• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Litofasies dan Sistem Terumbu Batuan Karbonat Berdasarkan Data Log dan Core, Cekungan Banggai, Sulawesi Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Litofasies dan Sistem Terumbu Batuan Karbonat Berdasarkan Data Log dan Core, Cekungan Banggai, Sulawesi Tengah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

41

Analisis Litofasies dan Sistem Terumbu Batuan Karbonat

Berdasarkan Data Log dan Core, Cekungan Banggai, Sulawesi

Tengah

Analysis of Lithofacies and Carbonates Reefal System Based on Log and Core

Data, in Banggai Sub-basin, Central Sulawesi”

Fachry Muhammad

1,*

, Benyamin

1

, Firman Herdiansyah

1

1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta Barat, 11440, Indonesia

*)Email korespondensi: Fachrymuhammad17@gmail.com

Sari. Lokasi daerah penelitian berada pada lapangan “FM” terletak pada Cekungan Banggai, Sulawesi Tengah.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi fasies dan lingkungan pengendapan yang berkembang pada Anggota Mentawa yang berada di Formasi Minahaki yang merupakan suatu reef system pada batuan karbonat. Metodologi penelitian yang dilakukan yaitu dengan cara analisis kuantitatif menggunakan data log dan analisis fasies menggunakan data petrografi dan mudlog. Dari hasil analisis kuantitatif berupa peta kedalaman daerah penelitian dan hasil analisis litofasies berdasarkan deksripsi dari litologi yang terdapat pada seluruh sumur terbagi menjadi beberapa fasies yaitu fasies mudstone, fasies wackstone, fasies skeletal wackstone, fasies skeletal packstone dan fasies coarse skeletal wackstone-packstone. Lingkungan pengendapan pada sistem terumbu yang berkembang berdasarkan jenis dari fasies dan biota yang hadir pada daerah penelitian diperkirakan diendapakan pada lingkungan back reef lagoon dan fore reef. Berdasarkan hasil analisis lingkungan pengendapan tersebut menunjukan geometri dari sistem terumbu yaitu isolated reef.

Kata kunci : Anggota Mentawa; Batuan Karbonat; Fasies; Lingkungan Pengendapan; Sistem Terumbu.

Abstract. The "FM" observation field is located in the Banggai Basin, Central Sulawesi. The purpose of this research to identify facies and depositional environments that developed in Mentawa Members in the Minahaki Formation which represent a reef system in carbonate rocks. The methodology of research carried out are by quantitative analysis using log data and facies analysis using petrographic data and mudlog. The results from quantitative analysis are depth maps in the research area and the results of lithofacies analysis based on the description of lithology from each well, it is divided into facies namely mudstone facies, wackstone facies, skeletal wackstone facies, skeletal packstone facies and skeletal wackstone-packstone coarse facies. The depositional environment at reef system that develops based on the type of facies and biota present in the study area is indicated to be deposited on the back of the reef lagoon and fore reef. Based on the results of the analysis of the depositional environment, it show the geometry of the reef system is isolated reef.

Keywords: Carbonate Rocks, Depositional Environment, Facies, Mentawa Member, Reef System.

PENDAHULUAN

Kebutuhan energi minyak dan gas bumi dari

tahun ke tahun semakin meningkat. Perlu adanya resolusi dan peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan energi untuk

masyarakat Indonesia. Pada umumnya

reservoir yang berkembang untuk produksi minyak dan gas bumi pada masa kini di

dominasi oleh batuan karbonat sebanyak 60%. Batuan karbonat ini adalah batuan sedimen yang memiliki heterogenitas yang sangat

tinggi. Maka dari itu dibutuhkan special

treatment untuk mengetahui karakter dari

reservoir karbonat ini. Sebelum melakukan ekploitasi dan produksi minyak dan gas bumi harus mengkaji karakter dari reservoir tersebut dalam segi fasies dan lingkungan pengendapan

(2)

42

yang berkembang pada daerah ini, tepatnya ada di Anggota Mentawa, Formasi Minahaki. Fasies dan lingkungan pengendapan sangat

mempengaruhi karakter dari konten

hidrokarbon yang hadir pada reservoir. Maka dari itu hasil analisis fasies dan lingkungan pengedapan bisa menjadi studi perbandingan dan acuan untuk eksplorasi minyak dan gas bumi di Cekungan Banggai.

