• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di SMP Sore Pule Trenggalek 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di SMP Sore Pule Trenggalek 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini disajikan tentang : a) Konteks Pembelajaran Matematika, b)

Kajian tentang Belajar Mengajar, c) Kajian tentang Prestasi Belajar, d) Konsep Dasar

Pembelajaran Bahasa Indonesia dan, e) Korelasi Antara Bahasa Indonesia dengan

Matematika pada Soal Cerita.

A. Konteks Pembelajaran Matematika

Matematika, sejak peradaban manusia bermula, memainkan peranan yang

sangat vital dalam kehidupan sehari-hari.1 Berbagai bentuk symbol, rumus,

teorema, dalil, ketetapan, dan konsep digunakan untuk membantu perhitungan,

pengukuran, peramalan, dan sebagainya. Sehingga tidak heran jika peradapan

manusia bisa berkembang dengan pesat dengan adanya matematika. Bahkan jika

ada suatu Negara yang mengabaikan pendidikan matematika dinegaranya maka

suatu Negara tersebut akan sangat tertinggal disegala bidang ( terutama sains dan

teknologi). Semua teknologi yang ada semuanya menggunakan matematika baik

itu konsepnya atau rumusnya.

Dengan begitu pentingnya matematika bagi kehidupan manusia maka di

Indonesia sejak mulai play group, SD, anak-anak sudah mulai dikenalkan dengan

matematika. Bahkan sampai perguruan tinggi. Karena manusia dalam

kehidupannya tidak bisa lepas dari matematika.

1 Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathoni, Mathematical Intelligence, (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2007 ) hal. 41

(2)

1. Hakekat Matematika.

Istilah matematika berasal dari kata yunani “Mathein“ atau

“manthenein” yang artinya “mempelajari”. Atau mungkin kata itu

berhubungan dengan kata sanskerta “medha” atau “widya” yang menpunyai

arti “ kepandaian”, “ketahuan” atau “inteligensi”.2 Namun walau sudah ada

istilah seperti itu, matematika tidak sepi akan pengertian matematika yang

lain.

Matematika merupakan ilmu yang sangat unik. Banyak para ahli

matematika mendefinisikan matematika menurut keahlian masing-masing.

Ada para ahli yang tertarik atau ahli dibidang bilangan maka ia akan

mendefinisikan matematika dari sudut pandang bilangan, ada ahli yang

mencurahkan pada struktur-stuktur maka ia mendefinikan matematika dengan

sudut pandang stuktur-struktur. Demikian banyaknya muncul definisi atau

pengertian tentang matematika yang beraneka ragam dari para ahli

matematika sehingga tidak ada satu konsep atau definisi atau pengertian yang

disepakati oleh pakar matematika. Disinilah keunikan matematika tidak akan

pernah ada kesepakatan tentang definisi matematika yang bersifat tunggal.

Berikut ini beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli

matematika menurut bidang ketertarikan mereka pada matematika.3

1. Para pakar matematika yang tertarik dengan perilaku bilangan mengatakan

matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi dan yang

2Ibid,Hal42

3 Soedjadi R, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kin Menuju

(3)

lainnya juga mengatakan matematika adalah pengetahuan tentang logic

dan berhubungan dengan bilangan.

2. Pakar matematika yang menyenangi matematika dari sudut

struktur mengatakan matematika adalah pengetahuan tentang

struktur-struktur yang logic.

3. Sedangkan yang menyukai dari sudut pandang sistematik mengatakan

matematika adalah pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

Dan dari setiap sistem itu mempunyai struktur tersendiri yang bersistem

deduktif.4

Namun walau para pakar saling memberikan definisi sendiri-sendiri, tapi

semua definisi itu tidak melenceng jauh dari definisi pakar yang lainnya. W.

W Sawyer mengatakan “ matematika adalah klasifikasi studi dari semua

kemungkinan pola “.5. selain itu matematika merupakan penggolongan dan

penelaahan tentang semua pola. Pola yang dimaksud disini adalah dalam arti

luas, mencakup hampir semua jenis keteraturan yang dapat dimengerti pikiran

kita. Penelaahan bentuk dalam matematika membawa matematika ke

struktur-struktur. Jadi matematika bisa didefinisikan sebagai penelaahan tentang

struktur-struktur.6 Matematika sehagai ilmu mengenai struktur dan

hubungan-hubungannya, simbol-simbol diperlukan. Simbolisasi menjamin adanya

komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu

konsep baru. Konsep baru akan terbentuk dari pemahaman konsep

4 Hudoya, Herman, Pengembangan kurikulum matematika dan pelaksanaannya didepan kelas

(Surabaya : Usaha Nasional 1979 ) Hal 95

5 Hudoyo Herman, Strategi Mengajar Belajar Matematika ( Malang: IKIP Malang, 1990 ), Hal.

62

(4)

sebelumnya dan melalui aturan-aturan yang sangat ketat sehingga matematika

konsep-konsep itu tersusun secara hirarkis. Simbolisasi akan berarti jika

dilandasi suatu ide.

Selain dari pendapat para ahli diatas di Indonesia setelah penjajahan

Belanda dan Jepang untuk matematika digunakan istilah “Ilmu Pasti”.7 Yang

berasal dari kata “ wiskunde “. Yang mana “ wis “ ditafsirkan sebagai “ pasti “ dan lebih dekat artinya ke “ wis “ dari kata “ wisdom “ dan “ wissen scraft “ yang erat hubungannya dengan “widya”. Karena itu “ wiskunde “ sebenarnya harus diterjemahkan sebagai “ ilmu tentang belajar “ yang sesuai dengan arti “

Mathein “ pada matematika.8 Penggunaan istilah “ ilmu pasti “ untuk

matematika menimbulkan kesan bahwa pelajaran matematika merupakan

pelajaran tentang perhitung-hitungan yang memberikan hasil yang “ pasti “

dan “ tunggal “.9 Dan seolah-olah membenarkan pendapat bahwa di dalam

matematika semua hal sudah pasti dan tidak dapat diubah lagi. Padahal dalam

kenyataannya tidak demikian. Dalam matematika terdapat pokok bahasan

yang justru tidak pasti, misalnya dalam statistic ada probabilitas

( kemungkinan yang akan terjadi atau disebut juga peluang kemungkinan ).10

Di dalam materi probabilitas tidak ada yang namannya pasti semua berupa

kemungkinan, seperti kita main kartu, kemungkinan yang akan terjadi jika

tidak menang pasti kalah.

7Ibid, hal 12

8 Masykur Ag. Moch, Mathematical Intelligence ( Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2007 ) hal. 43 9 Soedjadi R. Kiat Pendidikan Matematika ……….. Hal. 12

(5)

Jadi dari semua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hakekat

matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-stuktur dan

hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan

dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematis dikembangkan

berdasarkan alasan logis.

a. Karakteristik Matematika

Pada definisi matematika telah dijelaskan bahwa tidak ada suatu definisi

pun dari matematika yang disepakati sebagai definisi tunggal oleh para ahli.

Namun dari semua definisi-definisi yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa

matematika memiliki beberapa karakteristik diantarannya adalah :

1. Memiliki obyek kajian abstrak 2. Bertumpu pada kesepakatan 3. Berpola piker deduktif

4. Memiliki symbol yang kosong dari arti 5. Memperhatikan semesta pembicaraan 6. Konsisten dalam sistemnya.

1. Memiliki Obyek Abstrak

Dalam matematika obyek yang dipelajari adalah abstrak, sering

juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran.

