• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI INTI 7 TEHNIK MELATIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MATERI INTI 7 TEHNIK MELATIH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI INTI 7

TEKNIK MELATIH

I.

Deskripsi Singkat

Tugas utama Fasilitator atau Pelatih adalah memfasilitasi/ melatih peserta pelatihan untuk belajar dengan lebih baik secara bersama-sama.

Untuk itu Fasilitator/ pelatih harus menguasai teknik memfasilitasi peserta agar dapat belajar bagaimana caranya belajar.

Oleh karena itu, fasilitator hendaknya tidak hanya mengembangkan minatnya dalam substansi, tetapi juga adalah hal bagaimana proses peserta pelatihan belajar. Fasilitator harus menguasai Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa, Metode Pembelajaran, Perencanaan pelatihan, Evaluasi pembelajaran, Rencana Pembelajaran melalui penyusunan SAP, penciptaan Iklim Pembelajaran dan Teknik Presentasi interaktif.

II. Tujuan Pembelajaran

a. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP.

b. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa.

2. Mengembangkan keterampilan melalui berbagai metode pembelajaran.

3. Merencanakan pelatihan dengan memanfaatkan media dan alat bantu pembelajaran. 4. Melakukan evaluasi pembelajaran.

5. Membuat rencana pembelajaraan melalui penyususnan Satuan Acara Pembelajaran (SAP).

6. Menciptakan suasana menyenangkan dalam suatu pelatihan (iklim pembelajaran). 7. Menerapkan Teknik Presentasi Interaktif.

III. Pokok Bahasan dan/ atau Sub Pokok Bahasan

1. Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa 2. Metode Pembelajaran:

a. Ceramah b. Tanya jawab c. Curah pendapat d. Diskusi kelompok e. Latihan

(2)

3. Perencanaan pelatihan dengan memanfaatkan media dan alat bantu pembelajaran. 4. Evaluasi pembelajaran.

5. Rencana pembelajaran melalui penyusunan SAP. 6. Iklim pembelajaran.

7. Teknik presentasi interaktif.

IV. Bahan Belajar:

 Depkes RI, 2006, Teknik Melatih.Depkes RI, 2006,

 Modul Pelatihan Tenaga Pelatih Program Kesehatan (TPPK), Pusdiklat, Jakarta.

V. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Langkah 1. Pengkondisian peserta.

a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan disampaikan.

b. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian materi.

Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab dan Micro Teaching

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan.

a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. c. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. Uraian Singkat

A. PRINSIP PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

Pendidikan Orang Dewasa (Andragogy) adalah suatu proses dimana orang (orang-orang) yang sebagian besar peran sosialnya dapat digolongkan dalam status orang dewasa, melakukan kegiatan-kegiatan belajar dengan sengaja dan dengan mengadakan perubahan kemajuan ke arah pengetahuan, sikap dan nilai-nilai maupun keterampilan yang telah mereka miliki.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar orang dewasa: 1. Faktor kebebasan

2. Faktor tanggung jawab 3. Faktor keputusan sendiri 4. Faktor pengarahan diri sendiri 5. Faktor psikologis

6. Faktor fisik dan 7. Faktor motivasi

(3)

1. Memerlukan kondisi bebas. 2. Tidak menyukai hafalan.

3. Mengutamakan pemecahan masalah dan

4. Lebih menyukai hal-hal yang praktis, bukan teoritis.

Hal-hal tersebut di atas menimbulkan implikasi dalam menentukan metode pembelajaran, dimana mereka lebih menyukai:

• Diskusi kelompok • Latihan

• Pemecahan masalah • Simulasi

• Studi kasus • Observasi

• Penggunaan multi media

Urutan tahapan proses belajar orang dewasa pada umumnya adalah: 1. Kesadaran (awareness)

2. Pengetahuan dan Pemahaman 3. Keterampilan

4. Penerapan keterampilan 5. Sikap kerja terbentuk

Dikenal beberapa perbedaan antara Andragogy dan Paedagogy:

 Tingkat kemandirian: pada andragogy lebih independen dibanding dengan paedagogy yang lebih tergantung pada orang lain.