GEOLOGI REGIONAL

Cekungan Banggai terletak di selatan bagian

timur dari Pulau Sulawesi dan disebelah barat dari Pulau Banggai di Indonesia. Cekungan ini terletak dominan di lepas pantai di utara Laut Banda, pada lokasi di darat menunjukan hanya 18% dari permukaan cekungan. Cekungan Banggai berbentuk segitiga. Zona Patahan Manui membentuk batas cekungan diarah barat daya. Pada batas cekungan barat laut dibatasi

oleh Zona Patahan Batui dan ophiolite belt dari

timur Sulawesi.

Mikrokontinen Banggai-Sula

diinterpretasikan hasil dari pemisahan

Gondwana pada Masa Mesozoikum.

Pemisahan lempeng tersebut mengalami

pemekaran ke arah barat dan akhirnya berhubungan dengan lempeng mikro pada bagian tepian dan saat ini lempeng tersebut yaitu Sulawesi Barat. Sedimentasi yang terjadi

yaitu pasif terjadi pada Zaman Kapur sampai

Paleogen, sedimentasi ini terjadi karena proses pemekaran lempeng mikrokontinen. Data

analog berupa singkapan hadir di permukaan

dan didukung dengan adanya data well bahwa

diagenesa dari batuan karbonat dimulai pada

Kala Eosen di bagian selatan dan barat sedangkan pada bagian timur sedimentasi karbonat tidak terlalu jelas dan diagenesa tersebut terjadi pada Kala Miosen. Keadaan batuan karbonat yang intensif berada pada

paparan atau shelf dan adanya pertumbuhan

patch reef atau terumbu karang yang

mengelilingi dari wilayah ini selama Kala Miosen. Klasifikasi Cekungan Banggai ke

dalam tipe Thrust Fold Belt Basin. Karena

adanya tumbukan akibat adanya kontrol gaya tektonik dari mikrokontinen Banggai-Sula yang

bertumbukan dengan Ophiolit Belt di bagian

timur Sulawesi terbentuk adanya sesar normal, imbrikasi dari sesar naik dan wrench fault, seluruh sesar tersebut adalah sesar yang

berperan dan mempengaruhi Cekungan

Banggai. Cekungan ini cukup unik karena cekungan disebelahnya seperti Pulau Seram, Buton dan sebagainya tidak memiliki potensi hidrokarbon yang baik.

Stratigrafi pada Pulau Banggai-Sula relatif sederhana menurut (Supandjono & Haryono 1993; Surono & Sukarna 1993; Garrard dkk.

1988). Pada bagian basement dari Pulau

Banggai terdiri dari batuan metamorfik yang memiliki umur Paleogen dan di intrusi oleh batuan granite pada umur Perm-Triassic dan terendapkan batuan vulkanik berkomposisi

asam. Kompleks pada basement diatasnya

terendapkan oleh batuan klastik laut dangkal. Stratigrafi Cekungan Banggai terdiri atas

sedimen Pra-Tersier sampai sedimen Tersier.

Batuan dasar penyusun Cekungan Banggai

Pra-Tersier terdiri atas sekis mika, kwarsit dan

(3)

43

atau tidak selaras dengan Kelompok Salodik yang berumur Tersier di mikrokontinen Banggai-Sula. Grup Salodik terdiri atas beberapa formasi yakni Formasi Tomori, Formasi Matindok, Formasi Minahaki dan Anggota Mentawa. Setelah itu terjadinya

Thrust Fault yang mengakibatkan tidak adanya

pengendapan setelah Kelompok Salodik. Radiometrik sekis mika pada batuan dasar menunjukan bahwa umur absolut pada batuan

dasar yaitu Pra-Tersier. Berikut adalah susunan

stratigrafi Cekungan Banggai dari tua ke muda. (Gambar 1).

METODE PENELITIAN

Wireline Log

Wireline log adalah suatu alat dan metode

untuk interpretasi yang masih terus

dikembangkan sampai saat ini dalam guna mendapatkan akurasi dan ketepatan yang lebih

baik. Wireline log ini sebagai alat yang dipakai

oleh ahli geologi minyak untuk membuat keputusan interpretasi dari keadaan dibawah

Gambar 1. Stratigrafi Cekungan Banggai

continental microplate (Pertamina-BPPKA, 1996).

permukaan. Pada umumnya alat logging di

open bawah permukaan yang terdiri atas

pengukuran mekanik, pengukuran spontaneous dan pengukuran sifat listrik (Malcolm Rider,

1996). Setiap pengukuran mempunyai tipe log

tersendiri.