Objek dasar meliputi (a) fakta, (b) konsep, (c) operasi ataupun relasi, (d)

prinsip.11

Adapun objek dasar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

(6)

a.Fakta ( abstrak ) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan

simbol tertentu.12 Misalkan simbol bilangan “5” secara umum sudah

dipahami sebagai bilangan “ lima “. Jika disajikan angka “ 5 “ orang

sudah bisa menangkap maksudnya bahwa itu adalah angka “lima”.

Sebaliknya jika orang mengucapkan kata “ lima “ dengan sendirinya

dapat disimbulkan dengan “ 5 “. Dalam himpunan juga dapat

disimbol-simbol tertentu yang merupakan konvensi, misalnya “

yang bermakna “irisan” atau untuk memudahkan dalam

menghafalkan irisan dilambangkan dengan huruf “ n “ kecil. Dan “

” yang bermakna gabungan, atau bisa juga gabungan dalam

himpunan itu dilambangkan dengan “ U “.

b. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan obyek.13

Apakah obyek tertentu merupakan contoh konsep ataukah bukan.

Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan

yang membatasi suatu konsep. “persegi“ adalah nama suatu konsep

abstrak. Dengan konsep ini sekumpulan obyek dapat digolongkan

sebagai contoh persegi atau bukan contoh persegi. Misalkan seorang

anak melihat suatu pigura maka konsep persegi itu akan muncul

pada pikirannya. Apakah ini pigura berbentuk persegi atau bukan.

(7)

Tapi semua itu akan terjadi jika seorang anak tersebut sudah

mengerti tentang konsep persegi.

c.Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung atau aturan untuk

memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang

diketahui.14 Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu

fungsi yaitu relasi ( hubungan ) khusus. Misalkan dalam himpunan

dikenal operasi “ gabungan “ adalah operasi biner karena elemen

yang dioperasikan ada dua, sedangkan “ komplemen “ adalah operasi

unair karena elemen yang dioperasikan hanya satu.

d. Prinsip ( abstrak )adalah obyek matematika yang komplek.15 Atau

dapat dikatakan prinsip adalah berbagai obyek dasar matematika.

Prinsip dapat berupa “aksioma”, “teorema”, “sifat” dan sebainya.

2. Bertumpu Pada Kesepakatan.

Kesepakatan dalam matematika merupakan hal yang sangat

penting. Karena tanpa adanya suatu kesempatan mungkin jika kita ingin

menentukan volume suatu bangun maka kita harus berdebat dulu dengan

orang lain karena tentunya setiap orang punya persepsi masing-masing.

Kesepakatan yang paling mendasar dalam matematika adalah aksioma

dan konsep primitif.16 Aksioma diperlukan untuk menghindari

(8)

putar dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitive diperlukan untuk

menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian.

3. Berpola Pikir Deduktif

Dalam matematika sebagai “ ilmu “ hanya diterima pola pikir

deduktif. Deduktif disini secara sederhana mengandung arti yaitu sebuah

pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau

diarahkan kepada hal yang lebih kusus. Pola pikir deduktif ini dapat

terwujud secara sederhana ataupun yang tidak sederhana. Dan

matematika tidak merupakan ilmu yang hanya jalan ditempat. Banyak

teorema dalam matematika yang ditemukan melalui

pengamatan-pengamatan kusus yang bersumber dari teprema-teorema terdahulu dan

dikembangkan kepada teorema yang lebih kusus.

4. Memiliki Simbol Yang Kosong Dari Arti

Dalam matematika jelas sekali terlihat banyak symbol yang

digunakan, baik simbl itu berupa huruf atau bukan huruf. Rangkaian

symbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model

matematika. Namun symbol-simbol itu masih kosong dari arti.

Symbol-simbol matematika bersifat “ artificial “ yang baru memiliki arti setelah

sebuah makna diberikan kepadanya.17 Makna huruf dan tanda pada

symbol matematika tergantung dari permasalahan yang mengakibatkan

terbentuknya model itu. Tanpa makna tersebut matematika hanya

(9)

merupakan kumpulan symbol dan rumus yang kering akan makna.

Kosongnya arti itu memungkinkan matematika memasuki medan

garapan dari ilmu bahasa.18 Karena misalkan ada symbol dalam

matematika yang memakai huruf X, Y, Z itu merupakan huruf-huruf

konsonan dalam ilmu bahasa.

5. Memperhatikan Semesta Pembicaraan

Untuk menghindari kosongnya suatu symbol matematika dari arti

maka diperlukan kejelasan dalam lingkup pembicaraannya, atau dimana

kita membicarakan suatu rumus atau symbol tersebut. Dan dengan

adanya lingkup pembicaraan yang jelas orang akan mudah menagkap

arti symbol tersebut. Misalkan jika suatu symbol lingkup pembicaraanya

himpunan, maka symbol-simbol diartikan bilangan. Jadi benar salahnya

ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat

diperlukan oleh semesta pembicaraannya atau lingkup pembicaraanya.

Jika seseorang sudah salah dalam menentukan lingkup pembicaraanya

maka hasil yang akan didapatnya menjadi salah kaprah. Misalkan ada

soal 2x = 7 dengan syarat semesta pembicaraanya adalah bilangan bulat.

Jika dalam mengerjakannya tidak melihat semesta pembicaraannya

maka ia akan menjawab x = 3,5. maka jawaban itu salah karena dalam

bilangan bulat tidal ada angka 3,5 jadi jawaban yang tepat adalah “

Himpunan Kosong “ atau tidak ada penyelesaiaanya.

(10)

6. Konsisten Dalam Sistemnya

Maksudnya konsisten dalam sistemnya yaitu, dalam matematika

terdapat banyak sistem, yang dimaksud sistem adalah sekumpulan

unsure atau elemen yang terkait satu sama lain dan mempunyai tujuan

tertentu. Didalam masing-masing sistem dan strukturnya itu berlaku

ketaat azasan atau konsistensi. Selain itu bahwa dalam setiap sistem dan

strukturnya tersebut tidak boleh terdapat konstradiksi.19 Maksud

kondradiksi disini adalah bahwa dalam sistem dan struktur dalam

matematika tidak dibenarkan adanya pernyataan atau teorema saling

bertolak belakang atau bertentangan. Suatu torema ataupun suatu

definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang telah ditetapkan

terlebih dahulu. Kosnsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal

nilai kebenarannya. Kalau telah ditetapkan atau disepakati bahwa a + b

= x dan x + y = p, maka a + b + y haruslah sama dengan p.

b. Dasar Dan Tujuan Pendidikan Matematika Di Sekolah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin, dan

mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini juga dilandasi oleh perkembangan

matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis teori peluang dan

(11)

matematika diskrit.20 Untuk menciptakan teknologi di masa depan, diperlukan

matematika yang kuat sejak dini. Karena itu matematika sekolah dipilih dari

unsur atau bagian-bagian dari matematika yang berdasarkan atau berorientasi

kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK.21 Atas dasar

diatas, matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik sejak sekolah

dasar ( SD ), untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama. Agar

peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

berubah, dan tidak pasti.

