• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Kepemilikan Senjata Api Bagi Masyarakat Sipil Menurut Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Kepemilikan Senjata Api Bagi Masyarakat Sipil Menurut Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan masyarakat yang didambakan oleh pemerintah suatunegara termasuk pemerintah Republik Indonesia ini adalah suatukehidupan dimana warga negaranya dalam keadaan hidup bahagia,sejahtera, aman, adil dan makmur. Kehidupan yang demikian tidak akandapat diwujudkan tanpa adanya faktor-faktor pendukung. Faktorpendukung dalam usaha mensejahterakan warga negara tersebut sangatberagam, mulai dari faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor kesehatan,faktor lingkungan hidup, dan lain sebagainya.Namun semua itu masihditunjang lagi dengan satu faktor yang sangat menentukan, yaitu faktor keamanan.4

Sebagai Negara hukum (rechtstaat) Negara Indonesia mendasarkan setiap Faktor keamanan ini merupakan faktor penentu dari semuakeberhasilan pelaksanaan pembangunan yang sedang dilaksanakanpemerintah Republik Indonesia dewasa ini guna mewujudkan kehendakpemerintah untuk mensejahterakan warga negaranya.Oleh karena diseluruh wilayah Republik Indonesia selalu ditemukan “aparat keamanan”.Secara luas, tanggung jawab mengamankan suatu wilayah, pemerintahmembebankan pada Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan (POLRI).

4

Andi Dian Pratiwi MN ”Peranan polisi militer angkatan darat dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lingkungan tentara nasional Indonesia angkatan darat” (Makasar: UNIV Hasanuddin, 2013), Hal 1

(2)

tindakan dan kcwenangan penguasa atau alat-alat perlengkapannya sesuai dengan hukum yang berlaku. Tindakan tersebut melipuli pelanggaran peraturan hukum ataupelanggaran hak. Sesuai dengan asas Negara Hukum.Pelanggar dapat ditegur ataudihadapkan dimuka alat perlengkapan Negara yang ditugaskan untukmempertahankan hukum itu.5

Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 di dalam pasal1 ayat (3) berisi bahwa negara Indonesia adalah negara hukum (rechstaat).Hal ini berarti juga bahwa negara Indonesia memberi batasan tingkah lakuterhadap warga negaranya dalam sebuah peraturan atau norma. Peraturan ataunorma tersebut harus sesuai dengan hukum yang telah berlaku (iusconstitutum).6

Pada dasarnya undang-undang merupakan suatu hasil produk politikhukum yang bersifat pasif.Tanpa adanya aktifitas pelaksana undang-undangoleh aparatur negara, undang-undang merupakan sebuah hasil produk politikhukum yang tidak memiliki daya guna hingga aparatur negara yangberwenang mendayagunakan undang-undang tersebut.Berbagai permasalahan yang timbul dalam masyarakat dengan jumlahdan ragam permasalahan yang berbeda menjadi sebuah tantangan tersendiribagi aparatur penegak hukum dalam menjalankan kewenangannyasebagaimana tujuan undang-undang tersebut diciptakan.Dan menjadi sebuahproblematika tersendiri apabila suatu

5

Hartono Hadisoeprapto, “Pengantar Tata Hukum Indonesia”, Edisi 4, (Yogyakarta: Liberty, 2004), Hal 57

6

(3)

permasalahan yang timbul dalammasyarakat menjadi sangat rumit untuk diselesaikan.

Salah satunya ialahmengenai permasalahan kejahatan yang dipengaruhi oleh peredaran senjataapi di dalam masyarakat. Senjata api pada dasarnya dapat dimiliki olehmasyarakat sipil dengan melalui proses yang cukup ketat.Di era yang kian maju seperti sekarang ini, senjata api seperti bukanlagi sekedar alat yang hanya dimiliki kalangan militer dan diperuntukkanhanya untuk membunuh musuh di medan tempur, tetapi benda ini sudahmenjadi bagian alat olah raga, alat membela diri, bahkan bagi sebagiankalangan benda ini sudah menjadi bagian alat untuk menikmati gaya hidupmereka melalui hobi berburu.Pro dan kontra yang terjadi di masyarakat tentang kepemilikan senjataapi bela diri selama ini memang bisa dimaklumi. Sebagian masyarakatmenganggap, memiliki senjata api bela diri berizin resmi hanya akanmenjadikan si pemilik berlaku arogan dan sok jagoan.

(4)

Bahaya akan penggunaan senjata api ditangan masayarakat sipil sangatlah penting ditanggapi dengan serius karena senjata api hanya dapat dipegang oleh orang yang betul-betul telah teruji dengan baik antara lain dengan syarat :7

1. Syarat medis. Yaitu calon pengguna harus sehat jasmani, tidak cacat fisik, penglihatan normal, dan syarat-syarat lain berdasarkan pemeriksaan dokter.

