to demand the cancellation of several points of the Criminal Code Bill that were considered unreasonable and only benefited certain parties. The purpose of this article is to describe how the impact of the controversial policy (RUU KUHP) made by the government on the defense of a student state. From the results of the discussion it was concluded: 1) Government policies should side with the people, because in fact the government of democracy is the people, by the people and for the people. 2) The main objective of law enforcement is to realize truth and justice. As long as law enforcers do not change the idea that the main purpose of criminal law enforcement is to bring about truth and justice, the implementation of the Criminal Procedure Code will continue to cause controversy. 3) The bill discussed and the law passed at the end of the term of office of members of the council caused a controversy, and invited many controversies from various walks of life in Indonesia including the students who, for reasons of defending the country, simultaneously demanded the cancellation of several points of the Criminal Code Bill which were considered unreasonable and benefit certain parties. 4) Rejection of students under the pretext of defending the country by exercising democratic control through demonstrations of the rejection of the controversial policy of the Criminal Code Bill is indicated to be ridden by various interests so that in the future democratic control must truly carry out its functions, not become an economic commodity such as paid demonstrations, with demands being voiced only in the interests individuals and groups of people.

Keywords: controversial bill & criminal code, defending the country, students

Latar Belakang

Masalah hukum paling kontroversial dalam peradilan pidana baik masalah materiel, pembuktian, dan prosedurnya (Izomiddin, 2018:257) adalah aturan eksklusi (Hemmens, Brody & Spohn, 2019:189), yaitu asas yang dengannya ilmu hukum mengandaikan sejumlah sumber legislatif tertentu bagi sistem (Urbina, 2002:159), yang dengan itu mengidentifikasikan sistem hukum tersebut (Irianto, 2009:147; Efendi & Ibrahim, 2018:24) Aturan eksklusi telah menjadi subyek perdebatan sengit (Alina Kaczorowska, 2015:160). Pemrakarsa berpendapat itu adalah satu-satunya cara efektif untuk melindungi hak-hak individu dari pelanggaran polisi (Hemmens, Brody & Spohn, 2019:189). Dalam artian, bangsa merupakan pembuat undang sendiri, pencipta mimbar pengadilan sendiri dan yurisprudensi juga merupakan perwira polisi dan polisinya sendiri (Assefa, 2010:113). Apabila individu A melanggar hak-hak individu B, maka organ-organ pelaksanaan hukum negara yang bersangkutan akan campur-tangan dan melindungi individu B terhadap individu A dan memaksa individu A untuk memberikan pada individu B ganti kerugian

(2)

menurut hukum (Morgenthau & Thompson, 2010:336), sementara para kritikus mengecam pengucilan dari pengadilan atas bukti yang relevan (Hemmens, Brody & Spohn, 2019:189).

Masalah-masalah hukum dan keadilan bukan lagi sekadar masalah teknis-prosedural untuk menentukan apakah suatu perbuatan bertentangan atau tidak dengan peraturan perundang-undangan, atau apakah sesuai atau tidak dengan hukum kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat Indonesia (Wahyuni, Risa & Citra, 2017:43; Tarigan, 2017:33) Namun, pengaturan hukum saat ini membuatnya tidak hanya masalah signifikansi teoretis tetapi juga praktis (McDonald, 2000:660). Permasalahan hukum bukan lagi hanya persoalan eksklusif yang berkaitan dengan perlindungan atas hak milik dari segelintir orang (Wahyuni, Risa & Citra, 2017:44; Tarigan, 2017:33). Yang terjadi adalah kenyataan bahwa permasalahan hukum merupakan permasalahan riil hampir semua orang (Widener University School of Law, 2006:27; Tarigan, 2017:33). Salah satu contoh adalah bahwa pengadilan saat ini tidak lagi berperan sebagai ruang

“sakral” di mana keadilan dan kebenaran diperjuangkan, tapi telah berubah menjadi pasar yang

menjadi mekanisme penawaran dan permintaan sebagai dasar putusannya (Tarigan, 2017:33). Sedangkan persoalan dan perkara hukum menjadi komoditinya dan keadilan masyarakat serta martabat kemanusiaan menjadi taruhan utamanya (Yanto, 2010:27; Tarigan, 2017:33).

