• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Makna Syair Al-Hallaj Dalam Kitab "هو هو" ديوان الحلاّج Huwa-Huwa DῙwān Al-Ḥallāj Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Makna Syair Al-Hallaj Dalam Kitab "هو هو" ديوان الحلاّج Huwa-Huwa DῙwān Al-Ḥallāj Chapter III IV"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Makna Syair Al-Hallaj dalam Kitab ﺝّﻼﺤﻟﺍ ﻥﺍﻮﻳﺩ "ﻮﻫ ﻮﻫ"/huwa-

huwa dīwān al-allaj/ pada ﻰﻟﻭﻷﺍ ﺓﺪﻴﺼﻘﻟﺍ /al-qaṣīdatu al-`ūla/ ‘qasidah 1’ 3.1.1 Struktur dan Interpretasi Syair

Qasida 1 (Hallaj, t.t:2)

Bait ke-1 :

ﻲﺋﺎﻨﻌﻣ و يﺪﺼﻗ ﺎﻳ ﻚﻴّﺒﻟ ﻚﻴّﺒﻟ ﻲﺋاﻮﳒ و يّﺮﺳ ﺎﻳ ﻚﻴّﺒﻟ ﻚﻴّﺒﻟ

/labbaika labbaika yā sirrī wa najwā`ī labbaika labbaika yā qaṣdī wa ma’nā`ī/ 'Ini aku datang, duhai Rahasiaku, Curahan Hatiku!. Ini aku datang, duhai Tujuan dan Arah Hidupku!'. (Massignon, 2001:45)

Pembahasan:

Berdasarkan teori Balaghah, pada bait ini dalam penggalan atau bagian pertama syair (selanjutnya kata penggalan atau bagian disebut dengan syaṭar) ﻚﻴّﺒﻟ

ﻲﺋﺍﻮﺠﻧ ﻭ ﻱّﺮﺳ ﺎﻳ ﻚﻴّﺒﻟ/labbaika labbaika yā sirrī wa najwā`ī/terdapat strukturinab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalambentuk tikrār(pengulangan) pada kata ﻚﻴّﺒﻟ ﻚﻴّﺒﻟ/labbaika labbaika/'aku memenuhi panggilan-Mu' dalam artian 'ini aku datang', dalam rangka memberitahukan keberadaannya yang telah sampai ke Baitullah. Hal ini untuk mengetuk jiwa pendengarnya terhadap makna yang dimaksud. Selain itu pada syaṭar pertama dalam bait ini juga terdapat struktur iṭnab dalam bentuk yang lain, yaitużikrul-khāṣ ba’dal-’ām (penyebutan lafazh yang khusus setelah lafazh yang umum).Pada syaṭar tersebut telah disebutkan keumuman kata 'rahasia' ّﺮﺴﻟﺍ/as-sirru/itu sendiri, tetapi Al-Hallaj kembali menyebut kekhususan kata ﻯﻮﺠّﻨﻟﺍ/an-najwā/'rahasia, bisikan antara dua orang' setelahnya.

(2)

terdapat struktur iṭnab dalam bentuk żikrul-’ām ba’dal-khāṣ(penyebutan lafazh yang umum setelah lafazh yang khusus). Pada syaṭar tersebut Al-Hallaj secara khusus menyebut kataﺪﺼﻗ/qadun/'niat, maksud, tujuan', padahal ia telah tercakup dalam keumuman kata ﻰﻨﻌﻣ/ma’nā/'makna arti, maksud' itu sendiri. Hal tersebut berfaedah untuk mengingatkan kelebihan sesuatu yang khas itu. Adapun saja’ bait ke-1 syair ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasinya yaitu Al-Hallaj datang untuk berziarah ke Tanah Suci (Baitullah), hal ini dapat dilihat dari kalimat talbiyah yang diserukannya ﻚﻴّﺒﻟ ﻚﻴّﺒﻟ/labbaika labbaika/'ini aku datang', dia datang untuk bermunajat kepada Allah menuangkan kerinduannya yang teramat kepada Sang Pencipta. Pada bait ini

tampak bahwa Allah menjadi satu-satunya tempat atau tujuan dia mencurahkan isi hatinya.

Bait ke-2:

ﻞﻬﻓ ﻚﻴﻟإ ﱐﻮﻋﺪﺗ ﺖﻧأ ﻞﺑ كﻮﻋدأ

ﻲﺋﺎّﻳإ ﺖﻴﺟﺎﻧ مأ كﺎّﻳإ ﺖﻳدﺎﻧ

/ud’ ūka bal anta tad’ūnī ilaika fahal nādaitu iyyāka am nājaita iyyā`ī/ 'Aku memanggil-Mu, (ah tidak!), tapi Engkau memanggilku untuk datang kepada-Mu!, Lalu bagaimana aku akan berseru, “Hanya Engkaulah!”, sedang Engkau berbisik padaku, “Inilah Aku”.'

Pembahasan:

Pada bait syair ini dalam syaṭar pertama ﻚﻴﻟﺇ ﻲﻧﻮﻋﺪﺗ ﺖﻧﺃ ﻞﺑ ﻙﻮﻋﺩﺃ )

ﻞﻬﻓ

( /ud’ūka bal anta tad’ūnī ilaika (fahal)/ terdapat struktur ijaz(makna yang

banyak dalam kata-kata yang sedikit). Ijaz pada bait ini termasuk ijaz ḥażf (ijaz dengan cara membuang sebagian kata atau kalimat) yaitu dengan dibuang huruf nafi-nya, diperkirakan asalkalimatnya adalah ﻞﻬﻓ ﻚﻴﻟﺇ ﻲﻧﻮﻋﺪﺗ ﺖﻧﺃﻞﺑ ﻙﻮﻋﺩﺃ/ud’ūka balanta tad’ūnī ilaika fahal/.

