• Tidak ada hasil yang ditemukan

pelaksanaan dan penegakkan hukum di indo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pelaksanaan dan penegakkan hukum di indo"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENGANTAR ILMU HUKUM

PELAKSANAAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Dosen Pengampu:

MUSLEH HERRY, M. HUM

Disusun oleh:

Faisal Azhari (11210010) Nizar Abdussalam (11210019) Warda Humairo (11210020) Roiful Amali (11210022) Siti Fadilatul Munawwarah (11210029) Indana Zulfa (11210077)

JURUSAN AKHWAL ASY-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH

(2)

2012

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Pengantar Ilmu Hukum yang berjudul “PELAKSANAAN DAN PENEGAKKAN HUKUM DI INDONESIA’’.

Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :

1. Bapak Rektor UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2. Bapak Musleh Herry M, Hi selaku Dosen Mata pelajaran yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan,pengarahan,dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.

3. Rekan-rekan semua dikelas A jurusan Al Ahwal Al Syaksiyah

4. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang tiada henti-hentinya memberikan dorongan dan semangat kepada kami baik dalam selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.

5. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya saya berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dorongan serta memberikan semangat kepada kami sehingga

makalah ini dapat selesai, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Malang, 2 Juni 2012

(3)

BAB I

Latar Belakang

Hukum adalah suatu system yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu kekuasaan atau pun kelembagaan. Dengan adanya hukum, suatu kelembagaan akan mendapatkant penjagaan-penjagaan yang bisa mengarahkan suatu kelembagaan ke arah yang lebih baik. Hal ini dikarenakan apabila terjadi pelanggaran dalam suatu hukum, maka akan diberikan sanksi yang sesuai dengan hukum yang telah tetapkan

Suatu Negara dapat berjalan dengan baik salah satunya adalah dikarenakan hukum yang baik pula. Negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Disebut juga Negara hukum.

Begitu pula di Indonesia. Indonesia adalah suatu Negara hukum yang menjunjung Negaranya untuk menjalankan hukum atas dasar hukum yang adil dan baik. Di Indonesia hukum telah tersusun dengan rapi dan terstruktur. Kalau sudah seperti itu, maka kami memiliki pandangan bahwa Negara Indonesia hanya tinggal melakukan pelaksanaannya dan menjalankannya serta penegakkannya dengan baik tanpa harus ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat merapuhkan Negara kita sendiri.

Akan tetapi apakah Negara Indonesia sampai saat ini telah menjadi Negara hukum yang sesungguhnya dalam arti telah menjalankan hukum atas dasar hukum yang adil dan baik? atau masih terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan hukum tersebut ? atau bahkan sering terjadi ?. Maka dari itu kami disini ingin membahas hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan dan penegakannya sebagai salah satu jalan supaya hukum Negara kita tercinta ini bisa benar-benar tegak secara sempurna sesuai dengan tujuannya.

Rumusan masalah :

1. Apa yang dimaksud pelaksanaan hukum dan penegakan hukum ?

2. Apa kriteria yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan hukum di Indonesia? 3. Faktor dan unsur apa saja dalam penegakan hukum ?

4. Manfaat pelaksanaan dan penegakan hukum ?

Tujuan :

1. Mengetahui arti pelaksanaan hukum dan penegakkan hukum ?

2. Mengetahui kriteria yang harus dipenuihi dalam pelaksanan hukum di Indonesia? 3. Mengetahui Faktor dalam penegakan hukum ?

(4)

BAB II Pembahasan A. Pengertian

Penegakan hokum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hokum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hokum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hokum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hokum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hokum itu melibatkan semua subjek hokum dalam setiap hubungan hokum. Siapa saja yang menjalankan aturan normative atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hokum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hokum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hokum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hokum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hokum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.

