• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Kegiatan Masyarakat Terhadap Kualitas Air Sungai Babarsari Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Kegiatan Masyarakat Terhadap Kualitas Air Sungai Babarsari Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Chapter III V"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2017 sebanyak 3 kali dengan interval 1 kali dalam dua mimggu di Sungai Babarsari Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Deskripsi Area

Stasiun 1

(2)

Gambar 3. Stasiun 1 Stasiun 2

Stasiun 2 terletak pada desa Kutalimbaru Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Titik koordinat stasiun 2 adalah 3°26'18.58"LU dan 98°33'3.96"BT. Lokasi stasiun ini terdapat aktivitas masyarakat seperti MCK (mandi, cuci dan kakus) dan aktivitas wisata. Lokasi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Stasiun 2. Stasiun 3

(3)

Gambar 5. Stasiun 3.

Stasiun 4

Stasiun 4 terletak di Tuntungan Kabupaten Deli Serdang. Titik koordinat stasiun 4 adalah 3°29'649"LU dan 98°35'586"BT. Pada daerah ini aktivitas masyarakat ialah pengerukan dan MCK. Lokasi stasiun 4 dapat dilihat pada Gambar 6

. Gambar 6. Stasiun 4.

Alat dan Bahan

(4)

Bahan yang digunakan adalah bahan kimia dalam proses kerja metode winkler yaitu, MnSO4, KOH-KI, H2SO4, amilum, Na2S2O3, data kuisioner,

akuades dan es untuk sampel air sungai.

Prosedur Penelitian

Pengukuran Faktor Fisika, Kimia dan Biologi Perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (ex situ). Parameter yang diukur langsung dilapangan yaitu kekeruhan, suhu, kecepatan arus, pH dan DO. Sedangkan analisis kandungan Total Coliform dalam air dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Perairan yang Diukur

Parameter Satuan Alat/ Metode Tempat

Analisis

BOD5 mg/l Alat titrasi/Winkler Ex Situ

Nitrat (NO3-N) mg/l Spektrofotometer Ex Situ

Phosphate (PO4-P) mg/l Spektrofotometer Ex Situ

Biologi

(5)

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang di dalam penelitian ini ialah dengan cara wawancara dengan kuisioner dengan penentuan populasi dengan rumus Slovin. Data yang akan dikumpulkan berupa data primer dan sekunder, dimana data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan berupa hasil wawancara kuisioner. Data sekunder adalah data yang yang diperoleh dari buku, jurnal dan sebagainya.

Teknik Pemilihan Sampel

Teknik yang digunakan dalam memilih sampel adalah dengan teknik

Purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik pemilihan sampel sesuai tujuan penelitian. Teknik pemilihan sampel ini merupakan teknik pengambilan sampel dengan cara acak dan menganggap bahwa sampel yang dipilih sudah mewakili keseluruhan populasi yang ada.

Dalam penentuan sampel pada penelitian digunakan rumus sebagai berikut :

� = �

1 +��2

Keterangan

n : Ukuran Sampel N : Ukuran Populasi

e : Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (10%) Sumber : Umar (2003).

Analisis Presepsi Masyarakat

(6)

keindahan dankenyamanan dibagi atas keindahan dan kenyamanan alam lokasi wisata. Penilaianterhadap keindahan kawasan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan (kuisioner)yang ditujukan kepada wisatawan. Keindahan yang dinilai adalah keindahan alami, tidaktermasuk buatan manusia. Secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut(Yulianda, 2004) :

�� = ���

��� �100%

Keterangan :

ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden

Ka : Nilai keindahan alam (%)

Kriteria/nilai keindahan alam : Ka ≥ 75% : Indah (3)

40% ≤ Ka ≤ 75% : Cukup indah (2) Ka < 40% : Tidak indah (1)

Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadaprasa kelapangan, ketentraman dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan denganmembuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Perhitungan dilakukandengan menggunakan rumus sebagai berikut (Yulianda, 2004) :

�� = ���

��� �100%

Keterangan :

(7)

Ero : Jumlah seluruh responden Na : Nilai kenyamanan alam (%)

Kriteria/nilai kenyamanan alam : Ka ≥ 75% : Nyaman (3) 40% ≤ Ka ≤ 75% : Cukup nyaman (2) Ka < 40% : Tidak nyaman (1) Sumber : Yulianda (2004).

