BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia akan menghasilkan limbah.
Limbah dalam skala kecil tidak akan menimbulkan masalah karena alam memiliki
kemampuan untuk menguraikan kembali komponen-komponen yang terkandung
dalam limbah. Namun bila limbah terakumulasi dalam skala besar, akan timbul
permasalahan yang dapat mengganggu kesehatan dan keseimbangan lingkungan
hidup.
Dengan semakin berkembangnya wilayah industri maupun pemukiman di
suatu perkotaan, maka lazimnya akan diikuti dengan permasalahan air limbah
yang berasal dari kegiatan tersebut. Berbagai jenis instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) telah dibangun dan dioperasikan yang mampu menjernihkan kembali air
limbah sesuai baku mutu lingkungan. Di samping itu, juga diperoleh endapan
lumpur (sludge) yang merupakan konsentrat dari berbagai pencemar terkandung
di dalam air limbah yang diolah, Sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan
permasalahan baru bagi kehidupan manusia. Dengan semakin bertumpuknya
sludge dikhawatirkan akan membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan,
karena di dalam sludge tersebut pada umumnya terkandung jasad renik patogen
baik berupa virus, bakteria, protozoa ataupun telur parasit.
Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar
2,9 juta pada 2013, Medan telah membangun instalasi pengolahan air limbah luar
lokasi (off-site) pada tahun 1999 di wilayah Cemara yang dirancang untuk
melayani 18.000 rumah tangga. Sampai saat ini IPAL Limbah Kota Medan masih
melayani 16.225 rumah tangga. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
merupakan salah satu industri di bidang penyediaan air bersih. Dalam proses
pengolahannya, industri ini juga menghasilkan hasil samping dari proses
pengolahan air limbahnya yakni berupa sludge. Sludge merupakan hasil samping
yang dihasilkan dari suatu pengolahan air limbah. Limbah sludge belum
dimanfaatkan sesuai potensinya dan penanganannya hanya sebagai open dumping.
Dengan meningkatnya produksi akan diikuti pula peningkatan jumlah limbah
yang dihasilkan sehingga jika tidak ditangani limbah lumpur ini akan menjadi
masalah. Sludge instalasi pengolahan air limbah (IPAL) memiliki kandungan
bahan-bahan organik yang tinggi. Dengan kandungan bahan organik yang tinggi
maka limbah lumpur (sludge) mempunyai potensi sebagai bahan baku pupuk
organik (Ristiawan, 2012).
Menurut hasil penelitian Cahaya dkk (2011), bahwa pembuatan kompos
dapat dipercepat dengan menggunakan bakteri Effective Microorganisme 4
(EM4). Pengomposan alami akan memakan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar
2-3 bulan bahkan 6-12 bulan. Pengomposan dapat berlangsung dengan fermentasi
yang lebih cepat dengan bantuan mikroorganisme (Saptoadi, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Ristiawan dkk (2011) menunjukkan bahwa
kompos dengan aktivator EM4 cenderung lebih cepat matang karena memiliki
rasio C/N yang lebih rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan oleh penulis
pada bulan Juni 2015 terlihat sludge yang tidak ditangani dan tidak segera
akan mengganggu estetika lingkungan bahkan lebih parahnya akan menjadi
sumber penyakit. Dari uraian di atas maka perlu dilakukan beberapa cara
penanganan dan pengolahan terhadap sludge hasil pengolahan limbah tersebut
antara lain sebagai bahan pembuatan kompos yang tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan. Salah satu proses yang dapat mempercepat dan tidak
menimbulkan aroma tidak sedap adalah dengan menggunakan aktivator.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
Seberapa efektif aktivator (EM4 dan MOD) terhadap kecepatan waktu
pengomposan dan kematangan kompos yang dinilai dari parameter fisik.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memanfaatkan kembali limbah yang dihasilkan oleh IPAL
kemudian diolah dan dilakukan perlakuan untuk menghasilkan kompos dari
limbah domestic IPAL dengan menggunakan EM4 dan MOD sebagai Aktivator.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kematangan kompos yang dinilai dari parameter fisik
(suhu) di IPAL Cemara Medan.
2. Untuk mengetahui kematangan kompos yang dinilai dari parameter fisik
(pH) di IPAL Cemara Medan.
3. Untuk mengetahui kematangan kompos yang dinilai dari parameter fisik
(bau) di IPAL Cemara Medan.
4. Untuk mengetahui kematangan kompos yang dinilai dari parameter fisik
(warna) di IPAL Cemara Medan.
5. Untuk mengetahui efektivitas aktivator EM4 dan MOD sebagai activator
pada proses pengomposan di IPAL Cemara Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dari sudut Akademis diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
perbandingan dan bahan rujukan atau masukan bagi beberapa pihak yang
melakukan penelitian lanjutan, khususnya yang berhubungan dengan
aspek sosial dan ekonomi pengelolaan sampah maupun limbah dengan
prinsip 3R.
2. Bagi instansi terkait penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
teknologi alternatif dalam mengurangi pencemaran lingkungan serta dapat
memberikan nilai ekonomis kepada IPAL Cemara melalui pupuk kompos
yang dihasilkan.
3. Bagi peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pembuatan