BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batu saluran kemih merupakan masalah terbesar ketiga pada saluran kemih setelah infeksi saluran kemih dan prostat yang patologis. Batu saluran kemih merupakan penyakit yang cukup umum ditemukan pada negara maju dan berkembang termasuk di Indonesia. Meskipun prevalensi batu saluran kemih berbeda dari satu negara ke negara lainnya di seluruh dunia, prevalensinya semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Selain prevalensinya yang terus meningkat, penyakit ini juga menghabiskan biaya yang tidak sedikit dalam pengobatannya.
Di negara berkembang, Insiden batu saluran kemih diperkirakan meningkat sekitar 0,2% setiap tahunnya. Dampak dari perubahan cuaca bila dilihat dari segi geografis, risiko batu saluran kemih akan meningkat seiring dengan perubahan suhu (Brikowski et al, 2007). Batu kandung kemih adalah kasus yang paling umum terjadi pada batu saluran kemih bawah dengan insiden 5% dari semua penyakit batu saluran kemih dan sekitar 1,5% dari kasus di rumah sakit khusus urologi di negara-negara Barat (Papatsoris et al, 2006). Insiden terjadinya batu
saluran kemih di Asia sebesar 2-5%, 8-15% di negara Barat, dan 20% untuk Arab Saudi (Aggarwal et al, 2013).
Batu kandung kemih sering ditemukan secara tidak sengaja pada penderita dengan gejala obstruktif dan iritatif saat berkemih. Gejala klinis yang paling umum dari batu kandung kemih adalah hematuria makroskopik, dapat disertai gejala lain berupa keluhan intermitensi, frekuensi, urgensi, disuria, pancaran urin lemah, inkontinensia, dan nyeri perut bagian bawah. (Benway and Bhayani, 2016). Adanya ketidaksembangan saturasi, pH dan konsentrasi pada urin dapat mengalami kristalisasi dan menyebabkan terbentuknya batu di kandung kemih.
Batu kandung kemih dapat terbentuk dari batu kalsium 70% kasus, asam urat 20% kasus, magnesium ammonium fosfat (struvite) 10% kasus dan cystine < 1% kasus. (Torricelli et al, 2012).
Obstruksi aliran keluar urin dari kandung kemih adalah faktor pencetus yang paling umum dapat menyebabkan pembentukan batu di kandung kemih. Obstruksi umumnya disebabkan oleh Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), striktur uretra, bladder neck contracture, dan divertikel kandung kemih. Beberapa faktor
komorbid lain yang dapat menyebabkan pembentukan batu di kandung kemih yaitu adanya benda asing di intravesika, neurogenic bladder, migrasi dari batu ginjal, dan infeksi saluran kemih. (Benway and Bhayani, 2016)
Saat ini ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menangani kasus batu kandung kemih diantaranya : vesikolitolapaksi, vesikolitotripsi dengan berbagai sumber energi (elektrohidrolik, gelombang suara, laser, pneumatik), vesikolitotomi perkutan, vesikolitotomi terbuka dan ESWL. Pemilihan tindakan operatif pada penderita batu kandung kemih di rumah sakit tergantung dari indikasi medis, ketersediaan alat, dan tenaga kesehatannya.
Di RSUP H. Adam Malik Medan belum adanya laporan yang dipublikasikan tentang karakteristik penderita batu kandung kemih dewasa .Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita batu kandung kemih dewasa di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimanakah karakteristik penderita batu kandung kemih dewasa di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2013-2015.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita batu kandung kemih dewasa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2013-2015
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui karakteristik penderita batu kandung kemih dewasa di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2013-2015 menurut jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, pendidikan terkahir, agama, wilayah, gejala klinis, jumlah batu, ukuran batu, komorbid, dan jenis tindakan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi klinisi, untuk memberikan data sehingga para klinisi dapat memberikan penanganan komprehensif pada penderita batu kandung kemih dewasa di RSUP H. Adam Malik Medan
2. Bagi peneliti, untuk memberikan data bagi para peneliti selanjutnya untuk pengembangan penelitian tentang batu kandung kemih.