Pengertian penegakan hokum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hokum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hokum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataan ‘law enforcement’ ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’ dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah ‘penegakan peraturan’ dalam arti sempit. Pembedaan antara formalitas aturan hokum yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa inggris sendiri dengan dikembangkan istilah ‘the rule of law’ versus ‘the rule of just law’ atau dalam istilah ‘the rule of law and not of man’ versus istilah ‘the rule by law’ yang berarti ‘the rule of man by law’. Dalam istilah ‘the rule of law’ terkandung makna pemerintahan oleh hokum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah ‘the rule of just law’. Dalam istilah ‘the rule of law and not of man’ dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu Negara hokum modern itu dilakukan oleh hokum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah ‘the rule by law’ yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hokum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka.

(5)

yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hokum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hokum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dari pengertian yang luas itu, pembahasan kita tentang penegaan hokum dapat kita tentukan sendiri batas-batasnya. Apakah kita akan membahas keseluruhan aspek dan dimensi penegakan hokum itu, baik dari segi subjekna maupun objeknya atau kita batasi hanya membahas hal-hal tertentu saja, misalnya, hanya menelaah aspek-aspek subjektifnya saja.

B. Kriteria Dalam Penegakkan Hukum

Pelaksanaan hukum di Indonesia harus sesuai dengan dua hal penting dalam hukum, yakni asas-asas perundang-undangan dan Subyek hukum.

a. Asas-asas Peraturan Perundangan

Prof. Purnadi Purbacaraka dan Prof. Soerjono Soekanto, memperkenalkan enam asas sebagai berikut:

1. Undang-undang tidak berlaku surut. Asas ini dapat dibaca dalam:

Pasal 3 Algemene Bepalingen van Wetgeving (disingkat AB) yang terjemahannya adalah: “Undang-undang hanya mengikat untuk masa mendatang dan tidak mempunyai kekuatan yang berlaku surut.”

Pasal 1 ayat 1 KUH Pidana yang terjemahannya adalah sebagai berikut: “Tiada peristiwa dapat dipidana, kecuali atas dasar kekuatan suatu aturan perundang-undangan pidana yang mendahulukan.”

peraturan perundang-undangan yang dibuat hanya berlaku pada peristiwa-peristiwa hukum yang terjadi setelah peraturan perundang-undangan itu lahir. Namun demikian, mengabaikan asas ini dimungkinkan terjadi dalam rangka untuk memenuhi keadilan masyarakat. Sebagai contoh UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, yang digunakan untuk mengadili peristiwa pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Timor Timur yang terjadi pada 1999.

2. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.

(6)

diberlakukan undang-undang yang menyebut peristiwa yang lebih luas atau lebih umum yang dapat juga mencakup peristiwa khusus tersebut. Sebagai contoh UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh adalah lex specialis yang banyak mengesampingkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

4. Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undang-undang yang berlaku terdahulu (lex posteriori derogate lex periori). Dalam setiap peraturan undangan biasanya terdapat klausul yang menegaskan keberlakuan peraturan perundang-undangan tersebut dan menyatakan peraturan perundang-perundang-undangan sejenis yang sebelumnya digunakan, kecuali terhadap pengaturan yang tidak bertentangan. Terhadap asas ini, oleh pasal 1 ayat 2 KUH Pidana dimungkinkan pengecualiannya, karena berdasarkan pasal tersebut UU yang lama yang makna atau tujuannya bertentangan dengan UU yang baru dapat diberlakukan asalkan memenuhi syarat-syaratnya.

5. Peraturan perundang-undangan tidak dapat di ganggu gugat. Asas ini dinyatakan dengan tegas dalam undang-undang sementara pasal 95 ayat 2 . Tidak disemua negara berlaku asas ini. Di negeri belanda dimungkinkan terhadap perjanjian internasional. Dalam UUD 45 tidak ada satu pasalpun yang memuat asas ini. Makna dari asas ini adalah:

a. Adanya kemungkinan bahwa isi undang-undang menyimpang dari UUD.

b. Hakim atau siapapun juga tidak mempunyai hak uji materiil terhadap undang-undang tersebut. Artinya isi undang-undang tersebut tidak boleh diuji apakah bertentangan dengan UUD atau dan keadilan apa tidak, hak tersebut hanya dimiliki oleh pembuat undang tersebut. Hak uji formal, yaitu hak untuk meneliti apakah undang-undang tersebut pada saat dibentuknya ialah dengan acara yang sah, tetap dimiliki oleh hakim.