(3)

Interpretasi pada syaṭar pertama yaitu Al-Hallaj menyeru kepada Allah SWT, kemudian dia katakan Allah telah menyeru (memerintahkan dirinya untuk ber-taqarrub kepada Allah). Selanjutnya pada syaṭar kedua bait ini, Al Hallaj berkata: ketika aku datang kepada-Mu, maka sebenarnya aku mendapat bisikan dari-Mu bahwa Engkau berkata “inilah Aku”, Aku sangatlah dekat dengan hamba-Ku yang ingin mendekatkan dirinya. Pada hakikatnya Allah telah datang terlebih dahulu kepadanya.

Bait ke-3:

ﻲﺋﺎﻴﻋإ و ﰐارﺎﺒﻋ و ﻲﻘﻄﻨﻣ ﺎﻳ ﻲﻤﳘ ىﺪﻣ ﺎﻳ يدﻮﺟو ﲔﻋ ﲔﻋ ﺎﻳ

/yā ’ainu ’aini wujūdī yā madā himamī yā manṭiqī wa ’ibārātī wa i’yā`ī/ 'Duhai Engkau, inti dari keberadaanku, duhai Engkau, serpihan-serpihan hasratku. Duhai Engkau, sumber kekuatanku, Engkau keutamaanku, yang senantiasa tersembunyi dalam gumamanku!.'

Pembahasan:

Pada bait syair ini terdapat struktur inab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalam bentuk tikrār(pengulangan) pada kata ﻦﻴﻋ/’ainu/'zat, diri' dalam artian 'Engkau inti dari keberadaanku, serpihan hasratku, sumber kekuatanku, keutamaanku, dan yang tersembunyi dalam gumamanku', maksudnya yaitu Al-Hallaj menyeru kepada sesuatu atau Dzat, yang dalam hal ini adalah Allah SWT. Kata ﻦﻴﻋ/’ainu/ yang berkedudukan sebagai munada’ (yang diseru) diulang sebagai ta’kid untuk mengukuhkan maknanya di hati pendengar ataupun pembaca, juga bertujuan untuk menegaskan lafazh-lafazh sesudahnya yang mencakupi kata tersebut.Saja’ bait ke-3 pada syair ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

(4)

Bait ke-4:

يﺮﺼﺑ ﺎﻳ و ﻲﻌﲰ ﺎﻳ ﻲّﻠﻛ ّﻞﻛ ﺎﻳ

ﻲﺋاﺰﺟأ و ﻲﻀﻴﻋﺎﺒﺗ و ﱵﻠﲨ ﺎﻳ

/yā kulla kullī yā sam’ī wa yā baṣarī yā jumlatī wa tabā’īḍī wa ajzā`ī/ 'Duhai totalitas dari seluruh totalitasku, Engkaulah pendengaranku dan penglihatanku. Duhai totalitas, persatuan dan serpihanku.'

Pembahasan:

Pada bait syair ini dalam syaṭar pertama kembali terdapat struktur inab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalam bentuk tikrār(pengulangan) yakni pada kata ّﻞﻛ/kullu/'seluruh' dalam rangka memuji dan membanggakan diri,kemudian lafazh ﻱﺮﺼﺑ ﺎﻳ ﻭ ﻲﻌﻤﺳ ﺎﻳ/yā sam’ī wa yā baṣarī/'Engkaulah pendengaran-ku dan penglihatanku', dan ﻲﺋﺍﺰﺟﺃ ﻭ ﻲﻀﻴﻋﺎﺒﺗ ﻭ ﻲﺘﻠﻤﺟ ﺎﻳ/yā jumlatī wa tabā’īḍī wa ajzā`ī/'Duhai totalitas, persatuan dan serpihanku', pada syaṭar pertama dan kedua ini sama halnya seperti pada bait sebelumnya, yaitu merupakan penjelasan dari kata ّﻞﻛ/kullu/'seluruh' yang berkedudukan sebagaimunada’. Adapun saja’ pada bait ke-4 ini juga diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi pada bait ini yaitu Hallaj mengatakan bahwa segala sesuatu dalam dirinya mewakili (representative)apa yang diberikan oleh Tuhan. Tuhan yang memberikan penglihatan dan pendengaran.Hallaj juga menyeru kepada Tuhan bahwa hanya Allah-lah yang mampu menyatukan dan memisahkan segala sesuatu di dunia ini.

Bait ke-5:

ﻲﺋﺎﻨﻌﲟ سﻮﺒﻠﻣ ﻚّﻠﻛ ﻞﻛ و ﺲﺒﺘﻠﻣ ّﻞﻜﻟا ّﻞﻛ و ﻲّﻠﻛ ّﻞﻛ ﺎﻳ

/yā kulla kullī wa kulla al-kulli multabisu wa kulla kullika malbūsu bima’nā`ī/ 'Duhai totalitas dari seluruh totalitasku, tapi totalitas, adalah sebuah misteri. Dan inilah totalitas dari totalitasMu, aku kabur dengan apa yang hendakku-ungkapkan!.'