Kontroversi dalam penegakan hukum pidana berdasarkan KUHAP sering terjadi, (Atmasasmita, Meliala & Takariawan, 2001:14) sementara para penegak hukum masih berkutat dalam paradigma formalisme, sehingga banyak kasus-kasus yang semestinya dapat diadili menjadi menguap begitu saja karena keterbatasan pemikiran tentang pelaksanaan penegakan hukum (Tarigan, 2017:33). Padahal tujuan utama dari penegakan hukum adalah mewujudkan kebenaran dan keadilan (Siombo, 2019:2). Selama aparat penegak hukum tidak mengubah pemikiran bahwa tujuan utama dari penegakan hukum pidana adalah untuk menwujudkan kebenaran dan keadilan, maka pelaksanaan KUHAP akan tetap terjadi kontroversi (Tarigan, 2017:33).

Kontroversi tidak hanya pada aspek penegakan hukum pidana tetapi juga pada kebijakan penyusunan RUU KUHP (Dari, 2019:7; Ngaini, 2019). Beberapa RUU yang dibahas dan UU yang disahkan diakhir masa jabatan anggota dewan menuai kontroversi (Winarno, 2019:14). Sederet pasal RUU KUHP yang telah diusulkan telah mengundang banyak kontroversi dari berbagai lapisan masyarakat Indonesia tak terkecuali para mahasiswa (Jannah, 2019:19). Mahasiswa di berbagai daerah di Indonesia melakukan demo serentak di depan halaman kantor DPR daerah masing-masing untuk menuntut dibatalkannya beberapa poin RUU KUHP yang dianggap tidak masuk akal dan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja (Winarno, 2019:14). Seperti dihapuskannya RUU mengenai KPK yang ditakutkan akan berimbas pada semakin maraknya tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat. Selain itu adanya RUU yang akan ditetapkan oleh DPR dan Presiden dianggap tidak sesuai dengan kondisi Masyarakat dan dianggap tidak masuk akal seperti RUU binatang peliharaan ternak apabila memasuki pekarangan rumah tetangga maka pemilik akan di denda sebesar 10 juta (Winarno, 2019:14). Masyarakat yang mengetahui hal ini pun langsung menyatakan ketidak setujuannya pada RUU KUHP yang baru. Masalah lain yang serupa dapat kita lihat dalam proses aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa dalam upaya menuntut DPR membatalkan beberapa pasal RUU KUHP yang dianggap aneh dan tidak sesuai dengan keadaan masyarakat di Indonesia (Jannah, 2019:19).

Lahirnya pembahasan sejumlah RUU terkesan dipaksakan dan tanpa kajian yang mendalam (Rachman, 2016:569), berikut uji publik yang melibatkan masyarakat juga tak banyak dilakukan (Winarno, 2019:14). Suara masyarakat seperti mengalami keterbungkaman. Tak ada saluran komunikasi dalam menyampaikan aspirasi masyarakat. Kondisi inilah yang akhirnya

(3)

menggugat rezim penguasa yang tak berpihak pada rakyat (Winarno, 2019:14). Bagaimanapun pembentukan suatu undang menyangkut kepentingan rakyat banyak. Apalagi, undang-undang di-maksud akan menjadi norma hukum yang mengikat secara umum (Basyir, 2014:293).

Bela negara adalah bentuk kesadaran manusia terhadap potensi budi nurani dalam hubungan dan norma kehidupan atau kebudayaan: 1) Selalu menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; 2) Adanya prinsip persamaan harkat dan martabat; 3) Wajib membela dan juga menegakkan keadilan (Italiani, 2019:5). Dalam kontek ini Mahasiswa yang notabene sebagai agent of change yakni penyambung lidah masyarakat dengan pemerintah (Sutrisman, 2019:125) dapat

berpartisipasi dalam penyebarluasan nilai-nilai bela negara melalui pendekatan budaya” (Hidayat

& Widjanarko, 2008:235). Adalah merupakan ranah politik dan medan wacana sehingga proses produksi dan konsumsi teks sebagai wacana menjadi penting untuk memahami makna, begitu juga ruang tafsir dari narasi people power yang seharusnya dibangun secara demokratik alih-alih otoriter (Sati, 2019:5). Upaya membentengi kekuasaan dengan mekanisme represi berpotensi

menimbulkan antipati karena memang people power hidup sebagai model alternatif atas kontradiksi

otoritarianisme (Hertanto, 2019). Begitu juga sebaliknya, upaya untuk melakukan tindakan dekonstruksi kehidupan publik dengan mengatasnamakan kepentingan publik niscaya tidak akan mampu merebut perluasan simpati publik (Hertanto, 2019; Sati, 2019:5).