6. Peraturan perundang-undangan sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan materil bagi masyarakat maupun individu, melalui pembaharuan atau pelestarian (asas welvaarstaat).

A. Subjek Hukum

(7)

untuk bertindak menurut tata cara yang ditentukan atau dibenarkan hukum.1 Sebab apabila

seseorang melakukan perampasan hak sehingga mengakibatkan kematian perdata bagi orang lain walaupun termasuk mendukung hak, maka hal ini dilarang.Contoh, perbudakan adalah dilarang karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.2

Menurut macamnya, subjek hukum terdiri atas dua, yakni manusia (natuurlijke persoon), dan badan hukum (rechts persoon).

1) Manusia (natuurlijke persoon) menurut hukum adalah setiap orang yang mempunyai kedudukan yang sama, selaku pendukung hak dan kewajiban. Pada dasarnya seseorang dinyatakan sebagai subjek hukum ketika dilahirkan, dan berakhir ketika meninggal dunia.Namun hal ini tidak mutlak, sebab ada pengecualian seperti yang diatur dan ditetapkan dalam Pasal 2 Kitab Undang-Undang Perdata:3

“Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya. Mati sewaktu dilahirkan, dianggaplah ia tak pernah ada.”

Hal ini berarti bahwa bayi yang masih dalam kandungan ibunya dianggap telah lahir dan menjadi subjek hukum,apabila kepentingannya menghendaki (dalam hal menerima

pembagian warisan). Apabila bayi tersebut lahir dalam keadaan meninggal dunia, menurut hukum ia dianggap tidak pernah ada, sehingga ia bukan subjek hukum (tidak menerima pembagian warisan).

Sebagai subjek hukum, manusia mempunyai kewenangan untuk melaksanakan kewajiban dan menerima haknya. Dengan kata lain manusia mempunyai kewenangan untuk

melakukan tindakan hukum, misalnya membuat perjanjian, membuat surat warisan, melakukan perkawinan dan lain sebagainya.

Namun demikian, kewenangan itu dibatasi oleh beberapa faktor dan keadaan tertentu, sehingga seseorang dapat dinyatakan wenang untuk melakukan tindakan hukum apabila dia telah dewasa, sehat jiwanya serta tidak berada dalam pengampuan (curandus).4

Adapun golongan manusia yang dianggap tidak cakap bertindak atau melakukan perbuatan hukum,karena berada dalam masa pengampuan, golongan ini disebut personae miserabile,

sehingga mengakibatkan mereka tidak dapat melaksanakan sendiri hak-hak dan

1 Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, II, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, hlm. 23.

2 Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum, II, Bandung: PT Refika Aditama, 2003, hlm. 32. 3 R. Soebakti, Op cit, hlm. 25.

(8)

kewajibannya. Jadi, untuk menjalankan hak-hak dan kewajibannya, harus diwakili oleh orang tertentu yang ditunjuk, yaitu oleh walinya atau pengampunya (kuratornya).

Golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum (personae miserable) tersebut, dalam arti tidak dapat melakukan perbuatan hukum di bidang keperdataan atau harta benda, adalah sebagai berikut:

a) Anak yang masih di bawah umur atau belum dewasa (belum berusia 21 tahun), belum kawin/nikah.

Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, terdapat berbagai ketentuan usia minimal seseorang untuk melakukan suatu perbuatan hukum atau memperoleh hak, yaitu sebagai berikut:

1) Pasal 330 KUHP Perdata untuk dapat melakukan perbuatan hukum di bidang harta benda, usia 21 tahun atau telah nikah (kawin) atau pernah kawin/nikah. 2) Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

menetapkan bahwa untuk dapat melangsungkan perkawinan, usia 19 tahun bagi pria dan usia 16 tahun bagi wanita. Namun menurut pasal 6 ayat (1) “yang belum berusia 21 tahun harus mendapat izin dari orang tua atau walinya untuk melakukan perkawinan”.

3) Pasal 45 KUHP Pidana, belum dapat dipidana seseorang yang belum berusia 16 tahun. Namun menurut pasal 46 KUHP Pidana, apabila juga akan dipindana hakim dapat memilih tiga putusan, yaitu mengembalikan kepada orang tua Si anak, memasukkan dalam pemeliharaan anak Negara, atau menjatuhkan pidana tetapi dikurangi sepertiga dari ancaman maksimal pidana yang dilanggar dan dipenjara pada penjara khusus anak-anak.

4) Pasal 28 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Pemilu), hak seseorang untuk memilih adalah pada usia 17 tahun atau sudah/ pernah kawin pada waktu pendaftaran pemilih.

5) Pasal 2 ayat (1) butir d PP Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi, bahwa usia untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM), adalah sebagai berikut:

(9)

b. SIM A, usia 17 tahun.

c. SIM B1 dan SIM B2,usia 20 tahun.

d. Pasal 33 Keputusan Presiden Nomor 52 tahun 1997 tentang kependudukan, usia 17 tahun atau sudah /pernah nikah /kawin wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP).

b) Orang dewasa yang berada di bawah pengampunan (curatele), disebabkan oleh, sebagai berikut:

1) Sakit ingatan: gila, orang dungu, penyakit suka mencuri (kleptomania), khususnya penyakitnya.

2) Pemabuk dan pemboros (ketidakcakapannya khusus dalam peralihan hak di bidang harta kekayaan).

3) Istri yang tunduk pada Pasal 110 BW /KUH-Perdata.Namun berdasarkan surat edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3 tahun 1963, setiap istri sudah dianggap cakap melakukan perbuatan hukun.Isteri yang ditempatkan di bawah pengampunan berdasarkan penetapan hakim yang disebut “Kurandus”.

Lain lagi pengertian dewasa menurut hukum adat. Menurut hukum adat seseorang dikatakan telah dewasa apabila ia telah “kuat gawe” atau telah mampu mencari nafkah sendiri.Menurut Soepomo,”Anak lelaki yang tertua telah dewasa, ia cakap bekerja (kuat gawe).”5 Menurut Djuarni Witarsa pengertian dewasa,apabila laki-laki telah mencar, mentas,

dan keluar jakun, sedangkan bagi perempuan biasanya ditandai dengan membesarnya payudara.6

Terakhir, pengertian dewasa menurut Hukum Islam. Menurut Syariat Islam seseorang dinyatakan sebagai subjek hukum atau mukallaf (kewajiban untuk melaksanakan peraturan Allah), yaitu apabila:

a. Ajaran Islam sudah sampai kepadanya.

b.Berakal (sehat, tidak gila atau dalam keadaan tidak sadar, dan sebagainya).

5 Soepomo,Bab-bab Tentang hukum Adat, Jakarta:Penerbit Pradnya Paramita, 1980,hlm. 84

(10)

c.Baligh yang cirri-cirinya antara lain sudah berumur 15 tahun, pernah mimpi bersetubuh, sudah menikah, dan menstruasi (haid) bagi wanita.7

2) Badan Hukum (rechts person), merupakan pendukung hak dan kewajiban berdasarkan hukum yang bukan manusia. Sebagai subjek hukum, badan hukum mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan hukum, misalnya mengadakan perjanjian dengan pihak lain, mengadakan transaksi jual beli dan lain sebagainya. Kemudian sudah barang tentu pelaksanaan tindakan hukum tadi dilakukan oleh para pengurus badan hukum tersebut. Pengertian lain, badan hukum adalah suatu perkumpulan atau lembaga yang dibuat oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu.