Pembahasan:

(5)

semua' dalam artian 'seluruh totalitas'. Berdasarkan teori balaghah yang dikemukakan oleh Al-Hasyimi (1994:305), tikrar pada bait ini termasuk dalam poin ke-8 ﻩﺮﻛﺬﺑ ﺫّﺬﻠﺘﻟﺍ/at-talażżaża biżikrihi/'merasa lezat dengan menyebut suatu lafazh', karena penyair menganggap lafazh tersebut mudah diingat dan ringan untuk diucapkan sehingga penyebutannya diulang sebanyak dua kali atau lebih. Pada bait ke-5 ini Al-Hallaj mengulang kata ّﻞﻛ/kullun/ sebanyak 6 kali. Hal ini menjadi keistimewaan dalam Balaghah, terutama menjadi keistimewaan dari syair Al-Hallaj.

Kemudian pada bait syair ini juga terdapat struktur inab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalam bentuk yang lain, al-īḍāḥ ba’dal-ibhām(lafaz yang jelas maknanya setelah menyebutkan lafaz yang maknanya tidak jelas) yaitu terdapat pada kataﺲﺒﺘﻠﻣ/multabisu/ pada syaṭar (bagian) pertama dan kataﺱﻮﺒﻠﻣ/malbūsu/ pada syaṭar keduanya. Adapun makna dua kata tersebut secara leksikal yakni ﺾﻣﺎﻏ ،ﺢﻴﺿﺍﻭ ﺮﻴﻏ :ﺲﺒﺘﻠﻣ/multabisu: gairu wāḍīḥ, gāmiḍun/'tidak jelas (samar/kabur), misteri', sedangkan ﻻ ﻰﺘﺣ ﻩﺮﻴﻐﺑ ﻂﻠﺘﺧﺍ :ﺱﻮﺒﻠﻣ

ﻪﺘﻘﻴﻘﺣ ﻑﺮﻌﻳ/malbūsu: ikhtalaṭa bigairihi ḥattā lā ya’rifu ḥaqīqatahu/'bercampur dengan yang lainnya hingga tidak mengetahui hakekatnya'.Hal ini berfaedah untuk mempertegas makna dan perhatian pendengar atau pembaca syair tersebut.Saja’ pada bait ke-5 ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi pada bait ini yaitu terlihat paham Hulul Hallajin yang harus dipahami sebagai ‘kesatuan totalitas intensional’ (yang disengaja) dari Cinta atau keinginan dan kemampuan dari subyek, yang dalam hal ini bisa disebut “AKU” berbuat atas Kehendak Ilahi. (Massignon, 2001:22)

Bait ke-6:

(6)

Pembahasan:

Pada bait syair ini terdapat struktur inab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalam bentuk iḥtirās (penjagaan), yaitu pada lafazh ﺍﺪﺟﻭ/wujdān/yang diartikan 'dalam ekstase', secara leksikal ًﺍﺪﻳﺪﺷ ًﺎﺒﺣ ﻪﺒﺣﺃ ﻱﺃ ﺺﺨﺸﺑ ﺪﺟﻭ :ﺍﺪﺟﻭ/wujdān: wujida bisyakhṣin ayyu aḥabbahu ḥubban syadīdan/'bertemu dengan seseorang yang sangat dicintainya'. Apabila tidak ditambahkan lafazh ﺍﺪﺟﻭ/wujdān/ tersebut, pembaca atau pendengar akan beranggapan bahwa si penyair menyebut tenggelam dalam arti tenggelam di air. Makna yang demikian tidak sesuai dengan maksud dari penyair, sehingga ditambahkannya lafazh ﺍﺪﺟﻭ/wujdān/ tersebut untuk menghindari kesalahpahaman pendengar atau pembaca.Saja’ pada bait ke-6 ini diakhiri juga dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi pada bait ini yaitu Hallaj berseru bahwa Allah adalah tempat hamba-Nya bergantung, tempat memohon segala sesuatu, sehingga dalam kesyahduan munajatnya membuat dia “tenggelam”, yakni berada di luar kesadaran diri. Menurut (Bakhtiar, 2008:142) para sufi yang “tenggelam” dalam

samudera Yang Maha Esa, berkenalan dan diperkenalkan dengan misteri-misteri namun tidak sadar akan perubahan-perubahan dunia ini. Mereka adalah orang-orang yang memiliki visi terhadap Yang Dicintai di mana di dunia sensible ini tidak ada yang menyamai-Nya.Dalam kegalauan yang dihadapi Hallaj seraya memohon, Tuhan datang menghapus semua duka dan nestapanya.

Bait ke-7:

ﻲﺋاﺪﻋأ حﻮﻨﻟﺎﺑ ﱐﺪﻌﺴﻳ و ﺎًﻋﻮﻃ ﲏﻃو ﱵﻗﺮﻓ ﻦﻣ ﲏﺠﺷ ﻰﻠﻋ ﻲﻜﺑأ

/abkī ’alā syijnī min firqatī waṭanī ṭau’ān wa yusa’idunī bi an-nauḥi a’dā`ī/ 'Aku menangisi hukumanku yang tidak ditampung oleh tanah kelahiranku melalui kepatuhan, dan musuh-musuhku mengantarkan rintihanku.'

