• Tidak ada hasil yang ditemukan

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR KONFLIK AGAMA D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR KONFLIK AGAMA D"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

KONFLIK AGAMA DI POSO

WIJANG ANGGA KURNIAWAN 522012007

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)

LATAR BELAKANG

Indonesia pada tahun 1997 dilanda krisis moneter yang disertai dengan fluktuasi kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu, telah mengiring indonesia menuju konflik nasional, baik secara struktural maupun horizontal. semenjak runtuhnya rezim Orde baru tahun 1998 yang di gantikan oleh oleh B.H habibie yang diharapakan dapat menata sisitem politik yang demokrasi berkeadilan.

Saat itu, Indonesia sangat rentan dengan perpecahan. Terjadi berbagai gejolak konflik di berbagai daerah. Salah satunya konflik yang terjadi di Poso yang disinyalir oleh banyak kalangan adalah konflik bernuansa SARA, yaitu pertikaian antar suku dan pemeluk agama islam dan kristen.

Peristiwa kerusuhan diawali dengan pertikaian antardua pemuda yang berbeda agama sehingga belarut dan berhujung dengan terjadinya kerusuhan. Impliksasi-implikasi tentang kepentingan politik elite Nasional, elite lokal dan miiter juga diduga menyulut terjadinya konflik horizontal sehingga sulit mencari penyelesaian yang lebih tepat. Bahkan, terkesan pihak keamanan porli lamban menangani konflik tersebut. Sehigga konflik terjadi belarut-larut yang memakan korban jiwa dan harta.

Secara umum konflik di Poso sudah berlangsung beberapa kali. Peristiwa pertama terjadi pada akhir tahun 1998, kerusuhan pertama ini denga cepat di atasi pihak keamanan setempat kemudian di ikuti oleh komitmen kedua belah pihak yang berseteru agar tidak terulang lagi. Kendati sudah ada kesepakatan Malino, nampaknya tak kunjung usai.

(3)

Flowchart permasalahan

Konflik

Perbedaan ras, suku,

Salah paham

Dendam

Kerusuhan

Pemaksaan kehendak

Kekuasaan Dampakyang muncul

(4)

RUMUSAN MASALAH

1. Apa penyebab konflik berlatar belakang agama yang terjadi di Poso?

2. Apa saja dampak yang muncul akibat kerusuhan di Poso?

3. Solusi apa yang diperlukan untuk memecahkan masalah kerusuhan yang terjadi di Poso?

TUJUAN

1. Mengetahui penyebab konflik agama di poso

2. Mengetahui dampak yang muncul dari terjadinya konflik di Poso

(5)

PEMBAHASAN

1. Penyebab Konflik Sosial yang Terjadi di Poso

Kerusuhan Poso adalah sebutan bagi serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso,

Sulawesi Tengah yang melibatkan kelompok Muslim dan Kristen. Kerusuhan ini dibagi menjadi tiga bagian . Kerusuhan Poso I (25-29 Desember 1998), Poso II (17-21 April 2000), dan Poso III (16 Mei - 15 Juni 2000). Pada 20 Desember 2001 Keputusan Malino

ditandatangani antara kedua belah pihak yang bertikai dan diinisiasi oleh Jusuf Kalla dan

Susilo Bambang Yudhoyono. (Anonim B, 2012)

Konflik sosial yang terjadi di Poso adalah bagian dari konflik individu yang dalam masyarakat yang secara dinamis tidak dapat dipisahkan dan berikatan satu dengan lain. Pendapat mengenai akar dari masalah yang bertumpu pada subsistem budaya dalam hal ini menyangkut soal suku dan agama. Beragamnya suku dan agama di Poso menjadi pematik seringnya terjadi pertikaian dan kerusuhan yang terjadi di Poso. (Anonim E, 2009)

(6)

Argumen yang mengemuka bahwa adanya unsur suku dan agama yang mendasari konflik sosial itu adalah sesuai dengan fakta yaitu bahwa asal mula kerusuhan Poso 1 berawal dari:

a. Pembacokan terhadap Ridwan Ramboni oleh Roy Tuntuh Bisalemba didalam masjid Pesantren Darussalam pada bulan Ramadhan.

b. Pemusnahan dan pengusiran terhadap suku-suku pendatang seperti Suku Bugis, Jawa, dan Gorontalo, serta Kaili pada kerusuhan ke III.

c. Pemaksaan agama kristen kepada masyarakat muslim di daerah pedalaman Kabupaten terutama di daerah Tentena Dusun Salena, Sangira, Toinase, Boe, dan Meko yang memperkuat dugaan bahwa kerusuhan ini merupakan gerakan Kristenisasi secara paksa yang mengindikasikan keterlibatan Sinode GKSD Tentena.