 Pengalaman hidup: yang pada andragogy sangat penting sebagai sumber dan acuan belajar.

 Kesiapan untuk belajar: pada andragogy tergantung pada kebutuhan riil pekerjaan dan keseharian, sedang pada paedagogy tergantung kepada guru dan kurikulum.

 Orientasi belajar: pada andragogy berorientasi pada skill yang harus dikuasai sedang pada paedagogy lebih berorientasi pada materi belajar.

 Pemanfaatan hasil belajar pada andragogy harus dapat segera dimanfaatkan dalam pekerjaan, sedang pada paedagogy kelak kemudian hari mungkin berguna atau tidak berguna.

 Motivasi belajar pada andragogy timbul dari dalam diri sendiri, bukan ditimbulkan dari luar.

 Iklim belajar pada andragogy cenderung santai tapi membelajarkan. Pada paedogogy cenderung kaku dan formal.

 Analisis kebutuhan belajar pada andragogy peserta diklat aktif menganalisis kebutuhan belajarnya, pada paedagogy dilakukan oleh guru.

 Sifat materi pelajaran pada andragogy teoritis praktis dan disusun secara fleksibel sesuai kebutuhan, pada paedagogy disusun secara teoritis, linier.

(4)

Asusmsi model pendekatan andragogy dan implikasinya dalam pembelajaran: 1. Kebutuhan untuk mengetahui:

 Ketengahkan alasan “mengapa” harus belajar materi yang sedang dibelajarkan itu.  Tunjukkan manfaat materi dalam “pelaksanaan tupoksinya” dan sebagai upaya

peningkatan “performance pribadinya”.

 Tunjukkan “kerugiannya” jika tidak mengambil peluang itu.

 Beri kesempatan untuk menemukan kesenjangan antara kompetensi yang telah dimiliki dan yang seharusnya dimiliki untuk pelaksanaan tupoksinya.

2. Konsep diri peserta latih:

 Dilibatkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran.

 Ciptakan suasana kelas yang menyenangkan: situasi & kondisi.  Meja dan kursi yang nyaman: sesuai dengan ukuran orang dewasa.

 Penempatan meja dan kursi tidak perlu diatur secara formal, mudah diubah.  Ada kebebasan untuk mengemukakan pendapat tanpa rasa takut dicemooh.  Sikap fasilitator yang demokratis.

3. Peranan pengalaman peserta latih:

 Dilibatkan dalam pokok bahasan dan proses pembelajaran yang akan berlangsung.  Dapat memberikan kontribusi terhadap proses pembelajaran sebagai “narasumber”

bagi peserta lain.

 Dapat menghubungkan antara pengalaman pribadi dengan pengalaman yang baru diperoleh.

 Pengalaman lama yang sudah menetap membentuk paradigma, sulit untuk diubah perlu waktu.

 Penggalian pengalaman dalam proses pembelajaran memerlukan metode yang dapat melibatkan peserta [interaktif].

4. Kesiapan untuk belajar:

 Materi diklat disusun berdasar tuntutan dalam tugas serta disesuaikan dengan karakteristik pendidikan, usia, status sosial, pengalaman peserta.

 Metode pembelajaran dirancang dengan pendekatan “mengalami” mengacu pada konsep belajar berdasar pengalaman  peserta dapat mengaplikasikan dalam pekerjaannya.

5. Orientasi belajar:

 Berpusat pada pemecahan masalah tupoksinya dan kesulitan pribadi dalam pelaksanaan tupoksinya/ performance.

 Proses pembelajaran materi dipilah dengan pembobotan: Harus – Perlu – Baik.  Berusaha “mendaratkan” modul yang cenderung “teoritis”.

6. Motivasi diri:

 Munculkan dorongan internalnya melalui tantangan-tantangan baru yang “didramatisir”.

