• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera)Dalam Ransum Berbentuk Pelet Terhadap Karkas Kelinci New Zealand White Jantan Lepas Sapih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera)Dalam Ransum Berbentuk Pelet Terhadap Karkas Kelinci New Zealand White Jantan Lepas Sapih"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi daun kelor (Moringa oleifera )

Kingdom: Plantae (Tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan

berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi:

Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping

dua/dikotil),Sub Kelas: Dilleniidae, Ordo: Capparales, Famili:Moringaceae,

Genus:Moringa, Spesies:Moringa oleifera (Guevara et al., 1999).

Gambar 1. Tanaman Kelor (Moringa oleifera)

Kelor merupakan tanaman yang dapat mentolerir berbagai kondisi

lingkungan, sehingga mudah tumbuh meski dalam kondisi ekstrim seperti

temperatur yang sangat tinggi, di bawah naungan dan dapat bertahan hidup di

daerah bersalju ringan. Kelortahan dalam musim kering yang panjang dan tumbuh

dengan baik di daerah dengan curah hujan tahunan berkisar antara 250 sampai

1500 mm. Meskipun lebih suka tanah kering lempung berpasir atau lempung,

tetapi dapat hidup ditanah yang didominasi tanah liat(Guevara et al., 1999).

Moringa oleifera (sinonim: Moringa pterygosperma gaertner) yang kita

kenal dengan nama Kelor adalah species yang paling terkenal dari tiga belas

(2)

di barat laut India, wilayah pegunungan Himalaya bagian selatan.Nama "Shigon"

untuk Kelor telah disebutkan dalam kitab "Shushruta Sanhita" yang ditulis pada

awal abad pertama Masehi.Ada bukti bahwa Kelor ini telah dibudidayakan di

India sejak ribuan tahun yang lalu.Masyarakat kuno India tahu bahwa biji-bijian

mengandung minyak nabati dan mereka menggunakannya untuk tujuan

pengobatan.Sekarang, masyarakat India pada umumnya memanfaatkan Kelor

sebagai pakan ternak.

Meskipun merupakan tanaman asli kaki bukit selatan Himalaya, namun

Kelor hadir di semua negara-negara tropis.Saat ini Kelor dibudidayakan di seluruh

Timur Tengah, dan di hampir seluruh daerah tropis.Pertama kali diperkenalkan di

Afrika Timur dari India pada awal abad 20. Di Nikaragua, Kelor dikenal dengan

nama Marango dan diperkenalkan pada tahun 1920 sebagai tanaman hias dan

untuk digunakan sebagai pagar hidup. Pohon Kelor tumbuh sangat baik dan paling

sering ditemukan di bagian Pasifik Nikaragua, tetapi Kelor pun dapat ditemukan

di kawasan hutan di setiap negara bagiannya.

Sumber lain menyebutkan, Kelor merupakan tanaman asli dari wilayah

barat dan sekitar sub-Himalaya, India, Pakistan, Asia Kecil, Afrika dan Arabia

(Somalia et al, 1984; Mughal et al, 1999) dan sekarang didistribusikan di Filipina,

Kamboja, Amerika Tengah, Amerika Utara dan Selatan serta Kepulauan Karibia

(Sakuraib H, 1999).

Kelor(Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang

(perenial) dengan tinggi 7 -12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna

putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang

(3)

secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah

maupun dataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 m dpl, banyak ditanamsebagai

tapal batas atau pagar di halaman rumah atau lading (Makkar and

Becker, 1996).

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Daun Kelor (Moringa oleifera )dalam bentuk kering

Nama Sampel PK BK SK LK KA ME

Daun Kelor 23,03 40,98 14,94 4,92 59,02 3,531

Sumber; Loka Penelitian Kambing Potong (2016).

Karakteristik dan Potensi Ternak Kelinci

Kelinci dijinakkan sejak tahun 2000 tahun yang silam dengan tujuan

keindahan, penghasil daging, kulit (fur), wol dan hewan percobaan. Kelinci

mempunyai daya adaptasi tubuh yang tinggi sehingga mampu dikembangkan

hampir diseluruh dunia. Bahkan kelinci bisa berkembang didaerah dengan

populasi penduduk yang relatif tinggi. Sistem pencernaannya sederhana dengan

ceacumdan usus besar sehingga memungkinkan kelinci dapat memanfaatkan

bahan hijauan, rumput dan sejenisnya.

Bangsa kelinci mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Subfilum : Vertebrata, Kelas : Mamalia,

Ordo : Lagomorpha, Famili : Leporidae, Subfamili: Leporine, Genus : Lepus,

Orictolagus, Spesies : Lepus sp, Orictolagus sp(Susilorini, 2008).