Metode Storet

Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan statusmutu air yang umum digunakan. Dengan metode Storet dapat diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip, metode Storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan sebagai berikut :

1. Skor 0 = memenuhi baku mutu 2. Skor -1 s/d -10 = tercemar ringan 3. Skor -11 s/d -30 = tercemar sedang 4. Skor ≤ -31 = tercemar berat

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode Storet dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

(8)

2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.

3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku mutu) maka diberi skor 0.

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu) maka diberi skor yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air Jumlah Contoh Nilai

Parameter

Fisika Kimia Biologi

< 10

Maksimum -1 -2 -3

Minimum -1 -2 -3

Rata-rata -3 -6 -9

≥ 10

Maksimum -2 -4 -6

Minimum -2 -4 -6

Rata-rata -6 -12 -18

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis Kualitas Air

Analisis kualitas air di Sungai Babarsari dilakukan sebanyak tiga kali dengan interval dua minggu. Hasil analisis sungai Babarsari setiap stasiun dan pengambilan dapat dilihat pada Lampiran 5. Koordinat untuk masing – masing titik pengambilan sampel air dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Titik Koordinat Lokasi Penelitian

No Lokasi Koordinat

Lintang Utara Bujur Timur 1 Stasiun 1 (kontrol) 3°26’16,95” 98°33’3,75” 2 Stasiun 2 (aktivitas wisata dan

MCK)

3°26’18,58” 98°33’060” 3 Stasiun 3 (aktivitas pertanian,

peternakan dan tambak)

3°26’485” 98°33’140” 4 Stasiun 4 (aktivitas pengerukan

pasir dan MCK)

3°29’649” 98°35’585”

Hasil analisis air sungai Babarsari menurut PP No 82 Tahun 2001 dan sistem penilaian STORET dapat di lihat pada Lampiran 6. Parameter yang digunakan dalam penentuan kualitas air adalah Suhu, kecerahan, kecepatan arus, pH, DO, BOD5, N, P, serta Total coliform. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel

(10)

Tabel 5. Hasil Analisis Kualitas Air

Parameter Satuan Baku Mutu Kelas II

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa suhu rata-rata di sungai Babarsari pada stasiun 1 adalah 26,3 °C, pada stasiun 2 adalah 28°C, pada stasiun 3 adalah 27,7°C dan pada stasiun 4 adalah 28,3°C. Nilai pada keempat stasiun penelitian tidak jauh berbeda dan masih memenuhi baku mutu kualitas air sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001. Grafik rata-rata suhu di perairan sungai Babarsari dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Nilai rata-rata Suhu.

26,3 28 27,7 28,3

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

(11)

Kecerahan air sungai Babarsari adalah sebagai berikut, pada stasiun 1 adalah 0,6 m, pada stasiun 2 adalah 1,3 m, pada stasiun 3 adalah 0,64 m dan pada stasiun 4 adalah 0,55 m. Kecerahan perairan menunjukkan tingkat kebersihan suatu perairan dan juga tergantung substrat perairan tersebut. Grafik nilai rata-rata kecerahan perairan pada sungai Babarsari dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Nilai rata-rata Kecerahan

Kecepatan Arus rata-rata sungai Babarsari adalah sebagai berikut stasiun 1 adalah 1,5 m/s, stasiun 2 adalah 1,8 m/s, stasiun 3 adalah 1,8 m/s dan stasiun 4 adalah 1,7 m/s. Grafik nilai rata-rata kecepatan arus dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Nilai rata-rata Kecepatan Arus. 0,62

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

N

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

(12)

Pengukuran pH air di sungai Babarsari memperoleh nilai rata-rata pH pada stasiun 1 adalah 7,7 pada stasiun 2 adalah 8,4 pada stasiun 3 adalah 7,9 dan pada stasiun 4 adalah 7,2. Nilai pH yang paling tinggi terdapat pada stasiun 2 dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 4. Grafik nilai rata-rata pH pada sungai Babarsari dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Nilai rata-rata pH.

Berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata DO yang paling tinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 8,1 mg/L dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 7,4 mg/L, dan kadar DO pada stasiun 2 sebesar 7,5 mg/L dan stasiun 4 sebesar 7,9 mg/L. Kadar DO yang diperoleh dari keempat stasiun jika dibandingkan dengan PP No 82 Tahun 2001 masih memenuhi baku mutu kualitas air. Grafik nilai rata-rata DO pada sungai Babarsari dapat dilihat pada Gambar 11.