“Realitas diatas menunjukkan bahwa di satu sisi, tingkat respons mahasiswa terhadap

berbagai kebijakan baik pada tingkat daerah maupun pusat sangat tinggi (Hasse, 2015:46). Respons mahasiswa melalui demonstrasi menjadi ruang kontrol terhadap kebijakan dan keputusan negara yang sering dianggap tidak memihak pada kepentingan rakyat (Pratiwi, 2016:6). Keberadaan mahasiswa melalui rangkaian aksinya menegaskan keberpihakannya terhadap masyarakat (Syam, 2009:246). Hal ini kiranya tidak berlebihan karena mahasiswa pada setiap gerakannya berdasarkan kegelisahan dan kegalaun menyaksikan berbagai penyimpangan dan penderitaan di kalangan masyarakat yang harus disuarakan (Haboddin, 2017:vii). Mahasiswa mengemban fungsi media penyalur aspirasi masyarakat seltingga merekalah sebagai pihak yang dipercayakan untuk menyampaikan tuntutan dart kebutuhan masyarakat (Hasse, 2015:46).

Keberadaan gerakan mahasiswa dalam kontelasi politik dinegeri ini tak bisa dipandang sebelah mata. Diakui atau tidak, keberadaan mereka menjadi salah satu kekuatan

ynag dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (Interest Group) terutama

pengambil kebijakan, yakni negara (Alamsyah, 2017:13). Namun pada sisi lain, aksi-aksi demonstrasi yang dilakukan selama ini menunjukkan kekurang-dewasaan dalam menyampaikan aspirasi di mana aksi-aksi mereka justru cenderung melanggar hukum dan melenceng dari etika dan moralitas. Aksi atau demonstrasi tidak jarang merugikan dan menciptakan suasana kurang kondusif di kalangan masyarakat. Kekerasan yang sering terjadi memicu sikap masyarakat yang tidak simpatik lagi. Bahkan, dukungan masyarakat yang awalnya menilai gerakan mahasiswa pro-rakyat serta-merta hilang akibat ulah segelintir oknum mahasiswa yang tidak bersahabat. Sikap mahasiswa yang menjurus pada tindakan anarkis dinilai telah melenceng dari kapasitas mereka sebagai kau m terpelajar yang seharusnya menyampaikan aspirasi dengan bijak melalui cara-cara yang elegan, bukan dengan cara-cara yang terkesan memaksakan kehendak (Hasse, 2015:46) alih-alih bela negara.

Berkenaan dengan permasalahan pada latar belakang diatas, sependapat dengan Nugraheni, (2017:102) bahwa peluang-peluang penyalahgunaan apapun oleh negara baik korupsi maupun kebijakan kontroversial lainnya, yang sangat berpengaruh terhadap persepsi masyarakat terhadap realitas kehidupan, yang ujung-ujungnya dapat menimbulkan rasa frustasi, iri, dengki,

(4)

gampang menghujat, tidak menerima keadaan yang rapuh, dan pada ujungnya masyarakat (mahasiswa) kehilangan arah dan identitas diri serta menipisnya sikap belanegara dalam pertahanan dan keamanan.

Tujuan

Tujuan dari artikel ini adalah mendeskripsikan bagaimana dampak kebijakan kontroversial (RUU KUHP) yang dibuat oleh pemerintah terhadap rasa bela negara mahasiswa Pembahasan

Richard Sheridan (1751-1816) anggota Westminster Association for Reform, yang slogannya

adalah "Pemerintahan untuk rakyat, melalui rakyat," oleh rakyat. ”Pada 1794 sebuah buku Inggris

tentang Amerika oleh Thomas Cooper memasukkan pengamatan tentang sistem politiknya:“

Pemerintah adalah pemerintah rakyat, dan untuk rakyat” (Goebel, 2002; Keyes, 2007:83). Itu berarti

bahwa rakyat adalah pemerintah dan pemerintah ada untuk kepentingan rakyat (Marsh, 1996:7). tema ini tiga puluh tiga tahun sebelum Abraham Lincoln menyampaikan pidato Gettysburg, Daniel Webster berbicara tentang "pemerintahan rakyat, membuat rakyat, dibuat oleh rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat." Sebuah esai tahun 1841 tentang Revolusi Amerika oleh Asher Robbins menyimpulkan bahwa "Pemerintah yang paling kuat, paling makmur, dan paling bahagia dari semua pemerintahan adalah pemerintahan rakyat, oleh rakyat" (Keyes, 2007:83).