(5)

 Berikan kesempatan untuk mendapatkan sendiri apa-apa yang paling sesuai dan paling dibutuhkannya [self discovery].

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa keadaan psikologis belajar bagi orang dewasa:  Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan, bukan diajar tetapi dimotivasi untuk

belajar.

 Belajar adalah menemukan sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhannya.

 Belajar kadang merupakan proses yang menyakitkan, karena harus melakukan perubahan pada dirinya.

 Belajar sangat bersifat khas dan individual.

Oleh karena itu, ada bebarapa hal yang harus dihindari pada pembelajaran orang dewasa:  Hindari menggurui

 Hindari memaksakan kehendak

 Jangan memaksakan hanya saya yang tahu  Hindari menyalahkan pembelajar secara langsung  Hindari menyalahkan pelatih lain di depan pembelajar

 Jangan langsung menjawab pertanyaan, beri kesempatan pada pembelajar yang lain  Hindari menguraikan sesuatu secara berbelit

 Hindari memberi contoh dengan menguraikan pengalaman pribadi secara panjang lebar

B. METODE PEMBELAJARAN 1. CERAMAH – TANYA JAWAB

DESKRIPSI:

Adalah cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan domain pengetahuan yang lebih banyak mengandalkan pada kekuatan pelatih dalam menggunakan bahasa verbal dan bahasa tubuh, sedangkan pembelajar hanya pasif menerimanya dengan mengandalkan indera penglihatan dan pendengaran.

KEGUNAAN:

 Menyajikan pengetahuan dan pandangan  Lebih banyak menyentuh domain kognitif

 Sebagai pelengkap pada metode pembelajaran lain, yang berfungsi sebagai penjelasan awal dan rangkuman akhir

KEUNTUNGAN:

 Mengcover jumlah yang besar dan sekwen dapat dikendalikan

 Tidak memerlukan sumber daya yang besar [waktu, biaya, tenaga, peralatan, dan lain-lain]

 Jika gaya pelatih type “orator” suasana menjadi “hidup” KELEMAHAN:

(6)

 Daya serap dan daya lekat cenderung rendah, karena hanya mendengar dan melihat  Sulit mendapatkan umpan balik [kontrol hasil]

2. DEMONSTRASI

DESKRIPSI:

Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain psikomotor atau afektif dengan cara memperagakan suatu proses kegiatan [opersionalisasi] kepada pembelajar secara senyatanya dengan menggunakan alat/ benda sesungguhnya dalam situasi yang sesungguhnya atau tiruan.

KEGUNAAN:

Jika dilanjutkan dengan praktikum akan dapat menstimulir domain psikomotor dan afektif secara mendalam, tetapi jika tidak dilanjutkan, hanya akan menstimulir sebatas domain pengetahuan yang mendalam sedangkan domain afektif relatif dangkal.

KEUNTUNGAN:

 Jika dilanjutkan dengan praktikum akan menghasilkan keterampilan dan sikap positif dalam waktu yang relatif singkat.

 Dapat menumbuhkan motivasi pembelajar.

 Menghasilkan daya serap dan daya lekat yang relatif lebih baik.  Dapat memperkecil tingkat distorsi penerimaan

KELEMAHAN:

 Jika tidak dilanjutkan dengan praktikum, terbentuknya keterampilan relatif dangkal, karena hanya menstimulir domain kognitif.

 Perlu persiapan teknis yang betul-betul matang dan detail.

 Perlu sumber daya yang memadai [waktu, biaya, alat, tenaga dan ruangan/ lingkungan].

PERSIAPAN:

 Menyusun SAP sesuai skenario dan menyiapkan alat bantu.  Mencoba mengoperasionalkannya dan mencatat durasi waktu.

 Melakukan analisis persoalan potensial [APP] dan menyiapkan taktik pencegahan dan penanggulangannya jika persoalan benar-benar muncul.

PELAKSANAAN:

 Sebelum kegiatan dimulai beri penjelasan secara runtut dan detail cara kerja/ prosedur, termasuk APP dan pencegahan serta penanggulangannya jika terjadi persoalan dengan cara “simulasi”.