d. Peneyerangan terhadap kelompok merah dengan bersandikan simbol-simbol perjuangan keagamaan Kristiani pada kerusuhan ke III.

e. Pembakaran rumah-rumah penduduk Muslim oleh kelompok merah pada kerusuhan III. Pada kerusuhan ke I dan II terjadi aksi saling bakar rumah penduduk antara pihak Kristen dan Islam.

f. Terjadi pembakaran rumah ibadah gereja dan masjid, sarana pendidikan ke dua belah pihak, pembakaran rumah penduduk asli Poso di Lombogia, Sayo, Kasintuvu.

g. Adanya pengerah anggota pasukan merah yang berasal dari suku Flores, Toraja dan Manado.

h. Adanya pelatihan militer kristen di Desa Kelei yang berlangsung selama satu setengah tahun sebelum meledaknya kerusuhan III.

(7)

umur 23 tahun oleh Roy Tuntuh Bisalemba seorang Kristen protestan berusia 18 tahun yang diduga sedang mabuk minuman keras.

Pada tanggal 25 Desember 1998 terjadi perkelahian pribadi antara dua pemuda itu yang diprovokasi menjadi persoalan agama. Roy memakai parang membacok Akhmad. Pemuda Kristen tersebut langsung diproses secara hukum oleh kepolisian setempat. Isu yang beredar bahwa pemuda Kristen tersebut menyerang seorang pemuda Islam di dalam Mesjid. Padahal perkelahian tersebut terjadi di jalan. (Anonim A, 2012)

Kemudian menimbulkan reaksi balik untuk melakukan tindakan pembalasan terhadap pelaku pelanggaran nilai – nilai tersebut dengan melakukan pengrusakan dan pelemparan terhadap lingkungan si pelaku tersebut.

Pada tanggal 27 Desember 1998, penyerangan dilakukan oleh kelompok Muslim terhadap rumah-rumah orang Kristen. Pada waktu itu belum ada tempat ibadah yang diserang. Di beberapa tempat ada tulisan-tulisan yang melecehkan agama Kristen. Misalnya Tobat Yesus, Kristen Babi, Yesus Kuda Cuki, Islam The Best dan sebagainya. Juga beredar selebaran yang berjudul “Daftar Gerombolan Pengacau Keamanan Kabupaten Poso”. Di dalam selebaran itu disebut 10 nama pejabat (beragama Kristen) di lingkungan Pemda Poso. Pelecehan terhadap agama Kristen tersebut membuat massa Kristen marah dan terjadi konflik massal di kota Poso, antara massa Islam dan massa Kristen; korban berjatuhan dan sampai saat ini tidak ada data akurat tentang korban yang tewas. (Anonim A, 2012)

Disisi lain bagi masyarakat kristiani hal ini menimbulkan masalah baru mengingat aksi massa tidak di tujukan terhadap pelaku melainkan pada pengrusakan hotel dan sarana maksiat serta operasi miras, yang di anggap telah mengganggu kehikmatan masyarakat Kristiani merayakan natal, karena harapan mereka operasi-operasi tersebut dilaksanakan setelah hari natal.

(8)

Pendapat selanjutnya mengatakan bahwa akar masalah dari kerusuhan Poso adalah justru terletak karena adanya kesenjangan sosial dan kesenjangan pendapatan antara panduduk asli Poso dan kaum pendatang seperti Bugis, Jawa, Gorontalo, dan Kaili. Kecemburuan sosial penduduk asli cukup beralasan di mana pendapatan mereka sebagai masyarakat asli malah tertinggal dari para kaum pendatang.

2. Dampak Dari Konflik Sosial yang Terjadi di Poso

Kerusuhan yang terjadi di Poso menimbulkan dampak sosial yang cukup besar jika di lihat dari kerugian yang di akibatkan konflik tersebut. Selain kehilangan nyawa dan harta benda, secara psikologis bendampak besar bagi mereka yang mengalami kerusuhan itu, Dampak psikologis pun tidak akan hilang dalam waktu singkat.

Pada 16 april 2000, dalam kerusuhan tersebut terjadilah saling serang antara desa Nasrani dan desa Islam. Menurut data Polri, kerusuhan tersebu memakan korban 137 orang meninggal, sedangkan menurut militer 237 orang meninggal, 27 luka-luka, puluhan rumah rusak dan dibakar, 1 bus dibom, beberapa gereja dirusak, dibakar, dan dibom.