Fasies dan Lingkungan Pengendapan Fasies adalah suatu sifat fisika, kimia atau biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu. Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan berbeda fasies, kalau kedua batuan tersebut berbeda ciri fisik, kimia atau biologinya. (Sandi Stratigrafi Indonesia 1996). Lingkungan pengendapan dari sistem terumbu pada daerah penelitian mengacu pada model dari Luis Pomar (2004). Model tersebut membagi lingkungan pengendapan pada batuan karbonat berdasarkan jenis batuan karbonat atau fasies, struktur dan kandungan biota yang hadir pada batuan karbonat tersebut. Fasies dan lingkungan pengendapan karbonat berdasarkan klasifikasi Luis Pomar (2004) membahas tentang reef system yang dimana secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian yaitu pada

back reef lagoon terbagi menjadi inner back

reef lagoon dan outer back reef lagoon,

kemudian reef core dan fore reef. Pembagian tersebut difokuskan melihat kandungan biota yang hadir pada batuan karbonat karena untuk jenis litologi batuan karbonat yang hadir bervariasi. (Gambar 2).

(4)

44

Gambar 2. Klasifikasi reef system pada batuan karbonat (Luis Pomar, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada dasarnya kelengkapan suatu data akan memberikan pengaruh terhadap hasil dari penelitian. Semakin lengkap data yang tersedia maka penelitian ini semakin akurat. Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari PT. Medco E&P Indonesia. Data yang digunakan

adalah data wireline log untuk mengetahui zona

reservoir daerah penelitian dan data core yaitu

data petrografi dan mudlog di 5 (lima) sumur pada daerah penelitian.

Analisis Kualitatif

Pada

analisis ini dilakukan dengan

mengamati karakter dari wireline log yang

terdiri dari log gamma ray, log NPHI, log

RHOB untuk mengetahui jenis litologi pada daerah penelitian.

Interpretasi Litologi

Untuk menentukan jenis litologi dapat dilihat

dari log gamma ray, log densitas (RHOB) dan

log neutron (NPHI). Pada parameter gamma

ray apabila memiliki nilai API yang rendah

menunjukan bahwa batuan tersebut non-shale

dan apabila nilai gamma ray (API) tinggi

menunjukan bahwa batuan tersebut shale.

Untuk mengetahui jenis litologi pada log sumur

tersebut digunakan pendekatan dengan

crossplot antara log neutron (NPHI) dan log

densitas (RHOB) dan dilakukan overprint

dengan chart dari Schlumberger (2009) untuk

menentukan jenis litologi pada daerah

penelitian. (Gambar 3)

Gambar 3. Crossplot log NPHI dengan log RHOB untuk jenis litologi (Muhammad, 2019).

Korelasi Struktur

Pada dasarnya korelasi adalah

menghubungkan kesamaan waktu dari setiap

batuan dibawah permukaan maupun

dipermukaan. Pada korelasi struktur yang

dimana mempunyai datum yaitu mean sea level

dan analisis ini mengikuti konfigurasi

struktural yang ada di setiap sumur daerah penelitian. Korelasi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari kedalaman di daerah penelitian yang dikontrol sumur yang ada. Kemudian korelasi ini juga sebagai dasar pembuatan peta kedalaman karena memberikan informasi berupa nilai kedalaman yang di

(5)

45

lewati oleh lintasan korelasi pada daerah penelitian. (Gambar 4).

Posisi pada kelima sumur tersebut dapat

dilihat dari peta kedalaman yang telah dianalisis. Untuk mengkarakterisasi reservoir

posisi tersebut sangat penting untuk

menyebarkan fasies lingkungan pengendapan. Maka dari itu peta kedalaman ini sebagai peta

dasar untuk membuat peta lingkungan

pengendapan sistem terumbu. Kemudian tidak hanya itu peta kedalaman ini berfungsi sebagai kontrol dalam membuat penyebaran sistem terumbu pada daerah penelitian secara dua dimensi (Gambar 5).

Analisis Litofasies

Analisis litofasies pada zona reservoir daerah

Gambar 4. Korelasi struktur pada zona reservoir (Muhammad, 2019)

penelitian ini menggunakan beberapa data

yang terdiri atas data petrografi dan

deskripsi

mudlog

di setiap sumur. Pada

penelitian ini terbagi menjadi 5 (lima)

fasies yang terdiri atas:

1. Fasies Mudstone

Pada fasies mudstone ditentukan dari

deskripsi yang terdapat pada mudlog FM-7

yang memiliki deskripsi yaitu pada bagian

atas memiliki limestone yaitu mudstone,

berwarna cream keputihan, kekompakan

sedang sampai kompak, struktur sub-blocky

sampai blocky. Kemudian pada bagian

bawah memiliki limestone yaitu

wackstone-mudstone berwarna putih kekuningan,

kekerasan medium hard to hard dan fabric

(6)

46

limestone dari bagian atas dan bagian bawah

di dominasi oleh mudstone (Gambar 6).