(7)

 Beri penjelasan secara detail pada setiap tahapan.

3. SIMULASI

DESKRIPSI:

Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain psikomotor dan afektif dengan melibat-aktifkan aspek “emosi” pada diri pembelajar melalui perangsangan hampir semua indera penerima. Pengalaman belajar yang didapat dengan cara melakukan kegiatan “tiruan” dengan menggunakan alat/ benda sesungguhnya/ tiruan dalam situasi dan lingkungan yang tidak sesungguhnya [tiruan].

KEGUNAAN:

 Melatih keterampilan dan membentuk sikap positif pada diri pembelajar dengan situasi dan kondisi tiruan agar terbebas dari bahaya dan kerugian jika pembelajar gagal dalam melakukan kegiatan.

 Sebagai prasyarat sebelum melakukan peragaan dan praktikum. KEUNTUNGAN:

 Jika dilanjutkan dengan praktikum akan menghasilkan keterampilan dan sikap positif dalam waktu yang relatif singkat.

 Dapat menumbuhkan motivasi pembelajar.

 Menghasilkan daya serap dan daya lekat yang relatif lebih baik.  Dapat memperkecil tingkat distorsi penerimaan.

 Terbebas dari risiko bahaya dan kerugian.

 Melatih pembelajar agar mampu menilai situasi dan membuat berbagai pertimbangan berdasarkan berbagai kemungkinan yang muncul saat kegiatan sedang berlangsung.

 Memberi kesempatan berlatih untuk mengambil keputusan yang mungkin tak dapat dilakukan di alam nyata.

 Jika gagal dapat diulang-ulang tanpa risiko kerugian. KELEMAHAN:

 Jika pelatih gagal merebut atensi pembelajar, kegiatan ini seolah-olah hanya main-main saja, penuh gelak – tawa.

 Media berlatih dan situasi yang dialami adalah “tiruan/ buatan”, maka tidak akan sama dengan situasi dan kondisi di alam nyata.

 Membutuhkan waktu lama untuk persiapan dan pelaksanaan.

 Jika observer [diantara pembelajar] kurang dapat menangkap “critical pointers” maka umpan balik yang diberikan hanya sebatas perilaku normatif.

LANGKAH-LANGKAH SIMULASI: 1. Pelatih menyajikan situasi.

(8)

3. Pelatih membagi tugas dan menyampaikan protap. 4. Peserta menyiapkan diri.

5. Peserta bersimulasi, fasilitator mengawasi.

PERSIAPAN:

 Menyusun SAP sesuai skenario dan menyiapkan alat bantu.  Menyiapkan lembar kerja dan lembar pengamatan.

 Mendisain ruangan. PELAKSANAAN:

 Menjelaskan topik dan skenario kegiatan.  Membagi tugas pada masing-masing pembelajar.

 Kegiatan diawali dengan sajian situasi nyata dalam bentuk cerita dan dilakukan dengan tanya jawab sehingga pembelajar tahu persis apa dan bagaimana melakukannya.

 Setelah berakhir, sesegera mungkin para observer memberikan laporan hasil pengamatannya dan segera lakukan pembahasan yang mendalam terutama pada “critical pointers” untuk “reinforcement”.

4. ROLE-PLAY

DESKRIPSI:

Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain afektif dengan mengandalkan aspek “emosi” pada diri pembelajar melalui perangsangan hampir semua indera penerima. Pengalaman belajar yang didapat dengan cara melakukan kegiatan “memerankan/ menjadi” figur/ sosok orang lain dalam situasi dan lingkungan tiruan.

KEGUNAAN:

 Melatih pembelajar untuk dapat merasakan/ menghayati berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh peran yang dimainkannya.

 Melatih kesadaran dan kepekaan sosial yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja nyata, sehingga dapat memunculkan sikap positif tentang fenomena sosial yang memang ada di sekitarnya.