Jika dilihat dari keseluruhan, kerusuhan Poso bukan suatu kerusuhan biasa, melainkan merupakan suatu tragedi kemanusiaan sebagai buah hasil perang sipil. Satu kerusuhan yang dilancarkan secara sepihak oleh kelompok merah, terhadap penduduk muslim kota Poso dan minoritas penduduk muslim di pedalaman Kabupaten Poso yang tidak mengerti sama sekali dengan permasalahan yang muncul di kota Poso.

Dampak kerusuhan Poso dapat dilihat dan dikelompokkan sebagai berikut:

(9)

b) Segi hukum, dimana terjadi disintegrasi dalam masyarakat Poso ke dalam dua kelompok yaitu kelompok merah dan kelompok putih. Tidak dapat dipertahankan nilai- nilai kemanusiaan akibat terjadi kejahatan terhadap manusia seperti pembunuhan, pemerkosaan dan penganiayaan terhadap anak serta orang tua dan pelecehan seksual. Runtuhnya stabilitas keamanan, ketertiban, dan kewibawaan hukum di masyarakat Kabupaten Poso. Munculnya perasaan dendam dari korban-korban kerusuhan terhadap pelaku.

c) Dampak politik yang terjadi adalah: Terhentinya roda pemerintahan. Jatuhnya kewibawaan pemerintah daerah terhadap masyarakat. Hilangnya sikap demokratis dan penghormatan terhadap perbedaan pendapat masing-masing kelompok kepentingan. Legalisasi pemaksaan kehendak kelompok kepentingan dalam pencapaian tujuannya.

d) Dampak kerusuhan dari segi ekonomi: Lepas dan hilangnya faktor dan sumber produksi ekonomi masyarakat, seperti sawah, tanaman kebun, mesin gilingan padi, traktor tangan, rumah makan, hotel dan lain sebagainya. Eksodus besar-besaran penduduk muslim Poso. Terhentinya roda perekonomian. Rawan pangan dan munculnya pengangguran dan kelangkaan kesempatan kerja.

3. Solusi Dari Konflik di Poso

Sejumlah warga perwakilan masyarakat Kabupaten Poso dan masyarakat bertemu dengan DPRD Sulawesi Tengah di Gedung DPRD Sulteng di Kota Palu. Alih-alih menyampaikan keresahan masyarakat akan kondisi keamanan Poso yang belakangan kembali memanas, suasana pertemuan malah berlansung tegang. Perwakilan masyarakat kecewa dan memilih walk-out.

(10)

mengeluhkan atas aksi kekerasan yang terjadi tiga bulan terakhir, hingga menimbulkan korban jiwa di warga sipil dan pihak aparat keamanan. Kondisi ini membuat masyarakat khawatir, dan resah dalam melakukan aktivitas kesehariannya. (Anonim G, 2012)

Selain itu, pernyataan petinggi Polri di Sulteng yang menyebut sejumlah nama yang menjadi target operasi, justru menambah resah warga Poso. Tak terkecuali soal keterlibatan personel TNI Angkatan Darat dalam operasi di wilyah Poso.Perwakilan masyarakat Poso itu berniat menyampaikan beberapa langkah konkret untuk menyelesaikan atau meredam kekerasan di Poso. Satu di antaranya mengingatkan aparat keamanan agar bertindak proporsional dengan mengedepankan upaya dialogis sebelum langkah-langkah penegakan hukum. Mereka juga meminta Kapolda Sulteng Brigjen Pol Dewa Parsana untuk mengevaluasi kinerja personel di lapangan, terutama keberadaan polisi masyarakat dalam penanggulangan keamanan di wilayahnya. Masyarakat juga meminta Bupati Poso Piet Inkiriwang untuk menjelaskan situasi dan kondisi yang terjadi saat ini.(Hafid Laturadja/DSY) Tetapi nyatanya itu semua tidak cukup, kita mahasiswa, para pengusaha, tokoh agama, ekonom, budayawan, masyarakat, Polri dan semua yang terlibat harus dikumpulkan bersama untuk menangani konflik yang terjadi di Poso dengan melakukan tindakan nyata agar masyarakat setempat tidak hanya terfokus pada masalah politik. Tetapi pengusaha, ekonom, budayawan, anggota masyarakat, mahasiswa harus bersatu membangun secara paralel. Seluruh kalangan itu harus bekerja sama agar kerusuhan di Poso segera berakhir, termasuk antara ulama dengan umaro juga harus bersatu. “Mereka harus bersanding, bukannya bertandin,”.

