• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam Menanggapi Tuduhan Atas Pelanggaran Ham Di Papua Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam Menanggapi Tuduhan Atas Pelanggaran Ham Di Papua Chapter III V"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINDAKAN DIPLOMASI YANG DILAKUKAN PEMERINTAH INDONESIA SERTA TUJUAN DAN FUNGSI DIPLOMASI

A. Pengertian Diplomasi

Diplomasi dapat didefinisikan sebagai seni dan praktik negosiasi antara

wakil-wakil dari negara atau sekelompok negara.Kata diplomasi sendiri biasanya

langsung terkait dengan diplomasi internasional yang biasanya mengurus berbagai

hal seperti budaya, ekonomi dan perdagangan.41 Dalam arti luas, pengertian diplomasi adalah keseluruhan kegiatan untuk melaksanakan

suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. Diplomasi bisa bersifat

bilateral ataupun multilateral.Diplomasi bilateral adalah diplomasi yang dilakukan

antara dua negara, sedangkan diplomasi multilateral adalah diplomasi yang

dilakukan dengan banyak negara.

Diplomasi merupakan proses politik yang dimaksudkan untuk memelihara

kebijakan luar negeri suatu pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan luar

negeri suatu pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan dan sikap pemerintah

negara lainnya. Sebagai sebuah proses politik, diplomasi juga merupakan bagian

dari usaha saling mempengaruhi yang sifatnya sangat luas dan berbelit-belit dalam

kegiatan internasional yang dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi

internasional untuk meningkatkan sasarannya melalui saluran diplomatik.

Menurut “Random House Dictionary” diplomasi diartikan sebagai Tindakan

41

(2)

Pejabat Pemerintah untuk mengadakan perundingan-perundingan dan hubungan

lainnya antara negara-negara; seni atau pengetahuan untuk melakukan

perundingan-perundingan tersebut; kepandaian untuk mengatur atau melakukan

perundingan, menghadapi orang-orang, dengan demikian ada sedikit atau tidak

adanya kebijakan yang bersifat dendam.42

Menurut Sumaryo Suryokusumo, Diplomasi adalah kegiatan politik dan

merupakan bagian dari kegiatan internasional yang saling berpengaruh dan

kompleks, dengan melibatkan pemerintah dan organisasi internasional untuk

mencapai tujuan-tujuannya, melalui perwakilan diplomatik atau organ-organ Dalam kamus besar bahasa indonesia diplomasi diartikan sebagai urusan

penyelengaraan perhubungan resmi antara satu negara dengan negara lain. Bisa

juga dairtikan sebagai urusan kepentingan sebuah negara dengan perantaraan

wakil-wakilnya di negara lain.The Oxford english Dictionary memberi konotasi mengenai definisi diplomasi sebagai berikut: “manajemen hubungan internasional

melalui negosiasi, yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur oleh duta

besar dna para wakil; bisnis atau seni para diplomat. Menurt The Chamber’s Twentieth Century Dictionary, diplomasi adalah “the art of negotiation, especially of treaties between states; political skill”. Yang dalam BahasaS Indonesia berarti “seni berunding, khususnya tentang perjanjian di antara negara-negara; keahlian

politik”.definisi diplomasi menurut The Oxford english Dictionarytersebut menekankan pada kegiatan dari diplomasi, sedangkan definisi diplomasi menurut

The Chamber’s Twentieth Century Dictionary meletakkan penekanan pada seni berundingnya.

42

(3)

lainnya. Diplomasi merupakan pengetahuan dan seni yang bersifat individual dan

sosial.Diplomasi berbicara tentang sejarah, sistem, dan filsafat politik,

kebudayaan kepentingan ekonomi, dan nilai-nilai etis dari anggota masyarakat

dunia.43Diplomasi berusaha menciptakan kesesuaian dan mendamaikan perbedaan-perbedaan dengan melakukan mediasi dan negosiasi antarnegara

dengan baik dan cerdik.44agarberlangsungnya pola-pola kerjasama. Jadi masalahnyaadalah bagaimana memelihara, mempertahankan, dan

meningkatkankerjasama yang berlangsung secaraadil dan saling

menguntungkan,bagaimana mencegah dan menghindari konflik, serta bagaimana

mengubahkondisi-kondisi persaingan (kompetisi) dan pertentangan (konflik)

menjadikerjasama.45

Dengan kata lain diplomasi itu merupakan mesin atau alat dari politik luar

negeri sebuuah Negara. Pentingnya diplomasi ini sanga vital dalam

mengkomunikasikan sesama negara-negara dunia untuk menjaga perdamaian

dunia.Karena memang salah faktor pecahnya perang dikarenakan tidak adanya

komunikasi antar negara-negara yang bertikai seperti kasus perang dunia.Oleh Menurut Sir Ernest Satow doplomasi adalah penggunaan dari

kecerdasan dan kebijaksanaan untuk melakukan hubungan resmi antar pemerintah

negara-negara merdeka, terkadang juga dilakukan dalam hubungan negara-negara

pengikutnya atau secara singkat, pelaksanaan urusan tersebut dilakukan antara

negara-negara dengan cara damai.

43

Syahmin Ak, 2008, Hukum Diplomatik dalam Kerangka Studi Analisis, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 6

44

Ibid., hlm.7 45

(4)

sebab itu ziegler menyebut diplomasi sebagai the process of talking over diffrences, clarrifying aims and exploring adjustment short of fighting is called diplomacy.46

Pada akhirnya yang terpenting adalah bagaimana caranya agar diplomasi

yang dicita-citakan itu dapat mencapai sasarannya yang jelas dengan

sebaik-baiknya.Dalam hal ini, yang oleh Dahlan Nasution ada sembilan peraturan yang

perlu ditaati, yaitu sebagai berikut :47

1. Diplomasi harus didasarkan kepada semangat berjuang yang tinggi;

2. Tujuan-tujuan politik luar negeri haruslah didasarkan kepada kepentingan

nasional dan perlu didukung oleh kekuatan yang memadai;

3. Diplomasi harus memandang pentas politikitu dari sudut pandang

bangsa-bangsa lain;

4. Bangsa-bangsa harus bersedia melakukan kompromi terhadap setiap

issues yang dapat dianggap tidak vital bagi mereka;

5. Lepaskanlah bayangan dari hak-hak yang tidak berharga untuk

keperluankeuntungan yang nyata, yaitu dimaksudkan agar setiap cara

yangdilaksanakan itu mampu memberikan keuntungan yangrealistik;

6. Janganlah sekali-kali menempatkan dirimu dalam posisi dari mana

kamutidak dapat mundur tanpa kehilangan muka dan dari mana

kamutidak dapat maju tanpa resiko-resiko yang berat;

46

David W Ziegler,1984,third edition,War,Peace and International relations, Toronto: Little Brown Company., Hal. 272

47

(5)

7. Janganlah sekali-kali membiarkan sekutu yang lemah membuat

keputusan-keputusan untuk kamu;

8. Angkatan bersenjata adalah instrumen dari politik luar negeri, bukan

tuannya;

9. Pemerintah merupakan pimpinan dari pendapat umum dan bukan

merupakan budaknya.