7,7 8,4 7,9 7,2

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

(13)

Gambar 11. Nilai rata-rata DO (Disolved Oxygen).

Nilai rata-rata BOD5 sungai Babarsari adalah sebagai berkut, pada stasiun 1 adalah 0,4mg/L pada stasiun 2 adalah 0,75mg/L pada stasiun 3 adalah 1,1mg/L dan pada stasiun 4 adalah 2,2mg/L. Niali rata-rata BOD pada stasiun 4 merupakan yang tertinggi dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 1. Grafik nilai rata-rata BOD5 dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Nilai rata-rata BOD5.

Nilai rata-rata kadar Nitrat yang diperoleh di sungai Babarsari adalah sebagai berikut, pada stasiun 1 adalah 0,5 mg/L, pada stasiun 2 adalah 1,31 mg/L,

8,1 7,5

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

N

DO (

Disolved Oxygen

)

0,4

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

(14)

pada stasiun 3 adalah 2,73 mg/L dan pada stasiun 4 adalah 1,36. Grafik nilai rata-rata N pada setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Nilai rata-rata N (Nitrat).

Nilai rata-rata Fosfat yang di teliti pada sungai Babarsari adalah sebagai berikut, pada stasiun 1 sebesar 0,113mg/L, pada stasiun 2 adalah 0,17mg/L, pada stasiun 3 sebesar 0,39mg/L, dan pada stasiun 4 sebesar 0,2mg/L. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pada stasiun 3 telah melampaui baku mutu kualitas air menurut PP No 82 Tahun 2001. Grafik nilai rata-rata Fosfat dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Nilai rata-rata Fosfat (P). 0,5

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

Ni

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

(15)

Nilai rata-rata Total coliform pada stasiun 1 adalah 1596,67 jml/100ml, pada stasiun 2 adalah 3500 jml/100ml, pada stasiun 3 adalah 6846,67 jml/100ml dan pada stasiun 4 adalah 5415 jml/100ml. Berdasarkan hasil yang diproleh nialinya bervariasi dan pada stasiun 3 dan stasiun 4 sudah melampau baku mutu kualitas air. Grafik nilai rata-rata Total coliform dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Nilai rata-rata Total coliform.

Kualitas Air Sungai Babarsari

Hasil analisis kualitas air sungai Babarsari yang telah dibandingkan dengan Kriteria Mutu Kualitas Air berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 kelas II dan menurut Sistem Nilai STORET yang tercantum pada Tabel menunjukkan bahwa, skor kualitas air untuk stasiun I adalah 0. Hal ini menandakan bahwa kualitas air sungai pada stasiun I dalam keadaan Baik Sekali dengan kategori memenuhi Baku Mutu. Skor kualitas air untuk stasiun II adalah 0. Nilai tersebut masuk dalam kategori Baik Sekali atau memenuhi Baku Mutu. Skor kualitas air untuk satsiun III adalah -25. Hal ini menandakan bahwa kualitas air sungai stasiun III Tercemar Sedang/Tidak Memenuhi Baku Mutu. Skor kualitas air sungai pada stasiun IV

1596,67

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

(16)

adalah -17. Nilai tersebut menandakan bahwa kualitas air sugai stasiun IV Tercemar Sedang/Tidak Memenuhi Baku Mutu.

Persepsi Pengunjung Terhadap Objek Wisata Babarsari

Hasil kuisioner menujukkan nilai tingkat kenyamanan pengunjung terhadap objek wisata sungai Babarsari sebesar 75,6% atau sebanyak 65 orang dari jumlah keselurahan responden 86 orang, dan sebanyak 24,4% atau sebanyak 21 orang responden mengatakan tidak nyaman. Perhitungan sampel pengunjung dapat dilihat pada Lampiran dan untuk perhitungan tingkat kenyamanan terhadap objek wisata Babarsari dapat dilihat pada Lampiran 10. Grafik tingkat kenyamanan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Persentase Kenyamanan Pengunjung.

Persepsi masyarakat tentang keindahan sungai Babarsari berdasarkan kuisioner menunjukkan sebesar 79,1% atau sebanyak 68 orang mengatakan objek wisata Sungai Babarsari tersebut indah dan sebesar 20,9% atau sebanyak 18 orang mengatakan wisata Babarsari tidak indah. Perhitungan nilai keindahan objek

76% 24%

Persentase Kenyamanan

Nyaman

Tidak nyaman N= 65

N= 21

(17)

wisata Babarsari dapat dilihat pada Lampiran 9. Grafik persentase keindahan objek wisata Babarsari dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Persentase Keindahan Sungai Babarsari.