(11)

sedang terjadi di Poso sebenarnya tidaklah terlalu sulit bila semua pihak mau berikrar secara serius dan tulus. Artinya, semua kepentingan sepihak dan sepotong-potong yang menghimpitnya selain kepentingan bersama harus dihilangkan terlebih dahulu. Pencegahan sedini mungkin tindakan provokasi dan intimidasi diantara masyarakat harus diutamakan. Terutama, perlunya kewaspadaan terhadap gerak-gerik seseorang atau sekelompok orang yang berusaha bermain api dalam sekam. Barulah kemudian upaya penegakkan hukum harus benar-benar dilaksanakan. Harapan kita masyarakat Poso akan kembali dapat hidup dengan tenang, damai dan sejahtera tanpa adanya kerusuhan lagi. (Anonim C, 2009)

KESIMPULAN

1. Konflik yang terjadi di Poso berawal dari konflik individu yang dalam masyarakat yang secara dinamis tidak dapat dipisahkan dan bertalian satu sama lain. Pendapat mengenai akar dari masalah yang bertumpu pada subsistem budaya dalam hal ini menyangkut soal suku dan agama. Belum lagi tentang kurang adanya keadilan dimana sebagian masyarakat yang merasa di diskriminasi, ada juga masalah politik dimana penguasaan struktur pemerintahan oleh satu pihak dalam arti tidak ada keseimbangan jabatan dalam pemerintahan. Serta masalah tentang adanya kesenjangan sosial dan kesenjangan pendapatan antara panduduk asli Poso dan kaum pendatang seperti penduduk dari suku Bugis, Jawa, Gorontalo, dan Kaili.

2. Konflik sosial yang terjadi di Poso ini sangat berdampak pada masyarakat khususnya masyarakat Poso itu sendiri, Mulai dari segi Sosial Budaya, Hukum, Politik, Ekonomi dan Agama selain kehilangan nyawa dan harta benda. Secara psikologis juga bendampak besar bagi mereka yang mengalami kerusuhan itu.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim A. 2012. Data Dan Analisa Tentang Pihak-Pihak Ynag Diduga Pelaku Kerusuhan Poso. Scribd Inc. http://id.scribd.com/doc/7053926/Data-Analisa-Yang-Diduga-Terlibat-Kerusuhan-Poso-Desember-1998-Dan-April-2000 (diakses pada 10 November 2012 18:47)

2. Anonim B. 2012. Kerusuhan Poso. Wikipedia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Poso (diakses pada 10 November 2012 18:24)

3. Anonim C. 2009. Konflik Poso. http://konflikposo.blogspot.com/konflik-poso.html? m=1 (diakses pada 18 November 2012 07:49)

4. Anonim D. 2009. Penegakan Hukum Konflik Antar Agama Dan Etnis Poso & Sampit. Museumpolri. http://museum.polri.go.id/lantai2_gakkum_konflik-poso-sampit.html (diakses pada 26 Oktober 2012 20:08)

5. Anonim E. 2009. Sejarah Konflik Poso.

http://saatnyayangmuda.wordpress.com/sejarah-konflik-poso (diakses pada 18 November 2012 07:43)

6. Anonim F. 2000. Kronologi Kerusuhan Poso. http://www.mail-archive.com/eskolnet-l@linux.mitra.net.id/msg00918.html (diakses pada 20 November 2012 18:49)

(13)

Referensi

Dokumen terkait

IAIN Pontianak membuat standar mutu berjumlah 24 standar dengan mengacu pada SN Dikti. Standar Mutu ini terdiri dari Standar Mutu Pendidikan dengan jumlah 8 standar,

Di samping hak-hak yang telah diberikan kepada perempuan tadi, hal yang tidak boleh terlupakan adalah seorang perempuan mempunyai peran penting dalam mempengaruhi

Adam Malik Medan guru penulis yang tidak pernah bosan dan penuh kesabaran dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis

Adakalanya persamaan regresi dalam menganalisis hhubungan anatr variabel tidak hanya dipengaruhi oleh faktor atau peubah bebas tapi dapat pula dipengaruhi oleh dua atau lebih

Kita sebagai generasi muda islam dalam berperilaku harus sesuai dengan al- Qur’an dan ils- Suimah, maka penelitian ini kami beri judul “Korelasi Tingkat Pemahaman

Pada orientasi yang ketiga itulah secara tidak langsung PMDG telah menerapkan strategi pemasaran dengan menyajikan produk yang bisa memuaskan konsumennya yaitu masyarakat..

Kandungan total mikroba ( total plate count = TPC) susu kambing segar selanjutnya diuji menggunakan t-test dan menunjukkan populasi total mikroba lebih tinggi secara

Pengamatan dilakukan di wilayah penangkapan cumi-cumi yang tidak terdapat penambangan timah dan terdapat penambangan timah di Kabupaten Bangka Selatan meliputi Pesisir