Pembahasan:

Pada bait syair ini terdapat struktur musawah(pengungkapan kalimat yang

(7)

menggunakan sajak tam yaitu empat rangkai kata pada syaṭar pertama dan empat rangkai kata pada syaṭar kedua.Adapun saja’ pada bait ke-7 ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi pada bait ini yaitu dalam pengasingan dirinya Al-Hallaj merintihkan hukumannya yang tidak diterima oleh tanah kelahirannya sendiri. Pada saat itu juga dia bersedih karena musuh-musuhnya telah berhasil melihatnya dipenjara.

Bait ke-8:

ﻲﺋﺎﺸﺣأ نﻮﻨﻜﻣ ﰲ ﻦّﻜﲤ قﻮﺷ ﲏﻘﻠﻘﻴﻓ فﻮﺧ ﱐﺪﻌﺒﻴﻓ ﻮﻧدأ

/adnū fayuba’idunī khaufun fayuqliqunī syauqun tamakkana fī maknūni aḥsyā`ī/ 'Duhai Kekasih (mendekatlah padaku), menepis ketakutan, maka aku menggigil karena kerinduan yang menghujam dalam lubuk hati.'

Pembahasan:

Pada bait syair ini terdapat struktur inab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalam bentuk tażyīl(mengiringi suatu kalimat dengan kalimat lain yang mencakup maknanya secara keseluruhan yang dimaksudkan sebagai taukid), karena kalimat pada bait ini tidak memiliki makna yang mandiri sehingga maknanya tidak dapat dipahami tanpa lebih dulu memahami kalimat sebelumnya. Tażyīl yang demikian disebut gairu jārin majrā al-mil (tidak dapat berlaku sebagai contoh), maksudnya yaitu syaṭar pertama tidak dapat terpisah dengan syaṭar kedua.Saja’ pada bait ke-8 ini juga diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi pada bait ini yaitu Al-Hallaj berseru kepada Tuhan untuk menepis ketakutannya, dan dia tetap merindukan Tuhannya dengan zikir-zikirnya yang senantiasa membuatnya dekat dengan Allah.

Bait ke-9:

(8)

/fakaifa aṣna’u fī ḥubbin kaliftu bihi maulāya qad malla min suqmī aṭibbā`ī/ 'Duhai Kekasih, apa yang harus ku lakukan, saat penyakit yang diberikan Tuhanku telah menjemukan dokter-dokter yang mengobatiku.'

Pembahasan:

Pada bait syair ini terdapat struktur musawah(pengungkapan kalimat yang maknanya sesuai dengan banyaknya kata-kata). Antara syaṭar pertama dan kedua seimbang, yakni menggunakan sajak tam yaitu empat rangkai kata pada syaṭar pertama dan empat rangkai kata pada syaṭar kedua.Adapun saja’ pada bait ke-9 ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi pada bait ini yaitu Al-Hallaj mengadu kepada Kekasihnya (Allah) yang sudah mendatangkan penyakit padanya dan dokter tidak dapat menyembuhkannya.

Bait ke-10:

ﻢﳍ ﺖﻠﻘﻓ ﻪﻨﻣ ﻪﺑ واﺪﺗ اﻮﻟﺎﻗ

ﻲﺋاﺪﻟﺎﺑ ءاﺪﻟا ىواﺪﺘﻳ ﻞﻫ مﻮﻗ ﺎﻳ

/qālū tadāwa bihi minhu faqultu lahum yā qaumi hal yatadāwā ad-dā`u bi ad -dā`ī/'Mengajak mereka berkata,“sembuhkanlah dirimu melalui Dia”, tapi aku berkata, bagaimana menyembuhkan penyakit dengan penyakit?'

Pembahasan:

Pada bait syair ini terdapat struktur inab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalam bentuk tikrār(pengulangan) yakni pada kata ﻭﺍﺪﺗ/tadāwa/dalam syaṭar pertama dan kata ﻯﻭﺍﺪﺘﻳ /yatadāwā/pada syaṭar kedua. Kemudian terdapat kata yang samaءﺍﺪﻟﺍ/ad-dā`u/dan ﻲﺋﺍﺪﻟﺍ/ad-dā`ī/pada syaṭar kedua, tujuannya yaitu untuk mengukuhkan (ta’kid) makna di hati pendengar atau pembaca. Pada bait ini antara syaṭar pertama dan syaṭar kedua tidak dapat dianalisis secara terpisah. Selain itu, saja’ pada bait ke-10 ini juga diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

(9)

Bait ke-11:

ﻲﺋﻻﻮﻣ يﻻﻮﻣ ﱃإ ﻮﻜﺷأ ﻒﻴﻜﻓ ﲏﻤﻘﺳأ و ﱐﺎﻨﺿأ يﻻﻮﳌ ّﱯﺣ

/ḥubbī limaulāya aḍnānī wa asqamanī fakaifa asykū ilā maulāya maulā`ī/ 'Karena cintaku pada-Mu tlah mengikisku dan membakarku, Bagaimana aku ‘kan mengadu pada Raja di Rajaku?'.

Pembahasan:

Pada bait syair ini terdapat struktur inab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalam bentuk tikrār(pengulangan) yakni pada kata ﻱﻻﻮﻣ /maulāya/dalam syaṭar pertama, juga kata ﻱﻻﻮﻣ/maulāya/ dan ﻲﺋﻻﻮﻣ/maulā`ī/pada syaṭar kedua.Kata ini diulang sebanyak 3 kali untuk menegaskan dan memantapkan

maknanya di hati pendengar atau pembacanya, dalam rangka memuji Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT).Saja’ pada bait ke-11 ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi pada bait ini yaitu Al-Hallaj mengungkapkan cintanya yang begitu besar terhadap Allah, sehingga dia tidak dapat mengungkapkan lagi keluh kesahnya kepada Allah dengan kata apapun.