Kekhawatiran yang lebih luas adalah dengan otoritas politik. Ini melibatkan pertanyaan tentang bagaimana pandangan publik dan kepuasan / ketidakpuasan publik harus dipelajari (Tyler, 2013:81). ungkapan ketidakpuasan publik tetap mendominasi segenap penilaian terhadap pemerintahan. Pasalnya, segenap upaya pemerintah secara langsung belum menyentuh keseharian ekonomi masyarakat (Purba, 2016:211). realisasi tingkat ketidakpuasan publik seharusnya menjadikan konsep pemikiran 'bergabung' untuk menciptakan kembali cara pemerintah menyusun diri untuk menyusun dan melakukan kebijakan dan menyediakan layanan menawarkan peluang paling signifikan bagi disiplin ilmu terkait informasi dan pengetahuan untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan model operasi sektor publik yang berpusat pada warga negara, efisien, dan efektif (Milner, 2002:12), akan tetapi pemerintah sendiri cenderung membuat kebijakan kontroversi yang tidak berpihak kepada rakyat dan banyak mnimbulkan kontroversi, protes, dan memuat sejumlah kontradiksi secara material itu dapat dipastikan (Makinuddin, 2006:157).

Program atau kebijakan pemerintah apa pun harus dilihat melalui kerangka kerja bagaimana hal itu memengaruhi atau membentuk hubungan yang dimiliki anggota masyarakat dengan pemerintah (Tyler, 2013:81). Ini juga berlaku bagi otoritas lokal yang memiliki kontak dengan warga masyarakat, dan otoritas hukum dan politik tingkat nasional (Tyler, 2013:81)

sebagaimana Syafiie dalam Tahir, (2014:38) mendefenisikan “kebijakan publik adalah semacam

jawaban terhadap suatu masalah karena akan merupakan upaya memecahkan, mengurangi, dan mencegah suatu keburukan serta sebaliknya menjadi penganjur, inovasi, dan pemuka terjadinya kebaikan dengan cara terbaik dan tindakan terarah (Gobel & Koton, 2017:21), kebijakan dipandang sebagai suatu cara dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya, yaitu program dan mekanisme dalam mencapai produknya, dan sebagai suatu kerangka kerja, kebijakan merupakan suatu proses tawar menawar dan negosiasi untuk merumus isu-isu dan metode implementasinya (Tahir, 2014:39).

Pemerintah sangat bergantung pada kerja sama sukarela seperti itu dari warga negara (Tyler 2002; 2013:81). Kami ingin warga negara untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam banyak hal, termasuk untuk secara sukarela mematuhi hukum (Tyler 2006a), untuk membantu

(5)

seperti berkelahi di perang (Levi 1997) dan membayar pajak (Scholz dan l.ubcll 1998: Scholz dan Pinney 1995), dan untuk secara umum terlibat dalam komunitas mereka dan dalam proses politik

(Putnam 1993 dalam Tyler, 2013:81). “Semua perilaku ini dibentuk oleh pandangan publik tentang

pemerintah dan kebijakan serta tindakannya. Saya akan berpendapat bahwa pandangan ini adalah motivasi sosial dan bahwa kebijakan dan tindakan pemerintah perlu dilihat melalui lensa tentang bagaimana mereka membentuk hubungan sosial antara orang-orang dan pemerintah mereka. Karena mendukung perilaku kooperatif seperti itu di pihak warga negara, saya akan berpendapat

bahwa motivasi sosial membantu sistem politik menjadi lebih efektif dan layak” (Tyler, 2013:81).

Demokrasi itu menempatkan rakyat sebagai kedaulatan tertinggi (Winarno, 2019:14). Sangat mungkin dilupakan pada kondisi saat ini (Sasono, 2008:203). Slogan dalam demokrasi suara rakyat adalah suara Tuhan (Vox Populi Vox Dei) (Schulte Nordholt, & Van Klinken, 2007:116; Mubarak, 2019:325) menempatkan suara penjahat setara dengan suara ulama atau cendekiawan (pen) (Artawijaya, 2010:31). Demokrasi kemudian dapat menjadi slogan indah yang dalam kenyataannya menjadi omong kosong belaka. Suara rakyat yang seharusnya menjadi representasi kemauan rakyat, dalam kenyataannya berubah menjadi suara individu anggota parlemen ketika suara itu ... (Amin, 2007). Demokrasi itu harus menjamin ruang terbuka bagi kebebasan publik. Karena praktik demokrasi yang baik itu menghendaki partisipasi masyarakat (Winarno, 2019:14) cenderung menekan rakyat (Juliantoro, 1998:100; Waluyo & Syahruddin, 2002; Djojosoekarto & Sandjaja, 2008:121)

