• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penumbuhan dan Laju Eksploitasi Kerang Bulu Anodara gubernaculum (Reeve, 1844) Family Arddae di Perairan Tanjungbalai Sumalera Ulara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penumbuhan dan Laju Eksploitasi Kerang Bulu Anodara gubernaculum (Reeve, 1844) Family Arddae di Perairan Tanjungbalai Sumalera Ulara"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kerang Bulu (A. gubernaculum)

Kerang adalah organisme yang hidup dengan cara menyaring makanan, (filter feeders), terhadap material yang tersuspensi di perairan atau dari sedimen. Karena kerang kurang bergerak, maka akan terpengaruh oleh adanya logam berat yang ada di sekitarnya dapat masuk dalam tubuh kerang tersebut. Unsur logam berat yang terakumulasi sebagai akibat terjadinya interaksi antara logam berat dengan sel atau jaringan tubuh organisme. Hal ini mengakibatkan kandungan logam berat dalam tubuh kerang tersebut akan lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya (Sari, 2015).

(2)

Gambar 2. Sampel Kerang Bulu (A.gubernaculum)

(3)

posteriodorsalcangkang. Bekas perlekatan otot pedal retraktor anteriorberukuran kecil dan terletak di bawah daerah kardinal,pada bagian dorsal bekas perlekatan otot adduktor anterior.Bekas perlekatan otot pedal retraktor posterior berukurankecil memanjang dan terletak di bawah daerah kardinal,pada bagian dorsal otot adduktor posterior. Garis palialada, namun kurang jelas.Tidak terdapat lekuk palial(Ambarwati dan Trijoko, 2011).

Makanan kerang terutama terdiri atas plankton dan bahan organik terlarut,. Kerang memperolehmakanan dengan cara (filter feeder) yang berupa fitoplankton dan zooplankton kecil. Kerang aktifmenyaring makanan dari kolom air dengan insangnya (Rizal dan Jailani, 2013).

Ukuran plankton yang dimakan oleh Kerang juga bervariasi,jenis dan ukuran makanan yang masuksangat tergantung pada umurnya.Kebiasaanmakan kerang dapat diketahui melaluianalisis makanan yang terdapat di dalamsaluran pencernaan (Melinda,dkk., 2015).

Hubungan Panjang Bobot

(4)

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu.Pertumbuhan dapat diartikan pula sebagai pertambahan jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis. Pola pertumbuhan Kerang terdiri dari pertumbuhan allometrik positif, artinya pertambahan berat lebih dominan daripada

pertambahan panjang. Allometrik negatif, pertambahan panjang lebih dominan daripada pertambahan berat (Abida, dkk., 2014)

Hubungan antara panjang dan berat memiliki nilai konstanta b. Sebagian besar nilai b ini berkisar antara 2,4-3,5. Apabila nilai b yang menunjukkan konstanta panjang dan berat itu sama dengan 3 maka pola pertumbuhannya disebut isometric yang berarti pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan beratnya. Sedangkan jika konstanta itu lebih dari 3 maka pola pertumbuhannya disebut allometrik yang berarti pertumbuhan panjang lebih cepat dari pada petambahan beratnya positif yang berarti pertambahan berat lebih cepat dari pada pertumbuhan panjangnya (Sari, 2015).

Pertumbuhan kerang dipengaruhi oleh faktor kondisi lingkungan seperti ketersediaan makanan serta suhu, substrat, arus, dan salinitas. Keadaan tersebut akan mempengaruhi pertambahan panjang dan tinggi cangkang, yang akan di gunakan untuk melindungi jaringan dan akan melakukan pergerakan (Harris et al, 1999),

(5)

kelamin,umur, parasit dan penyakit, sedangkan faktor eksternalnya yaitu makanan dan suhuperairan (Sari, 2015).

Kecepatan pertumbuhan kerang ditemukan lebih rendah pada populasi yang terdiri dari individu – individu yang berlainan umurnya. Hal ini disebabkan oleh adanya kompetisi antara organisme dalam usahanya mendapatkan bahan makanan (Niswari, 2004).