Matematika sekolah tidak sepenuhnya sama dengan matematika sebagai

ilmu. Keduanya mempunyai perbedaan diantaranya : (1) penyajiannya, (2)

pola pikirnya, (3) keterbatasan semestanya, (4) tingkat keabstrakannya.22

1. Penyajian Matematika Sekolah

Dalam matematika sekolah penyajian atau pengungkapan

butir-butir matematika yang akan disampaikan disesuaikan dengan perkiraan

perkembangan intelektual siswa. Misalkan dengan mengaitkan butir yang

akan disampaikan dengan realitas disekitar siswa atau disesuaikan dengan

pemakaiannya. Jadi matematika sekolah dalam penyajiannya sering kali

tidak langsung berupa butir-butir matematika. Dan sajian matematika

20 Masykur. Moch dan Abdul Halim Fathoni, Mathematical Intelligence……… Hal 52 21 Soedjadi R, Kiat Pendidikan……….. Hal 37

(12)

dalam buku sekolah pun tidak selalu diawali dengan teorema atau definisi

matematika.

2. Pola Pikir Matematika Sekolah

Pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif. Namun tidak

demikian dengan matematika sekolah, dalam matematika sekolah dapat

digunakan pola deduktif maupun induktif sesuai dengan topik yang akan

disampaikan.23 Yang mana pada hakekatnya walaupun siswa akhirnya

tetap diharapkan mampu berpikir deduktif, namun dalam proses

pembelajaran yang dapat digunakan pola pikir induktif. Pola pikir yang

dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tahap perkembangan

intelektual siswa.

3. Keterbatasan Semesta

Dalam matematika sebagai ilmu unsur atau elemennya sangat

komplek. Tapi dalam matematika sekolah unsure atau elemen dari

matematika itu karena dengan memperhatikan aspek kependidikan, maka

dapat terjadi penyederhanaan konsep.24 Pengertian semesta pembicaraan

dalam matematika sekolah tetap diperlukan, namun lebih dipersempit.

Namun dengan semakin bertambahnya usia siswa dan semakin bertambah

tingkat jenjang pendidikannya, maka semesta itu berangsur diperluas lagi.

(13)

4. Tingkat Keabstrakan Matematika Sekolah

Pada matematika sebagai ilmu obyek matematika adalah abstrak.

Namun jika keabstrakan itu tidak bisa dika langsung diterapkan didalam

matematika sekolah. Keabstrakan itu harus dibentuk dari dikit demi

sedikit. Pada tingkat taman kanak-kanak kita dalam mengajarkan

matematika harus dengan sesuatu yang konkret karena anak akan mudah

mengingat dengan apa yang telah dilihatnya. Setelah masuk sekolah dasar

kita pun masih harus memperbanyak memperkenalkan matematika secara

konkret dan masih sedikit yang brsifat abstrak. Namun jika tingkat

pendidikan anak sudah semakin tinggi maka akan anak akan diajarkan

tingkat abstraksi yang lebih tinggi sehingga konsep abstraksinya anak juga

harus semakin tinggi pula. Atau bisa dikatakan semakin tinggi pendidikan

semakin tinggi pula tingkat abstraksinya.

Disini akan diberikan beberapa tujuan mengapa matematika

diajarkan diberbagai jenjang sekolah. Baik dalam garis-garis besar

program pengajaran ( GBPP ) maupun dari Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 Diantaranya adalah :

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan

didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,

(14)

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.25

c. Agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep

matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien

dan tepat dalam pemecahan masalah.

d. Peserta didik mempunyai kemampuan memecahkan masalah. Yang

meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang

diperoleh.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.26

Yaitu memiliki rasa ingin tau, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan

masalah.

Jika dicermati tujuan tersebut bisa digolongkan menjadi dua tujuan

yaitu tujuan yang bersifat formal dan tujuan yang bersifat material.

Adapun tujuan yang bersifat formal lebih menekankan kepada menata

penalaran dan membentuk kepribadian. Sedangkan tujuan yang bersifat

material lebih menekankan kepada kemampuan menerapkan matematika

25Ibid, Hal 43

(15)

dan ketrampilan matematika. Namun secara umum tujuan diberikannya

matematika disekolah adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar bisa

menghadapi perubahan kehidupan dan dunia yang selalu berkembang dan

syarat perubahan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang

logis, rasional, dan kritis. Selain itu juga mempersiapkan siswa agar dapat

bermatematika dalam kehidupan sehari-hari, mempelajari ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni ( IPTEKS ).

B. KAJIAN TENTANG BELAJAR-MENGAJAR

1. a. Pengertian Belajar

Belajar istilah ini sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari

bahkan tidak asing bagi kita karena pada dasarnya kegiatan belajar memang

dialami oleh setiap orang. Belajar juga merupakan Key Term ( istilah kunci ) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar

sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.27 Agar kita mendapatkan

pengertian yang sebenarnya dari belajar itu sendiri, marilah kita kaji beberapa

tentang pengertia belajar dari beberapa ahli.

Beberapa ahli telah memberikan batasan-batasan tertentu sehubungan

dengan belajar. Perbedaan pengertian tersebut dilihat dari sudut pandang dan

penekanan masing-masing. Tetapi apabila kita pahami secara mendalam dari

27 Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ( Bandung : PT Remaja

(16)

pengertian-pengertian tersebut sebenarnya memiliki maksud yang searah dan

sejalan.

Ada beberapa pendapat tentang belajar. Diantaranya adalah :

W. H Burton mengatakan:28

“ belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkunganya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya “.

Perubahan yang dimaksud adalah sesorang yang telah mengalami

proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek

pengetahuannya, ketrampilannya, maupun dalam sikapnya. Yang mana

mulanya dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar dan

sebagainya. Atau pada intinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat

melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.

C.T Margon merumuskan belajar sebagai “ suatu perubahan yang

relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman

yang lalu “.29 Perubahan tingkah laku yang dapat diamati pada perkembangan

seseorang sejak bayi hingga dewasa, terdapat tiga hal yaitu :

a. Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses fisiologis,

misalnya sakit, penyakit.

28 Uzer Usman, Moh dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar

( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1993 ) Hal. 4

29 Sobur. Alex, Psikologi Umum dalam lintasan sejarah ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2003 )

(17)

b. Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses pematangan

(maturation)

c. Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses belajar.

Muhibbin Syah mengatakan dalam bukunya Psikologi Pendidikan

”belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia“.30

Maksudnya disini dengan ilmu dan teknologi, hasil belajar kelompok manusia

tertindas itu juga dapat digunakan untuk membangun benteng pertahanan.

Iptek juga dapat dipakai untuk membuat senjata penangkis agresi kelompok

manusia tertentu yang mungkin hanya dikendalikan oleh segelintir oknum.

Masykur dan Fathani mengatakan :

“ belajar adalah proses pengubahan individu ( secara kognitif, afektif, dan psikomotorik ) yang relative permanen akibat adanya latihan, pembelajaran atau pengetahuan konkret sebagai produk adanya interaksi dengan lingkungan luar ”.31

Maksudnya adalah belajar merupakan serangkaian proses pengubahan

individu baik secara kofnitif ( perkembangan kemampuan / kecerdasan ),

afektif ( perkembangan mental yang berhubungan dengan

perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain ), maupun

psikomotorik ( perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan

perolehan aneka ragam ketrampilan fisik anak). Semua perubahan itu akan

bertahan lama atau akan tetap mengubah seseorang dan semua proses tersebut

dipengaruhi karena adanya latihan, mengalami pembelajaran secara nyata

30 Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan ………. Hal 93

(18)

yang dihasilkan dari factor lingkungan luar. Factor itu bisa merubah

seseorang baik berubah ke hal yang lebih baik atau sebaliknya.