KEUNTUNGAN:

 Dapat terbentuk sikap positif dalam waktu yang relatif singkat.  Menghasilkan daya serap dan daya lekat yang relatif lebih baik.

 Melatih pembelajar agar mampu menyelami perasaan orang lain, ketika dihadapkan pada situasi yang sama dengan yang ia perankan.

(9)

 Jika pelatih gagal merebut atensi pembelajar, kegiatan ini seolah olah hanya main-main saja, penuh gelak – tawa.

 Membutuhkan waktu lama untuk persiapan dan pelaksanaan.

 Tidak semua orang dapat menerima dan mudah melupakan pada “pengalaman negatif” yang diterimanya saat bermain peran.

Role Playing Terstruktur

 Dilakukan dengan alur cerita/ skenario yang telah dipersiapkan.

 Pembagian seluruh tugas peran dilakukan dengan jelas dan terbuka [semua pemeran saling mengetahui peran karakter yang harus dibawakan oleh setiap pemeran].  Pemeran tidak boleh “keluar” dari skenario [baik jalan cerita ataupun karakter yang

harus dibawakannya].

Role Playing Spontanitas

 Dilakukan tanpa skenario yang detail, hanya garis besar.

 Masing-masing pemeran tidak mengetahui karakter setiap pemeran [bahkan ada pemeran yang tanpa arahan].

 Pemeran yang telah “diprogram” tidak boleh keluar dari arahan dan yang lainnya boleh keluar dari arahan.

Langkah-langkah Role Playing

1) Pelatih menyajikan situasi dilanjutkan dengan pembahasan 2) Penyiapan Permaianan:

a. Pemilihan Peran b. Pengaturan Tempat c. Penyiapan Pengamat 3) Permainan:

a. Mencoba beberapa saat b. Pembahasan sesaat c. Mulai Permaianan 4) Pengukapan Pengalaman:

a. Laporan Pengamat b. Diskusi

c. Evaluasi

5. DISKUSI KELOMPOK

DESKRIPSI:

Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain kognitif atau afektif dengan mengandalkan partisipasi para anggotanya. Pengalaman belajar yang didapat melalui tukar pikiran/ pengalaman diantara peserta untuk kemudian disatukan dengan proses “take and give”.

(10)

 Latihan mengemukakan pendapat yang bertanggung jawab.  Latihan untuk mau menerima dan memberi.

 Mengembangkan ide-ide baru.

 Membantu peserta dalam memahami diri sendiri dan orang lain. KEUNTUNGAN:

 Memungkinkan pembelajar dapat berperanserta secara aktif

 Dapat digunakan sebagai sarana pengukuran apakah ide-ide dan pengalamannya dapat diakui kebenarannya.

 Memungkinkan pembelajar mendapat informasi yang beragam.  Hasil diskusi biasanya “aplicable”.

 Pembelajar dapat dengan segera meng “update” konsep/ ide yang mungkin sudah kurang sesuai lagi.

KELEMAHAN:

 Membutuhkan waktu yang lebih lama, jika ingin mendapatkan hasil pembelajaran yang baik.

 Jika terjadi kemacetan akan menimbulkan kejenuhan.

 Memerlukan pemimpin diskusi yang “demokratis” dan mahir dalam menggali dan mendorong peserta untuk aktif serta menahan peserta yang dominan.

 Jika waktu dibatasi sering menghasilkan keputusan yang kurang optimal karena peserta “dipaksa” untuk “setuju”.

Tahapan proses diskusi kelompok: 1. Klarifikasi dan interpretasi. 2. Diferensiasi dan motivasi. 3. Polarisasi.

4. Kontradiksi/ konflik.

5. Konklusi/ kesepakatan bersama.

6. STUDI KASUS

DESKRIPSI:

Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain kognitif atau afektif atau keterampilan berpikir dengan mengandalkan daya nalar para pembelajar. Pengalaman belajar yang didapat oleh pembelajar adalah “mengalami” karena dihadapkan pada situasi dengan berbagai pilihan.