Bait ke-12:

ﻪﻓﺮﻌﻳ ﺐﻠﻘﻟا و ﻪﻘﻣرﻷ ّﱐا

ﻲﺋﺎﳝا ﲑﻏ ﻪﻨﻋ ﻢﺟﱰﻳ ﺎﻤﻓ

/innī la`armiquhu wa al-qalbu ya’rifuhu famā yutarjamu ’anhu gairu īmā`ī/ 'Sepintas aku merasakannya, dan jiwaku mengenal-Nya, tapi tak satupun yang mampu mengungkapkannya hanya dalam sekejap mata'.

Pembahasan:

Pada bait syair ini terdapat struktur inab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalam bentuk tażyīl(mengiringi suatu kalimat dengan kalimat lain yang mencakup maknanya). Tażyīl pada bait ini merupakan gairu jārin majrā al-mil(tidak dapat berlaku sebagai contoh), karena bukan kalimat yang maknanya mandiri, sehingga

(10)

Interpretasi pada bait ini yaitu Al-Hallaj merasakan kecintaanya kepada Allah karena jiwanya mengenal keberadaan Allah. Hal itu diimplikasikannya dalam zikir panjangnya.

Bait ke-13:

ﻲﺋاﻮﻠﺑ ﻞﺻا ّﱐﺈﻓ ّﲏﻣ ّﻲﻠﻋ ﻲﻔﺳأ اﻮﻓ ﻲﺣور ﻦﻣ ﻲﺣور ﺢﻳو ﺎﻳ

/yā waiḥa rūḥi min rūḥi fawā asafī ’alayya minnī fa`innī aṣlu balwā`ī/'Ah, kemalangan jiwaku karena diriku sendiri...!, Sayang! (maka aku sangat menyesal), akulah justru yang menjadi penyebab kemalanganku!'.

Pembahasan:

Pada bait syair ini terdapat struktur inab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalam bentuk tikrār(pengulangan) yakni pada kata ﻲﻔﺳﺃ/asafī/'duka cita,

kesedihan yang mendalam' dalam syaṭar pertama dan kata

ﻲﺋﺍﻮﻠﺑ/balwā`ī/'kesedihan, kesusahan, ujian, cobaan dan musibah' pada syaṭar kedua, kata tersebut memiliki makna yang hampir serupa meskipun lafazhnya berbeda. Kemudian terdapat juga bentuk tikrār pada kata ﻲﺣﻭﺭ/rūḥi/'jiwaku' dan ﻲﺣﻭﺭ/rūḥi/'jiwaku' dalam syaṭar pertama, serta pengulangan pada ﺔﺒﺴﻧ ءﺎﻴﻟﺍ (kepunyaan) terdapat pada kata ّﻲﻠﻋ/alayya/,ﻲّﻨﻣ/minnī/,dan ﻲّﻧﺈﻓ/fa`innī/, yang menunjukkan kata ganti diri dari Al-Hallaj. Tikrārdalam bait ini menunjukkan penyesalan dan kesedihan (taḥassur). Adapun saja’ pada bait ke-12 ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi syair pada bait ini yaitu Al-Hallaj mengeluh bahwa kemalangan atau nasib buruk yang sedang menimpanya yakni karena dirinya sendiri, dan dia sangat menyesal (menyayangkan) hal yang telah terjadi kepadanya.

Bait ke-14:

(11)

Pembahasan:

Pada bait syair ini terdapat struktur inab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalam bentuk i’tirāḍ (memasukkan anak kalimat ke tengah-tengah suatu kalimat atau antara dua kata yang berkaitan).Lafazh yang menunjukkan adanya i’tirāḍ yaitu ﺎًﺛﱡﻮﻐﺗ ﻪﻠﻣﺎﻧﺃ/anāmiluhu tagawwuṡan/'hanya jari-jari yang menggapai penuh harap meminta pertolongan', lafazh ini terletak setelah isim inna dan

khabar-nya, dengan maksud untuk memberitahukan bahwa ada jari-jari yang menggapai dan meminta pertolongan ketika tenggelam. Kedua kata dalam rangkaian bait syair ini bersambung dan saling menguatkan. Saja’ bait ke-14 pada syair ini juga diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi syair pada bait ini adalah Hallaj mengumpamakan dirinya “tenggelam” di tengah samudera lepas, dan dia menggapaikan tangannya mengharapkan pertolongan, ternyata Tuhan juga ada di samudera lepas itu.

Interpretasi ini mendekati Firman Allah yang berbunyi: ﺎﻤﻨﻳﺎﻓ ﺏﺮﻐﻤﻟﺍ ﻭ ﻕﺮﺸﻤﻟﺍ ﻟﻭ

ﻢﻴﻠﻋ ﻊﺳﺍﻭ ﷲ ّﻥﺍ ﷲ ﻪﺟﻭ ّﻢﺜﻓ ﺍﻮﻟﻮﺗ/wa lillāhi al-masyriqu wa al-magribu fa ainamā

tuwallū faṡamma wajhu allāhi inna allāha wāsi’un ’alīmun/'Dan milik Allah-lah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah.Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui'. (QS.Al-Baqarah:115). Kemana saja manusia (berpaling) atau menghadap, manusia akan berjumpa dengan Tuhan. Demikianlah dekatnya manusia kepada Tuhan. (Nasution, 1983:60)

Bait ke-15:

ﻲﺋاﺪﻳﻮﺳ ﰲ ّﲏﻣ ﱠﻞﺣ يﺬﻟا ﻻإ ٍﺪﺣا ﻦﻣ ﺖﻴﻗﻻ ﺎﻣ ﻢﻠﻌﻳ ﺲﻴﻟو

/wa laisa ya’lamu mā lāqaitu min aḥadin illā al-lażī ḥalla minnī fī suwaidā`ī/ 'Tak seorangpun yang tahu apa yang menimpaku, kecuali Dia yang melebur pada diriku, di dalam jiwaku'.