Hilgard dan Moch dan Setiawati menyatakan :

“ Belajar adalah suatu proses dimana ditimbulkan atau dirubahnya suatu kegiatan karena mereaksi suatu keadaan. Perubahan itu tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan ( kematangan ) atau keadaan organisme yang sementara ( seperti kelelahan atau karena pengaruh obat-obatan ).32

Pergertian tersebut dapat kita ambil maknanya sebagai berikut :

Pertama bahwa yang dimaksud belajar adalah suatu proses dimana

proses dimaksud disini adalah proses waktu dan proses mental. Sebagai proses

waktu belajar dapat kita pahami bahwa waktu belajar yang diperlukan cukup

lama dan berkesinambungan sehingga semua itu adalah suatu proses dari dari

yang paling sederhana sampai kepada yang rumit. Sedangkan yang dimaksud

dengan belajar sebagai proses mental dan emosionalnya secara utuh

merupakan partisipasi dan keterlibatan mental dalam proses belajar.

Kedua bahwa proses yang telah dialami dalam kegiatan belajar

tersebut mengakibatkan berubahnya suatu kegiatan individu yang belajar.

Perubahan disini dapat berupa kebiasaan-kebiasaan, kecakapan-kecakapan,

koordinasi sensor motoris, kepekaan, daya pikir dan sebagainya.

Ketiga bahwa yang dikatakan sebagai hasil belajar adalah perubahan

yang tidak disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan atau kematangan.

Yang dimaksud proses kematangan adalah proses yang terjadi secara alamiah,

(19)

misalnya proses pertumbuhan pada berjalan lalu berlari, proses latihan

berbicara dan sebagainya. Walaupun proses tersebut memerlukan latihan atau

belajar tetapi proses tersebut lebih dominasi oleh factor kematangan.

Keempat bahwa yang dapat dikategorikan sebagai hasil belajar adalah

perubahan yang tidak dapat bersifat sementara. Perubahan yang bersifat

sementara dapat disebabkan oleh fakor kelalahan dan factor obat-obatan.

Dari semua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Yang mana perubahan itu dipengaruhi oleh diri sendiri atau factor lain

misalnya lingkungan atau akibat dari interaksi dengan sesama, baik secara

individu maupun kelompok, dan perubahan itu bersifat permanen atau tidak

hanya bersifat sementara. Jika perubahan itu bersifat sementara mungkin

diakibatkan karena pengaruh obat-obatan atau penyakit. Dan belajar juga

berfungsi sebagai benteng pertahanan bagi manusia.

b. Faktor-Faktor dalam Belajar

Ada beberapa faktor dalam belajar, antara lain :

a. Motivasi untuk Belajar.

b. Tujuan yang Hendak Dicapai.

c. Situasi yang Mempengaruhi Proses Belajar.33

(20)

a. Motivasi untuk Belajar.

Motivasi adalah kekuatan pendorong yang ada dalam diri orang

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai sesuatu

tujuan.34 Itu sebabnya kita sering mendengar istilah motif dan dorongan

dikaitkan dengan prestasi atau keberhasilan. Motivasi dapat memberikan

semangat ( dorongan ) yang luar biasa terhadap seseorang untuk meraih

sesuatu yang dibarapkannya. Misalkan seseorang ingin mendapatkan

prestasi yang baik dikelasnya maka dia akan lebih semangat lagi untuk

belajar.

Sedangkan motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa

untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku dalam

belajar.35 Dengan motivasi belajar yang tinggi siswa akan semangat

menempuh proses belajar betapapun beratnya proses yang harus ditempuh.

Motivasi belajar ini memegang peranan penting terhadap pencapaian hasil.

Tanpa motivasi belajar siswa tidak dapat belajar, siswa akan

malas-malasan saja. Jika siswa sudah tau apa yang diinginkan dan harus

mencapainya misalkan siswa ingin lulus masuk perguruan tinggi negeri

dengan hasil terbaik maka dengan motivasi tersebut siswa akan lebih rajin

belajar dan berlatih.dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

motivasi berkaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai oleh siswa,

(21)

karena motivasi dan tujuan merupakan bagian penting dari proses belajar

agar mendapatkan hasil yang diinginkan.

b. Tujuan yang Hendak Dicapai.

Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju

oleh proses pembelajaran.36 Dalam setiap kegiatan hendaknya mempunyai

tujuan karena tujuan akan menuntun kepada hendak yang akan dicapai,

atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dari sesuatu kegiatan.

Seperti yang telah disebutkan diatas jika seseorang ingin

mendapatkan sesuatu hendaklah mempunyai tujuan dulu yang pasti dan

tujuan itu dimantapkan. Sehingga akan timbul motivasi untuk

mendapatkan apa yang telah menjadi tujuanya. Misalkan siwa ingin

menjadi cerdas dan dapat menyelesaikan pendidikannya tepat waktu dan

mendapatkan cita-cita yang diinginkannya itu merupakan tujuan yang

akan dicapainya. Dan pada dasarnya siswa belajar dan akan memperoleh

hasil belajar yang efisien jika mempunyai tujuan ingin mencapai tujuan

itu.

c. Situasi yang Mempengaruhi Proses Belajar.

Sydney L. Pressey mengungkapkan keadaan (situasi) tentang siswa,

sebagai berikut :

(22)

1. Siswa sebagai individu yang unik

Keadaan siswa sendiri merupakan satu komponen situasi

belajar. Dan semua itu harus didasarkan dan disesuaikan dengan

keadaan diri sendiri. Missal disesuaikan dengan keinginannya,

kebutuhan, kehendak, kesukaan, minat, bakat dan kemampuan.

2. Keadaan atau situasi belajar

Keadaan siswa ketika sedang belajar ini sangat berpengaruh

terhadap hasilk belajar. Keadaan ini terkait dengan keadaan fisik atau

mental. Jika seseorang keadaan fisiknya sakit maka keadaan ini akan

berpengaruh kepada orang tersebut, misal konsentrasinya berkurang

dan sering mengeluhkan sakit yang dideritannya. Begitu pula jika

mental seseorang dalam belajar ternggu juga akan berpengaruh

terhadap prestasi belajar. Misalkan dia sedang stress, gugup, bingung

maka belajar tidak akan bisa berlangsung dengan baik.

3. Proses belajar

Proses belajar memerlukan metode, teknik, dan waktu. Hal ini

menunjukkkan keadaan yang berbeda-beda antara seseorang dengan

yang lainnya, juga terhadap materi pelajaran yang satu dengan yang

lainnya.

4. Guru

Keadaan guru ini juga sangat berpengaruh terhadap situasi

(23)

lebih giat belajar. Seorang guru yang galak dikelasnya tidak

menjadikan siswa tambah semangat dalam belajar tapi malah

menimbulkan siswa merasa takut dan cepat merasakan jenuh jika

diajar guru tersebut. Jadi keadaan guru terkait dengan kepribadian,

kemampuan dan kondisi fisik maupun mental juga harus diperhatikan,

sehingga belajar akan dapat berlangsung dengan baik dan sampai pada

tujuan yang akan dicapai.