2. Syarat psikologis. Seperti tidak mudah gugup, panik, emosional, marah, tidak psikopat, dan syarat lain berdasarkan tes yang dilakukan tim psikologis POLRI.

3. Memiliki kecakapan menembak. Jadi pemohon harus lulus tes menembak yang dilakukan MABES POLRI dan mendapat sertifikasi. 4. Berusia 24-65 tahun, memiliki surat keterangan atau keputusan dari

suatu instansi, dan berkelakukan baik.

Walau memiliki syarat dan lulus uji pemohon harus meminta izin kepada POLRI untuk menggunakan senjata api. Mengingat banyaknya tindak kejahatan yang diakibatkan oleh penyalahgunaan senjata api,maka untuk saat sekarang ini pihak POLRI telah memberikan pernyataan tak akan menghentikan pemberian izin kepemilikan dan penggunaan senjata kepada sipil. Akan tetapi izin tersebut hanya berupa perpanjangan dan tidak ada izin baru untuk sipil.

Polisi mengeluarkan izin untuk tiga jenis senjata api bagi sipil, yaitu senjata api dengan peluru tajam, peluru karet, dan gas. Untuk peluru tajam, izin yang dikeluarkan untuk senjata api kaliber 31 dan 32. Senjata organik (untuk internal POLRI) adalah kaliber 38.Jadi tidak sembarangan memiliki senjata api, ingat ancaman bagi pemilikan senjata api sangatlah berat yaitu hukuman mati dan

(5)

hidup 20 tahun dipenjara paling ringan, oleh karena itu mari kita bersama mentaati peraturan perundangan yang berlaku sehingga tercipta rasa aman dan nyaman

Karena alasan administrasi kepemilikan senjata api kurang tertib danpengawasannya, maka aparat kepolisian tidak tahu pasti berapa banyaksenjata api yang beredar di masyarakat, sehingga kepemilikan senjataapi sulit sekali untuk dilacak.8Bila kita lihat beberapa peristiwa kejahatan denganmenggunakan senjata api, itu dilakukan dengan pengancaman maupunmelukai bahkan menghilangkan nyawa orang lain. Dapat didugabeberapa kemungkinan tentang status kepemilikan senjata api, yaitusenjata api illegal (hasil penyelundupan) ataupun senjata api rakitanatau dibuat sendiri, serta senjata organik yang dimiliki oleh instansi berwenang yang disalahgunakan.9

Kebijakan menurut Hukum Administrasi Negara merupakan produk dari pelaksanaan kewenangan yang berwujud tindak administrasi Negara yang dilakukan pelaksanaan administrasi Negara untuk melaksanakan tugasnya dalam menjalankan pemerintahan.10

8

Sitepu, Rasmita Juliana, Kajian Kriminologi terhadap Penanggpulangan Kejahatan dengan Senjata Api, www.repository.usu.ac.id, diakses pada tanggal 10 Nopember 2015

9

Jamaludin, Ali, Pengaturan Kepemilikan Senjata Api Bagi Masyarakat, www.repository.usu.ac.id, diakses pada tanggal 10 Nopember 2015

10

Safri Nugraha et al, “Hukum Administrasi Negara” (Depok:Badan Penerbit Fakultas Hukum Indonesia, 2005), Hal 76

(6)

senjata api oleh masyarakat sipil menjadi dapat memiliki pengaruh positif dalam masyarakat, yang artinya melakukan pertimbangan efektivitas hukum.

Dari beberapa peristiwa kejahatandengan menggunakan senjata api tersebut, terdapat juga beberapakejahatan yang para pelakunya menggunakan senjata api mainandalam melakukan aksi kejahatannya. Masyarakat umum ataupun sikorban otomatis akan merasa kaget dan takut ketika melihat senjata api yang ada pada pelaku kejahatan meskipun itu senjata mainan.Ketakutan masyarakat terhadap kejahatan tersebut, dengan sendirinyadapat mempermudah aksi pelaku melakukan kejahatan, sehinggamenyebabkan meningkatnya tingkat kriminalitas yang terjadi dimasyarakat.

Kekhawatiran sejumlahmasyarakat bahwa Indonesia akan menjadi negara

cowboy juga sempatberguilr, karena semakin banyaknya para eksekutif memiliki senjata berizinresmi.Sebenarnya, kekhawatiran seperti itu tak perlu terjadi jika masyarakatsudah tahu dan memahami dua persoalan pokok.Pertama, perolehan surat izinkepemilikan senjata beladiri dari pihak Kepolisian tidaklah semudah yangdibayangkan. POLRI sebagai lembaga yang berwenang telah melakukanseleksi yang ketat, sebelum surat izin kepemilikan senjata diberikan kepadayang berhak. Kedua, bila seseorang telah memiliki surat izin tersebut, makaberarti dia sudah terikat oleh etika dan aturan main yang wajib dipatuhinya.