KEGUNAAN:

 Membantu mengembangkan kemampuan analisis, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

(11)

KEUNTUNGAN:

 Dapat mempermudah pembelajaran dengan konsep analitik.

 Memungkinkan pembelajar menemukan beberapa alternative tindakan dalam pemecahan masalah.

 Lebih efektif jika digunakan untuk membelajarkan dimensi kepemimpinan, motivasi, komunikasi.

 Memungkinkan pembelajar secara leluasa dalam bertukar pendapat dan mengadakan evaluasi bersama-sama.

KELEMAHAN:

 Sulitnya menyusun kasus yang memunculkan berbagai aspek seperti yang dikehendaki, terutama aspek emosional.

 Membutuhkan waktu penulisan/ persiapan dan pelaksanaan yang cukup lama.  Dapat menimbulkan frustasi jika tidak sampai menghasilkan alternatif pemecahan.  Jika kurang penjelasan, kemungkinan pembelajar keliru dalam menangkap

permasalahan akan lebih mudah terjadi.

 Jika fasilitator kurang menguasai akan terseret dalam polemik yang berkepanjangan. LANGKAH:

 Mengidentifikasi dan menyusun kasus yang akan dibahas dalam bentuk tulisan  Menghantar pembelajar agar masuk/ larut dalam kasus tersebut

 Diskusi kelompok  Presentasi hasil  Ruang tanya jawab

 Fasilitator berperan menjaga agar pembahasan kasus tetap pada jalur yang dikehendaki

 Membuat kesimpulan tentang proses dan hasil studi yang dihubungkan dengan TPU/K.

C. PERENCANAAN PELATIHAN DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN

Media pembelajaran adalah media yang dipakai pada proses pembelajaran. Media bukan juga peralatan. Media Pembelajaran adalah media teknologis yang digunakan oleh fasilitator dalam menyampaikan materi pembelajaran. Media pembelajaran merupakan suatu cara/ sarana mengkomunikasikan sesuatu antara fasilitator/ pelatih dan peserta. Digunakan untuk membantu pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Media dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan interaksi peserta dengan sumber belajar/ fasilitator.

(12)

1. Media cetak. Contoh: buku teks, majalah, booklet. 2. Media grafis. Contoh: sketsa, grafik, bagan, kartun, foto. 3. Media berbantuan komputer.

4. Media Audio.

5. Media Visual: menampilkan pesan dalam gambar yang bergerak maupun tidak bergerak. 6. Media Audiovisual: dapat menampilkan gambar dan suara pada waktu bersamaan.

Contoh: Film, CD,TV, Video.

D. EVALUASI PEMBELAJARAN

Adalah kegiatan pengukuran daya serap peserta atas pembelajarannya. Tujuan Pembelajaran yang hendak dicapai dalam kegiatan pelatihan mempunyai kaitan erat dengan materi pembelajaran, metode pembelajaran dan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Evaluasi yang baik haruslah didasarkan pada tujuan pembelajaran seperti tertuang dalam TPU dan TPK yang merupakan penjabaran dari tujuan kurikulum atau tujuan pelatihan.

Jenis Evaluasi Pembelajaran dan Kegunaannya. 1. Pre Test

Bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta, menentukan strategi pembelajaran. Dapat juga untuk mengukur peningkatan yang diperoleh peserta (dibandingkan dengan Post Test).

2. Evaluasi terhadap tingkat kompetensi peserta, dapat dilakukan pada akhir setiap sesi pembelajaran atau pada akhir pelatihan. Antara lain menggunakan:

 Portofolio: berupa catatan, kumpulan hasil karya peserta yang didokumentasikan dengan baik dan teratur.

 Tes/ Ujian:

Diberikan dalam bentuk soal atau kasus untuk dijawab. Jawaban dinilai oleh fasilitator.

Sebagai evaluasi sumatif, tes atau ujian dilakukan untuk kepentingan penentuan kelulusan, peringkat, pemberian sertifikat atau penelitian terhadap efektifitas kurikulum dan perencanaan pelatihan.