5. Teman

Seringkali keberhasilan atau kegagalan belajar seseorang

dipengaruhi oleh seoarang teman, baik teman bergaul atau teman

belajar. Misalkan seseorang bergaul dengan seseorang yang rajin

belajar maka rajin belajar itu bisa berpengaruh kepada seseorang

tersebut, demikian sebaliknya jika seseorang bergaul dengan seoarng

yang malas belajar maka juga akan berpengaruh. Oleh karena itu

dalam memilih teman baik bergaul maupun teman belajar harus

memilih teman yang benar-benar baik. Dan mengajak teman kita yang

malas belajar untuk giat belajar.

6. Program yang ditempuh

Apa yang dipelajari siswa pada umumnya terfokus pada

program pendidikan yang ditempuh. Oleh karena itu materi

pembelajaran yang sedang dipelajari seharusnya disertai dengan

(24)

2. Pengertian Mengajar

Pada dasarnya apabila dikatakan mengajar, tentu ada subyek yang

diberi pelajaran, yaitu peserta didik dan ada subyek yang mengajar yaitu

pengajar. Istilah mengajar/ pengajaran dalam bahasa arab disebut taklim ( baca : ta’lim ) dan dalam bahasa inggris teaching.37Herman Hudoyo mengatakan “

Mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan

pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik“.38 Jadi

maksudnya disini mengajar itu tidak sama dengan mendidik, kalau mendidik

itu bertanggung jawab kepada moral peserta didik, sedangkan mengajar guru

hanya bertanggung jawab bagaimana agar pengetahuan yang diberikan oleh

guru dapat diserap peserta didik dengan baik.

Sedangkan pengertian mengajar menurut Jerome S. Bruner dalam

bukunya Toward a Theory of Instruction yang dikutip oleh Moch. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengatakan “ Mengajar adalah penyajian ide,

problem, atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat

dipahami oleh setiap siswa “.39 Maksud pengetahuan dalam bentuk sederhana

yaitu menyederhanakan bahan pelajaran yang akan disajikan sedangkan

menurut Brunner ada tiga cara untuk menyederhanakanya yaitu dengan

enactive, iconic,dan symbolic.40 Penyajian enactive adalah penyajian suatu

bahan pelajaran dalam bentuk gerak atau dalam bentuk psikomotor. Penyajian

37 Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan…………..Hal 177 38 Hudoyo, Herman, Strategi Mengajar ………….. Hal 6

(25)

iconic melibatkan penggunaan grafik dalam penyajian suatu ide, obyek atau

prinsip. Sedangkan penyajian symbolic adalah dengan menggunakan bahasa

dan penyajiannya hendaknya mengikuti perkembangan jiwa anak.

Tyson dan Caroll menyimpulkan bahwa mengajar ialah …..a way working with student…a process of interaction…the teacher does something to student; the student do samething in return.41 Definisi ini menggambarkan

bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik

antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.

Jadi mengajar yang dimaksudkan Tyson dan Caroll adalah tidak hanya

guru saja yang aktif di dalam kelas tetapi muridpun harus lebih aktif. Dan

siswa pun tidak hanya menunggu guru memberikan ilmu pengetahuan yang

dimilikinya. Dan tidak hanya terpaku dengan ilmu pengetahuan yang

diberikan guru tetapi siswa harus aktif lebih mengembangkan ilmu

pengetahuan yang telah diperolehnya.

Sedangakan menurut Sumiati dan Asra pengertian mengajar adalah :

“ mengajar merupakan segala upaya yang sengaja dilakukan dalam rangka memberi kemudahan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai “.

Maksud pendapat diatas adalah peran seorang guru menjadi berubah,

yang dulu guru adalah sebagai satu-satunya sumber informasi atau sebagai

penyaji materi, tetapi kini peran guru adalah sebagai pengarah dan pemberi

(26)

kemudahan untuk terjadinya proses belajar atau guru berfungsi sebagai

pendamping dan sekaligus sebagai fasilitator. Dan dalam hal ini upaya apapun

dapat dilakukan, asalakan sengaja dilakukan untuk mengantar siswa mencapai

tujuan.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat diambil kesimpulan mengajar

adalah suatu kegiatan yang disengaja dimana pengajar menyampaiakn

pengetahuan/ pengalaman yang berupa ide, problem atau pengetahuan yang

berbentuk sederhana dalam rangka untuk memberikan kemudahan kepada

siswa, untuk terjadinya proses timbal balik antara guru dan siswa sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

C. Kajian Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum membahas tentang prestasi belajar, maka terlebih dahulu

mengenai pengertian prestasi itu sendiri. Pengertian prestasi menurut

Saifuddin Azwar “ prestasi adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam

belajar“.42 Sedangakan menurut Djamarah mengatakan bahwa “prestasi adalah

hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara

individual maupun kelompok“.43 Sementara Nasrun Harahap dan

kawan-kawan memberi batasan, bahwa prestasi adalah “ penilaian pendidikan tentang

42 Azwar. Saifuddin, Tes Prestasi Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar,

( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005 ) Hal 13

43 Bahri Djamarah. Syaiful, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru ( Surabaya : Usaha

(27)

perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasan bahan

pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam

kurikulum”.44 Di dalam kamus besar bahasa Indonesia prestasi belajar yang

diartikan sebagai penguasaan ketrampilan atau pengetahuan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan oleh nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru. Jadi prestasi merupakan suatu hasil dari

suatu kegiatan yang telah dilakukan atau diciptakan baik secara individual

maupun secara kelompok, yang bisa diketahui dari nilai yang diperoleh.

Sedangkan pembahasan mengenai belajar sudah dibahas pada sub bab

terdahulu.

Dari pengertian prestasi dan belajar bisa dihubungkan prestasi belajar

mempunyai pengertian kemampuan seseorang yang diperoleh setelah adanya

proses belajar, atau hasil yang diperoleh dari suatu aktifitas atau dalam arti

lain prestasi belajar adalah merupakan hasil yang dicapai setelah belajar.

Prestasi belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan

pada suatu pencapaian tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa.

Reigelluth dan Merill mengemukakan pengertian “ prestasi belajar atau hasil

pembelajaran didenifisikan sebagai semua aspek yang dapat dijadikan

indikator dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang

berbeda “.45 Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi

44Ibid Hal 21

45 Yoto dan Syaiful Rahman, Manajemen Pembelajaran , ( Malang : Yarizan Group, 2001 ) Hal

(28)

belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaan terhadap

sesuatu ketrampilan atau pengetahuan yang dikembangkan untuk mata

pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai angka-angka.

Djamarah berpendapat “ prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh

berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu

sebagai dari aktivitas dalam belajar “.46 Sedangkan menurut Purwanto hasil

belajar atau prestasi belajar adalah” perubahan perilaku siswa akibat belajar

“.47 Jadi dengan belajar bisa mengakibatkan berubahnya perilaku anak didik

dari yang buruk menjadi baik, dan dari mulanya tidak mengerti menjadi

mengerti.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah

penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang

dipelajari disekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/

ketrampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Didalam suatu kelas prestasi yang dicapai masing-masing individu

tidak sama, termasuk oleh siswa sebagai subyek didik. Adapun perbedaan

prestasi belajar tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Faktor endogen atau disebut juga Faktor internal, yaitu semua faktor

yang berada dalam diri individu

46 Bahri Djamarah. Syaiful, Prestasi Belajar………… Hal. 23

(29)

2. Faktor eksogen atau disebut juga faktor eksternal yaitu semua faktor

yang berada diluar diri individu.48

3. Dan juga faktor pendekatan belajar.49

Ketiga faktor diatas akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Faktor endogen atau faktor internal

Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi dua faktor yaitu faktor

fisiologis ( yang bersifat jasmaniah ) dan faktor psikologis (yang bersifat

rohaniah ).

a. Faktor fisiologis ( jasmaniah )

Faktor ini baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.