(7)

Negara. Istilah Hukum AdministrasiNegara itu sendiri sering kita dengar dengan istilah Administratief recht(Belanda), Administrative Law (Inggris), Droit Administrative (Prancis), atauVerwaltungsrecht (Jerman). Kemudian arti dari Hukum Administrasi Negaraitu sendiri merupakan sebuah proses teknis atau aktivitas penyelenggaraanundang-undang, artinya meliputi segala tindakan aparatur negara dalammenyelenggarakan undang-undang.11

Ketetapan MPR RI No.VI/MPR/2000 tentang pemisahanTentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesiadan perannya masing-masing (dalam ketetapan MPR RINo.VII/MPR/2000). Dua Tap MPR RI di atas merupakan landasandibentuknya UU Kepolisian Negara Republik Indonesia (UU RI No.2 Tahun 2002) Tujuan dibentuknya Kepolisian Negara RepublikIndonesia untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputiterpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dantegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman danpelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakatdengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (Pasal 4 UU

Terdapat perbedaan yang mendasar dalam penyelenggaraanpemerintahan di bidang pertahanan dan keamanan.Kepolisian NegaraRepublik Indonesia bertanggungjawab di bidang keamanan danketertiban masyarakat, sedangkan bidang pertahanan negara dilakukanoleh Departemen Pertahanan dan Keamanan Tentara NasionalIndonesia. Tujuan utamanya, menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara.

11

(8)

No.2 Tahun2002). Dengan demikian Kepolisian Negara RI merupakan alat negarayang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangkaterpeliharanya keamanan dalam negeri (Pasal 5 UU No.2Tahun 2002).

Perkembangan kemajuan masyarakat yang cukup pesat iniseiring dengan merebaknya fenomena supremasi hukum, hak asasimanusia, globalisasi, demokratisasi, desentralisasi, transparansi, danakuntabilitas, telah melahirkan berbagai paradigma baru dalam melihattujuan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab KepolisianNegara Republik Indonesia yang selanjutnya menyebabkan pulatumbuhnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat terhadappelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang makinmeningkat dan lebih berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya.

Perkembangan zaman pada saat ini mengalami kemajuanpertumbuhan yang sangat pesat,tidak hanya didunia teknik industri danperdagangan tetapi juga dalam dunia hukum.Perkembangan zamandiikuti juga oleh perkembangan tingkat kejahatan dimanaperkembangan tingkat kejahatan dipengaruhi oleh peredaran senjataapi ilegal.Senjata api pada dasarnya dapat dimiliki oleh masyrakat sipiltetapi melalu proses yang cukup panjang.

(9)

pandang bulu, semua kalanganmulai dari masyarakat biasa, pendidikan, seperti guru dan dosen,pengusaha, bahkan aparat penegak hukum sendiri seperti kepolisianmaupun TNI sendiri tidak menutup kemungkinan menjadi sasarankejahatan. Kejahatan tersebut tidak hanya terjadi pada malam hari sajaseperti yang sering kita dengar, tetapi sekarang ini kejahatan tersebutjustru banyak terjadi pada siang hari, bahkan di daerah yang ramaisekali pun.

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yangsangat ketat dalam menerapkan aturan kepemilikan senjata api bagi kalangansipil. Hal tersebut dapat kita lihat dalam standar administratif perizinan senjataapi yang terdapat pada UU Darurat No.12 Tahun 1951 tentang Senjata Api,UU No.8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin PemakaianSenjata Api. Dan selebihnya adalah peraturan yang diterbitkan olehKepolisian, SK Kapolri No. Pol.: Skep/82/II/2004, tentang PelaksanaanPengawasan dan Pengendalian Senjata Non-Organik TNI/POLRI, dan yangterakhir Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia No.7 Tahun 2010tentang Pedoman Perizinan, Pengawasan dan Pengendalian Senjata ApiStandar Militer di Luar Lingkungan Kementrian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka akan dilakukan pembahasan dan penelitian dengan judul “PROSEDUR KEPEMILIKAN SENJATA API BAGI MASYARAKAT SIPIL MENURUT

(10)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanapengaturan kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil?

2. Bagaimanakah prosedur perizinan kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil?

3. Bagaimanakah Hak dan kewajibandari kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendalami pengaturan kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa tata caraprosedur perizinan kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil.

3. Untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban dari kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil.

Penelitian ini dapat memberikan sejumlah manfaat kepada para pihak, baik secara teoritis maupun praktis, manfaat tersebut adalah:

(11)

Penelitian ini dapat membuka wawasan dan paradigma berfikir dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum khususnya pemahaman tentang prosedur kepemilikan senjata api bagi masyarakat menurut undang-undang darurat nomor 12 tahun 1951. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutannya serta sebagai kontribusi bagi penyempurnaan perangkat peraturan mengenai masalah pemerintahan negara.