Gambar 5. Peta kedalaman daerah penelitian (Muhammad, 2019).

2. Fasies Wackstone

Pada fasies wackstone ditentukan dari

deskripsi yang terdapat pada mudlog FM-1 yang memiliki deskripsi yaitu pada bagian

atas memiliki deskripsi limestone yaitu

wackstone, berwarna kuning keputihan,

kompakan sedang sampai kompak,

memiliki bentuk butir angular -

subrounded, hadir intergranular porosity,

adanya jejak shell fragment, Cellanthus,

jejak kalsit yang terkristaliasasi, Milliolids, jejak pyrite, dan sedikit adanya interpraticle

porosity (Gambar 7).

3. Fasies Skeletal Wackstone

Pada fasies skeletal wackstone ditentukan

dari deskripsi sayatan tipis pada sumur FM-2ST yang memiliki deskripsi yaitu skeletal

wackstone yang terdiri atas Lepidocyclina

foram bentonik, fragmen alga, Moluska,

Elphidium, foram bentonik kecil, Echinoid,

Ostracoda dan adanya vuggy porosity

(Gambar 8).

4. Fasies Skeletal Packstone

Pada fasies skeletal packstone ditentukan dari deskripsi sayatan tipis pada sumur

FM-2ST yang memiliki deskripsi skeletal

packstone yang terdiri atas corraline alga

sticks, Ostracoda, sebagian matriks telah

tersementasi oleh dolomite dan

(7)

47

(8)

48

(9)

49

5. Fasies Coarse Skeletal Wackstone -

Packstone

Pada fasies coarse skeletal

wackstone-packstone ditentukan dari deskripsi sayatan

tipis pada sumur FM-4 yang memiliki deskripsi

yaitu coarse skeletal wackstone - packstone

yang terdiri atas Spiroclypeus, Lepidocyclina,

fragmen red alga, Nummulites, fragmen

Bryozoan, Bivalve fragments, Ostracods dan

adanya intergranular porosity (Gambar 10).

Analisis Sistem Terumbu

Analisis sistem terumbu ini digunakan dari seluruh data yang telah dianalisis yang terdiri dari fasies yang berkembang dan peta kedalaman yang telah dibuat. Peta kedalaman tersebut berperan sebagai kontrol untuk penyebaran dari sistem terumbu daerah

penelitian. Analisis ini mengacu pada

klasifikasi

reefsystem pada batuan karbonat menurut Luis

Pomar (2004).

Berdasarkan hasil deskripsi mudlog pada

sumur FM-1, FM-5 dan FM-7 yang didominasi

oleh batugamping wackstone dan adanya

batugamping mudstone. Kemudian hadirnya

banyak fosil bentonik serta adanya Milliolids. Maka menurut klasifikasi Luis Pomar (2004)

fasies ini termasuk dalam back reef lagoon.

Kemudian

pada

sumur

FM-2ST

berdasarkan dari deskripsi sayatan tipis

tersebut yang didominasi oleh

skeletal

wackstone

dan

skeletal packstone

dan

adanya

Echinoid

yang hadir maka menurut

klasifikasi Luis Pomar (2004) fasies ini

termasuk dalam

back reef lagoon

.

Kemudian

pada

sumur

FM-4

berdasarkan dari deskripsi sayatan tipis

tersebut yang didominasi oleh

Coarse

skeletal wackstone

dan

packstone

Gambar 8. Sayatan tipis skeletal wackstone pada sumur FM-2ST (Muhammad, 2019). Depth 5929.8 feet

(10)

50

Gambar 9. Sayatan tipis skeletal packstone pada sumur FM-2ST (Muhammad, 2019).

Gambar 10. Sayatan tipis coarse skeletal wackstone- packstone pada sumur FM-4 (Muhammad, 2019). Depth 5920.8 feet

(11)

51

serta adanya corraline red alga yang hadir

maka menurut klasifikasi Luis Pomar (2004)

fasies ini termasuk dalam fore reef. Kemudian

didukung oleh bioclastic debris yang dapat

mendukung interpretasi fasies ini karena

endapan debris hanya bisa terbentuk di slope

akibat adanya pengaruh arus turbulen. Maka dari itu pada sumur FM-1, FM-5, FM-7 dan FM-2ST menurut klasifikasi Luis Pomar

(2004) termasuk dalam sistem terumbu back

reef lagoon dan pada sumur FM-4 termasuk

kedalam fore reef.