Nilai kepuasan pengunjung saat melaksanakan aktivitas wisata di sungai Babarsari sebesar 50% atau sebanyak 43 orang menyatakan puas berwisata di sungai Babarsari. Sedangkan sebanyak 11,6% atau sebanyak 10 orang menyatakan cukup puas dan 38,4% atau sebanyak 33 orang menyatakan tidak puas. Tabulasi kuisioner pengunjung dapat dilihat pada Lampiran 8 . Grafik tingkat kepuasan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 18.

(18)

Gambar 18. Persentase Kepuasan Pengunjung.

Persepsi Pengelola Terhadap Wilayah yang Dikelolanya

Cara penanganan sampah yang dilakukan oleh pengelola sebanyak 5 orang atau sebesar 100% di Sungai Babarsari pengelola menangani sampah dari hasil aktivitas wisata dengan cara ditumpuk lalu dibakar dantidak terdapat pengelola yang menangani sampah hasil aktivitas wisata dengan caradibawa ke TPA dan dibuang ke dalam sungai. Grafik penanganan sampah hasil aktivitaswisata oleh pengelola dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Persentase Penangan Sampah Pengunjung.

Sebesar 60% atau sebanyak 3 pengelolamengatakan tidak tahu ada atau tidak wisatawan merasakan gatal-gatal setelah melakukanaktivitas mandi-mandi di sungai dan sebanyak 40% atau sebanyak 2 pengelolamengatakan tidak ada wisatawan yang mengelami gatal-gatal saat selesai melakukanaktivitas mandi-mandi di Sungai Babarsari tersebut.

Terdapat 20% atau sebanyak 1 pengelolamengatakan terdapat perubahan kualitas air akibat aktivitas wisata secara signifikan dansebanyak 20% atau

100% 0%

Penanganan Sampah Pengunjung

dikumpul lalu dibakar

(19)

sebanyak 1 pengelola mengatakan tidak terjadi perubahan kualitas airakibat aktivitas wisata serta sebanyak 60% atau sebanyak 3 pengelola mengatakan tidaktahu ada atau tidak ada perubahan kualitas air akibat dari aktivitas wisata. Tabulasikuisioner pengelola dapat dilihat pada Lampiran 10.

Pembahasan Kualitas Air Suhu

Suhu rata-rata yang diperoleh menunjukkan bahwa suhu pada stasiun 1 merupakan yang paling rendah jika dibandingkan dengan stasiun 2, 3 dan juga 4, hal tersebut dikarenakan pada stasiun 1 masih rindang dan dipenuhi dengan pepohonan dipinggir sungai. Hal ini sesuai dengan Barus (2004) yang menyatakan bahwa pola temperatur ekosistem perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya dan juga faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi perairan.

(20)

respirasi organisme air dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen.

Kecerahan

Kecerahan perairan tergantung pada penetrasi cahaya dan juga warna dari perairan. Kecerahan sungai Babarsari masih tergolong tinggi, karena pada saat pengukuran kecerahannya pada stasiun 1,2 dan 3 masih nampak hingga dasar sedangkan pada stasiun 4 kecerahannya hanya 0,55 m dikarenakan pengerukan pasir dari badan sungai. Sesuai dengan Effendi (2003), mengatakan kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual mengguanakan Secchi disk. Nilai sangat di pengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan penelitian.

Kecepatan Arus

(21)

pH

pH yang ideal bagi kehidupan biota airtawar adalah antara 6,8 - 8,5. pH yang sangatrendah, menyebabkan kelarutan logam-logamdalam air makin besar,yang bersifat toksikbagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggidapat meningkatkan konsentrasi amoniakdalam air yang juga bersifat toksik bagiorganisme air (Tatangindatu, dkk 2013). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai pH pada sungai Babarsari masih sesuai dengan baku mutu kualitas air yang tercantum dalam PP No. 82 Tahun 2001, yaitu kisaran pH untuk badan air kelas II adalah 6-9.