Demonstrasi sebagai salah satu wujud partisipasi masyarakat berfungsi sebagai alat kontrol demokrasi harus benar-benar menjalankan fungsinya, bukan menjadi komoditas ekonomi. Sehingga muncul demonstrasi bayaran, dengan tuntutan yang disuarakan hanya untuk kepentingan pribadi dan sekelompok orang (Hertanto, 2019).

Menurut Muhammad (2009) “ketika politik jatuh menjadi semata-mata persaingan rutin

mengejar kuasa dengan berbagai cara, demokrasi jadi nasib buruk yang tak dapat ditampik. Ulah para anggota DPR yang korup, politikus yang hanya berkhidmat kursi, dan partai-partai yang

terlampau egoistis mengejar kepentingannya membuat harapan pada demokrasi jadi retak”.

Segala kemungkaran tak boleh didiamkan. Untuk itu rakyat, mahasiswa, pers, dan semua elemen bangsa harus selalu mengontrol pemerintah. Ketika ada kebijakan yang mungkar karena tak berpihak pada rakyat, maka sudah semestinya kemungkaran itu dilawan. Demonstrasi adalah salah satu saja dari sekian banyak cara dalam menyalurkan aspirasi dan perlawanan. Kita masih ingat tumbangnya rezim Orde Baru karena demonstrasi yang digelar besar-besaran oleh

mahasiswa” (Winarno, 2019).

Demonstrasi mahasiswa telah terbukti mampu meruntuhkan rezim Presiden Soeharto. (Fachruddin, 2000) Semenjak itu, demonstrasi yang dilakukan mahasiswa punya kekuatan yang sangat diperhitungkan oleh penguasa. Akhirnya demonstrasi banyak dipilih sekelompok orang sebagai sarana untuk mengomunikasikan pesan tertentu dan sarana penyaluran aspirasi. Namun dalam beberapa kasus, sejumlah demonstrasi dibarengi dengan kerusuhan dan anarkis. Dalam demokrasi suara rakyat harus di dengar. Saluran-saluran aspirasi rakyat tak boleh dibuntu. Segala bentuk aspirasi rakyat harus ditampung dan diakomodasi. Aksi demonstrasi merupakan salah satu refleksi dari proses demokrasi. Semua pihak seharusnya tak alergi dengan demonstrasi. Pelaku demonstrasi juga harus melakukan aksinya dengan bertanggungjawab. Demonstrasi bukan sarana anut grubyuk dan tak jelas apa yang sedang diperjuangkan.Saat ini para mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat berdemonstrasi di beberapa daerah menolak sejumlah RUU yang kontroversi. Dalam menyampaikan aspirasi hendaknya mahasiswa sebagai kaum intelektual selalu

(6)

menunjukkan sikap kritis dengan cara-cara yang intelek, elegan, dan bijaksana. Para demonstran harus memegang teguh prinsip etis, analitis (memahami persoalan), dan harus diikuti dengan pernyataan solutif sebagai masukan dan saran atas permasalahan yang ada (Winarno, 2019) Kesimpulan

Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kebijakan pemerintah hendaknya berpihak kepada rakyat, karena notabene pemeritah

demokrasi dalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

2. Tujuan utama dari penegakan hukum adalah mewujudkan kebenaran dan keadilan. Selama

aparat penegak hukum tidak mengubah pemikiran bahwa tujuan utama dari penegakan hukum pidana adalah untuk menwujudkan kebenaran dan keadilan, maka pelaksanaan KUHP akan tetap terjadi kontroversi.

3. RUU yang dibahas dan UU yang disahkan diakhir masa jabatan anggota dewan menuai

kontroversi, dan mengundang banyak kontroversi dari berbagai lapisan masyarakat Indonesia tak terkecuali para mahasiswa yang dengan alasan bela negara melakukan demo serentak menuntut dibatalkannya beberapa poin RUU KUHP yang dianggap tidak masuk akal dan menguntungkan pihak tertentu.