Jelaslah kiranya bahwa diplomasi merupakan sarana yang terbaik bagi

peningkatan persahabatan antar negara, yang dapat ditawarkan oleh suatu

masyarakat internasional.

B. Tujuan dan Fungsi Diplomasi

Menurut tradisi diplomasi Timur, terutama dari India kuno yang dijelaskan

oleh Kautilya dengan buku yang berjudul “Arthasastra”, bahwa bagaimana

tindakan yang harus dilakukan di dalam kehidupan agar dapat meraih naya

(keuntungan).Pada dasarnya diplomasi dilakukan untuk melindungi kepentingan

nasional (The protection of state’s interest). Menurut Kautilya ada 4 tujuan

diplomasi yaitu:

1. Acquisition (perolehan)

Dalam hal ini, Kautilya menjelaskan tentang bagaimana memperoleh

hubungan yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Pada dasarnya kerajaan

belum memiliki hubungan dengan kerajaan lain. Dalam konsep

(6)

memperoleh hubungan dengan negara lain demi mewujudkan nation interest-nya.

2. Preservation (Pemeliharaan)

Pada bagian ini, hubungan yang sebelumnya telah diperoleh harus

dipelihara.Upaya pemeliharaan hubungan tersebut tentunya memiliki

tujuan agar hubungan yang ada tetap baik-baik saja dan juga damai.

Dengan hubungan yang seperti itu tentunya national interest akan

memiliki peluang besar untuk terpenuhi.

3. Augmentation (Penambahan)

Menurut Kautilya tentang tujuan augmentation yaitu perlunya untuk

melakukan penambahan teman dalam berhubungan dengan pihak lain agar

posisi suatu negara menjadi kuat dan peluang untuk terpenuhinya

kepentingan nasional akan semangkin besar.

4. Proper Distribution (Pembagian Adil)

Dalam bagian ini, setelah berhubungan dengan negara-negara lain dan

telah kita pelihara menjadi semakin baik, tentu harus adil dalam

berinteraksi ataupun dalam proses komunikasi demi pemenuhan

kepentingan nasional masing-masing pihak.

Ratusan tahun yang lalu, Kautilya menyimpulkan tujuan utama diplomasi

yaitu untuk pengamanan kepentingan negara sendiri.Jadi tujuan diplomasi

menurut Kautilya yaitu untuk menjamin keuntungan maksimum negara sendiri

dan kepentingn utamanya nampaknya adalah pemeliharaan keamanan. Tujuan

(7)

kepentingan komersil; perlindungan warganegara sendiri di negara lain;

mengembangkan budaya dan ideologi; meningkatkan prestise nasional;

memperoleh persahabatan dengan negara lain; dan sebagainya. Secara luas tujuan

ini bisa dibagi menjadi empat yaitu:48 1. Tujuan politik

berkaitan dengan kebebasan politik dan integritas teritorialnya. Dalam

konteks Indonesia adalah mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh

serta melindungi kedaulatan wilayah NKRI dari sabang sampau Merauke.

2. Tujuan Ekonomi

Tujuan ekonomi dari diplomasi berkaitan dengan pembangunan ekonomi

dalam lingkup nasional suatu negara.

3. Tujuan Kultur

Tujuan kultur dari diplomasi antara lain yaitu melestarisakn serta

memperkenalkan kebudayaan nasional pada dunia internasional

4. Tujuan Idiologi

Tujuan ideologi dari diplomasi yaitumempertahankan keyakinan dan

kepercyaan yang diyakini oleh sebuah bangsa. Dalam konteks indonesia adalah

pancasila.

Salah satu fungsi diplomasi adalah untuk mendamaikan beragamnya

kepentingan ini atau paling tidak membuatnya berkesusaian. Sebagai perwakilan

negara tugas seorang pejabat perwakilan adalah menciptakan good will atau

pengertian bersama. Diplomasi mempunyai ruang lingkup menyelesaikan

perbedaan-perbedaan dan menjamin kepentingan-kepentingan negara-negara

48

(8)

melalui negoisasi yang sukses.Apabila diplomasi gagal, para diplomat

menyalahkan lawannya di muka masyarakat internasional.Pada hakikatnya

diplomasi yang sukses adalah kemampuan menempatkan penekanan yang benar

pada setiap keadaan tertentu pada satu atau lebih instrumen diplomasi termasuk

penggunaan kekuatan.Selain itu perwakilan diplomatik harus menunjukkan

penilaian yang tepat dalam situasi yang kompleks yang memerlukan penyelidikan

dan bahan-bahan informasi seperlunya, pengertian profesional tentang hukum,

kebiasaaan, kondisi setempat, dan lain sebagainya. Menyelenggarakan

administrasi dengan cara yang efisien. Aksioma “ when diplomacy stops, war

starts” adalah pernyataan yang tidak benar. Bergainning, yang dalam masa damai

disebut diplomasi, tidak berakhir ketika perang dimulai. Dalam hubungan ini

harus diingat bahwa kapan pun negoisasi damai dilakukan, power berdiri di

belakang, siap siaga, dan bilamana dibutuhkan dibawa ke front depan untuk

dijadikan sebagai ancaman. Ruang lingkupmya tetap valid meskipun selama

perang hanya carany yang berbeda.49

49

http://diplomasiiisip.blogspot.co.id/2016/09/diplomasi-esivinia-2014230104.html?m=1 diakses pada 3 Juli 2017 pkl.20.00

Fungsi dan tugas kewajiban dari seorang pejabat diplomat dapat dibagi

dalam 4 fase yaitu,

1. Perwakilan (Representation)

seorang diplomat merupakan wakil formal sekaligus simbolis negaranya

denegara lain/negara asing dia merupakan pejabat komunikasi yang normal antara

departemen luar negeri dari negara dimana dia ditempatkan.