Badan hukum terbagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut:

a. Badan hukum Privat/Perdata adalah badan hukum yang didirikan dan diatur menurut hukum perdata.Seperti Perseroan Terbatas (PT), firma, CV, badan koperasi, yayasan, gereja (Badan Hukum Perdata Barat), Gereja Indonesia, Masjid, Wakaf, Koperasi Indonesia(Badan Hukum Perdata Indonesia) dan sebagainya.

b. Badan hukum Publik adalah suatu badan hukum dapat yabg didirikan dan diatur menurut hukum public.Seperti desa, kotamadya, provinsi, dan negara (mulai dari pemerintah pusat, sampai pemerintah desa), dan instansi pemerintah.

Suatu badan hukum dikatakan hampir selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya;

b. Memiliki hak dan kewajiban yang terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya secara pribadi;

c. Memiliki sifat kesinambungan, sebab hak dan kewajiban badan hukum tetap melekat walaupu angotanya silih berganti.

(11)

Sebagai landasan yuridis dari suatu badan hukum,maka keberadaan suatu badan hukum, ditinjau dari teori ilmu hukum ditentukan oleh empat teori yang menjadi syarat suatu badan hukum agar tergolong sebagai subjek hukum,yaitu sebagai berikut:

a. Teori Fiksi (Fictie Theorie) dari F.C. Von Savigny

Menurut teori ini, badan hukum itu semata-mata buatan negara. Selain negara, badan hukum itu merupakan fiksi semata.Artinya esuatu yang sesunggunya tidak pernah ada, akan tetapi dihidupkan dalam bayangan manusia guna menerankan sesuatu.

b. Teori Kekayaan Bertujuan (Zweckvermogen Theorie) dari Brinz

Menurut teori ini, hanya manusialah yang dapat menjadi subjek hukum dan kekayaan yang dianggap milik suatu badan hukum sebenarnya milik suatu tujuan.Teori hanya dapat menerangkan landasan yuridis dari yayasan.

c. Teori Organ (Orgaan Theorie) dari Otto von Gierke.

Menurut teori ini, badan hukum itu diibaratkan seperti manusia ,sesuatu yang sungguh-sungguh menjelma dalam pergaulan hukum.Selanjutnya menurut teori ini disebutkan bahwa badan hukum itu menjadi suatu badan yang membentuk kemauannya dengan perantaraan alat-alat yang ada padanya, seperti manusia.Jadi, fungsi badan hukum disamakan dengan manusia.

d. Teori Milik Bersama (Propiete Collevtive) dari Planiol dan Molengraaff.

Menurut teori ini, hak dan kewajiban badan hukum itu pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban anggota secara bersam-sama.Maka dari itu badan hukum hanyalah

merupakan suatu konstruksi yuridis semata.

Konsekuensi pemisahan antara harta kekayaan badan hukum dengan harta pribadi para pengurus atau anggotanya, adalah sebagai berikut:

a. Penagih pribadi terhadap anggota badan hukum, tidak berhak menuntut harta badan hukum.

b. Para pengurus / anggota tidak boleh secara pribadi menagih piutang badan hukum terhadap pihak ketiga.

c. Tidak dibenarkan kompensasi (ganti kerugian) utang pribadi dari pengurus atau anggota dengan utang badan hukum.

(12)

e. Jika badan hukum pailit, hanya para kreditur saja yang dapat menuntut harta kekayaan badan hukum.