4. Penolakan mahasiswa dengan dalih bela negara dengan melakukan kontrol demokrasi melalui

demonstrasi penolakan kebijakan kontroversial RUU KUHP diindikasikan ditunggangi oleh berbagai kepentingan sehingga kedepan kontrol demokrasi harus benar-benar menjalankan fungsinya, bukan menjadi komoditas ekonomi seperti demonstrasi bayaran, dengan tuntutan yang disuarakan hanya untuk kepentingan pribadi dan sekelompok orang.

Daftar Pustaka

Alamsyah, D. (2017). Reformulasi Gerakan Mahasiswa Fakultas Ushuluddi, Filsafat dan Politik dalam Suksesi Pemilihan Dewan Mahasiswa Tahun 2015/2016 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Alina Kaczorowska-Ireland, (2015). Public International Law. Routledge,

Amin, M., (2007). Dilema demokrasi: ketika pesta rakyat bukan untuk rakyat. Pustaka Pelajar.

Artawijaya, (2010). Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara. Tim Pustaka Al-Kautsar

Assefa, S. K. (2010). Criminal Procedure Law: Principles, Rules and Practices. Xlibris Corporation. Atmasasmita, R., Meliala, A. S., & Takariawan, A. (2001). Reformasi hukum, hak asasi manusia &

penegakan hukum. Mandar Maju.

Basyir, A. (2014). Pentingnya Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan

Perundangundangan Untuk Mewujudkan Hukum Aspiratif Dan Responsif. Jurnal Ius,

2(5).

Dari, S. I. A. W. (2019). Cara Pandang Pancasila Dalam Generasi Milenial. osf.io

Djojosoekarto, A., & Sandjaja, U. (2008). Transformasi demokratis partai politik di Indonesia: model, strategi, dan praktek. Partnership for Governance Reform dan Strategic Transformation Institute.

Fachruddin, A. (2000). Jihad sang demonstran: pergulatan politik dan ideologi Eggi Sudjana dari era Soeharto hingga era Gus Dur. Raja Grafindo Persada.

(7)

Publik. Deepublish.

Goebel, T. (2002). A government by the people: Direct democracy in America, 1890-1940. Univ of North

Carolina Press.

Haboddin, M. (2017). Ketika Mahasiswa Bicara Pilkada. Universitas Brawijaya Press.

Hasse, J. (2015). Anarkisme Demonstrasi Mahasiswa: Studi Kasus Pada Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/1146/PNLT822.pdf?sequence= 1&isAllowed=y

Hemmens, C., Brody, D. C., & Spohn, C. (2019). Criminal courts: A contemporary perspective. Sage Publications.

Hertanto, Y., (2019). Ruang Gelap Tafsir "People Power" (online)

https://www.kompasiana.com/yudhihertanto/5cdae14e7506577eb90ec0a4/ruang-gelap-tafsir-people-power?page=all diakses Agustus 2019.

Hidayat, K., & Widjanarko, P. (2008). Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa.

PT Mizan Publika.

Irianto, S. (Ed.). (2009). Metode Peneltian Hukum: Konstelasi dan Refleksi. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Italiani, F. (2019). Pancasila Tonggak Masa Depan di Era Milenial. osf.io

Izomiddin, (2018). Pemikiran dan Filsafat Hukum Islam. Kencana

Jannah, M. (2019, November). Hegemoni kekuasaan pada masyarakat madura dalam kumpulan

cerpen celurit hujan panas karya zainul muttaqin. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan

Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 3, No. 2).

Jonaedi Efendi, S. H. I., Johnny Ibrahim, S. H., & SE, M. (2018). Metode Penelitian Hukum: Normatif

dan Empiris. Prenada Media.

Juliantoro, D. (1998). Meretas jalan demokrasi. Penerbit Kanisius.

Keyes, R. (2007). The quote verifier: Who said what, where, and when. St. Martin's Griffin.

Makinuddin, (2006). Analisis sosial: bersaksi dalam advokasi irigasi. Yayasan Obor Indonesia.

Marsh, C., (1996). California Government!. Carole Marsh Books

McDonald, G. K. (2000). Substantive and Procedural Aspects of International Criminal Law: The

Experience of International and National Courts: Materials (Vol. 2). BRILL.

Milner, E. (2002). Managing information and knowledge in the public sector. Routledge.