3. Evaluasi pada tahap uji coba:  Merupakan evaluasi formatif

 Dirancang untuk proses sistematik memberikan informasi tentang ketepatan materi pembelajaran atau program pelatihan.

 Biasa dilaksanakan sebelum kelas berakhir sehingga masih ada kesempatan untuk memperbaiki.

E. RENCANA PEMBELAJARAN MELALUI PENYUSUNAN SAP

(13)

 SAP adalah dokumen yang berisi skenario proses pembelajaran suatu materi atau topik tertentu dalam pelatihan.

 Disusun untuk setiap sesi pertemuan.

 Format SAP disusun secara naratif agar mudah dioperasionalkan dengan mudah.  SAP dikembangkan berdasar semua komponen yang terdapat dalam GBPP.

 SAP menguraikan secara rinci langkah demi langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan disertai estimasi waktunya untuk masing-masing tahapan kegiatan. Uraian meliputi tiap tahap pembelajaran, melaui dari pembukaan sampai penutup.  SAP diperlukan sebagai pegangan bagi fasilitator dalam memfasilitasi, agar tidak

menyimpang dari alur dan lingkup materi sajian pembelajaran.  SAP mengacu pada GBPP.

Format SAP:

1. Mata Diklat (Materi Pembelajaran). 2. Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan. 3. Waktu (Hari, Tanggal, Jam, Durasi). 4. Tujuan Pembelajaran Umum. 5. Tujuan Pembelajaran Khusus. 6. Kegiatan Pembelajaran:

a. Materi Pembelajaran. b. Metode Pembelajaran.

c. Langkah Kegiatan dan Estimasi Waktu. d. Media dan Alat Bantu Pembelajaran. 7. Evaluasi.

8. Referensi.

F. IKLIM PEMBELAJARAN YANG KONDUSIF

Berikan kesempatan kepada peserta untuk memperoleh pemahaman dan keterampilan secara alamiah.

Tiga Karakteristik berikut diperlukan untuk membanguan suasana pembelajaran yang efektif di kelas (Combs, 1976):

a. Atmosfir belajar harus diciptakan agar dapat memfasilitasi pencarian pengetahuan dan pemahaman baru. Peserta harus merasa aman dan diterima.

b. Peserta harus diberi kesempatan untuk secara berkala menghadapi informasi dan pengalaman baru. Kesempatan harus diatur sedemikian rupa agar peserta lebih banyak melakukan sesuatu daripada sekedar menerima informasi.

c. Pengetahuan dan pemahaman baru harus diperoleh melalui proses pencarian yang dilakukan secara mandiri.

Tujuan pengelolaan kelas adalah agar tujuan pelatihan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah di kelas, perlu dilakukan pengelolaan kelas antara lain sebagai berikut:

a. Ciptakan iklim kelas yang baik (tindakan positif atau preventif).

Fasilitator menyampaikan bahasan dengan baik dan lancar seta melibatkan peserta dalam kegiatan pembelajaran.

(14)

Motivasi timbul karena adanya kebutuhan dasar, kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan untuk diakui. Dalam proses pembelajaran, motivasi peserta dapat ditumbuhkan dengan memenuhi kebutuhan untuk dihormati dan dihargai dengan ikut berpartisipasi. Jangan ada ancaman. Lakukan motivasi dengan cara yang wajar, alamiah namun tetap dijaga agar tidak berlebihan.

c. Memberikan umpan balik positip kepada peserta.

Fasilitator harus mempunyai kumpulan kata-kata positif pilihan. Fasilitator yang menerima umpan balik positif akan menebarkan semangat positif kepada peserta yang lain. Learning is most effective when it’s fun.

Teknik Presentasi Interaktif

Adalah teknik penyajian timbal balik/ bergantian antara penyaji dan peserta saling merespons. Peserta dapat merespons ditengah paparan penyaji dan penyaji dapat mengembangkan respon masih dalam koridor pokok bahasan timbal-balik.