Yang termasuk faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi

sebagaimana mestinya, seperti menmgalami sakit, cacat tubuh, atau

perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang

membawa kelainan tingkah laku.50 Jika siswa dalam proses belajarnya

mengalami faktor-faktor jasmani seperti diatas maka semua itu akan

mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa tidak akan bisa optimal

dalam menerima pelajaran, sehingga ketidak optimalan tersebut sangat

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

b. Faktor Psikologi

48 Sobur. Alex, Psikologi Umum ………. Hal. 244

49 Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan………Hal 129

(30)

Faktor-faktor rohaniah (psikologi ) siswa yang paling banyak

disoroti adalah sebagai berikut :

a.) Tingkat kecerdasan / intelegensi atau kemampuan siswa.

Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psikologi untuk

mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan

dengan cara yang tepat.51 Dan faktor kecerdasan intelegensi ini

sangat dominan. Faktor kecerdasan ini sangat berpengaruh

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa atau tingkat

keberhasilan siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi

siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses dan

lebih berhasil dalam kegiatan belajar karena ia lebih mudah

menangkap dan memahami pelajaran. Selain itu siswa yang

mempunyai intelegensi tinggi prestasi belajar dikelasnya akan

semakin menonjol dan selalu bagus. Sedangkan siswa yang

tingkat intelegensinya rendah peluang kesuksesannya juga

rendah, selain itu dia juga sangat kesulitan menerima pelajaran

dikelasnya, sehingga prestasi belajarnya rendah dan dia tidak

bisa bersaing dengan siswa yang tingkat intelegensinya tinggi.

b.) Bakat

(31)

Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

siswa adalah faktor bakat. Bakat yang terdapat pada diri

seseorang biasanya terbatas pada bidang tertentu saja. Satu ciri

yang paling umum diterima sebagai cirri anak berbakat adalah

memiliki kecerdasan yang lebih tinggi daripada anak normal

sebagaimana diukur oleh alat ukur kecerdasan yang sudah baku.

Karena bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang

“inherent “ dalam diri seseorang, dibawa sejak lahir dan terkait

erat dengan struktur otak, struktur otak itu sangat ditentukan oleh

caranya lingkungan berinteraksi dengan anak tersebut. Pada

dasarnya bakat itu mirip dengan intelegensi, sehingga anak yang

memiliki intelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa ( very superior ) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.52 Sehingga jika siswa mempunyai inteligensi

tinggi bahan pembelajaran yang diberikan akan cepat dikuasai,

sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Dalam hal ini

guru tidak usah bersusah payah menjelaskan berkali-kali. Lain

halnya dengan siswa yang kurang berbakat atau mempunyai

intelegensi rendah. Guru harus bersabar dan telaten melayani

mereka, yaitu dengan sering berulang kali menjelaskan bahan

(32)

tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan akhirnya siswa

tadi diharapkan dapat menguasai bahan yang diajarkan.

c.) Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila

bahan pelajaran yang diajarkan tidak sesuai dengan minat siswa,

siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Jika ada siswa

kurang atau tidak berminat terhadap belajar perlu diusahakan

cara membangkitkan minat tersebut. Cara tersebut antara lain

ialah dengan menvariasikan media pembelajaran,

mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal

yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa dan

mengkaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita

siswa.

d.) Perhatian

Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus

mempunyai perhatian penuh terhadap bahan yang dipelajarinya.

Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan

baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian

antara lain dengan menyesuaikannya dengan hobi dan

mengaitkan bahan tersebut dengan pelajaran yang lalu,

(33)

dibicarakan maupun dengan bahan yang akan datang dan

manfaat kelak di masyarakat.

e.) Motif

Dalam proses belajar mengajar guru harus

memperhatikan motif belajar siswa atau faktor yang mendorong

belajar siswa. Dengan mengetahuinya, maka guru dapat

mengajak siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian,

merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan

serta menunjang belajar.

f.) Kematangan

Kematangan merupakan tingkat atau fase dalam

pertumbuhan seseorang untuk melaksanakan kecakapan baru.

Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan

secara terus menerus. Agar kematangan dapat dikembangkan

perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan

tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kondisi atau cara

itu antara lain dengan pemberian latihan yang terus menerus dan

konsisten pemberian tugas yang bertingkat dan

berkesinambungan dari sederhana ke komplek.

g.) Kesiapan

Siswa dikatakan mempunyai kesiapan apabila pada

(34)

Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang memiliki

kesiapan tinggi akan terjadi proses pembelajaran yang optimal

dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.

h.) Kelelahan

Kelelahan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam

belajar, oleh karena itu guru harus memberikan pengertian

kepada siswa untuk berusaha menghindari terjadinya kelelahan

dalam belajarnya. Misalnya pada siswa diberi penjelasan agar

mereka mengusahakan tidur, dan istirahat yang cukup dan

teratur, mengusahakan variasi dalam belajar, olah raga secara

teratur agar kondisi badan segar.

2. Faktor eksogen atau faktor eksternal

Selain faktor-faktor intern diatas, ada pula faktor ekstern atau

eksogen. Faktor ini berasal dari luar diri anak, yang termasuk faktor ini

adalah :

a. Faktor Keluarga

Para siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari

keluarga berupa :

1. cara orang tua mendidik

2. hubungan antara anggota keluarga

3. suasana rumah

(35)

5. sikap dan perhatian orang tua

6. latar belakang kebudayaan orang tua.

b. Faktor sekolah

Faktor sekolah meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :

1. metode mengajar

2. kurikulum

3. hubungan guru dengan para siswa

4. hubungan siswa dengan siswa

5. disiplin sekolah

6. peralatan / media pelajaran

7. waktu sekolah

8. sarana dan prasarana sekolah

9. metode belajar siswa

10. tugas sekolah

c. Faktor masyarakat

Faktor masyarakat merupakan faktor akstern yang juga

berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada

akhirnya akan mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam

belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam

masyarakat. Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan :

1. kegiatan siswa dalam masyarakat

(36)

3. pola hidup masyarakat

3. faktor pendekatan belajar

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana

yang telah dipaparkan di muka, faktor pendekatan belajar juga

berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa dan juga

hasil belajar siswa. Sehingga semakin mendalam cara belajr siswa

semakin baik hasilnya.

Dimuka telah dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa. Dan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam

mencapai prestasi dalam belajar diperlukan suatu pengukuran yang disebut

dengan tes prestasi. Tujuan tes pengukuran ini memberikan bukti peningkatan

atau pencapaian prestasi belajar yang diperoleh, selain itu untuk mengukur

sejauh mana kemampuan peserta didik dalam menguasai mata pelajaran

tertentu.