(9)

dalam praktek, perundingan (negotiation) adalah sinonim dengan

diplomasi. Perundingan adalah usaha par excellence (yang utama) untuk mencapai

persetujuan dengan (jalan) kompromi dan kontak pribadi secara langsung.

3. Pelaporan

Yaitu mengumpulkan informasi dan data yang benar yang berhubungan

dengan berbagai aspek negara lain merupakan faktor pokok bagi perumusan

politik luar negeri.

4. Perlindungan

diplomat mempunyai tugas ganda perlindungan yaitu melindungi warga

negaranya di luar negeri.

C. Konvensi Internasional Tentang Hubungan Diplomatik

Hukum internasional telah memberikan suatu pedoman pelaksanaan yang

berupa konvensi-konvensi internasional dalam pelaksanaan hubungan diplomatik.

Ketentuan-ketentuan dari konvensi ini kemudian menjadi dasar bagi

negara-negara dalam melaksanakan hubungannya dengan negara-negara lainnya di

dunia.Awalnya pelaksanaan hubungan diplomatik antar negara didasarkan pada

prinsip kebiasaan yang dianut oleh praktik-praktik negara, prinsip kebiasaan

berkembang demikian pesatnya hingga hampir seluruh negara di dunia melakukan

hubungan internasionalnya berdasarkan pada prinsip tersebut.Dengan semakin

pesatnya pemakaian prinsip kebiasaan yang dianut oleh praktik- praktik negara

kemudian prinsip ini menjadi kebiasaan internasional yang merupakan suatu

kebiasaan yang diterima umum sebagai hukum oleh masyarakat

(10)

dirasakan perlu untuk membuat suatu peraturan yang dapat mengakomodasi

semua kepentingan negara-negara tersebut hingga akhirnya Komisi Hukum

Internasional (International Law Comission) menyusun suatu rancangan konvensi

internasional yang merupakan suatu wujud dari kebiasaan-kebiasaan internasional

di bidang hukum diplomatik yang kemudian dikenal dengan Viena Convention on

Diplomatic Relation 1961 (Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik).

Konvensi Wina 1961 adalah sebagai pengakuan oleh semua negara-negara akan

adanya wakil-wakil diplomatik yang sudah ada sejak dahulu.50

Konvensi Wina 1961 telah menandai tonggak sejarah yang sangat penting

karena masyarakat internasional dalam mengatur hubungan bernegara telah dapat

menyusun kodifikasi prinsip-prinsip hukum diplomatik, khususnya yang

menyangkut kekebalan dan keistimewaan diplomatik yang sangat mutlak

diperlukan bagi semua negara, khususnya para pihak agar di dalam melaksanakan

hubungan satu sama lain dapat melakukan fungsi dan tugas diplomatiknya dengan

baik dalam rangka memelihara perdamaian dan keamanan internasional serta

dalam meningkatkan hubungan bersahabat di antara semua negara. Konvensi

Wina 1961 membawa pengaruh sangat besar dalam perkembangan hukum

diplomatik. Hampir semua negara yang mengadakan hubungan diplomatik

menggunakan ketentuan dalam konvensi ini sebagai landasan hukum

pelaksanaannya.51

Konferensi PBB tentangHubungan Diplomatik dan kekebalannya diadakan

di WinaPada tanggal 2 Maret sampai 14 April 1961.Konferensi inidihadiri oleh

50

https://www.academia.edu/5358180/MAKALAH_HUKUM_INTERNASIONAL_DIPL OMDIP_HUKUM_INTERNASIONAL_Politik_Dan_keamanan_Internasional_OLEH_Kelompok _3 diakses pada tanggal 3 Juli pkl. 21.00

(11)

delegasi dari 81 negara,75 diantaranya adalah anggota-anggotaPBB dan enam lagi

adalah delegasi dari badan-badan yang berhubungan denganMahkamah

Internasional. Konferensi mengambil suatu konvensi yang berjudul“Konvensi

Wina tentang Hubungan Diplomatik”, yang terdiri dari lima puluhartikel dan

menyangkut hampir semua aspek-aspek yang menyangkut hubungandiplomatik

permanen antara berbagai negara.52

Ada dua optional protokol yangmenyertai konvensi tersebut, yaitu

optionalprotokol mengenai perolehankewarganegaraan dan optional protokol

mengenai penyelesaian memaksa atasperselisihan.Pasal 1-19 Konvensi Wina

1961menyangkut pembentukan misi-misidiplomatik, hak dan cara-cara

pengangkatan serta penyerahan surat-suratkepercayaan dari kepala perwakilan

diplomatik (Duta Besar).Pasal 20-28khususmengenai kekebalan dan keistimewaan

bagi misi-misi diplomatik termasukpembebasan berbagai pajak.Pasal 29-36

adalah mengenai kekebalan dankeistimewaan yang diberikan kepada para

diplomat dan staf lain.Pasal 37-47juga menyangkut kekebalan dan keistimewaan

bagi para anggota keluarga paradiplomat dan staf pelayanan yang bekerja pada

mereka.Pasal 48-53berisiberbagai ketentuan mengenai penandatanganan Axesi,

ratifikasi dan mulaiberlakunya konvensi tersebut.53

52

Edy Suryono, 1992, Perkembangan Hukum Diplomatik, Mandar Maju, Bandung, hlm. 37.

53

T. May Rudy, 2009, Hukum Internasional 2, P.T. Refika Aditama, Bandung, hlm. 67-68. Final Actpada konferensi 19 itu ditandatangani pada tanggal 18 April 1961oleh perwakilan dari 75 negara.

Protokol Opsional dan Konvensi masih terbukauntuk ditandatangani sampai

tanggal 31 Oktober 1961 di Kementerian LuarNegeri Austria dan berikutnya

(12)

Opsionaldiberlakukan tanggal 24 April 1964.Pada tanggal31 Desember 1979, 130

negara mengakui Konvensi Wina tentang HubunganDiplomatik.54

Selain Konvensi Wina tahun 1961 yang mengatur mengenai hubungan

diplomatik, terdapat beberapa Kodifikasi dari konvensi-konvensi yang

berhubungan mengenai hukum diplomatik dan menjadi sumber hukum diplomatik

hingga saat ini, antara lain:

1. The Final Act of the Congress of Vienna (1815) on Diplomatic Ranks;

2. Vienna Convention on Diplomatic Relations and Optional Protocols (1961) ;

3. Vienna Convention on Consular Relations and Optional Protocols (1963);

4. Convention on Special Missions and Optional Protocol (1969);

5. Convention on the Prevention and Punishment of Crimes against

Internationality Protected Persons, including Diplomatic Agents (1973);

6. Vienna Convention on the Representation of States in their Relations with

International Organizations of a Universal Character (1975).