2. Secara praktis

Penelitian ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai alat penyebarluasan informasikepada masyarakat juga praktisi hukum lainnya agar mengetahui dan memahami pentingya penggunaan prosedur kepemilikan senjata api bagi masyarakat menurut undang-undang darurat nomor 12 tahun 1951.

D. Keaslian Penelitian

(12)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Penggunaan dan Pengertian Senjata Api

Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh karenannya hamper segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam perundang-undangan yang mengaturnya.Kemudian disebutkan dalam alenia ke empat Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:

“Konsep tujuan negara baik khusus maupun umum. Secara Khusus,tujuan negara adalah untuk melindungi segenap bangsa, seluruhtumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umumdan mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan Secara Umum adalahuntuk ikut melaksanakan ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial.”12

Sedangkan menurut J.H.A. Logemann, mendefinisikan Hukum AdministrasiNegara sebagai kaidah-kaidah hukum khusus selain hukum perdata, yangmengatur cara bagaimana organisasi negara ikut serta di dalam pergulatanmasyarakat. Dan berbeda dengan Hukum Tata Negara yang mempelajarinegara dalam keadaan diam (staits), yaitu pada saat negara tidak atau

Maka untuk dapat melaksanakan sistem pemerintahan yang dapat berjalan dengan baik tentu harus ditopang dengan sistem kinerja aparaturnegara yang disebut sebagai sistem administrasi negara. Dan untuk lebihmengenal apa itu administrasi negara, Ph. Kleintjes dalam bukuStaatsinstelingen van Nederland Indie mendefinisikan bahwa, HukumAdministrasi Negaran (Administratief recht) adalah kaidah hukum mengenaipenyelenggaraan (uitoefening) tugas masing-masing alat perlengkapan negara.

12

(13)

belummelakukan perbuatan hukum.Hukum Administrasi Negara mempelajarinegara dalam keadaan bergerak (dinamis), yaitu pada saat negara melakukanperbuatan hukum.13

Izin adalah salah satu bentuk ketetapan yang bersifat konstitutif, yakniketetapan yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak ada menjadiada.Pembuat dan penerbitan keteapan izin merupakan tindakan hukumpemerintah.Dan tindakan hukum tersebut harus berdasarkan wewenang yangdiberikan perundang-undangan.Dalam praktek kewenangan izin itu bersifatdiskresionare power, dalam arti pemerintah diberi kewenangan untukmempertimbangkan atas dasar inisiatif sendiri hal-hal yang berkaitan denganizin. Adapun pertimbangan-pertimbangan pemberian izin adalah sebagaiberikut:14

1. Kondisi-kondisi apa yang memungkinkan suatu izin dapat diberikan kepada pemohon.

2. Bagaimana mempertimbangkan kondisi-konsidisi tersebut.

3. Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau penolakan izin dikaitkan dengan pembatasan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Prosedur apa yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan sesudah

keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin

Dalam kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa senjata apiadalah senjata yang menggunakan mesiu (senapan, pistol dan sebagainya).Sedangkan dalam Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan PengendalianSenjata Api Non Organik TNI/Polri diterangkan bahwa senjata api adalahsenjata yang mampu

13

Aidul Fitriciada Azhari, Modul kuliah Hukum Tata Negara I, Surakarta: Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

14

(14)

melepaskan keluar satu atau sejumlah proyektil denganbantuan bahan peledak.15Dan dijabarkan kembali dalam pengertian yang lebihkompleks bahwa senjata api adalah suatu alat yang terbuat dari logam ataufiber digunakan untuk melontarkan peluru/ proyektil melalui laras kearahsasaran yang dikehendaki, sebagai akibat dari hasil ledakan amunisi.16

1. Dengan jenis tertentu seperti adanya laras sebagai alur larinya peluru.

Dari pengertian tersebut maka terdapat beberapa unsur yang dikatakansenjata api yaitu meliputi:

2. Terdapatnya proyektil yang juga disebut dengan istilah peluru. 3. Digunakannya bahan peledak sebagai pelontar proyektil.

Dengan demikian, senjata yang memiliki tekanan udara, senjatatekanan pegas dan senjata tiruan serta bagian-bagiannya yang nyata-nyatadipergunakannya untuk permainan anak-anak adalah bukan senjata api.Meskipun pada dasarnya memiliki kemiripan yang sama dengan senjata apitetapi fungsi dan tata kerjanya memiliki perbedaan. Dan bahkan kini seiringperkembangan teknologi yang sangat maju, senjata tiruan / replika dengankemiripan yang sama persis dengan aslinya yang diperuntukkan sebagaimainan tersebut dengan nama Airsoft gun, banyak sekali dijumpaikeberadaannya di tengah-tengah masyarakat khususnya pecinta olahragaekstrim ini.