C. Faktor–Faktor Dan Unsur-Unsur Penegakkan hukum Faktor-Faktor

Penegakan hukum di Indonesia merupakan suatu persoalan yang dihadapi setiap masyarakat di Indonesia. Penegakan hukum secara nasional untuk saat telah ini dinilai sangat buruk dan amburadul. Hal ini timbul akibat lemahnya penegakan hukum di Negara ini, seperti kasus dana talangan Bank Century, skandal Nazarudin, kasus Nunun Nurbaeti, aksi kekerasan atas nama suku agama ras dan antargolongan atau yang sering disebut SARA, kasus para penegak hukum baik kepolisian, jaksa maupun hakim seringkali masih menggunakan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dalam penyelesaian sengketa pers. dan masih banyak lagi kasus-kasus yang timbul dari itu kasus yang kecil maupun besar. Walaupun penegakan hukum untuk belakangan ini sudah mulai dinilai buruk dan amburadul oleh masyarakat, namun masyarakat mempunyai tujuan yang sama, agar di dalam masyarakat tercapai kedamaian sebagai akibat dari penegakan hukum yang formil.

Penegakan hukum, tekanannya selalu diletakkan pada aspek ketertiban. Hal ini mungkin sekali disebabkan oleh karena hukum diidentikkan dengan penegakan perundang-undangan, asumsi seperti ini adalah sangat keliru sekali, karena hukum itu harus dilihat dalam satu sistem, yang menimbulkan interaksi tertentu dalam berbagai unsur sistem hukum. Jika hukum diidentikkan dengan perundang-undangan, maka salah satu akibatnya dapat dirasakan, adalah kalau ada bidang kehidupan yang belum diatur dalam perundang-undangan, maka dikatakan hukum tertinggal oleh perkembangan masyarakat. Demikian juga kepastian hukum tidak identik dengan dengan kepastian undang-undang. Apabila kepastian hukum diidentikkan dengan kepastian undang-undang, maka dalam proses penegakan hukum dilakukan tanpa memperhatikan kenyataan hukum yang berlaku

Pokok penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dapat menjadi dampak positif atau negatif, terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah, sebagai berikut: 1. Faktor hukumnya sendiri, dalam hal ini dibatasi pada undang-undang saja.

2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yaitu lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yaitu sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

(13)

1. Undang-undang

Undang-undang dalam arti material adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah yang sah. Mengenai berlakunya undang-undang tersebut, terdapat beberapa asas yang tujuannya adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak yang positif.

2. Penegak Hukum

Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat,mereka Mencakup yang bertugas di bidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan, dan pemasyarakatan yang merupakan golongan panutan dalam masyarakat yang harus dapat berkomunikasi dan mampu menjalankan peranan yang dapat diterima oleh mereka. Selain itu mereka (penegak hukum) hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu dalam menyelesaikan permasalahan pelanggaran hukum, yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Mereka harus dapat berkomunikasi dan mendapat pengertian dari golongan sasaran, disamping mampu menjalankan atau membawakan peranan yang dapat diterima oleh mereka. Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian yang dipandang dari sudut manapun. Maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut

3. Faktor Sarana atau Fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berjalan dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan trampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai dan keuangan yang cukup. Sarana atau fasilitas mempunyai peran yang sangat penting dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang actual.

4. Faktor Masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Masyarakat Indonesia mempunyai kecendrungan yang besar untuk mengartikan hukum dan bahkan mengidentifikasikannya dengan petugas (dalam hal ini penegak hukum sebagai pribadi). Salah satu akibatnya adalah, bahwa baik buruknya hukum senantiasa dikaitkan dengan pola perilaku penegak hukum tersebut.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan

bermasyarakat. Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari).

(14)

Struktur mencakup wadah ataupun bentuk dari sistem tersebut seperti tatanan lembaga-lembaga hukum formal, hubungan antar lembaga-lembaga tersebut dan hak-hak serta kewajiban.

Substansi mencakup isi norma-norma hukum beserta perumusannya maupun acara untuk menegakkannya yang berlaku bagi pelaksana hukum maupun pencari keadilan. Kebudayaan atau sistem hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan buruk.