Menurut purwanto tes prestasi belajar “ merupakan tes penguasaan “53

karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan

oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Sedangkan menurut Anwar tes prestasi

belajar merupakan tes yang disusun secara terencana untuk mengungkapkan

performasi subyek dalam menguasai bahan atau materi yang telah diajarkan.54

(37)

Sedangkan fungsi utama tes dikelas adalah mengukur prestasi belajar

siswa. Menurut Robert L. Ebel mengatakan bahwa “ fungsi utam tes prestasi

dikelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa dan membantu para guru

untuk memberikan nilai yang lebih (valid) dan dapat lebih dipercaya

(reable).55

Dari pernyataan tersebut tes prestasi bukanlah semata-mata pemberian

nilai atau angka dimasukkan kedalam raport siswa, tetapi tes prestasi

benar-benar mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya dan mengandung

nilai-nilai pendidikan yang sangat penting.

Seperti yang telah dikemukakan, tes prestasi merupakan salah satu

informasi penting guna pengambilan keputusan pendidikan namun perlu

diingat bahwa apakah informasi yang benar dapat dipercaya dan sejauh mana

tes yang digunakan itu memenuhi kriteria sebagai tes prestasi yang layak.

Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil prestasi bahasa

Indonesia dari daftar kumpulan nilai atau raport sebagai pembanding prestasi

belajar matematika pada soal cerita, yang mana tes matematika pada soal

cerita nantinya akan diberikan oleh peneliti dan digunakan sebagai intrumen

penelitian.

(38)

D. Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia.

Seperti yang telah kita ketahui bahasa Indonesia merupakan bahasa

persatuan dinegara kita tercinta ini. Dan bahasa memegang perana penting dalam

kehidupan kita. Bahasa selain digunakan sebagai bahasa percakapan. Bahasa juga

digunakan sebagai bahasa pengantar dalam menyampaikan suatu materi pelajaran.

Dalam tugasnya sehari-hari para guru bahasa harus memahami benar-benar tujuan

pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa, terampil menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis.

Untuk lebih memahami lagi tentang bahasa Indonesia marilah kita lihat

hakekat bahasa Indonesia dan kedudukannya.

1. Hakekat Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa melayu yang sudah diperkaya dengan

berbagai unsure bahasa daerah dan bahasa asing sehingga telah terjelma

menjadi bahasa baru, bahasa Indonesia, bahasa suatu bangsa baru yaitu

bangsa Indonesia.56 Abdul Chaer mengatakan “ bahasa adalah sistem lambang

berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk

bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri “.57 Maksud dari

pengertian diatas adalah bahasa merupakan sebuah sistem, bahasa terbentuk

oleh suatu aturan, kaidah, pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi,

56 Pusat Laboratorium dan Praktikum terpadu, Modul Bahasa Indonesia Ilmiah STAIN

Tulungagung Semester Genap Tahun Akademik 2006 / 2007, ( Tulungagung : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tulungagung : 2007 ) Hal .1

57 Chaer. Abdul, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006 ) Hal.

(39)

tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Sedangkan lambang yang digunakan

dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh

alat ucap manusia. Sedangkan yang dimaksud arbitrer diatas adalah tidak ada

ketentuan, atau hubungan antara suatu lambang bunyi dengan benda atau

konsep yang dilambangkanya.

Sedangkan masykur dan fathani berpendapat bahasa merupakan sistem

yang terdiri dari lambang-lambang, kata-kata, dan kalimat-kalimat yang

disusun menurut aturan tertentu dan digunakan sekelompok orang untuk

berkomunikasi.58 Bahasa tumbuh dan berkembang karena manusia, begitupun

sebaliknya, manusia berkembang karena bahasa. Keduanya tidak bisa

dipisahkan. Keduanya menyatu dalam segala aktivitas kehidupan.

2. Fungsi bahasa Indonesia

Dilihat dari segi fungsi, bahasa memiliki dua fungsi yaitu :

a. Sebagai alat untuk menyatukan ide, pikiran, gagasan atau perasaan.

b. Sebagai alat untuk melakukan komunikasi dalam berinteraksi dengan

orang lain.59

Komunikasi pada hakekatnya merupakan proses penyampaian pesan

dari pengirim kepadapenerima. Hubungan komunikasi dan interaksi antara

sipengirim dan si penerima, dibangun berdasarkan penyusunan kode atau

(40)

symbol bahasa oleh pengirim dan pembongkaran ide atau symbol bahsa oleh

sipenerima.

Sedangkan jika dipandang dari segi kedudukannya sebagai bahasa

Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai60 : (1) bahasa resmi kenegaraan,

(2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada

tingakta nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan, (4) dan alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan,

dan teknologi.

Jadi jika dilihat dari fungsi diatas bahasa sebagai pengantar didalam

dunia pendidikan, maka didalam mata pelajaran matematika pun bahasa

pengantarnya menggunakan bahasa Indonesia. Dan untuk mempermudah

siswa dalam mempelajari materi yang ada buku pedoman pembelajarannya

pun menggunakan bahasa Indonesia. Semua itu agar tidak ada kesingkronan

antar daerah.

3. Kedudukan bahasa indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara

lain, bersumber dari ikrar ketiga sumpah pemuda 1928 yang berbunyi : “ kami

putra putrid Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia “.61 Ini

berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional. Selain

itu di dalam undang-undang dasar 1945 tercantum pasal khusus mengenai

(41)

kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa “ bahasa Negara ialah

bahasa Indonesia “62. Jadi bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yaitu

sebagai bahasa nasional dan juga bahasa Negara.

Bahasa Indonesia memiliki banyak ragam. Dan antara satu dengan yang

lainnya mempunyai perbedaan, oleh karena itu untuk menjaga keajekan dan ke

aslian dan penyeragaman bahasa Indonesia dibuatlah bahasa baku. Jadi bahasa

baku adalah bahasa pokok, bahasa utama, bahasa standart, yaitu bahasa yang

tunduk pada ketetapan yang telah dibuat dan disepakati bersama mengenai ejaan,

tata bahasa, kosa kata, dan istilah.

Bahasa baku memiliki tiga ciri yaitu :

a. Memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap.

b. Sifat kecendekiaan-nya perwujudan dalam kalimat,

paragraf, dan satuan bahasa yang lebih besar mengungkapkan penalaran dan

pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.

c. Sifat seragam. Pada hakekatnya proses pembakuan bahasa

ialah proses penyeragaman bahasa. Atau bisa dikatakan pencarian titik-titik

keseragaman dan pada proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses

penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa.

(42)

Bahasa Indonesia mempunyai dua macam bahasa yaitu bahasa tulis dan

lisan. Dan disini kita membahas tentang bahasa tulisnya saja karena nantinya oleh

peneliti akan dihubungkan dengan soal matematika pada soal cerita. Dan bahasa

tulis ini mempunyai kaidah atau aturan yang harus kita gunakan secara konsisten

misalnya kalimat “ dia punya dua mobil “ kalimat tersebut nampaknya sudah

beres tidak ada kesalahan gramatikal tetapi sebenarnya kalimat tersebut

kekurangan kata “ buah “ yang harus diletakkan di muka kata “ mobil “ dengan

demikian kalimat tersebut menjadi “ dia punya dua buah mobil “.

Dalam bahasa Indonesia unsur situasi atau konteks yang menyangkut

tempat , masalah yang dibicarakan, dan status mitra bicara sering pula digunakan

untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih

memahami masalah arti bahasa.63 Semua itu untuk menghindari kekaburan

bahasa.