15

Kepolisian Negara Republik Indonesia, Markas Besar, Surat Keputusan No.Pol: Skep Kapolri No.82/II/2004 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Non Organik TNI/Polri, Hal 11

16

(15)

Termasuk ke dalam jenis-jenis senjata api ini adalah: 1. Laras pendek

a. Pistol

Pistol adalah senjata api yang bisa ditembakkan dengan satutangan. Kata 'pistol' mulai digunakan untuk mendeskripsikan senjataapi genggam pada abad ke-18. Pada abad ke-15 pistol berarti sebuahpisau kecil yang bisa disembunyikan di dalam pakaian. Pistol atausenjata api genggam dibagi menjadi dua jenis utama. Revolver, yangmenggunakan kamar peluru yang berputar. Dan pistol biasa, yangkamar pelurunya menyatu dengan laras. Pistol menggunakan caliber peluru yang bervariasi, dari 22 sampai 50 cal.

b. Revolver

Revolver adalah sejenis senjata api di mana peluru dimasukkanke tabung berputar. pada revolver berkaliber 44 berisi 5-7 peluru.Adapun revolver berkaliber 22 berisi 8-10 peluru.cara pengisianrevolver dibagi menjadi 2 menurut design dan bentuk revolver. Yangpertama adalah pengisian satu per satu seperti revolver jenis lamaseperti colt peacekeeper, dan yang kedua adalah langsung, ketikasilinder pengangkut peluru keluar.

c. Derringer

Derringer adalah senjata api pistol yang sangat kecil, berlarassatu atau dua, yang mana pengisian peluru langsung dibelakanglarasnya. Karena ukurannya yang sangat kecil, biasanya senjata inidisembunyikan untuk senjata cadangan atau pelengkap.

(16)

a. Rifle

Rifle adalah jenis senjata api yang biasanya mempunyai panjang laras lebih dari 18 inci. Terdapat pegangan kearah dada atau bahu yang disebut stock. Stock difungsikan sebagai penahan darihentakan yang terjadi ketika menembak sehingga akurasi tetap terjaga.

b. Shotgun

Shotgun adalah senjata api yang biasanya dirancang untukditembakkan dari bahu, yang menggunakan energi dari sebuahselongsong (shell) berbentuk silinder dan menembakkan sejumlahgentel bulat kecil / gotri (bola timah kecil) (yang dalam bahasa Inggrisdisebut "shot"), atau sebuah proyektil gotri padat. Senapan patah dapatditemukan dalam berbagai ukuran, mulai dari diameter lubang laras 5,5mm (0,22 inci) hingga 5 cm (2 inci), dan dalam berbagai mekanismeoperasional senjata api, termasuk breechloading (pengisian pelurusecara sungsang / dari belakang), laras-tunggal, laras-ganda atausenjata kombinasi, aksi-pompa, aksi-baut, aksi-tuas, semi-otomatis,bahkan varian otomatis penuh. Shotgun umumnya merupakan senjataapismoothbore (lubang laras halus), yang berarti bahwa bagian dalamlaras tidak mengalami proses rifling (pengaluran spiral di dalam lubanglaras).17

17

Jenis-Jenis Senjata Ap

Dalam mengenal senjata api ada beberapa istilah yang berhubungandengan pemakaian senjata api sendiri seperti:

(17)

1. Amunisi adalah suatu benda yang mempunyai bentuk dan sifat balistiktertentu yang dapat diisi dengan bahan peledak atau mesiu dan dapatditembakkan atau dilontarkan dengan senjata maupun dengan alat laindengan maksud ditujukan kepada suatu sasaran tertentu untuk merusakatau membinasakan.18

2. Peluru adalah proyektil padat yang ditembakkan dari senjata api atausenapan angin, yang terbuat dari logam, umumnya dari timbal. Sebuahproyektil peluru merusak target dengan cara menembusnya dengan energy kinetik yang dihasilkan oleh kecepatannya yang sangat tinggi. Dalamkonteks modern, sebuah proyektil peluru bersama dengan selongsong,bubuk mesiu, rim dan primer merupakan bagian dari amunisi. Cara kerjasaat ditembakkan adalah dengan mendorong proyektil peluru denganenergi kinetik yang dihasilkan ledakan propelan, yang biasanya adalahbubuk mesiu. Bahan peledak ini dinyalakan oleh detonator kecil yangdisebut primer.19

3. Barrel / laras ada 2 macam, yaitu : a) Laras beralur (spinbore), dan b) Laras licin (smoothbore)

4. Kaliber secara umum menyatakan ukuran peluru yang dipakai pada senjata api. Kaliber dilihat dari diameter atau garis tengah peluru, atau dari diameter isi lorong laras. Kaliber dapat dinyatakan dalam inci maupun dalam milimeter. Biasanya penyebutan dalam inci digunakan untuk produk komersial dan penyebutan dalam milimeter untuk produk militer. Dalam inci, kaliber disebut dalam desimal dan bisa ditambahkan satuan kaliber "cal". Jadi untuk peluru