Unsur-Unsur Penegakkan Hukum

Hukum berfungsi sebagai pelindung kepentingan manusia, agar kepentingan manusia terlindungi oleh hukum maka hukum tersebut barus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal dan damai, tetapi dapat juga terjadi pelanggaran hukum . Maka dalam hal ini hukum harus ditegakkan melalui penegakkan hukum inilah tujuan hukum ini akan menjadi kenyataan. Dalam penegakkan hukum ini aa tiga unsure yang harus selalu diperhatikan yakni:

1. Kepastian hukum (Rechssicherheit).

Setiap manusia menginginkan supaya hukum dapat ditegakkannya secara nyata dalam hal terjadinya peristiwa yang konkret. Bagaiman hukumnya itulah yang harus berlaku dan pada dasarnya tidak dipernolehkan menyimpang: fiat justitia et pereat mundus (meskipun dunia ini runtuh, hukum harus tetap ditegakkan). Hal inilah yang diinginkan oleh

kepastian hukum. Maka Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu, masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum maka masyarakat akan menjadi lebih tertib dan aman. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan untuk ketertiban masyarakat8.

2. Kemanfaatan (Zweckmassigkeit)

Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakkan hukum. Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan atau penegakkan hukum harus member manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai karena hukumnya harus dilaksanakan dan ditegakkan timbul keresahan dalam masyarakat.

3. Keadilan (Gerechtigkeit).

Sudah barang tentu masyarakat sangat menginginkan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakkanhukum masalah keadilan harus sangat diperhatikan. Dalam penegakkan atau pelaksanaan hukum harus dilakukan dengan adil. Hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Barang siapa mencuri maka harus dihukum tanpa menbeda-bedakan siapa yang mencuri. Sebaliknya keadilan bersifat subjektif, individualistis dan tidak menyamaratakan: adil bagi Si Tukijo belum tentu adil bagi Si Ricard.

(15)

Dalam menegakkan hukum harus ada kompromi antara ketiga unsure diatas. Ketiga unsure itu harus dapat diterapkan secara proporsional. Walaupun dalam praktiknya tidak selalu mudah mengusahakan kompromi secara seimbang diantara ketiga unsure itu, tetapi perlu ditegaskan lagi bahwa unsure-unsure itu harus dapat diterapkan secara proporsional.

D. Manfaat Dan Tujuan

Dalam tahap pembuatan hukum harus disusul oleh pelaksanaannya secara konkrit dalm kehidupan masyarakat sehari-hari , inilah yang disebut dengan penegakanhukum.

Dalam indonesia dikenal beberapa istilah di luar penegakan hukum tersebut, seperti “pener apan hukum”. Akan tetapi istilah penegakan hukum adalah yang paling sering di gunakan . Dalam bahasa asing kita mengenal berbagai istilah seperti : rechtstoepassing, rechtshandhaving (Belanda); law enforcement, application (Amerika).

Sekarang di indonesia juga banyak menerapkan hukun modern (sebagaimana banyak pula di terapkan di negara lain) memiliki pola yang bersumber pada hhukum Eropa. Konsrsp-konsep, sistemnya, prosedurnya banyak di ambil dari Eropa. Dengan memperhatikan dan memahami konteks sosial historis hukum Eropa tersesbut maka tentunya kita aakan lebih arif dan waspada tentang bagaimana kita akan memperlakukan hukum modern di Negara kita.

Hukum awalnya ditemukan, dibentuk, dilaksanakan dan ditegakkan. Dilaksanakan dengan adanya aturan-aturan, subjek dan objek hukum. Ditegakkan dengan adanya aturan, aparat, masyarakat, budaya dan sarana.