Pembahasan:

(12)

mencakup maknanya). Hal ini dimaksudkan untuk mempertegas maknanya.Sesungguhnya makna bait syair tersebut telah selesai pada syaṭar pertama ٍﺪﺣﺍ ﻦﻣ ﺖﻴﻗﻻ ﺎﻣ ﻢﻠﻌﻳ ﺲﻴﻟﻭ/wa laisa ya’lamu mā lāqaitu min aḥadin/'Tak seorangpun yang tahu apa yang menimpaku', namun diulas kembali pada syaṭar kedua dengan sebuah pengecualian ﻲﺋﺍﺪﻳﻮﺳ ﻲﻓ ﻲّﻨﻣ ﱠﻞﺣ ﻱﺬﻟﺍ ﻻﺇ/illā al-lażī ḥalla

minnī fī suwaidā`ī/ 'kecuali Dia yang melebur dalam jiwaku'.Tażyīl pada bait ini merupakan jenis gairu jārin majrā al-mil(tidak dapat berlaku sebagai contoh), karena bukan kalimat yang maknanya mandiri, sehingga maknanya tidak dapat dipahami tanpa lebih dulu memahami kalimat sebelumnya, tujuannya untuk memperkaya maksud kata sebelumnya.Saja’ pada bait ke-15 syair ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi bait syairnya yaitu Hallaj sedang berkeluh kesah bahwa tiada seorang pun yang mengetahui nasib yang sedang menimpanya, tapi disisi lain Hallaj menegaskan bahwa ada Tuhan yang Maha Mengetahui segala sesuatu

selain dirinya dan tentang dirinya. Hal ini mendekati dengan Firman Allah SWT: ﻝﺎﻌﺘﻤﻟﺍ ﺮﻴﺒﻜﻟﺍ ﺓﺩﺎﻬﺸﻟﺍﻭ ﺐﻴﻐﻟﺍ ﻢﻟﺎﻋ/’ālimu al-gaibi wa asy-syahādati al-kabīru al -muta’āli/'(Allah) Yang Mengetahui semua yang gaib dan yang nyata; Yang Maha Besar, Maha Tinggi'. (QS. Ar-Ra’d:9). Pada bait ini juga Hallaj mengatakan Tuhan “melebur” dalam dirinya, disini sangat tampak sekali falsafat ajaran tasawufnya yakni hulul (Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, sehingga sifat Ketuhanan [Lahut] menjelma ke dalam diri Insan [Nasut]).

Bait ke-16:

ﻲﺋﺎﻴﺣإ و ﰐﻮﻣ ﻪﺘﺌﻴﺸﻣ ﰲ و ٍﻒﻧد ﻦﻣ ﺖﻴﻗﻻ ﺎﲟ ﻢﻴﻠﻌﻟا كاذ

/żāka al-’alīmu bimā lāqaitu min danafin wa fī masyī`atihi mautī wa iḥyā`ī/ 'Begitulah Dia (seorang Alim) berkata, betapa malang nasib yang menimpaku, dan atas kehendak-Nya aku mati atau hidup kembali!'.

Pembahasan:

(13)

mencakup maknanya). Tażyīl pada bait ini termasuk jenis jārin majrā al -mil(berlaku sebagai contoh), sebab kalimat yang ditambahkan itu maknanya mandiri, tidak terikat dengan pemahaman terhadap kalimat sebelumnya. Maksudnya yaitu lafazh pada syaṭar kedua ﻲﺋﺎﻴﺣﺇ ﻭ ﻲﺗﻮﻣ ﻪﺘﺌﻴﺸﻣ ﻲﻓ ﻭ/wa fī

masyī`atihi mautī waiḥyā`ī/'dan atas kehendakNya aku mati atau hidup kembali!' dapat berdiri sendiri tanpa harus memahami lafazh pada syaṭar pertama ﺎﻤﺑ ﻢﻴﻠﻌﻟﺍ ﻙﺍﺫ

ٍﻒﻧﺩ ﻦﻣ ﺖﻴﻗﻻ/żāka al-’alīmu bimā lāqaitu min danafin/'Dia yang berkata, betapa malang nasib yang menimpaku'. Adapun saja’ bait ke-16 pada syair ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi syaṭar pertama pada bait ini yaitu Al-Hallaj meratapi nasib

malang yang sedang menimpanya, seolah-olah Tuhan berkata dalam diri-Nya. Sedangkan pada syaṭar kedua Hallaj mengatakan bahwa hanya dengan kehendak Tuhan-lah dia mati atau dihidupkan kembali.Semua yang terjadi pada dirinya adalah kehendak Allah.

