• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Formulasi Mikonazol Nitrat dalam Sediaan Nanoemulsi dan Krim terhadap Aktivitas Antijamur Tricophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Candida albicans

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Formulasi Mikonazol Nitrat dalam Sediaan Nanoemulsi dan Krim terhadap Aktivitas Antijamur Tricophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Candida albicans"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi jamur superfisial pada kulit, rambut dan kuku telah meningkat di seluruh dunia. Diperkirakan sekitar 20-25% menderita infeksi jamur di negara-negara yang sedang berkembang (Havlickova, 2008). Mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk negara tropis. Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi, merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat ditemukan hampir di semua tempat (Adiguna, 2001). Data Profil Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa, berdasarkan jumlah kunjungan pasien di rumah sakit seluruh Indonesia penyakit infeksi jamur pada kulit menjadi peringkat 3 dari 10 besar penyakit rawat jalan pada tahun 2011 (Depkes RI, 2012).

Perkembangan infeksi jamur bisa menjadi cepat dan serius jika fungsi imun menurun (Ameen, 2010). Dermatofita merupakan kelompok jamur yang paling sering menyebabkan tinea dan onichomycosis. Infeksi candida juga merupakan infeksi jamur kulit yang paling luas (Zhang, et al., 2007). Bahkan, candida dapat menyerang jaringan yang lebih dalam serta darah yang mengarah

pada kandidiasis sistemik, saat sistem kekebalan tubuh melemah (Vermand dan Pathak, 2012).

(2)

senyawa antijamur topikal telah digunakan dalam pengobatan berbagai infeksi kulit. Salah satu antijamur topikal adalah golongan imidazol. Saat ini, obat-obat antijamur yang tersedia dalam bentuk sediaan konvensional adalah gel, lotio, dan krim (Gungor, et al., 2013).

Efisiensi pengobatan antijamur secara topikal tergantung pada penetrasi obat melalui jaringan target. Oleh karena itu konsentrasi kadar efektif obat harus tercapai di dalam kulit. Pemberian antijamur secara topikal, zat aktif obat harus dapat melewati stratum corneum, yang merupakan lapisan terluar dari kulit, terutama ke epidermis (Lee dan Maibach, 2006).

Mikonazol nitrat merupakan salah satu senyawa antijamur spektrum luas kelompok imidazol (Sanap dan Mohanta, 2014). Obat antifungi ini bersifat fungisid yang digunakan pada pengobatan infeksi fungi secara topikal dan transdermal (Samira, et al., 2011). Obat ini bekerja dengan menghambat biosintesis ergosterol pada membran sel jamur yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada dinding sel jamur, sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran, dan pada akhirnya menyebabkan sel jamur kehilangan nutrisi selulernya. Obat ini terutama digunakan untuk pengobatan penyakit kulit mikosis (Gossel, 1985).

(3)

Kulit terdiri dari beberapa lapisan dan dengan adanya stratum korneum sebagai penghalang teratas pada kulit menyebabkan keterbatasan penetrasi zat-zat aktif (Van de Sandt, 2000). Stratum korneum merupakan organ target pada pengobatan mikosis, dan peningkatan bioavailabilitas lokal mengarah pada meningkatnya efikasi dari formulasi. Untuk pengobatan yang lebih efektif, obat harus sampai ketapak infeksi dengan cukup (Tenjarla, et al., 1998).

Beberapa penelitian sebelumnya telah menggunakan metode kompleksasi dengan siklodekstrin untuk meningkatkan pemberian secara oral dan topikal dari mikonazol nitrat (Pedersen, 1994). Pendekatan yang lain telah menggunakan emulsi submicron mikonazol nitrat untuk meningkatkan penetrasi pada pemberian secara topikal (Wehrle, et al., 1996) dan chewing gum yang mengandung mikonazol nitrat untuk pemberian secara buccal (Pedersen dan Rassing, 1991). Beberapa metode baru juga telah digunakan dalam pengembangan formulasi mikonazol nitrat tetapi kadarnya tetap rendah (Kumar, et al., 2015).