DO (Disolved Oxygen)

Nilai rata-rata terendah di peroleh pada stasiun 2 dan juga stasiun 3 yaitu 7,5 mg/L dan 7,4 mg/L. Rendahnya kadar DO pada kedua stasiun ini ialah disebabkan oleh banyaknya aktivitas pada daerah tersebut, dimana pada stasiun 2 merupakan daerah wisata. Aktivitas masyarakat dan para wisatawan sangat berpengaruh terhadap kualitas sungai sehingga menyebabkan turunnya kadar DO pada perairan tersebut.

(22)

terlarut dalam air disebabkan karena adanya zat pencemar yang dapat mengkonsumsi oksigen. Zat pencemar tersebut terutama terdiri dari bahan organik dan anorganik yang dapat bersasal dari berbagi sumber.

BOD5

Nilai rata-rata BOD5 sungai Babarsari adalah sebagai berkut, pada stasiun 1 adalah 0,4 pada stasiun 2 adalah 0,75 pada stasiun 3 adalah 1,1 dan pada stasiun 4 adalah 2,2. Niali rata-rata BOD pada stasiun 4 merupakan yang tertinggi dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 1. Hasil pengukuran yang diperoleh jika dibandingkan dengan PP NO 82 Tahun 2001 masih memenuhi baku mutu kualitas air.

Nilai BOD5 yang diperoleh pada keempat stasiun masi tergolong rendah dan belum melampaui baku mutu kualitas air sehingga menandakan beban limbah pada sungai Babarsari masih tidak begitu besar. Hal ini sesuai Simanjuntak (2009), yang menyatakan Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untukmenguraikan (mengoksidasi) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zatorganik yang tersuspensi dalam air.

N (Nitrat)

(23)

nitrat. Nitrat jugadapat dibentuk dalam badan air melalui oksidasibentuk lain dari nitrogen, termasuk nitrit, amonia,dan senyawa nitrogen organik seperti asam amino.

Kadar nitrat pada sungai Babarsari yang bervariasi meskipun pada stasiun 2 memiliki kadar nitrat yang paling tinggi, namun perbedaan kadar nitrat pada keempat stasiun tidak terlalu signifikan dan masih belum melampaui baku mutu kualitas air menurut PP No 82 tahun 2001. Perbedaan nilai nitrat pada stasiun 2 dan stasiun 4 tidak terlalu jauh berbeda karena aktivitas masyarakat seperti pada stasiun 2 yaitu merupakan daerah wisata dimana banyak orang yang mandi dan membuang sampah ke badan sungai dan juga pada stasiun 4 yang pada daerah ini banyak penduduk tinggal dan banyaak juga membuang sampah pada badan sungai. Hal ini sesuai Effendi (2003), yang menyatakan kadar nitrat meningkat menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan.

Fosfat (P)

(24)

Total coliform

Keberadaan Coliform pada perairan pasti akan mengganggu pengguna air karena dianggap telah terkontaminasi oleh kotoran manusia, dalam hal ini pada stasiun 3 dan stasiun 4 kadar Total coliform sudah melampaui batas baku mutu kualitas air dikarenakan banyaknya aktivitasn masyarakat setempat yang membuang sampah ke badan perairan baik pertanian maupun rumah tangga. Sesuai dengan Khotimah (2013), yang menyatakan pengaruh limbah seperti feses atau sisa makanan lainnya masih mendominasi sebagai faktor penyebab pencemaran lingkungan air. Lokasi pemukiman padat pendudukdengan kerapatan penduduk yang tinggi, jarak antarasatu rumah dengan rumah yang lain sangatdekat, jarak antara pembuangan limbah danseptic tank sumber air cenderung berdekatan serta kebiasaan penduduk ditepian sungai membuang limbah secara langsung ke sungai menyebabkan pencemaran bakteri coliform.

Persepsi Pengunjung Terhadap Tempat Wisata

Persepsi masyarakat berdasarkan kuisioner diperoleh tingkat kepuasan pengunjung terhadap wisata Babarsari sebesar 50% atau sebanyak 43 orang merasa puas, sebesar 11,6% atau sebanyak 10 merasa cukup puas, dan sebesar 38,4% atau sebanyak merasa tidak puas.

(25)

Tersedianya fasilitas juga seperti warung, musholla juga menambah tingkat kepuasan pengunjung berwisata di sungai Babarsari.

Pengunjung yang berwisata ke sungai Babarsari tidak semuanya merasa puas, ada juga yang merasa cukup puas dan tidak puas. Alasan masyarakat merasa tidak puas berwisata di sungai Babarsari ialah karena akses jalan yang kurang bagus saat menuju sungai Babarsari. Pendapat pengunjung yang lainnya adalah minimnya toilet yang disediakan karena pengelola ada hanya menyediakan kamar ganti.