Mohamad, G., (2009). Demokrasi, Kecewa dan Harapan. Pusat Studi Agama dan Demokrasi (Pusad),

Yayasan Paramadina

Morgenthau, H. J., & Thompson, K. W. (2010). Politik antarbangsa. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Mubarak, H. Z. (2019). Islam Faktual: Ajaran, Pemikiran, Pendidikan, Politik dan Terorisme (Vol. 1).

zakimu. com.

(8)

Nugraheni, H., (2017). Mahasiswa Pelopor Gerakan Antikorupsi. Deepublish

Pratiwi, F. D. (2016). Benih Anarkisme Mahasiswa dan Media Sosial (Analisis Isi Pesan Twitter

Mahasiswa Fishum Uin Yogyakarta). Profetik: Jurnal Komunikasi, 6(2).

Purba, D. (2016). Menuju Indonesia Baru Jilid 1. GUEPEDIA.

Rachman, A. (2016). Hukum Perselisihan Partai Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sasono, A. (2008). Rakyat bangkit bangun martabat. Pustaka Alvabet.

Sati, A. (2019). People power ditinjau dari Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah. Jurnal el-Qonuniy: Jurnal Ilmu-ilmu Kesyari'ahan dan Pranata Sosial, 5(1), 1-16.

Schulte Nordholt, H., & Van Klinken, G. (2007). Renegotiating boundaries: local politics in post-Suharto Indonesia. Brill.

Siombo, M. R., & SH, M. (2019). Dasar-Dasar Hukum Lingkungan dan Kearifan Lokal Masyarakat. Penerbit Atma Jaya.

Sutrisman, D.. (2019). Pendidikan Politik, Persepsi, Kepemimpinan, Dan Mahasiswa. GUEPEDIA

Syam, N. (2009). Tantangan multikulturalisme Indonesia: Dari radikalisme menuju kebangsaan. Kanisius.

Tahir, A. (2014). Kebijakan publik dan transparansi penyelenggaraan pemerintahan daerah. PATEN, 8(89).

Tarigan, I. J. (2017). Peran Badan Narkotika Nasional dengan Organisasi Sosial Kemasyarakatan dalam Penanganan Pelaku Penyalahgunaan Narkotika. Deepublish.

Tyler, T. R. (2013). Why people cooperate: The role of social motivations. Princeton University Press. Urbina, S. (2002). Legal method and the rule of law (Vol. 59). Springer Science & Business Media. Wahyuni, S., Risa, Y., & Citra, H. (2017). Tindak Pidana Persetubuhan Terhadap Anak Dibawah

Umur Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Normative Jurnal Ilmiah Hukum, 5(2 November), 38-52.

Waluyo, E., & Syahruddin, Y. S. (2002). Reformasi kepemimpinan: wacana sosial politik dan demokrasi.

Chisva Global Lestari.

Widener University School of Law (2006). Widener Law Review, Volume 13

Winarno, S. (2019). Demokrasi, Demonstrasi dan Demo Crazy. Arsip Publikasi Ilmiah Biro

Administrasi Akademik. research-report.umm.ac.id

Yanto, O. (2010). Mafia hukum: membongkar konspirasi dan manipulasi hukum di Indonesia. PT Niaga Swadaya.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/1146/PNLT822.pdf?sequence=1&isAllowed=y https://www.kompasiana.com/yudhihertanto/5cdae14e7506577eb90ec0a4/ruang-gelap-tafsir-people-power?page=all

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhao, Zhang & Xu (2016) yang menemukan bahwa seseorang yang memiliki skor tinggi pada Dark

Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang beton

Keuntungan utama dari analisis menggunakan ICP dibanding dengan instrumen yang menggunakan sumber eksitasi lain adalah kemampuannya untuk efisiensi dan kebolehulangan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu atau sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses

Dalam fragmen lain, Mangunwijaya juga menyebutkan peran Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri pada masa tersebut.. Peran sebagai perdana menteri yang terdapat dalam Burung-burung

Sebagaimana telah singgung, setelah majelis hakim memutus perkara, Asisten Hakim Agung yang ditunjuk untuk menjadi Panitera Pengganti dalam perkara tersebut biasanya membuat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai layanan yang dianggap penting dan yang dirasakan oleh peserta mandiri BPJS terhadap Faskes Tk.I di Kota Bandung

Kegiatan dilakukan selama praktek PPL mendapat sambutan yang baik dari Gembala, pengerja, dan jemaat GSY Rajawali Sintang yang mau bekerja sama untuk melaksanakan