Untuk merancang formulasi mikonazol nitrat yang efektif telah lama menjadi sebuah tantangan yang besar yang disebabkan efikasi menjadi sangat terbatas karena ketidakstabilan atau kelarutan obat yang buruk dalam pembawanya. Salah satu sediaan farmasi yang dapat digunakan dalam sistem penghantaran obat untuk mengatasi masalah di atas adalah sistem penghantaran obat nanoemulsi, yang diterapkan untuk meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas dari obat yang bersifat lipofilik (Shinde, 2013).

(4)

biasanya berkisar 10-500 nm, stabilitasnya yang panjang, pembuatannya mudah dan kelarutan molekul obat yang tinggi membuat tehnik ini menjadi sistem yang menjanjikan pada penyampaian obat (Azeem, et al., 2009). Nanoemulsi tidak mengalami creaming, sedimentasi, dan flokulasi atau koalesensi dibandingkan makroemulsi (Guglielmini, 2008). Nanoemulsi juga berpotensi sebagai pembawa dalam pengobatan topikal karena mampu mengoptimalkan dispersi zat aktif di lapisan kulit (Samira, et al., 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian pengembangan formulasi mikonazol nitrat dalam bentuk nanoemulsi dengan harapan mempunyai penetrasi yang lebih baik dan efektif sebagai antijamur. Dalam konteks ini, formulasi memainkan peran utama untuk penetrasi obat ke dalam kulit. Penelitian ini fokus pada senyawa antiamur topikal yang digunakan dalam pengobatan berbagai infeksi jamur superfisial kulit.

(5)

1.2. Kerangka Pikir Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

(6)

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah mikonazol nitrat dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan nanoemulsi dan krim yang stabil?

2. Apakah sediaan nanoemulsi mikonazol nitrat memiliki kemampuan penetrasi yang lebih baik dibandingkan bentuk sediaan krim menggunakan sel difusi franz?

3. Apakah formula nanoemulsi mikonazol nitrat memiliki aktivitas antijamur yang lebih baik dibandingkan bentuk sediaan krim pada uji in vitro terhadap jamur Trichophyton mentagropytes, Microsporum canis dan Candida albicans?

1.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mikonazol nitrat dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan nanoemulsi dan krim yang stabil.

2. Nanoemulsi mikonazol nitrat memiliki kemampuan penetrasi yang lebih baik dibandingkan bentuk sediaan krim menggunakan sel difusi franz. 3. Nanoemulsi mikonazol nitrat memiliki aktivitas antijamur yang lebih baik

(7)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk membuat formula nanoemulsi dan krim mikonazol nitrat yang stabil.

2. Untuk membandingkan kemampuan penetrasi dari nanoemulsi dan krim mikonazol nitrat menguunakan sel difusi franz.

3. Untuk membandingkan aktivitas antijamur dari nanoemulsi dan krim mikonazol nitrat pada uji invitro terhadap jamur Trichophyton mentagropytes, Microsporum canis dan Candida albicans.

1.6. Manfaat Penelitian

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

Referensi

Dokumen terkait

stereotipe “ Dang Jolma ” oleh masyarakat Tapanuli Tengah terhadap efektivitas komunikasi antarbudaya dengan masyarakat Suku Nias di Kelurahan

Dengan landasan pengertian diatas subjek penelitian ini adalah yaitu Kepala UPT Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat Wilayah Pelayanan I Cianjur sebagai pimpinan semua

Eduardo Somarriba Chavez ∙ Rolando Cerda Bustillos ∙ Carlos Astorga Domian Francisco Quesada Chaverri ∙ Nelly

Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model pembelajaran

Berbeda dengan model VRPTW pada umumnya dimana time windows adalah batasan waktu kedatangan dan keberangkatan dari alat transportasi, maka pada model di penelitian ini

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Ilmu Al-Qur’an dan Hadits Dosen Pengampu : Dr.. Umi

Apabila suatu pelayanan menggunakan beberapa IP address yang berbeda, kemudian apabila ada pengirim mengirimkan data menuju ke pelayanan tersebut maka akan diteruskan ke salah

yang kreatifitasnnya akan menunjukkan belajar dengan penuh kesadaran, kesungguhan, tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan pengetahuan dan