Hubungan panjang bobot menunjukkan pertumbuhan yang bersifat relatif artinya dapat berubah menurut waktu. Apabila terjadi perubahan terhadap lingkungan dan ketersediaan makanan diperkirakan nilai b juga akan berubah (Sulistiono, 2001).

Faktor Kondisi

Faktor kondisi merupakan hal yang penting dari pertumbuhan kerang, karena faktor kondisi dapat digunakan untuk menganalisis populasi. Beragamnya faktor kondisi disebabkan oleh pengaruh makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonadnya. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari Kerang dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Presentase bobot daging Kerang terhadap bobot total Kerang (Sari, 2015).

Kerang yang berukuran kecil mempunyai faktor kondisi yang lebih tinggi, kemudian menurun ketika kerang tersebut bertambah besar, serta peningkatan nilai faktor kondisi dapat terjadi karena perkembangan gonad yang akan mencapai puncak sebelum memijah (Komala, 2011).

(6)

Panjang asimtotik (L∞) merupakan nilai rata-rata panjang kerang P. erosa yang sangat tua (umur yang tidak terbatas) atau dengan kata lain tidak mampu lagi bertambah panjang. Nilai koefisien pertumbuhan (K) merupakan penentu seberapa cepat kerang mencapai panjang asimtotiknya atau panjang maksimumnya (Sparre dan Venema,1999).

Menurut Setyobuanto (2004) yang diacu oleh Tamsar dkk (2013), nilai pada ukuran panjang maksimum untuk Kerang Bulu (Anadara gubernaculum) merupakan pertumbuhan maksimal yang sudah tidak memungkinkan untuk tumbuh atau bertambah panjang lagi, Jika terdapat energi berlebih maka energi tersebut digunakan untuk reproduksi maupun perbaikan sel-sel yang rusak. Pertumbuhan ini sangat ditentukan oleh koefisien pertumbuhan (K), karena apabila nilai koefisien rendah maka dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan untuk bisa tumbuh maksimal.

Menurut Setyobudiandi (2004) yang diacu oleh Nasrawati dkk (2016) yang menyatakan bahwa pada wilayah perairan lajupertumbuhan hewan perairan cenderung melambatpada saat suhu air rendah, sehingga kerang yangberumur tua maka pertumbuhannya semakinlambatdan bahkan sudah tidak dapat lagi tumbuhkarena sudah mencapai panjang maksimum.

Mortalitas dan Laju Eksploitasi

(7)

mortalitaspenangkapan. Dalam menentukan tingkat dan pola yangmemadai dari mortalitas penangkapan secara substansial dihambat oleh kesulitandalam melakukan estimasi kelimpahan populasi dan laju dinamika populasi serta keragamannya.

Eksploitasi E > 0,5 dikategorikan tingkat eksploitasi tinggi (overfishing), eksploitasi E = 0,5 dikategorikan tingkat eksplitasi berimbang, sedangkan eksploitasi E < 0,5 di kategorikan tingkat eksploitasi rendah (underfishing) (Sparre dan Venema, 1999).

Hasil analisis laju mortalitas alami pada kerang P. erosa jantan diperoleh 1,74 tahun, dan mortalitas akibat penangkapan adalah 1,46 tahun, sehingga diperoleh tingkat eksploitasi sebesar 0,46 tahun, Pada kerang P. erosa betina diperoleh laju mortalitas alami sebesar 2,46 tahun, akibat penangkapan adalah 1,10 tahun sehingga diperoleh tingkat eksploitasi adalah 0,31 tahun (Tamsar, 2013).

Faktor-Faktor Fisika dan Kimia

Sifat fisik kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Bermacam-macam faktor fisik-kimia dapat mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan produktivitas tumbuhan terestial maupun perairan. Faktor-faktor yang sangat penting bagi tumbuhan tersebut ialah cahaya, suhu, kadar zat-zat hara. Kisaran suhu di biosfer terestial dapat mencapai suatu tingkat yang dapat mempengaruhi produktivitas (Sitorus, 2009).

(8)

antara 27 – 35 o/oo, pH 6 – 8, kecerahan 3,5 – 4 m, arus yang tidak terlalu kuat,

pada kedalaman 1 – 7 m (Niswari, 2004).