Persepsi pengunjung terhadap kenyamanan berwisata di sungai Babarsari diperoleh sebesar 75,6% atau sebanyak 65 orang responden dari total responden sebanyak 86 mengatakan nyaman. Nilai tersebut masuk dalam kisaran ≥ 75% yang menunjukkan objek wisata Babarsari merupakan tempat yang nyaman dikarenakan tempat yang rindang, dan juga fasilitas yang disediakan pengelola saat pengunjung berenang maupun bersantai dipondok.Menurut Sudewi (2000) sesuai dengan kriteria dari Ditjen PHPA bahwa suatu obyek wisata dapat dikatakan nyaman apabila nilai tingkat kenyamanan berada pada kisaran 60% – 79%.

Persepsi pengunjung terhadap keindahan objek wisata sungai Babarsari sebanyak 68 orang responden dari total responden sebanyak 86 orang mengatakan indah. Hasil dari 68 responden tersebut diperoleh nilai keindahan kawasan wisata Babarsari 79,1%.

(26)

pengunjung untuk berwisata ke sungai Babarsari. Daya tarik kawasan Babarsari yang penuh dengan bebatuan yang tersusun dapat dikembangkan untuk lebih baik lagi dengan tetap mempertimbangkan daya dukung lingkungannya.

Persepsi Pengelola Terhadap Wilayah yang Dikelolanya

Objek wisata sungai Babarsari pertama kali dibuka pada tahun 2010. Pengelola objek wisata sekarang sudah mengelola selama 6 tahun dan juga ada yang masih 4 tahun. Sebanyak 1 orang atau sebesar 20% pengelola menyediakan <10 pondok dan sebanyak 4 orang atau sebesar 80% pengelola menyediakan >10 pondok.

Pendapat pengelola kawasan wisata Babarsari dari total responen 5 orang sebanyak 3 orang atau sebesar 60 % yang menyediakan toilet dengan dilengkapai

Septic tank sebagai wadah penampung hasil limbah toilet. Hasil kuisioner juga menunjukkan bahwa sebesar 100% pengelola membakar sampah yang dihasilkan oleh pengunjung. Responden dari pengelola dan masyarakat sekitar tentang objek wisata Babarsari juga positif, dan juga mereka berharap bahwa pengelolaan objek wisata Babarsari ini lebih ditingkatkan karena melalui wisata tersebut tingkat pendapatan masyarakat juga bertambah.

(27)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Aktivitas masyarakat yang berada disekitar sungai Babarsi menyebabkan menurunnya kualitas air, terutama pada stasiun 3 dan 4 tercemar sedang menurut baku mutu kualitas air PP No 82 Tahun 2001 dengan sistem penilaian STORET.

2. Tingkat kenyaman pengunjung terhadap wisata Babarsari sebesar 75,6% dan 79,1% menyatakan objek wisata Babarsari indah. Namun kesadaran pengunjung untuk tidak membuang sampah ke sungai masih kurang.

Saran

Gambar

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 4.  Gambar 4. Stasiun 2.
Gambar 6
Tabel 2. Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Perairan yang Diukur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji F dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen, Produksi Tebu Domestik (X1) dan Nilai Tukar (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara

(1995), harga dan kuantitas permintaan suatu komoditi berhubungan secara negatif. Artinya semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah permintaan terhadap

Dari serangkaian tahapan penelitian yang telah dilaksanakan, validasi instrumen penilaian portofolio pada aspek format, konstruksi, dan bahasa dinyatakan memenuhi

produsen dan konsumen dengan sistem MLM.. Perantara ini tidak dapat menjualkan produk sebagaimana layaknya perantara dalam sistem marketing biasa, yaitu barang diambil

Spesifikasi mengarah pada barang/jasa tertentu (lingkup pekerja &amp; spesifikasi barang - diikuti oleh kriteria ev yang juga tidak rasional/ menutup kemungkinan bagi semua

[r]

Produk dikembangkan dengan metoda Virtual Prototyping, dengan tujuan produk yang dihasilkan merupakan produk yang murah, ringan, sesuai dengan spesifikasi teknis yang

Dari uraian analisa yang sudah dipaparkan diatas, dalam kasus pejuang buruh perempuan dalam memperjuangkan hak ( Marsinah ) disini dapat tergambar dengan jelas