RESUME BUKU
Judul : Hukum Islam Berdasarkan Ketentuan Kurikulum Konsorsium Ilmu Hukum Pengarang : R. Abdul Djamali, S.H
Penerbit : Mandar Maju (Cetakan Ketiga, 2002)
Bab II
Dasar – Dasar Pengertian Hukum Islam
1. Arti Hukum Islam
Di dalam alquran surah (5) Al Maidah ayat 3 dinyatakan bahwa “wa radhitu lakum al-islama dinan” artinya “dan allah mengakui bagimu islam sebagai agama”. Selain itu juga di dalam surah (3) Al Imran ayat 19 dinyatakan bahwa “Inna dina inda ilahi al islam” artinya “sesunguhnya bahwa agama pada sisi allah ialah islam”. Dari dua surah tersebut telah membuktikan bahwa kata “islam” tidak dibuat oleh manusia sebagai pemeluk agamanya melainkan nyata merupakan wahyu allah yang dicantumkan di dalam quran.
Kata “islam” artinya kepatuhan atau penyerahan diri. Kepatuhan atau penyerahan diri yang dimaksud adalah kepada allah. Penyerahan diri yang dimaksud adalah kepada allah. Penyerahan kepada allah itu disebut “muslim” . Dan menurut quran, seorang muslim ialah seseorang yang mengadakan perdamaian dengan allah dan sesame manusia.
2. Kedudukan Hukum Islam
Hukum islam adalah keseluruhan perintah dari allah yang wajib ditaati oleh seorang muslim bertujuan untuk membentuk manusia menjadi tertib, aman dan selamat.
Hukum islam berdiri pada tiga tiang pokok yang kekar tanpa dapat digoyahkan oleh apapun juga.
a. Hukum Syariat
Menurut Nicolas P. Aghnides dalam bukunya menyatakan bahwa : Syariat adalah sesuatu yang tidak akan diketahui adanya kalau tidak ada wahyu allah.
Kalau dikatakan bahwa syariat itu adalah hukum (hukum syariat) artinya merupakan jenis,sifat dan nilai-nilai dari wahyu allah. Dan hukum syariat yang mempelajari hukumnya sebagai ilmu dinamakan ilmu fiqh. Ahli ilmu fiqh dinamakan fiqih.
b. Usul al-Din
Dilihat dari arti kata usul al-din berarti pokok dari agama. Dans ebagai ilmu dinamakan ilm al kalam yaitu menguraikan tentang asas-asa agama : juga disebut juga ilm al tauhid, yaitu ilmu keesaan allah; atau ilm aqa’ id al-iman,yaitu ilmu tentang kepercayaan iman.
Usul al-Din sebagai ilmu yang menguraikan asas-asa keyakinan islam bertujuan untuk
memberikan pemahaman berdasarkan penerimaan akal.
Ilmu usul al-din menerangkan keimanan, yaitu keesaan dan sifat sifat allah, malaikatnya, kitabnya, rasulnya, hari kiamat dan takdir. Keimanan ini dinamakan “al arkanul iman assitah”
(enam keimanan kepada allah yang terdiri atas :
1. Iman kepada allah
dilakukan oleh sufi itu dinamakan “tasawwuf”.
3. Rukun Islam dan Perintah Agama
Menyatakan diri sebagai orang islam tidak cukup hanya meyakini rukun imannya saja melainkan
juga melaksanakan rukun iman itu dengan baik.
Rukun islam yaitu rangkaian pokok ketentuan islam sebagai prinsip dasar dalam beribadat. Dalam rangkaiannya adalah lima bagian rukun islam dan disebut “al arkanul islam al-hamzah” terdiri atas:
Hukum islam sebagai salah satu bangunan hukum mempunyai persamaan dan perbedaan dengan bangunan hukum lainya. Bangunan – bangunan hukum itu terdiri dari ketentuan ketentuan hukum sebagai norma kewajiban dan larangan bagi setiap orang dalam membatasi tingkah lakunya serta membatasi hubungan antar sesame manusia dengan memberikan sanksi hukum
bagi yang melanggar.
Konsepsi hukum islam berorientasi pada agama dengan dasar dasar doktrin keyakinan “ilmu iyaqin”. Dasar – dasar doktrin keyakinan ini maksudnya meyakinkan manusia terhadap dogma dogma dalam hukum syariat untuk membentuk pertahanan kekuatan batin yang dikembangkan melalui akal.
manusia yang menjalankan islam tanpa penuh keyakinan tidak akan dapat bertingkah laku dengan menggunakan kesadaran hukumnya, -yang timbul dari rasionya- dalam menjalankan hukum syariat.
Dan karena syariat merupakan hukum berarti mempunyai sanksi bagi pelanggarnya. Dalam hukum syariat itu ada dua, yaitu hukuman yang dijalankan semasa hidup dan hukuman yang
akan diterima kelak di akhirat.
Sumber hukum islam merupakan satu kesatuan ayng berasal dari firman allah dan diwahyukan hanya kepada nabi Muhammad sebagai rasul allah.
6. Perkembangan Hukum Islam dan Mazhab – mazhabnya
1. Mzhab Hanafi : Mazhab ini dipimpin abu hanifah (699-767). Pandangannya menyatakan bahwa kedudukan qiyas lebih penting disbanding ijma dan hadist dhaif (lemah). Dalam praktek sehari-hari selain empat sumber hukum islam yang digunakan juga mempunyai sumber hukum kelima yang dinamakan “Ihtisan” (mengambil yang baiknya). Dan ihtisan itu artinya mengambil hukum yang lebih praktis walaupun tidak memenuhu syarat-syrat qiyas.
Penganut mazhab hanafi ini semula di Turkistan kemudian Buchara, Mesir dan Asia Tengah.
2. Mazhab Maliki : Mazhab ini dipimpin Malik bin Anas Al Ashbahi (713-785). Sebagai ahli fiqihd an hadist, malik bin anas dalam mazhabnya menggunakan sumber hukum kelima juga yang dinamakan “Mushalih Mursalah” (kepentingan-kepentingan yang
belum diatur dalam syariat).
Pengikutnya banyak terdapat di Madinah, Marokko, Aljazair dan Tunisia.
3. Mazhab Syafi’I : Dipimpin oleh Muhammad bin Idris bin Stafi’I (757-820). Sebagai murid dari imam maliki pandangannya tidak dapat menerima mushalih mursalah dari gurunya dan menolak istihan dari imam hanafi, tetapi menerima qiyas. Syafi’I dalam mengembangkan mazhabnya agak lamban tetapi paling banyak pengikutnya.
Pengikutnya banyak terdapat di Mesir, Kurdistan, Yaman, Aden, Hadramaut, Mekan, Pakistan dan Indonesia