Suhu

Suhu salah satu faktor lingkungan yang besar pengaruhnya seperti air memiliki kisaran perubahan suhu kisaran yang kecil dan jarang melebihi batas total organisme. Tetapi daerah intertidal tempat hidup kerang ini dipengaruhi oleh suhu udara selama periode yang berbeda-beda dan memiliki kisaran yang dapat melebihi batas letal, sehingga organisme intertidal termasuk kerang hijau dapat mati baik karena kedinginan maupun kepanasan (Sari, 2015).

Suhu berperan sebagai pengatur proses metabolisme dan fungsi fisiologis organisme. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang baik bagi pertumbuhannya. Suhu merupakan faktor penting di lingkungan perairan tawar karena secara langsung mempengaruhi biota, terutama laju metabolisme dan reproduksi, dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor lingkungan lain seperti kelarutan gas, viskositas air dan sebaran densitas air. Suhu ambient untuk suatu wilayah spesifik berkaitan dengan faktor-faktor oseanografi dan geografi, dan dapat spesifik ekosistem (Effendi, 2003).

(9)

mengetahui karakteristik perairan. Suhu air merupakan faktor abiotik yang memegang peranan penting bagi hidup dan kehidupan organisme perairan (Suherman, dkk., 2002).

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang besar pengaruhnya, baik terhadap telur maupun larva. Air memiliki kisaran perubahan suhu yang kecil dan jarang melebihi batas letal, sehingga organisme intertidal termasuk kerang dapat mati jika baik karena kedinginan maupun kepanasan (Nybakken, 1998).

Salinitas

Menurut Litasari (2002) yang diacu oleh Niswari (2004), disamping faktor makanan, salinitas juga berpengaruh pada pertumbuhan Kerang, dimana pada wilayah perairan yang salinitasnya rendah maka kerang cenderung memiliki ukuran cangkang yang lebih pendek bila dibandingkan dengan Kerang yang hidup pada wilayah yang bersalinitas tinggi.

Kedalaman

Kedalaman menentukan seberapa dalam cahaya matahari dapat menembus

lapisan air. Cahaya matahari dalam suatu perairan sangat penting dalam

membantu prosesfotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton, dan melalui

proses fotosintesis dapat meningkatkan kandungan oksigen terlarut (Zulfia dan

Aisyah, 2013).

(10)

Kecerahan

Kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh keberadaan padatan

tersuspensi, zat-zat terlarut, partikel-partikel dan warna air. Pengaruh kandungan

lumpur yang dibawa oleh aliran sungai dapat mengakibatkan tingkat kecerahan air

lebih rendah, sehingga dapat menurunkan perairan (Nybakken, 1988).

Nilai kecerahanmenunjukkan jumlah cahaya matahari masuk ke

dalamperairan yang dipengaruhi oleh adanya padatantersuspensi baik organik

maupun anorganik. Kecerahan suatu perairan ditentukan oleh adanyakandungan

bahan organik yang ada di dalamnya. Semakintinggi kandungan bahan organik

menyebabkan nilaikecerahan semakin berkurang (Zulfia dan Aisyah, 2013).

Kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan proses fermentasi

yang terjadi di perairan. Kecerahan perairan dapat diukur dengan alat yang

dinamakan Keping Secchi. Selanjutnya dikatakan bahwa kecerahan keping Secchi

< 3 m adalah tipe perairan yang subur (eutropik), antara 3-6 m kesuburan sedang

(mesotrofik) dan > 6 m digolongkan pada tipe perairan kurang subur (oligotrofik)

(Suherman, dkk., 2002).

pH (Derajat Keasaman)

Derajat keasaman (pH) adalah singkatan dari puissance negatif de H, yaitu

logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu larutan atau

cairan. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuhan dan binatang

air (Herawati, 2008).

pH merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam

air. Biasanya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H, pH sangat

(11)

kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu makhluk-makhluk

akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai

pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menjunjung

kehidupan organisme air (Sitorus, 2009).

Kondisi perairan yang bersifat sangat asam atau basa akan membahayakan

kelangsungan hidup organisme, karena akan mengakibatkan terjadinya gangguan

metabolism dan respirasi. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi dan

pada umumnya sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan pH

(Ira, 2013).

Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kehidupan tumbuhan dan hewan perairan sehingga dapat digunakan sebagai

petunjuk untuk menilai kondisi suatu perairan sebagai lingkungan tempat hidup.

Nilai pH dapat menunjukkan kualitas perairan sebagai lingkungan hidup, air yang

agak basa dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada dalam

air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasi oleh tumbuhan dan

fitoplankton (Herawati, 2008).

Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mmepunyai nilai pH

netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH

yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai

8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan

membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan

terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).

(12)

proseskimiawi perairan seperti proses nitrifikasi akan berhenti jika nilai pH rendah. NilaipH alkalis sangat mendukung untuk terjadinya laju dekomposisi pada suatu perairan (Satrioadjie, 2010).

Oksigen Terlarut

Kandungan oksigen terlarut merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh faktor suhu. Konsentrasi menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air. Peningkatan menyebabkan konsentrasi oksigen menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut (Yazwar, 2008).

Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme karena dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme dan efek tidak langsung meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakan organisme itu sendiri.Kandungan DO sangat berhubungan dengan tingkat pencemaran, jenis limbah dan banyaknya bahan organik di suatu perairan. Selain itu, kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah tergantung pada kadar DO dan banyaknya organisme pengurai (Ira, 2013).

(13)

vertikal yang menurun dengan meningkatnya kedalaman dan sebaliknya (Herawati, 2008).

Karakteristik kimiawi, oksigen terlarut memegang peranan sangat penting dalam perairan dalam fungsinya sebagai salah satu yang dibutuhkan oleh organisme perairan. Salah satu yang memengaruhi kadar oksigen terlarut di perairan adalah suhu. Oksigen terlarut juga menentukan kuantitas organisme suatu perairan. Selain itu oksigen terlarut juga dipengaruhi faktor lain seperti tekanan uap air dan salinitas. Oksigen larut di kolom air dengan berbagai reaksi dan proses kimia yang berlangsung di perairan, namun fluktuasi suhu akan menimbulkan perubahan konsentrasi oksigen terlarut di perairan (Purba dan Khan, 2010).

Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat diatmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi tergantung dari suhu, tekanan parsial oksigen dalam atmosfer, dan turbulensi air. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Herawati, 2008).

Nitrit

Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang

(14)

negatif bagi kehidupan fitoplankton. Daya racun ammonia akan meningkat sebanding dengan meningkatnya pH dan kandungan CO (Wulandari, 2009).

Rendahnya konsentrasi nitrit di lapisan permukaan karena pada lapisan ini oksigen yang tersedia cukup melimpah dengan adanya difusi oksigen dari atmosfir. Dengan bantuan bakteri, oksigen tersebut akan mengoksidasi nitrit menjadi nitrat sehingga konsentrasi nitrit di lapisan nitrit menjadi nitrat sehingga konsentrasi nitrit di lapisan permukaan menjadi kecil (Risamasu dan Prayitno, 2011).

Nitrat

Nitrogen merupakan bagian essensial dari seluruh kehidupan karena berfungsi sebagai pembentuk protein dalam pembentukan jaringan, sehingga aktivitas yang utama seperti fotosintesa dan respirasi tidak dapat berlangsung tanpa tersedianya nitrogen yang cukup (Herawati, 2008).

Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami.Nitrat merupakan salah satu nutrien senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan.Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutrient. Kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0.1 mg/1, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0.2 mg/1 maka akan mengakibatkan eutrofikasi (Ira, 2013).

(15)

unsur hara yang digunakan untuk menyusun klorofil, sehingga proses pembentukan klorofil pada fitoplankton akan terhenti dengan cepat jika terjadi defisiensi nitrat (Herawati, 2008).

Kadar nitrat semakin tinggi bila kedalaman bertambah, sedangkan untuk sebaran horizontal kadar nitrat semakin tinggi menuju ke arah pantai (Patty, 2015)

Fosfat

Fosfat merupakan nutrien metabolik yang sangat penting dan keberadaannya seringkali mempengaruhi produktivitas perairan umum. Fosfat merupakan salah satu unsur essensial bagi pembentukan protein dan metabolisme sel organisme. Dalam perairan, fosfor terdapat dalam senyawa fosfat yang berada dalam bentuk anorganik (orthofosfat, metafosfat dan polifosfat) dan organik dalam tubuh organisme melayang dan senyawaan organik. Polifosfat anorganik seringkali terdapat dalam perairan yang mengandung fosfor organik terlarut (Herawati, 2008).