18

Zaidar Emma, Makalah: Nitrogliserin Dapat Digunakan Sebagai Peledak, Universitas Sumatera Utara, 2003, Hal 3

19

(18)

dengan diameter 0,45 inci biasa disebut 45 cal (kaliber empat-lima). Dalam milimeter kaliber tidak diberi satuancal, untuk peluru 5,56 milimeter disebut 5.56 mm.20

Berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentangpendaftaran dan pemberian izin pemakaian senjata api, POLRI merupakansatu-satunya instansi yang berwenang mengeluarkan izin pemakaian senjataapi. Berkaitan dengan undang-undang tersebut, maka POLRI mengeluarkankebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan senjata api, salahsatunya ialah kebijakan yang memperbolehkan masyarakat sipil untukmenguasai senjata api.

Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kapolri selaku pimpinantertinggi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia ialah kebijakan mengenaisenjata api yang tertuang dalam Buku Petunjuk Pengawasan dan PengendalianSenjata Api Non Organik TNI/POLRI melalui SK Kapolri No.Pol.:Skep/28/II/2004. Kebijakan ini merupakan respon dari perundang-undanganterdahulu yang telah mengatur mengenai senjata api. Dalam kebijakan initerdapat juga pasal yang membolehkan masyarakat sipil untuk dapatmenguasai senjata api.

Dikeluakannya kebijakan mengenai senjata api yang memperbolehkanmasyarakat sipil untuk menggunakan senjata api pada dasarnya dapatmenimbulkan persoalan-persoalan baru. Persoalan tersebut ialah

20

(19)

pertanyaanmengenai bagaimana sesuatu hal yang tadinya dilarang kemudian denganberbagai pertimbangan pada akhirnya diperbolehkan namun dibatasi.Pembatasan tersebut berupa harus dipenuhinya syarat-sayarat tertentu sebelummemiliki senjata api, dan jenis-jenis senjata api apakah yang boleh dimiliki.Pembatasan ini menunjukakan hak yang diberikan oleh Polrikepada masayarakat sipil untuk memiliki senjata api tidak secara penuh.Dalam arti lain izin yang diberikan bersifat dispensasi.

Senjata api (bahasa Inggris: firearm) adalah senjata yang melepaskan satu atau lebih proyektif yang didorong dengan kecepatan tinggi oleh gas yang dihasilkan oleh pembakaran suatu propelan. Proses pembakaran cepat ini secara teknis disebut deflagrasi. Senjata api dahulu umumnya menggunakan bubuk hitam sebagai propelan, sedangkan senjata api modern kini menggunakan bubuk nirasap, cordite, atau propelan lainnya. Kebanyakan senjata api modern menggunakan laras melingkar untuk memberikan efek putaran pada proyektil untuk menambah kestabilan lintasan.21

Arti lain dari Senjata api berarti alat apa saja, baik yang sudah terpasang ataupun yang belum, yang dapat dioperasikan atau yang tidak lengkap, yang dirancang atau dirubah, atau yang dapat dirubah dengan mudah agar mengeluarkan proyektil akibat perkembangan gas-gas yang dihasilkan dari penyalaan bahan yang mudah terbakar di dalam alat tersebut, dan termasuk

(20)

senjata buatan sendiri atau senjata tradisional seperti senjata "rakitan", serta benda tambahan yang dirancangatau dimaksudkan untuk dipasang pada alat tersebut.22

Lebih lanjut dijabarkan dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1976 yang menyatakan:23

Dengan demikian, secara tegas telah ditetapkan jika Senjata Api hanya diperuntukan bagi angkatan bersenjata dibidang pertahanan dan keamanan dalam hal ini TNI dan Polri, sedangkan bagi instansi pemerintah di luar bidang pertahanan dan keamanan penggunaan Senjata Api diatur dalam Intruksi Presiden dimaksud, dalam arti Senjata Api tidak dapat dipergunakan atau dimanfaatkan secara bebas tanpa alas hak yang dapat dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Senjata api adalah salah satu alat untuk melaksanakan tugas pokok angkatan bersenjata dibidang pertahanan dan keamanan, sedangkan bagi instansi pemerintah di luar angkatan bersenjata, senjata api merupakan alat khusus yang penggunannya diatur melalui ketentuan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1976, yang menginstruksikan agar para menteri (pimpinan lembaga pemerintah dan non pemerintah) membantu pertahanan dan keamanan agar dapat mencapai sasaran tugasnya.