TUJUAN HUKUM

Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan tujuan. Hukum mempunyai sasarann yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan . Dengan tercapainya ketertiban didalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam mencapai tujuannya iti, tentu pelaksanaan serta penegakan hukum itu harus terlaksanakan, hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat , membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.9

TUJUAN ATAU MANFAAT PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

1. Dapat dan untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan dalam masyarakat secara seksama.

Yang mana hukum tidak hanya mengurus manusia yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, melainkan juga menjangkau bayi yang masih ada dalam kandungan ibunya sesuai dengan maksim nasciturus pro jam nato habetur. Perhatiann dan perlindungan

(16)

terhadap bayi yang masih dalam kandungan tersebut terletak dalam fiksi di bidang hukum tentang harta kekayaan, yang memikirkann tentang kemungkinan bayi tersebut nantinya untuk mendapatkan kekayaan atau untuk diperhitungkan sebagai kehidupan yang ingin dilindungi oleh hukum, dengan syarat bahwa bayi tersebut hidup pada waktu dilahirkan dari kandungan ibunya,

2. Dapat mengurus atau mengatur kepentingan manusia.

Hukum yang memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan-kepentingan 3. Dapat dan untuk terciptanya keadilan. Menurut Soebekti bahwa hukum adalah mengabdi

kepada tujuan negara, yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya, dalam mengabdi terhadap tujuan negara itu dengan menyalenggarakan keadilan dan ketertiban.

4. Dapat dan untuk terciptanya ketertiban, menurut Mochtar Kusumaatmadaja tujuan pokok pertama dari hukum adalah ketertiban. Kebbutuhann akan ketertiban ini syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur

5. Dapat dan untuk terciptanya kesejahteraan bersama, menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban ekstrem antar pribadi dan ketenangan intern pribadi. Mirip pula pendapat Purnadi ini dengan pendapat Van Apeldoorn yang mengatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.

Tujuan hukum menurut hukum positif kita tercantum dalam alinea 4 pembukaan Undang-Undang Dasar, yang berbunyi:

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang di pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Jadi tujuan hukum positif kita adalah untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdeskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

(17)

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2113607-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-penegakan/#ixzz1wYDgDWD6. Diakses pada tanggal 30 mei 2012

http://rezamahendra09.blogspot.com/2012/03/penegakan-hukum-di-indonesia.html. Diakses pada tanggal 29 mei 2012

http://khairunnisafathin.wordpress.com/2012/03/20/masalah-penegakan-hukum-di-indonesia-2/

Diakses pada tanggal 29 mei 2012

http://catatankuliahhukumpidana.blogspot.com/2010/10/faktor-faktor-penegakan-hukum.html.

Diakses pada tanggal 30 mei 2012

Mertokusumo, Sudikno. 2010. Mengenal Ilmu Hukum. Jogajarta:Universitas Triatma Jaya.

Mas, Marwan.2011.Pengantar Ilmu Hukum.Bogor: Ghalia Indonesia.

Rahardjo,Satjipto.2006.Ilmu Hukum.Semarang:Citra Aditya Bhakti.

Referensi

Dokumen terkait

Bulan mei indeks yang diterima petani adalah sebesar 129,68 atau mengalami kenaikan sebesar 0,43, dengan rincian sebagai berikut subsektor tanaman bahan makanan naik

Oleh karena itu lebih lanjutnya perlu diketahui pengaruh penggunaan fly ash sebagai pengganti agregat terhadap kuat tekan paving block, yaitu dengan dilakukan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Jati Rumah Gadang Padang, penurunan kadar kolinesterase terjadi pada 18 responden yang telah menggunakan

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1) instrumen lembar validasi ahli. Instrumen ini bertujuan mengetahui kriteria kevalidan tes

Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan pengamatan, tanya jawab berbasis masalah kontekstual peserta didik dapat menunjukkan sikap cermat dan teliti dalam

Djamil Padang yang ditentukan berdasarkan rumus simple random sampling menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer dan dihitung zona bebas kuman terhadap 4 antibiotika generik

Komunikasi secara vertikal, atau komunikasi dua arah yang dilakukan antara karyawan dengan pimpinan memang penting dalam sebuah organisasi, komunikasi yang

Melakukan koordinasi dan supervisi atas pelaksanaan pengawasan pengapalan, penjualan, dan pengangkutan/pengapalan (bagi yang sudah produksi) dan pemberian sanksi bagi semua pelaku