54

(13)

BAB IV

PERAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DALAM MENANGGAPI TUDUHAN ATAS PELANGGARAN HAM DI PAPUA

A. Hal Yang Melatarbelakangi Terjadinya Tuduhan Terhadap Indonesia

Pada sidang Umum PBB ke-71 di New York, tujuh negara di Kepulauan

Pasifik yaitu Vanuatu, Salomon Island, Tonga, Nauru, Marshall Island, Tuvalu

dan Palau melakukan tuduhan terhadap Indonesia mengenai isu pelanggaran

HAM yang terjadi di Indonesia tepatnya di Papua dan Papua Barat.Hal tersebut

jelas merupakan sikap campur tangan atau intervensi terhadap Indonesia dimana

Indonesia adalah sebagai negara yang berdaulat.

Indonesia memprotes sikap ikut campur enam negara kepulauan Pasifik

tersebut soal tuduhan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM ) di Papua dan

Papua Barat yang disuarakan di forum PBB tersebut karena melakukan tuduhan

tersebut telah melanggar kedaulatan suatu negara dan pemerintah Indonesia

menganggap hal tersebut adalah suatu bentuk intervensi terhadap sistem hukum

nasional Indonesia dan melanggar prinsip kedaulatan negara dan prinsip

non-intervensi dalam piagam PBB.55

55

Lihat pasal 2 (1) dan Pasal 2 (4) piagam PBB

Namun salah satu dari enam negara tersebut

berdalih menyuarakan kondisi di Papua dan Papua Barat sebagai hak nya di forum

(14)

Dalam melakukan tuduhan terhadap Indonesia tentu terdapat hal-hal yang

melatarbelakangi Negara-negara di Kepulauan Pasifik tersebut antara lain terdapat

dua sisi pandang, yaitu

1. Dari Sisi Pandang Negara-negara Kepulauan Pasifik Tersebut

Negara-negara di Kepulauan Pasifik tersebut terang-terangan mengusik

dan ikut campur urusan dalam negeri Indonesia dengan melakukan tuduhan

terhadap Indonesia, enam negara tersebut menyatakan bahwa Indonesia telah

melakukan pelanggaran HAM yang terjadi di Papua.

Dari sisi pandang enam negara di Kepulauan Pasifik tersebut, mereka

merasa perlu untuk menyuarakan kondisi di Papua terutama kondisi mengenai

HAM dan pelanggaran HAM yang terjadi di sana sebagai upaya untuk

menemukan solusi atas masalah yang sudah terjadi dalam lima puluh tahun

terakhir. Hal tersebut disampaikan oleh Salomon Island melalui utusan khususnya

di Papua Barat, Rex Horoi. Di hadapan Majelis Umum PBB, ia menyebutkan

lebih dari lima ratus ribu warga etnis Melanesia di Papua Barat telah tewas dalam

lima puluh tahun terakhir.

Utusan negara Salomon Island tersebut juga menyatakan bahwa telah

menerima laporan dari sumber yang terhormat termasuk sesama negara anggota

PBB dan para pemimpin masyarakat sipil yang menggambarkan kurangnya

perlindungan HAM warga etnis Melanesia di Papua Barat.

Salah satu dari enam Negara di Kepulauan Pasifik tersebut yaitu Marshall

Island melalui Presiden nya, Hilda Heine, mendesak Dewan HAM PBB untuk

melakukan penyelidikan yang kredibel atas pelanggaran HAM di Papua Barat.

(15)

juga menyatakan bahwa banyak laporan tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia

di Papua Barat yang menekankan penguatan hak untuk menentukan nasib sendiri,

yang menghasilkan pelanggaran HAM langsung oleh Indonesia dalam upaya

untuk meredakan segala bentuk oposisi. Berdasarkan pernyataan tersebut mereka

menyatakan bahwa Indonesia telah melakukan Pelanggaran HAM untuk

meredakan segala bentuk oposisi yang terjadi di Papua dan Papua Barat yang

ingin menentukan nasib sendiri atau merdeka dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia.56

2. Dari Sisi Pandang Pemerintah Indonesia

Berdasarkan hal-hal yang melatarbelakangi tersebut, negara-negara di

Kepulauan Pasifik tersebut merasa perlu untuk menyampaikan serta menyuarakan

kondisi HAM di Papua di forum PBB serta menyatakan keprihatinan mereka

tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Papua.

Tuduhan yang dilakukan oleh negara-negara Kepulauan Pasifik terhadap

indonesia di Forum PBB membuat Pemerintah Indonesia bereaksi dan

menggunakan hak jawab nya di Forum PBB tersebut untuk menyatakan bahwa

negara-negara Kepulauan Pasifik tersebut telah mengganggu kedaulatan

Nasional Negara Republik Indonesia.

Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa negara-negara Kepulauan

Pasifik tersebut sengaja melakukan tuduhan terhadap Indonesia untuk

mendukung kelompok-kelompok separatis di Provinsi Papua dan Papua Barat

yang ingin memerdekakan diri dari Republik Indonesia.

(16)

Pemerintah Indonesia juga menyatakan bahwa negara-negara Kepulauan

Pasifik tersebut telah secara konsisten terlibat dalam menghasut kekacauan

publik dan melakukan serangan teroris bersenjata. Jadi pemerintah indonesia

menyatakan bahwa negara-negara di Kepulauan Pasifik tersebut sengaja

melakukan tuduhan terhadap Indonesia di Forum PBB dilatarbelakangi karena

mereka mendukung oposisi di Provinsi Papua untuk memerdekakan diri dari

Negara Republik Indonesia.

B. Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam Menanggapi Tuduhan Atas Pelanggaran HAM di Papua

Indonesia sebagai negara yang berdaulat tentu tidak tinggal diam jika ada

negara lain yang mengusik kedaulatan negara Republik Indonesia dari segala

aspek kedaulatan negara. Termasuk enam negara Kepulauan Pasifik yang

melakukan tuduhan terhadap Indonesia terkait mengenai isu pelanggaran yang

terjadi di Papua. Enam negara tersebut secara terang-terangan mengeluarkan

pernyataan di forum PBB yang menuduh Indonesia telah melakukan pelanggaran

HAM di Papua dan mendesak PBB untuk segera bertindak melakukan investigasi

yang kredibel dan independen mengenai dugaan pelanggaran HAM di Papua. tak

hanya itu, para pemimpin negara Pasifik tersebut juga menyerukan Indonesia

untuk menghormati hak-hak dari penduduk asli Papua.