24

Menurut ordonansi Senjata Api tahun 1939 jo UU Darurat No.12 Tahun 1951, senjata api termasuk juga:25

22

Deddy Setyawan, “Pertanggung Jawaban Hukum Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Senjata Api Menurut Undang-undang Darurat No 12 Tahun 1951 Di Wilayah Polres Gresik” (Surabaya:Universitas Pembangunan Nasional Veteran, 2012 ), Hal 24

23

Deddy Setyawan, Ibid, Hal 25 24

Deddy Setyawan Op-Cit, Hal 26 25

(21)

1. Bagian-bagian dari senjata api meriam-meriam dan vylamen werpers (penyembur api) termasuk bagiannya

2. Senjata-senjata tekanan udara dan tekanan per dengan tanpa mengindahkan kalibernya

3. Slachtpistolen (pistol penyembeli/pemotong) 4. Sein pistolen (pistol isyarat)

5. Senjata api imitasi seperti alarm pistolen (pistol tanda bahaya), start revolvers (revolver perlombaan), shijndood pistolen (pistol suar), schijndood revolvers (revolver suar) dan benda-benda lainnya yang sejenis itu, yang dapat dipergunakan untuk mengancam atau menakuti, begitu pula bagian-bagiannya

Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian senjata api itu adalah alat yang dipakai berkelahi atau berperang dan menggunakan mesiu.

2. Pengertian Kepemilikan Senjata Api

(22)

milik yang berarti penguasaan atau kekuasaaan seseorang terhadap hal yang dimiliki atau dikuasai.

Kepemilikan senjata api selain untuk melaksanakan tugas pokok pengamananbagi Anggota TNI dan POLRI, bagi kalangan sipil senjata api diperuntukkanuntuk membela diri. Di atas kita telah membahasa tentang syarat dan ketentuanserta prosedur pengurusan izin kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil.Namun, perlu kita ketahui, selain peredaran senjata api legal, ternyata peredaransenjata api illegal juga semakin meresahkan masyarakat. Bahkan kecamanan darimasyarakat terkait penyalahgunaan senjata api semakin meningkat setiap hari.26

Masyarakat sipil, menurut Mary Kaldor 3. Pengertian Masyarakat Sipil

27

dalam artikelnya The Idea of Global Civil Society, merupakan suatu konsep yang modern.Walaupun ide-ide penyokongnya dapat ditelusuri kembali dari zaman Aristoteles.Kaldor28

26

Togi Marhara Sihite, “Kesalahan Prosedur Pemakaian Senjata Api Yang Mengakibatkan Matinya Orang Oleh Aparat Polri ( Studi Kasus No. 2.090/Pid.B/2011/PN Medan) (Medan:Univsersitas Sumatera Utara, 2013), Hal 35

27

Mary Kaldor, 2003. “The Idea of Global Civil Society” dalam International Affairs: Royal Institute of International Affairs 1944-. Blackwell Publishing (pp. 583-593).

28Ibid

(23)

kontrak sosial telah disetujui oleh seluruh anggota masyarakat. Namunpendapat Thomas

Charotersmengenaimasyarakatsipil.Charotersdengantelitimengungkapkanbahwam

asyarakatsipilmerupakanmasyarakat di luarpemerintahdanpengusaha.PendapatCharoterstersebutdilengkapidengandefinisi

dariCivil Society International (CSI)29

CSI menambahkanbatasan “keluarga” dalammendefinisikanmasyarakatsipil.Sehinggapenyempurnaankonteksnyamenjadi

masyarakat di luarpemerintah, bisnis, dankeluarga.Keanggotaandalammasyarakatsipildapatdilihatberdasarkanfungsiterse

but, sepertiapakahaktivitasatauperanannya, daripadabentukorganisasionalnya.

yang melihatmasyarakatsipilsebagaisektor ketiga di sampingpemerintahdanbisnis.Dalamkontekstersebut, sektor ketigaberarti “institusiperantara”, sepertiasosiasiprofesional, kelompokreligi, persatuanburuh,

organisasiadvokasiwarga, danperkumpulanlainnya yang menyuarakandanmemperkayapartisipasi publik dalamdemokrasi.

30

Ketikapartisipasimasyarakatsemakintinggidalammembentukinstitusidanke

bijakan (“active citizen”), dalam era

Karenatidaksemuadi

Civil Society International. 2003. “What is Civil Society?”[online] dalam

30

(24)

globalisasiinimunculwacanaperluasandarikonsepmasyarakatsipil.Masyarakatsipil global merupakanlingkaransupranasionalataspartisipasipolitikdansosial.Menurut David Kortendankawan-kawan31, dalamsudutpandangmasyarakatsipil, duniamerupakansuatutempatberisikankesempatan-kesempatankreatif yang dapatdisadarimelaluikerjasamadankesamarataan.Kerjasamadankesamarataan yang

dimaksudtermasuksharing of power

danpengendaliansumberdaya.Konsentrasidansentralisasikekuataandankekayaanad alahhalpentingdalammengorganisirprinsipglobalisasi.32

F. Metode Penelitian

Dengan kata lain, berdasarkanprinsipkesamarataantersebutjuga, berartimasyarakatsipil global

memilikikomitmenkuatakancommon human values.