Interpretasi ini sangat mendekati dengan Firman Allah SWT yang berbunyi: ﺖﻴﻤﻳﻭ ﻲﺤﻳ ﺽﺭﻷﺍﻭ ﺕﺍﻭﺎﻤﺴﻟﺍ ﻚﻠﻣ ﻪﻟ ﷲ ّﻥﺍ.../inna allāha lahū mulku as -samāwāti wa al-arḍi yuḥyī wa yumītu…/'sesungguhnya Allah memiliki kekuasaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan…'(QS. At-Taubah:116), ﻒﻴﻛ

.ﻥﻮﻌﺟﺮﺗ ﻪﻴﻟﺍ ﻢﺛ ﻢﻜﻴﻴﺤﻳ ﻢﺛ ﻢﻜﺘﻴﻤﻳ ﻢﺛ ،ﻢﻛﺎﻴﺣﺎﻓ ﺎﺗﺍﻮﻣﺍ ﻢﺘﻨﻛ ﻭ ﻟ ﺎﺑ ﻥﻭﺮﻔﻜﺗ/kaifa takfurūna bi allāhi wa kuntum amwātan fa`aḥyākum, ṡumma yumītukum ṡumma yuḥyīkum ṡumma ilaihi turja’ūn/'bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan'. (QS. Al-Baqarah:28), dan .ﺪﻳﺮﻳ ﺎﻤﻟ ﻝﺎّﻌﻓ ﻚّﺑﺭ ّﻥﺍ... /… inna rabbaka fa’ālun limā yurīdu/'…Sungguh, Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki'. (QS. Hud:107)

Bait ke-17:

(14)

/yā gāyatu as-su`ali wa al-ma`mūli yā sakanī yā ’īsyu rūḥī yā dīnī wa dunyā`ī/ 'Duhai Engkau, muara do’a dan harapanku, duhai Tuan Rumahku. Duhai Engkau semangat hidupku, duhai Rahasia keyakinanku, dan aku menjadi bagian di dalamnya'.

Pembahasan:

Pada bait syair ini terdapat struktur ijaz dalam bentuk ijaz qashar (dengan cara menggunakan ungkapan yang pendek, namun mengandung banyak makna, tanpa di sertai pembuangan beberapa kata/kalimat). Kata-kata ﻭ ﻝﺆﺴﻟﺍ ﺔﻳﺎﻏ ﺎﻴﻟﻮﻣﺄﻤﻟﺍ/yā gāyatu as-su`ali wa al-ma`mūli/'duhai Engkau, muara do’a dan

harapanku', ﻲﻨﻜﺳ ﺎﻳ/yā sakanī/'duhai Tuan rumahku', ﻲﺣﻭﺭ ﺶﻴﻋ ﺎﻳ/yā ’īsyu

rūḥī/'duhai Engkau semangat hidupku',danﻲﺋﺎﻴﻧﺩ ﻭ ﻲﻨﻳﺩ ﺎﻳ/yā dīnī wa dunyā`ī/'duhai rahasia keyakinanku, dan aku menjadi bagian di dalamnya'merupakan kata yang mengandung banyak makna. Saja’ bait ke-17 pada syair ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasinya yaitu Hallaj berseru kepada Tuhan yang menjadi tempat atau tujuan makhlukNya dalam meminta, memohon (berdo’a), Tuhan menjadi satu-satunya tempat berharap, tempat kita berpulang, dan juga adalah Rahasia keyakinan, yang didasari kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Lafazh pada bait ke-17 syair ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Bait ke-18:

ﱄ ﻞﻗ

-ﻚﺘﻳﺪﻓ

-ﻲﺋﺎﺼﻗإ و يﺪﻌﺑ ﰲ ﺔﺟﺎﺠﻠﻟا اذ ﱂ يﺮﺼﺑ ﺎﻳ و ﻲﻌﲰ ﺎﻳ

/qul lī fadaituka yā sam’ī wa yā baṣarī lima żā al-lajājati fī bu’dī wa iqṣā`ī/ 'Katakan padaku, “Aku telah menebusmu”, duhai Engkau pendengaranku!. DuhaiEngkaupenglihatanku!,sampaihabismasapengasinganku..., o, betapa lama!'.

Pembahasan:

(15)

kalimat. Kedua dalam bentuk tikrār (pengulangan) pada lafazh ﻱﺮﺼﺑ ﺎﻳ ﻭ ﻲﻌﻤﺳ ﺎﻳ

sam’ī wa yā baṣarī/'duhai Engkau pendengaranku, duhaiEngkaupenglihatan- ku', lafazh tersebut merupakan pengulangan dari bait ke-4 pada syaṭar pertama dalam syair al-Hallaj ini yang kegunaannya adalah untuk ta’kid (mengukuhkan) makna. Saja’ bait ke-18 pada syair ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā`/.

Interpretasi pada bait ini yaitu Hallaj masih berdialog dengan Tuhan dalam munajatnya, dia merasa terpenjara sehingga meminta kepada Tuhan untuk “menebusnya”, terlihat Hallaj penuh dengan kegalauan batin yang tengah dihadapinya pada saat itu, hingga membuatnya lelah dan ingin mengakhiri semuanya. Dia tidak ingin lebih lama lagi merasakan pengasingan yang membuatnya merasa jauh dari-Nya.

Bait ke-19 :

ﺎًﺒﺠﺘﳏ ﱠﲏﻴﻋ ﻦﻋ ﺐﻴﻐﻟﺎﺑ ﺖﻨﻛ نإ

ﻲﺋﺎﻨﻟا و دﺎﻌﺑﻷا ﰲ كﺎﻋﺮﻳ ﺐﻠﻘﻟﺎﻓ

/in kunta bi al-gaibi ’an ’ainī muḥtajiban fa al-qalbu yar’āka fī al-ab’ādi wa an -nā`ī/'Meskipun Kau bersembunyi dari dua mataku, jiwaku terjaga dalam nafas-Mu dari kejauhan'.