Pernyataan dari negara-negara Pasifik tersebut direspon oleh Indonesia

dengan melakukan sebuah tindakan diplomasi dalam bentuk hak jawab di forum

PBB tersebut, dalam hak jawab nya di forum PBB.Melalui Pejabat di Perwakilan

(17)

mengajukan hak jawabnya.Nara menyebut, pernyataan pemimpin negara-negara

Pasifik ini menunjukkan ketidakmengertian mereka terhadap sejarah,

perkembangan pembangunan, serta situasi terbaru di Papua dan Papua Barat.Ia

menyebutkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh negara-negara Pasifik tersebut

adalah tindakan yang tidak bersahabat dan sebuah manuver retorika politik. Ia

menambahkan, tindakan dari enam negara pasifik itu secara jelas telah merusak

tujuan piagam PBB serta tidak menghormati huku m internasional.

Dalam hak jawab tersebut, melaui Nara Masista Rakhmatia yang mewakili

Indonesia dalam menanggapi pernyataan negara-negara Pasifik tersebut

menyatakan bahwa Indonesia menolak dengan tegas tuduhan yang dibuat oleh

delegasi Vanuatu mengenai masalah Papua yang tidak mencerminkan situasi

nyata di lapangan. Kiprah Indonesia pada upaya promosi dan perlindungan Hak

Asasi Manusia tidak terbantahkan dan cerminan nyata.Indonesia telah dan terus

bekerjasama dengan berbagai Special Procedur and Mandate Holder Dewan HAM PBB.Indonesia juga mengembangkan kolaborasi di tingkat bilateral,

regional dan multilateral termasuk dalam menguatkan mekanisme HAM Dewan

HAM, termasuk dalam rangka promosi dan perlindungan hak-hak dasar. Bahkan

pada tahun 2017 ini Indonesia telah mengundang dan akan menerima kunjungan

dari dua pelapor khusus ke Indonesia, dan pada bulan Mei 2017 Indonesia akan

menyampaikan Laporan UPR ketiga di Dewan HAM.

Indonesia juga menegaskan kembali bahwa sebagai negara demokratis

yang berdasarkan aturan konstitusi hukum, Pemerintah Indonesia siap dan

menempuh berbagai upaya untuk mengatasi tuduhan pelanggaran HAM, serta

(18)

pemerintah Indonesia memegang teguh komitmen untuk terus mempromosikan

pemenuhan hak-hak rakyatnya di Papua.Bertentangan dengan klaim yang dibuat

oleh negara-negara Pasifik tersebut, telah banyak kemajuan yang dicapai

Indonesia untuk mewujudkan tujuan tersebut di lapangan.Delegasi Indonesia

menyesalkan bahwa negara-negara Pasifik tersebut terutama Vanuatu dengan

sengaja terus menggunakan isu HAM untuk menjustifikasi dukungan mereka

terhadap gerakan separatis Papua.Dan menyatakan bahwa pernyataan yang

disampaikan oleh Pemerintah Vanuatu perlu dipertanyakan karena bertentangan

dengan prinsip-prinsip dasar PBB yang ditegaskan dalam piagam PBB maupun

kewajiban Vanuatu terhadap berbagai hukum internasional yang

relevan.Pemerintah Vanuatu seharusnya tidak mengalihkan fokus mereka pada

penanganan berbagai masalah HAM di negara mereka sendiri dengan

mempolitisasi isu Papua untuk kepentingan politik domestik mereka. Dalam hal

ini Pemerintah menyatakan siap untuk bekerja sama dengan Pemerintah dan

rakyat Vanuatu dalam upaya mereka untuk mengatasi berbagai berbagai

pelanggaran HAM rakyat Vanuatu, seperti kekerasan terhadap perempuan,

hukuman badan bagi anak di bawah umur, kondisi penjara yang memprihatinkan,

termasuk tindak penyiksaan terhadap narapidana, dan tantangan HAM lainnya

yang dihadapi Pemerintah dan rakyat Vanuatu.

Nara Masista Rakhmatia dalama kesempatan itu juga menyatakan

Indonesia menyayangkan sikap yang diambil enam negara Pasifik tersebut.Ia

menilai, ada tujuan tersembunyi yang dibawa oleh negara Pasifik tersebut dengan

melakukan tuduhan terhadap Indonesia dan mengangkat isu pelanggaran HAM di

(19)

Indonesia dalam menegakkan HAM dan ia menjelaskan bahwa Republik

Indonesia merupakan salah satu pendiri Dewan serta telah empat kali menjadi

anggota. Selain itu, terbentuknya Komisi HAM di OKI dan ASEAN merupakan

inisiasi dari Indonesia.Tidak berhenti di titik itu saja, Indonesia juga telah

meratifikasi delapan dari sembilan instrumen HAM. Sementara Salomon Island

hanya meratifikasi empat instrumen HAM dan Vanuatu hanya meratifikasi lima

instrumen HAM.57

Tidak hanya Indonesia, dengan pernyataan tersebut negara-negara

Kepulauan Pasifik tersebut juga mendapat tanggapan miring karena mayoritas

negara-negara anggota Dewan HAM dan negara-negara anggota PBB yang hadir

melayangkan pernyataan yang menginjak Vanuatu secara politis. Pada

kesempatan itu juga delegasi Venezuela selaku ketua Gerakan Non-Blok dengan

tegas menyatakan bahwa setiap negara memiliki kedaulatan untuk mengatasi

persoalan HAM yang dihadapi. Prinsip yang gerakan Non-Blok terus majukan

adalah dialaog dan kerja sama dalam pemajuan dan perlindungan HAM, dengan

tetap menghormati kedaulatan pembangunan dan integritas wilayah. Sejumlah

negara Afrika dalam rights of reply juga menyesalkan manuver politisasi HAM Dalam hak jawab tersebut juga Indonesia juga menanggapi tuduhan enam

negara Pasifik tersebut tersebut dengan berbalik mendorong negara-negara

tersebut terutama Vanuatu agar fokus untuk menyelesaikan tantangan situasi

HAM internalnya yang terjadi di negaranya.Mulai dari pelanggaran hak-hak

perempuan, hukuman badan pada anak-anak, situasi di penjara dan persoalan

korupsi yang menjadi budaya di Vanuatu.