Setiapmanusiamemilikigairahakanmakna, komunitas, dantujuan, sertakesadaranakanpentingnyapartisipasidalammembangunduniadenganmemilikii

nterest yang aktifterhadappemerintahannyamasing-masing.

1. Metode Pendekatan

Pendekatan yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk mengadakanpendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundangundanganyang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori.33

31

David Korten, et. al. 2002.“Global Society: The Path Ahead” [online] dalam Pendekatan yuridisnormatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaanyang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi

32Ibid

33

(25)

penelitian terhadap asas-asashukum,34 sumber-sumber hukum,35

2. Spesifikasi Penelitian

peraturan perundang-undangan yang bersifatteoritis ilmiah yang dapat menganalisa permasalahan yang akan dibahas.

Penelitian ini bersifat deskriptifyang dilakukan dengan cara memaparkan atau menggambarkan permasalahan mengenai Prosedur Kepemilikan Senjata Api Bagi Masyarakat Sipil Menurut Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data sekunder. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sekunder yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang berkaitan.36

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Data dari pemerintah yang berupa dokumen-dokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan, di antaranya:

34

M. Solly Lubis, Pembahasan Undang-Undang Dasar 1945, (Bandung: Alumni, 1997), Hal. 89, mengatakan asas-asas hukum adalah dasar kehidupan yang merupakan pengembangan nilai-nilai yang dimasyarakatkan menjadi landasan hubungan-hubungan sesama anggota masyarakat.

35

Amiruddin A. Wahab, dkk., “Pengantar Hukum Indonesia”, Bahan Ajar Untuk Kalangan Sendiri, (Banda Aceh, FH-Unsyiah, 2007), Hal. 73.

36

(26)

2) Kitab Undang-Undang No. 12 Tahun 1951 Tentang Senjata Api

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentangpendaftaran dan pemberian izin pemakaian senjata api.

4) SK Kapolri No.Pol.:Skep/28/II/2004Petunjuk Pengawasan dan PengendalianSenjata Api Non Organik TNI/POLRI

5) Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia No.7 Tahun 2010tentang Pedoman Perizinan Senjata Api

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku, penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis maupun disertasi.37

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode penelitian dan penulisan hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan.38

4. Analisa Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisa secara kualitatif39

37

Sri Mamuji, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: UI Press, 2006), Hal 12. 38

Soerjono Soekanto, Ibid, Hal 7. 39

Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), Hal.10

(27)

dengan metode deduktif,40

5. Teknik Pengumpulan Data

yaitu penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh bersifat umum kesuatu kesimpulan yang sifatnya lebih khusus.Sedangkan metode induktif yaitu penarikan suatu kesimpulan dari data yang bersifat khusus, sehingga menjadi kesimpulan yang sifatnya umum.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka untuk memperoleh data sekunder berupa buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut:41

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan degan objek penelitian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan.

c. Mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan.

d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.

40

Bambang Sunggono, Ibid., Hal.10 41

(28)

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman isi skripsi, penulis menggunakan sistematika didalam pembahasannya, sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I ini Memuat latar belakang pembuatan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan penelitian ini.

BAB II : PENGATURAN KEPEMILIKAN SENJATA API

BAGI MASYARAKAT SIPIL

Bab II ini terdiri dari sub, yaitu: Masyarakat sipil yang berhak memiliki senjata api,Tujuan pengaturan kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil,Dasar hukum kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil

BAB III : PROSEDUR PERIZINAN KEPEMILIKAN SENJATA

(29)

Bab III ini Membahas mengenai Instansi yang berwenang mengeluarkan izin kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil, Prosedur perolehan izin kepemilikan senjata api, Pembinaan dan pengawasan terhadap kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil

BAB IV : AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI

KEPEMILIKAN SENJATA API BAGI

MASYARAKAT SIPIL

Bab IV ini membahas tentang bagaimana Hak dan kewajiban pemegang izin kepemilikan senjata api, Sanksi bagi penyalahgunaan izin kepemilikan senjata api

BAB V : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Kontrak Pekerjaan Yang Sedang Dilaksanakan (jika ada) Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima

Seluruh asli dokumen penawaran Saudara yang telah diunggah melalui LPSE

Apabila dalam waktu tersebut perusahaan Saudara tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka perusahaan

Make sure that the products or services that you will be offering are desired, do not just decide to open up a store with out doing any market research is like playing craps,

If poker is your game it is a little different, most games depend on luck and all you really need to know if the basics, but poker is totally different because you are playing

In this treatment, statistical distribution of PAR global irradiance, obtained with a LI-COR quantum sensor, was approximated by normal distribution in sunfleck and umbra areas, and

LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK INDUSTRI OLEH DOSEN PEMBIMBING.. Nama Industri/Perusahaan

Tapi seperti diamanatkan mukadimah Anggaran Dasar POGI dan kata kata mutiara yang dipetik tadi, SpOG diamanatkan mempunyai tugas dan tanggung jawab sosial karena