Pembahasan:

Pada bait ini terdapat struktur inab (lafazh yang lebih banyak dari makna) dalam bentuk tażyīl(mengiringi suatu kalimat dengan kalimat lain yang mencakup maknanya), karena kalimat pada bait ini tidak memiliki makna yang mandiri sehingga maknanya tidak dapat dipahami tanpa lebih dulu memahami kalimat sebelumnya. Tażyīl yang demikian disebut gairu jārin majrā al-mil(tidak dapat berlaku sebagai contoh), tujuannya untuk menguatkan syaṭar pertama pada bait syair ﺎًﺒﺠﺘﺤﻣ ﱠﻲﻨﻴﻋ ﻦﻋ ﺐﻴﻐﻟﺎﺑ ﺖﻨﻛ ﻥﺇ/in kunta bi al-gaibi ’an ’ainī muḥtajiban/ dengan kalimat pada syaṭar kedua ﻲﺋﺎﻨﻟﺍ ﻭ ﺩﺎﻌﺑﻷﺍ ﻲﻓ ﻙﺎﻋﺮﻳ ﺐﻠﻘﻟﺎﻓ/fa al-qalbu yar’āka fī al

(16)
(17)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah peneliti kemukakan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat 3 jenis struktur dalam menganalisis syair Al-Hallaj tersebut, yakni: Ijaz, Itnab dan Musawah.

Bait syair berstruktur Ījaz terbagi dua, yakni:

-ījāz ḥażf : terdapat pada syair bait ke-2 syaṭar pertama; -ījāz qaṣar : terdapat pada syair bait ke-17 ;

Bait syair berstruktur Iṭnab, yakni dalam bentuk:

-Żikrul-khāṣ ba’dal-’ām : terdapat pada syair bait ke-1 syaṭar pertama;

-Żikrul-’am ba’dal-khāṣ : terdapat pada syair bait ke-1 syaṭar kedua; -Al-īḍāḥ ba’dal-ibhām : terdapat pada syair bait ke-5;

-Tikrār : terdapat pada syair bait ke-1 syaṭar pertama dan kedua, bait ke-3, bait ke-4 syaṭar pertama, bait ke-5, bait ke-10, bait ke-11, bait ke-13, dan bait ke-18 syaṭar pertama;

- I’tirāḍ : terdapat pada syair bait ke-14; -Tażyīl

jārinmajrā al-miṡl : terdapat pada syair bait ke-16;

gairu jārin majrā al-miṡl : terdapat pada syair bait ke-8, bait ke-12, bait ke- 15, dan bait ke-19;

- Iḥtirās : terdapat pada syair bait ke-6 dan bait ke- 18 syaṭar pertama;

Bait syair berstruktur Musawah :

Terdapat pada syair bait ke-2 syaṭar kedua, bait ke-7 dan bait ke-9 .

(18)

2. Al-Hallaj merupakan sosok yang dinilai sangat kontroversial oleh kalangan fuqaha’, politisi dan kalangan Islam formal ketika itu. Disisi lain beliau adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam peradaban Islam, sekaligus menjadi watak misterius dalam sejarah Tasawuf;

3. Isi syair berisi munajat kerinduan Al-Hallaj terhadap sang Khaliq (Allah SWT), yang mengajarkan kepada manusia bahwa Tuhan begitu dekat dengan hamba-Nya;

4. Keseluruhan dari bait syair ini diakhiri dengan huruf ﻱ/yā/, maka sajak pada syair ini dapatlah disebut saja’ ءﺎﻴﻟﺍ/al-yā`/.

4.2 Saran

Diharapkan para pembaca dan peminat kajian sastra Arab dapat menjadikan kajian ini sebagai acuan dalam pembahasan tentang syair Arab berikutnya. Peneliti juga berharap kepada para peneliti selanjutnya; khususnya mahasiswa Program Studi Sastra Arab agar dapat menganalisis secara lengkap bagian lain syair dari diwan al-Hallaj dengan menggunakan Teori lain selain teori Balaghah.

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi terkait pengaruh iklan televisi media massa, diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang memiliki ketertarikan untuk meneliti objek yang sama, yaitu mengenai

Pembelajaran melalui media maya atau lebih dikenal sebagai e-learning, sekarang bukan menjadi barang yang mewah lagi, karena sekarang kita pengguna internet sudah

Perhitungan metode REBA diperoleh hasil bahwa grand score sebanyak 7 artinya alat perlu dilakukan perbaikan serta terdapat pada tingkat resiko yang sedang sehingga apabila

Dilanjutkan dengan tanggapan ahli (ahli dipilih yang memiliki pemahaman progresif tentang hak perempuan atas waris dan kepemilikan tanah) terhadap pengalaman peserta pada

Dari hasil analisa ada beberapa hal yang dapat diambil simpulannya yaitu: (1) dari hasil pengujian hipotesis pertama disimpulkan bahwa ada pengaruh motivasi kualitas terhadap

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 72/POJK.05/2016 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah (Lembaran Negara Republik

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh komposisi campuran geopolymer dengan bahan tambahan yang memenuhi persyaratan setting time sehingga dapat menghasilkan beton