Bahasa memang alat untuk meraih ilmu. Tetapi yang namanya mata

pelajaran bahasa Indonesia, tentunya bukan alat melainkan ilmu juga yang harus

dipelajari sejajar dengan ilmu-ilmu yang lain.64 karena dalam mata pelajaran

bahasa Indonesia banyak sekali materi-materi yang harus dipelajari, baik dalam

penyusunan kalimat, tata bahasanya dan lain sebagainya. Banyak orang

beranggapan pelajaran bahasa Indonesia itu mudah karena sebagai bahasa

sehari-63 Anwar Khaidir, Fungsi dan Peranan Bahasa Sebuah Pengantar. ( Yogyakarta : Gajah Mada

Universitas Press, 1984 ) Hal. 44

(43)

hari kita. Namun pada hakekatnya bahasa Indonesia itu sulit dan perlu keseriusan

untuk mempelajarinya.

E. Korelasi Antara Bahasa Indonesia dengan Matematika pada Soal Cerita.

Dimuka peneliti sudah membahas tentang matematika dan juga bahasa

Indonesia. Sebelum kita membahas tentang hubungan yang ada pada matematika

dan bahasa Indonesia kita bahas dulu soal cerita, karena soal cerita ini yang akan

dicari hubungannya dengan bahasa Indonesia.

Soal cerita merupakan modifikasi dari soal hubungan yang berkaitan

dengan kenyataan yang ada dilingkungan atau keadaan sehari-hari. Pada besar

bahasa Indonesia soal cerita diambil dari dua kata yaitu : “ soal “ dan “ cerita “.

Soal mempunyai makna “ pertanyaan “, sedangkan cerita bermakna “ sebuah tutur

yang melukiskan suatu proses terjadinya peristiwa secara panjang lebar “. Jadi

bisa disimpulkan soal cerita dalam matematika adalah soal yang melukiskan suatu

proses peristiwa yang menggunakan tatanan bahasa Indonesia baku, tetapi dalam

peristiwa tersebut tidak meninggalkan unsure-unsur matematis dan unsure

matematisnya dinyatakan secara jelas.

Soal cerita merupakan soal yang sangat sulit, karena disamping harus

memahami soal itu siswa juga dituntut untuk mengaplikasikan rumus-rumus yang

dikuasainya sesuai soal, ditambah lagi bagaimana soal cerita itu dirubahnya

kedalam model matematika. Jadi didalam menyelesaikan soal cerita sangat

(44)

yang kuat, selain itu siswa sebelum menyelesaikan soal harus memahami dulu

kontek pembicaraannya. Semua itu agar tidak terjadi salah persepsi. Bukan suatu

jaminan siswa yang mampu menghadapi soal-soal hitung dan juga mampu

menyelesaikan soal cerita.

Dalam penulisan soal cerita pada matematika selain memperhatikan

unsure-unsur matematis yang ditonjolkan, penyusun soal juga harus

memperhatikan tata bahasa Indonesia, karena soal matematika berbentuk uraian

yang disusun dengan menggunakan bahasa Indonesia, maka dalam

penyusunannya harus menggunakan bahasa yang baku agar mudah dipahami oleh

siswa. Sebelum diujikan soal hendaklah ditelaah dulu, apakah soal yang diujikan

itu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD atau

tidak.65 Dalam menuliskan soal cerita pun hendaknya tidak bertele-tele, dan tidak

jelas. Karena soal yang bertele-tele akan membingungkan siswa dan

mempengaruhi prestasi siswa. Dalam menuliskan soal cerita pada matematika

hendaknya singkat tidak bertele-tele, jelas dengan apa yang ingin dicapai, dan

padat.

Dalam mengerjakan soal cerita siswa harus memperhatikan dua hal yaitu :

a. Memahami soal cerita

Dalam mengerjakan soal cerita ini siswa tidak boleh langsung

mengerjakan seperti soal perhitugan yang lain pada matematika, melainkan

65 Surapranata. Sumarna, Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes, (Bandung :

(45)

terlebih dahulu menganalisis inti dari soal cerita. Karena soal cerita berupa

suatu pernyataan atau kalimat yang sebelumnya memerlukan suatu

pemahaman isi dari soal cerita itu apa. Disinilah kemahiran bahasa Indonesia

diperlukan, siswa yang pandai bahasa Indonesia akan mudah mengetahui

maksud soal tersebut. Kesalahan dalam memahami soal cerita ini bisa

berakibat fatal bagi prestasi belajar siswa.

b. Menetapkan variabel untuk membuat model matematika

Setelah memahami isi dari soal tersebut, siswa hendaklah segera

menentukan variabel-variabel yang ada disoal dan membuat permodelan atau

menentukan rumus yang akan digunakan dalam mengerjakan soal sesuai

dengan kontek yang dibicarakan dalam soal tersebut.

Materi matematika itu banyak sekali, namun peneliti mengambil

pokok permasalahan soal cerita dan yang diambil adalah soal cerita untuk

materi himpunan dan juga aritmatika sosial yang menyangkut dengan

kehidupan kita sehari-hari.

Sekarang kita akan membahas tentang hubungan yang terjadi antara

bahasa Indonesia dengan matematika pada soal cerita. Menurut Galileo

Galilei, seoarang ahli matematika dan astronomi dari Italia,

“ Alam semesta itu bagaikan sebuah buku raksasa yang hanya dapat dibaca karena orang mengerti bahasanya dan akrab dengan lambang dan huruf yang digunakan didalamnya, dan bahasa alam tersebut tidak lain adalah matematik “.66

(46)

Dilihat dari pengertian diatas, maka matematika bisa dipandang

sebagai bahasa, karena dalam matematika terdapat sekumpulan

lambang-lambang atau symbol dan kata ( baik kata dalam bentuk lambang-lambang misalnya “

” yang melambangkan kata “ elemen atau anggota dari “ semua itu dari kata

bahasa Indonesia lalu disimbolkan dengan symbol matematik.

Selain itu dalam penulisan matermatika pada soal cerita pada

dasaranya juga berpegang pada kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar.

Dan hendaknya menggunakan bahasa yang jelas, logis, tidak berbelit-belit dan

dapat dipahami siswa. Karena dalam penulisan soal ini sangat perpengaruh

terhadap prestasi siswa.

Jadi siswa yang prestasi belajar bahasa indonesianya baik, akan baik

pula pada prestasi belajar matematika pada soal cerita karena mereka sudah

Referensi

Dokumen terkait

With output branching, you can program parallel outputs on a rung to allow a true logic path to control

An output circuit that uses a digital-to-analog converter to translate a digital value, sent from the processor, into an analog signal that can control a connected analog

Profesionalisme manajemen, sistem informasi, budaya perusahaan yang tepat, pemanfaatan teknologi, strategi fungsional lainnya perlu secara terpadu mendukung pelaksanaan

Namun sebaliknya, jika konsumen merasa tidak puas maka konsumen akan mengevaluasi dengan tulisan yang negatif sehingga tulisan tersebut dapat mempengaruhi calon

Memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah, serta Surat Penetapan Hasil

Khusus untuk pekerjaan Poin 3 dan 4, Penandatanganan kontrak dilakukan jika tersedia dana dalam APBD Perubahan Kabupaten Landak Tahun Anggaran 2012, jika tidak tersedia

kehadiran di dalam kelas, penyampaian informasi mengenai tuntutan dan persyaratan perkuliahan, dan pemberian nilai secara adil sesuai dengan standar yang ditetapkan

Mengingat pentingnya acara ini diminta kepada saudara hadir tepat waktu dan apabila diwakilkan diharapkan membawa surat kuasa, serta membawa berkas klarifikasi 1 (satu) Dokumen