Tujuannya adalah:

a. Memunculkan perhatian dan minat peserta terhadap materi yang disajikan serta menghargai pengalaman peserta.

b. Mengurangi kejenuhan atau kebosanan.

c. Menggali lebih banyak pendapat, sehingga pokok bahasan lebih komprehensif.

Langkah awal presentasi interaktif, antara lain:

a. Mereview tujuan bahasan.

b. Mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan.

c. Menghubungkan pokok bahasan dengan materi/ topik sebelumnya, pengalaman penyaji, pengalaman peserta dan berbagai pengalaman.

d. Menggunakan alat bantu yang sesuai/ tepat.

e. Membuka presentasi dengan menjembatani apa yang baru berlalu dan yang akan terjadi. f. Paparkan tujuan dan sasaran presentasi.

g. Libatkan peserta dalam topik sesegera mungkin.

h. Bangun kepercayaan peserta dengan menjelaskan manfaat materi yang disampaikan. i. Pastikan peserta memahami bahwa fasilitator tetap pemegang kendali proses

pembelajaran.

j. Kalau diperlukan, terbukalah mengenai diri anda.

k. Pastikan peserta mengetahui bahwa anda sebagai presentan senang berada di kelas. l. Upayakan menangkap minat seluruh peseta.

m. Siapakan informasi yang cukup agar peserta dapat mengikutinya.

n. Membuat peseta menyadari harapan pelatih tentang pentingnya pencapaian tujuan pembelajaran.

o. Membantu peserta untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang positif dan kondusif. Menutup presentasi secara mengesankan, dengan cara:

1. Membuat ringkasan.

2. Himbauan dan pernyataan memotivasi. 3. Mengulangi manfaat.

(15)

Beberapa hal yang perlu dipelajari dan ditingkatakan agar mampu berbicara secara efektif:

1. Percaya diri.

2. Ucapkan kata-kata dengan jelas dan perlahan-lahan.

3. Bicara dengan wajar, jangan seperti penyair atau deklamasi.

4. Atur irama dan tekanan suara, tidak monoton, gunakan irama dan tekanan tertentu untuk menyampaikan poin-poin tertentu.

5. Atur nafas secara normal, tidak terkesan seperti orang dikejar-kejar. Bila perlu hentikan pembicaraan sejenak, selain untuk mengambil nafas juga untuk menarik perhatian.

6. Hindari sindroma “aaaa”, “eee”, “anu”, “apa”, “ehm” dan sebagainya. 7. Membaca paragraf yang dianggap penting dari teks tulisan.

8. Siapkan air minum, membantu presentan berhenti sejenak untuk membasahi kerongkongan.

VII. Referensi

1. Depkes RI, 2006, Teknik Melatih.

2. Depkes RI, 2006, Modul Pelatihan Tenaga Pelatih Program Kesehatan (TPPK), Pusdiklat, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Anda, apa faktor bisnis lain yang mendukung pekerjaan Anda dan

Dua atau lebih gejala berikut ini yang terjadi secara cepat setelah terpapar alergenyang spesifik pada pasien tersebut ( beberapa menit sampai..

(2) Dokumen kajian rencana induk bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun sesuai dengan daftar isian sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan merupakan bagian

Sebagaimana telah disebutkan dalam uraian metodologi penelitian di atas bahwa tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui kinerja organisasi Badan Lingkungan Hidup Propinsi

Diskusi tentang pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi yang baik dan benar, pemilihan sikat gigi, waktu menyikat gigi, penggunakan alat-

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan suhu (50, 80, 90, 100, dan 130 ℃ ) dan kecepatan pengadukan (90, 160, 240, dan 480 rpm) pada jumlah produksi

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat nyata terhadap perlakuan kombinasi media tanam organik tanah, arang sekam padi, arang sabut

Berdasarkan dari beberapa sumber yang penulis dapatkan, penulis ingin mencoba menganalisa bagaimana upaya Indonesia dalam menjalin kerjasama Trilateral antara NGO