57

(20)

dan serangan terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah anggota PBB,

sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara Pasifik tersebut terhadap

Indonesia.58

C. Upaya pemerintah Dalam Penegakan HAM di Indonesia

Dalam lembaran sejarah Indonesia, perdebatan tentang Hak Asasi Manusia

(HAM) telah mencuat sejak proses pembentukan negara Indonesia sedang

gencar-gencarnya diperjuangkan oleh founding fathers and mothers. Perdebatan ini

terekam jelas di dalam sidangsidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI)yang membahas draft konstitusi untuk negara Indonesia yang akan

dibentuk. Dalam forum sidang itu mengemuka berbagai pendapat mengenai

HAM.Perdebatan itu dikerucutkan ke dalam dua arus, yaitu yang mengusulkan

agar butir-butir HAM dimasukkan ke dalam konstitusi dan yang menolaknya.

Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam

bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun

didirikan sebagai upaya menujang komitmen penegakan HAM yang lebih

optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini, tidak dapat dipungkiri pelanggaran

HAM kemudian juga sering terjadi.

58

(21)

Penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak

diskriminatif dan konsisten. Adapun Upaya Pemerintah untuk penegakan hukum

dan HAM di Indonesia antara lain meliputi hal-hal berikut:59

1. Membentuk Peraturan Perundang-undangan tentang HAM. Hal ini dapat

dibuktikan dengan telah dirumuskannya ketentuan tentang penghormatan

HAM Asasi Manusia dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dalam

alinea I sampai alinea IV. Selanjutnya dalam pasal-pasal UUD 1945

sebelum amandemen juga sudah dimuat tentang jaminan terhadap Hak-hak

Asasi Manusia yang tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34

UUD 1945.

2. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM)

sebagai gerakan nasional. Salah satu komitmen penting yang dimiliki

Indonesia dalam kerangka kebijakan HAM adalah Rencana Aksi Nasional

HAM Indonesia/Natioal Action Plan on Human Rights (RANHAM).

RANHAM Indonesia adalah jejaring HAM yang sangat potensial dan

signifikan dalam upaya menumbukembangkan budaya penghormatan dan

perlindungan terhadap HAM Indonesia. Sampai saat ini, RANHAM

Indonesia telah memasuki gelombang ketiga yang sudah dimulai sejak

gelombang pertama 1998-2003,60 gelombang kedua 2004-200961

59

http://m.kompasiana.com/amp/alfiady/permasalahan-dan-penegakan-hak-asasi-manusia-di-indonesia diakses pada tanggal 18 mei 2017 pukul 14.00

60

Lihat Kepres No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia Indonesia yang kemudian diperbaharui melalui Kepres No. 61 Tahun 2003 tentang Perubahan Keputusan Presiden No.129 Tahun 1998 Tentang Rencana Aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia Indonesia.

61

Berdasarkan Kepres No. 40 Tahun 2004 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia Tahun 2004-2009.

dan

(22)

3. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga atau institusi hukum ataupun

lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakkan Hak Asasi Manusia.

4. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas

penegakan hukum dan HAM.

Sebagai upaya perlindungan dan penegakan HAM, pemerintah juga telah

membentuk lembaga-lembaga Badan ataupun Komisi resmi yang menangani

masalah-masalah Hak Asasi Manusia dan menjaga agar tidak terjadi

pelanggaran-pelanggaran terhadap HAM serta dapat mengawasi tindakan-tindakan yang

berujung pada pelanggaran HAM seperti diskriminasi terhadap ras dan etnis.

Lembaga-lembaga yang telah ada di bentuk oleh Pemerintah Indonesia tersebut

antara lain:

1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat

dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian,

penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi Hak Asasi Manusia. Tujuan dari

Komnas HAM yaitu:

a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan Hak Asasi

Manusia sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 dan Piagam PBB serta

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

b. Meningkatkan perlindugan dan penegakan Hak Asasi Manusia guna

berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan

kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Pada awalnya, Komnas HAM didirikan dengan Keputusan Presiden

(23)

keberadaan Komnas HAM didasarkan pada undang yakni

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 yang juga menetapkan keberadaan, tujuan, fungsi,

keanggotaan, asas, kelengkapan serta tugas dan wewenang Komnas

HAM.disamping kewenangan tersebut, menurut UU No. 39 Tahun 1999, Komnas

HAM juga berwenang melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran Hak Asasi

Manusia yang berat dengan dikeluarkannya UU No. 26 Tahun 2000 tentang

Pengadilan Hak Asasi Manusia.62

a. UUD 1945 beserta amandemennya;

Terdapat Instrumen-instrumen Nasional dan

Internasional yang mengacu pada fungsi, tugas dan wewenag Komnas HAM guna

mencapai tujuannya, yaitu:

I. Instrumen Nasional:

b. Tap MPR No. XVII/MPR/1998;

c. UU No. 39 Tahun 1999;

d. UU No. 26 Tahun 2000;

e. UU No. 40 Tahun 2008;

f. Peraturan perundang-undangan nasional lainnya yang terkait.

II. Instrumen Internasional

a. Piagam PBB

b. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948

c. Instrumen internasional lain mengenai HAM yang telah disahkan dan

diterima oleh Indonesia

2. Pengadilan HAM

62

(24)

Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di

lingkungan peradilan umum dan berkedudukan di daerah kabupaten atau kota.

Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat

yang meliputu kejahatan genosida dan kejahatan terhadap

kemanusiaan.pengadilan HAM diatur dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2000

tentang Pengadilan HAM.

3. Komisi Nasional Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak

Indonesia

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) adalah organisasi di

Indonesia dengan tujuan memantau, memajukan dan melindungi hak anak serta

mencegah berbagai kemungkinan pelanggaran hak anak yang dilakukan oleh

Negara, perorangan atau lembaga. Komisi Nasional Perlindungan Anak ini

dibentuk sebagai bentuk perlindungan anak dari segala tindak kekerasan,

penelantaran, perlakuan salah, diskriminasi dan eksploitasi yang bersifat

independen dan memegang teguh prinsip non-diskriminasi, memberikan

kepentingan terbaik bagi anak serta menghormati pandangan anak.63

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) adalah lembaga indipenden

Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang perlindungan Anak dalam rangka meningkatkat efektifitas

penyelenggaraan perlindungan anak. Keputusan Presiden Nomor 36/1990, Komisi

Nasional Perlindungan Anak juga mendorong lahirnya Undang-undang RI Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

63

(25)

77/2003 dan 95/M/2004 merupakan dasar hukum pembentukan lembaga ini.64

a. Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia bertugas:

b. Mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat,

melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan

terhadap perlindungan anak.

c. Memberikan laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada

Presiden dalam rangka perlindungan anak.

4. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Komisi ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun

1998.Dasar pertimbangan pembentukan Komisi Nasional ini adalah sebagai upaya

mencegah terjadinya dan menghapus segala bentuk kekerasan terhadap

perempuan. Komisi Nasional ini bersifat independen dan bertuuan:

a. Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap

perempuan.

b. Mengembangkan kondisi yag kondusif bagi penghapusan bentuk

kekerasan terhadap perempuan.

c. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk

kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi perempuan

Dalam rangka mewujudk an tujuan di atas, Komisi Nasional ini memiliki

kegiatan sebagai berikut:

(26)

a. Penyebarluasan pemahaman, pencegahan, penanggulangan,

penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

b. Pengkajian dan penelitian terhadap berbagai instrumen PBB mengenai

perlindungan Hak Asasi Manusia terhadap perempuan.

c. Pemantauan dan penelitian segala bentuk kekerasan terhadap

perempuan dan memberikan pendapat, saran dan pertimbanagan

kepada pemerintah.

d. Penyebarluasan hasil pemantauan dan penelitian atas terjadinya

kekerasan terhadap perempuan kepada masyarakat.

e. Pelaksanaan kerjaama regional dan internasional dalam upaya

pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan.

5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Bidang HAM

Masyarakat juga mendirikan lembaga HAM dalam bentuk LSM (Lembaga

Swadaya Masyarakat) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan NGO (Non

Govermental Organization) yang berfokus pada upaya pengembangan kehidupan

yang demokratis dan pengembangan HAM. LSM seperti i ni sering disebut

sebagai LSM Prodemokrasi dan HAM. Yang termasuk dalam LSM ini antara lain:

YLBHI (yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia), Kontras (Komisi untuk

Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), Elsam (Lembaga Studi dan

Advokasi Masyarakat), PBHI (Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi

Manusia). Dalam pelaksanaan perlindungan dan penegakan HAM , LSM tampak

merupakan mitra kerja Komnas HAM. Di berbagai daerah pun kini telah

berkembang pesat LSM dengan minat pada aspek HAM dan demokrasi maupun

(27)

Pemajuan dan penegakan HAM di Indonesia memasuki tahapan status

penentu dan tahap penataan aturan secara konsisten saat Era Reformasi pada

periode 1998 sampai 2005. Pada tahap ini pemerintah menerima norma

internasional HAM, baik melalui ratifikasi maupun institusionalisasi nilai HAM.

Selanjutnya, pada tahun 2006 pemajuan dan penegakan HAM dilakukan dengan

cara melakukan reformasi kelembagaan HAM. Akan tetapi, proses pemajuan dan

penegakan HAM di Indonesia selama kurun waktu 2006 ini dinilai kurang

berhasil, reformasi kelembagaan HAM mengalami kemacetan instrumen HAM

yang ada justru lumpuh dan macet dalam menangani kasus-kasus pelanggaran

HAM berat. Sepanjang 2007, banyak kemajuan yang dicapai bangsa Indonesia

dalam kaitannya dengan upaya penegakan HAM, hal ini tampak pada

pembentukan berbagai instrumen HAM seperti Peraturan Presiden Nomor 13

Tahun 2007 tentang Susunan Catatan HAM. Selain itu, pada September 2007

pemilihan 11 anggota baru Komisi Nasional HAM dipilih melalui sebuah proses

panjang yang relatif lebih transparan dan mengutamakan kapasitas personal para

calon anggota. Pada tahun 2008, upaya pemajuan dan penegakan HAM dititik

beratkan pada kinerja aktor politik dan pemerintah serta lembaga-lembaga

negara.Kinerja seluruh pihak baik dari lembaga negara maupun Pemerintah sangat

menentukan perkembangan demokrasi dan Hak Asasi Manusia begitu juga pada

tahun 2009.Seperti itulah bentuk upaya penghormatan, pemajuan dan penegakan

HAM sebagai bentuk jaminan dan perlindungan HAM yang pernah dilakukan

oleh Pemerintah Indonesia.65

65

(28)

Penegakan Hak Asasi Manusia bukan hanya tanggung jawab pemerintah,

akan tetapi juga menjadi tanggung jawab semua komponen masyarakat Indonesia

termasuk aparatur negara seperti POLRI dan TNI, lembaga-lembaga di bidang

HAM seperti yang dijelaskan di atas, termasuk aktivis HAM dan semua warga

negara Indonesia pada umumnya. Semua komponen masyarakat Indonesia sangat

diharapkan keterlibatannya dalam upaya kemajuan, penghormatan dan penegakan

HAM di Indonesia.66

(29)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang telah penulis

sampaikan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Bahwa HAM merupakan hak yang melekat dengan kuat di dalam diri

manusia. Keberadaanya diyakini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari

kehidupan manusia meskipun kemunculan HAM adalah sebagai respon dan

reaksi atas berbagai tindakan yang mengancam kehidupan manusia, namun

sebagai hak maka HAM pada hakikatnya telah ada ketika manusia itu ada di

muka bumi. kondisi HAM di Papua telah menjadi sorotan di dunia

internasional yaitu mengenai isu-isu pelanggaran HAM yang tejadi di Papua.

Enam negara Kepulauan Pasifik melakukan tuduhan terhadap Indonesia

dalam forum PBB yang menyatakan bahwa Indonesia telah melakukan

pelanggaran HAM di Papua. Indonesia menolak tuduhan tersebut dan

melakukan kebijakan hukum melalui hak jawab di forum PBB tersebut dan

menyatakan bahwa tuduhan tersebut merupakan tindakan yang

mengintervensi kedaulatan Negara Republik Indonesia.