Fosfat sangat diperlukan sebagai transfer energi dari luar ke dalam sel organisme, karena itu fosfat dibutuhkan dalam jumlah yang kecil (sedikit). Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.Konsentrasi fosfat jauh lebih kecil daripada konsentrasi ammonia dan nitrat. Fosfor dan nitrogen biasanya berada dengan perbandingan 1 : 15. Kenaikan jumlah sel diatom diiringi dengan penurunan kadar fosfat (Wulandari, 2009).

(16)

organik. Fosfat dalam suatu perairan bersumber dari diantaranya limbah industri, domestik dan pertanian, serta hancuran bahan organic (Ira, 2013).

Tingginya kadar fosfat di dasar perairan karena dasar perairan umumnya kaya akan zat hara, baik yang berasal dari dekomposisi sedimen maupunsenyawa-senyawa organik yang berasaldari jasad flora dan fauna yang mati (Patty, 2015).

Substrat

Substrat dasar perairan merupakan salah satupotensi abiotik yang luar biasa.Substrat bergunasebagai habitat, tempat mencari makan, dan memijahbagi sebagian besar organisme akuatik. Selain itu dasar perairan memiliki komposisiyang sangat kompleks mulai dari substrat berukuran kecil sampai batu-batuan (Ningsih, dkk., 2013).

Ukuran sangat berpengaruh dalam menentukan kemampuan gastropoda dan bivalvia menahan sirkulasi air. Bahan organik dan tekstur sedimen sangat menentukan keberadaan dari gastropoda dan bivalvia. Tekstur sedimen atau substrat dasar merupakan tempat untuk menempel dan merayap atau berjalan, sedangkan bahan organik merupakan sumber makanannya. Semakin halus tekstur substrat dasar maka kemampuan dalam menjebak bahan organik akan semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran butir sedimen turut mempengaruhi kandungan bahan organik dalam sedimen atau dapat dikatakan semakin kecil ukuran partikel sedimen semakin besar kandungan bahan organiknya (Riniatsih dan Kushartono, 2009).

(17)

Kandungan bahan organik yang tinggi akan mempengaruhi tingkat keseimbangan perairan. Tingginya kandungan bahan organik akan mempengaruhi kelimpahan organisme, dimana terdapat organisme-organisme tertentu yang tahan terhadap tingginya kandungan bahan organik tersebut, sehingga dominansi oleh spesies tertentu dapat terjadi (Perdana, dkk., 2014)

Karbon organik merupakan indikator kesuburan dan faktor penentu pertumbuhan pada substrat. Komunitas yang hidup dalam substrat akan merombak karbon organik menjadi bahan makanan yang digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (Kelana, dkk., 2015).

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Communication interpersonal ustadz is a process interaction in interpersonal done by ustadz with students ( santri ) in an effort to give a lesson about akhlakul karimah in a hut

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Dili, Timor Timur, lokasi penelitian berada di Formasi Suai yang terdiri dari endapan pantai yang termampatkan lemah, terdiri dari kerikil,

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri dalam menghadapi Perubahan body Image saat menarche di SMP Negeri 01 Ngluwar Magelang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perhitungan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT.Hirose Electric Indonesia dalam 2 tahun pajak terakhir telah

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, bentonit alam yang diperoleh dari daerah Muara Lembu Kabupaten Sengingi Propinsi Riau Daratan dapat

Dari hasil Survei Industri menunjukkan bahwa jumlah perusahaan industri besar/sedang di Kecamatan Mandonga tahun 2013, sebagaimana yang disajikan pada Tabel 7.1.4,

Selanjutnya dilakukan tahap deasetilasi kitin menjadi kitosan dengan menggunakan larutan basa konsentrasi tinggi yaitu 50% pada suhu 100 °C selama 6 jam.. Hasil