Kemudian penyebaran lateral sistem

terumbu pada daerah penelitian didistribusikan pada peta secara dua dimensi. (Gambar 11)

Gambar 11. Peta sistem reef zona reservoir lapangan “FM” (Muhammad, 2019).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pembahasan analisis

litofasies dan sistem terumbu di daerah penelitian maka dapat disimpulkan bahwa fasies yang berkembang terdiri atas 5 (lima) fasies berdasarkan hasil deskripsi litologi pada

mudlog dan data petrografi yaitu fasies

mudstone, fasies wackstone, fasies skeletal

wackstone, fasies skeletal packstone dan fasies

coarse skeletal wackstone-packstone.

Kemudian lingkungan pengendapan pada sistem terumbu di daerah penelitian yang berkembang berdasarkan jenis dari fasies dan

biota serta mengacu pada klasifikasi reef system

dari Luis Pomar (2004) diperkirakan

diendapakan pada lingkungan back reef lagoon

dan fore reef. Adanya interpretasi sistem

terumbu yaitu reef core untuk melengkapi

model suatu sistem terumbu yang ideal dan geometri dari sistem terumbu daerah penelitian yaitu isolated reef.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Benyamin, M.T., selaku dosen

pembimbing utama tugas akhir penulis.

2. Bapak Firman Herdiansyah, S.T, M.T.,

selaku dosen pembimbing pendamping tugas akhir penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Fajar Hendrasto, Dipl.Geol

selaku Ketua Program Studi Teknik Geologi serta selaku Dosen Wali penulis.

(12)

52

4. Mba Andika Widyasari, selaku Pembimbing

Teknis dari PT. Medco E&P Indonesia,

5. Orang tua penulis Papa Asep Burhanudin,

Mama Nina Handayani yang selalu menopang dalam doa dan memberikan dukungan penuh untuk penulis.

6. Rekan-rekan Geologi 2015.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dunham, R.J. 1962. Classification of

carbonate rocks according to depositional

texture. AAPG Memoir 1.

2. Garrard, R.A., Supandjono, J.B., and

Surono, 1988. The geology of the

Banggai-Sula Microcontinent, Eastern Indonesia.

Proceeding. 17th Annual Conference.

Indonesia Petroleum Association, Jakarta.

3. IAGI. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia.

Jakarta: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

4. Muhammad, Fachry. 2019. Carbonate

Reservoir Characterization Based On Rock

Typing Analysis Mentawa Member,

Minahaki Formation, Fm Field Banggai

Basin, Central Sulawesi. Trisakti

University. (Tidak Publikasi)

5. Pomar, Luis. 2004. The Late Miocene Reef

Complex. Mallorca, Universitat Illes

Balears.

6. Rider, Malcolm. 1996. The Geological

Interpretation of Well Logs 2nd Edition,

Scotland: Whittles Publishing.

7.

Schlumberger. 2009. Log Interpretation

Gambar

Gambar 1. Stratigrafi Cekungan Banggai
Gambar  2.  Klasifikasi  reef  system  pada  batuan
Gambar 4.  Korelasi struktur pada zona reservoir (Muhammad, 2019)  penelitian  ini  menggunakan  beberapa  data
Gambar 5. Peta kedalaman daerah penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

3.2.2.6 Pembuatan Penampang Stratigrafi Stratigrafi dan Peta Bawah Permukaan

28 Peta distribusi fasies intertidal mixed flat pada Duri batupasir A. 29 Peta distribusi fasies intertidal mixed flat pada Duri

Dari hasil deskripsi coring pada masing-masing sumur pemboran ma- ka daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat kelompok fasies ber- dasarkan litologi yang dominan, yaitu:

Bab IV ini berisi mengenai analisis data yang meliputi penentuan zona hidrokarbon berdasarkan analisis kualitatif dan kuantitatif, pemerian litologi yang dibantu dari

Pengukuran data resistivitas dilakukan di enam titik lokasi yang diperkirakan prospek mengandung pasir atau bijih besi berdasarkan peta anomali magnetik lokal daerah penelitian.

Hasil analisis kualitatif ( Gambar 4 ) menyatakan bahwa, dari empat sumur yang digunakan sebagai input pengolahan data seismik terdapat dua sumur yang

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik petrologis batuan basemen pra-Tersier secara detail berdasarkan data hasil analisis oksida-oksida

Hasil analisis peruntukan ruang kawasan perkebunan yang terdapat dalam peta rencana yang disusun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah sudah sesuai jika