2. Bahwa Huku m internasional telah memberikan suatu pedoman pelaksanaan

yang berupa konvensi-konvensi internasional dalam pelaksanaan hubungan

diplomatik, Komisi Huku m Internasional (International Law Comission)

menyusun suatu rancangan konvensi internasional yang merupakan suatu

wujud dari kebiasaan-kebiasaan internasional di bidang hukum diplomatik

(30)

1961 (Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik). Diplomasi

adalah keseluruhan kegiatan untuk melaksanakan politik luar negeri suatu

negara dalam hubungannya dengan negara lain, diplomasi diartikan sebagai

Tindakan Pejabat Pemerintah untuk mengadakan perundingan-perundingan

dan hubungan lainnya antara negara-negara. Menurut Sumaryo Suryokusumo,

Diplomasi adalah kegiatan politik dan merupakan bagian dari kegiatan

internasional yang saling berpengaruh dan kompleks, dengan melibatkan

pemerintah dan organisasi internasional untuk mencapai tujuan-tujuannya,

melalui perwakilan diplomatik atau organ-organ lainnya.

3. Indonesia menanggapi tuduhan dari negara-negara Pasifik yang mengangkat

isu pelanggaran HAM yang terjadi di Papua dalam forum PBB yang hal

tersebut sebagai sikap yang melanggar kedaulatan negara dengan turut

campurnya mereka dalam lingkup nasional Indonesia. Dalam hal tuduhan

yang dilakukan oleh beberapa negara Pasifik terhadap Indonesia, Indonesia

telah melakukan peran dalam menanggapi tuduhan atas pelanggaran HAM di

Papua dengan tindakan diplomasi melalui hak jawabnya pada forum PBB.

Dalam hak jawab tersebut Indonesia yang diwakili oleh diplomatnya yaitu

Pejabat di Perwakilan Tinggi Republik Indonesia di PBB, Indonesia

mengajukan hak jawabnya yang menyebutkan bahwa pernyataan pemimpin

negara-negara Pasifik ini menunjukkan ketidakmengertian mereka terhadap

sejarah, perkembangan pembangunan, serta situasi terbaru di Papua dan

Papua Barat. Indonesia juga menyebutkan bahwa tindakan yang dilakukan

oleh negara-negara Pasifik tersebut adalah tindakan yang tidak bersahabat dan

(31)

Indonesia harus membenahi sistem hukum mengenai HAM di dalam negeri

agar tuduhan-tuduhan seperti demikian tidak terjadi lagi pada Indonesia.

Indonesia juga telah melakukan upaya dalam hal penegakan hukum dan

HAM di Indonesia seperti membentuk Peraturan Perundang-undangan

mengenai HAM serta membentuk Lembaga-lembaga ataupun Komisi-komisi

resmi yang menangani masalah-masalah HAM yang ada di Indonesia agar

(32)

B. Saran

Untuk meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia agar

tidak ada lagi tuduhan dari negara lain mengenai pelanggaran HAM yang terjadi

di Indonesia sehingga mengintervensi kedaulatan negara Republik Indonesia

dengan mengatasnamakan penegakan HAM, maka penulis akan mengajukan

beberapa saran yaitu:

1. Bahwa Pemerintah Indonesia harus lebih memperhatikan keadaan HAM di

Indonesia terkhusus di wilayah Provinsi Papua dimana Kondisi HAM di

Papua telah menjadi sorotan dunia mengenai pelanggaran HAM yang terjadi

di wilayah tersebut terlebih saat negara-negara Kepulauan Pasifik tersebut

telah menyinggung masalah HAM di Papua dalam forum PBB agar tidak lagi

terjadi tuduhan-tuduhan terhadap Indonesia yang dinilai telah melanggar

HAM di wilayah Papua.

2. Bahwa untuk meningkatkan keadaan HAM di Papua menjadi lebih baik agar

tidak ada lagi pihak yang melakukan tuduhan terhadap Indonesia yang

dianggap melakukan pelanggan HAM di Papua sehingga isu pelanggaran

HAM di Papua tidak lagi di bawa di forum internasional seperti forum PBB,

maka Pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan masalah HAM di Papua

yaitu masalah yang berada di lingkup nasional Indonesia yang sudah lama ada

harus menggunakan pendekatan persuasif dengan masyarakat Papua, yaitu

pendekatan melalui dialog antar pemerintah dengan masyarakat Papua

terkhusus dengan kelompok separatis yang ada di sana, bukan dengan

pendekatan militer seperti yang pernah dilakukan pemerintah, hal ini justru

(33)

meningkatkan pelanggaran HAM karena menggunakan kekuatan militer

untuk “menghabisi” kelompok separatis yang ada di Papua. Pendekatan

persuasif tentu tidak bisa dilakukan hanya dengan sekali, melalui pendekatan

persuasif maka masyarakat Papua tidak merasa diasingkan oleh Pemerintah

tetapi justru sama-sama mencari solusi untuk memperbaiki keadaan HAM di

Papua, terlebih dengan kelompok separatis yang ada di Papua. Sehingga

masyarakat Papua tidak merasa ada pihak lain yang justru lebih peduli dengan

nasib mereka daripada pemerintah mereka sendiri, padahal pihak lain tersebut

hanya menggunakan Papua dengan mengintervensi kedaulatan Indonesia

untuk kepentingan mereka sendiri dengan mengatasnamakan HAM dan

Referensi

Dokumen terkait

Status Desa Menjadi Kelurahan yang telah ditetapkan oleh Bupati. sebagaimana dimaksud pada huruf k,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang dengan limpah karunia-Nya, skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah

Secara potensial, karakteristik pesantren tersebut memiliki peluang untuk dijadikan sebagai dasar pijakan dalam rangka menyikapi persoalan-persoalan lain yang

yang dapat digunakan dalam memperbaiki struktur kalimat yaitu dengan scramble. game. 101) “S cramble merupakan sebuah permainan berupa aktivitas menyusun kembali suatu

Ia dinamakan dalam Al-Qur'an dengan Sijjil, dan jika anda tidak menemukannya saya tidak bisa bercerita pada anda (menunjukkan) pusat dari tata surya (bumi adalah pusat tata surya

Hasil uji regresi berganda diperoleh 0,000 < 0,05, maka regresi dapat menentukan kualitas website yang terdiri dari kualitas pengguna, kualitas, informasi,

Berikut ini adalah tampilan dari halaman kelompok dari sistem klasifikasi dokumen , pada halaman ini dapat dilihat data kelompok yang telah disimpan dalam database

Hasil penelitian ini ditemukan penurunan gejala risiko perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah serta peningkatan kemampuan menerima dan berkomitmen pada pengobatan