Seekor kelinci bias menghasilkan anak dengan kisaran 48-74 ekor dalam

setahun lebih banyak dibandingkan dengan sapi (0,9), domba

(1,5) dan kambing (1,5), seperti yang tertera dalam kelinci mempunyai konversi

(4)

Bibit kelinci yang dipelihara adalah jenis kelinci New Zealand White. Jenis

ini merupakan salah satu jenis kelinci pedaging yang memiliki pertambahan bobot

badan yang baik. Dalam memilih bibit biasa dilihat dari beberapa aspek tampilan

tubuh jenis dan umur. Ciri-ciri tampilan tubuh yaitu sehat, bentuk badan baik,

kaki lurus tidak bengkok, telinga tegak, bulu mengkilap, dan mata bersinar. Hal

ini sesuai dengan pendapat Mansur (2009) bahwa bibit kelinci yang baik yaitu

penampilan secara umum Nampak tegap, gerakannya lincah, bulu halus

mengkilap dan tidak rontok, pandangan mata tajam, nafsu makan baik, kaki tidak

bengkok tampilan lurus tegap dan kokoh menyangga badan dan ekor naik

mengikuti arus tulang punggung.

Gambar 2. Janis kelinci New Zealand whiteJantan

Kelinci merupakan ternak pseudo-ruminantyaitu herbivora yang tidak

dapat mencerna serat kasar dengan baik. Menurut Tillman et al., (1991), kelinci

mampu mencerna serat kasar dari 10-12% dari berat kering pakan, kemampuan

kelinci mencerna serat kasae dan lemak bertambah setelah kelinci berumur 5-12

minggu.kelinci memfermentasikan pakan diusus belakangnya. Fermentasi hanya

terjadi diceacum (bagian pertama usus besar), yang kurang lebih mencapai 50%

(5)

Kelinci merupakan ternak yang cocok dipelihara dinegara berkembang dan

mulai memanfaatkan kelinci sebagai sumber daging. Selain itu, kelinci juga

memiliki potensi: 1), ukuran tubuh yang kecil, sehingga tidak memerlukan banyak

ruang, 2), tidak memerlukan biaya yang besar dalam investasi ternak dan

kandang, 3), umur dewasa yang singkat (4-5 bulan), 4), kemampuan berkembang

biak yang tinggi, 5), masa penggemukan yang singkat (kurang dari 2 bulan sejak

sapih), (El-Raffa, 2004).

Kelinci memiliki tabiat menarik sekali dan juga sangat menarik dan juga

sangat penting yaitu makan tinjanya (proses ini disebut Coprophagy). Kelinci

mengeluarkan 2 macam tinja. Pada siang hari, butir tinja keras dan kering. Akan

tetapi pada malam hari dan pagi hari, tinja lembek dan berlendir. Komposisi

kotoran lunak yang dikeluarkan sangat berbeda dari kotoran keras. Kotoran lunak

diselaputi mukosa, mengandung sediit bahan kering (31%) tetapi tinggi dalam

protein (28,5%) kalau dibandingkan dengan kotoran keras yang mengandung 53%

bahan kering dan 9,2% protein. Kotoran lunak juga mengandung banyak vitamin

B (Smith dan Mangoewidjojo, 1988).

Konsumsi daging sangat ditentukan oleh kandungan nutrisinya. Saat ini

kalangan tertentu menghendaki daging dengan kandungan kolestrol rendah.Selera

konsumen sudah mengarah pada memilih daging yang kurang beresiko terhadap

kesehatan konsumen. Kadar kolestrol daging kelinci lebih rendah (39%)

dibandingkan daging ternak lain seperti sapi (50%), domba (59%) dan kambing

(61%) (Masanto dan Agus, 2010).

Daging kelinci memilikikadar gizi yang tinggi yaitu protein sebesar 20,8%

(6)

memiliki protein lebih rendah sebesar 16,3% dan lemak tinggi sebesar 22%

seperti yang tertera dalam tabel 2.

Tabel 2. Kadar gizi daging kelinci dibandingkan ternak lainnya

Jenis Ternak Protein (%) Lemak (%) Kadar Air (%) Kalori (%)

Pakan kelinci antara lain wortel, sayur-mayur dan tumbuhan lainnya.

Kelinci termasuk hewan herbivore.Selain sayuran, kelinci makan rumput, bekatul,

ampas tahu dan gandum.Kelinci termasuk dalam hewan malam hari, yaitu hewan

yang banyak melakukan kegiatan di malam hari.Jadi saat menjelang malam,

makanan dan minum harus tersedia lebih banyak dibandingkan siang hari,

sedangkan disiang hari lebih banyak beristirahat (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).

Temperatur yang ideal didalam kandang kelinci berkisar antara

15-16o.Meskipun demikian, pada temperatur 10-30oCternak kelinci masih dapat

hidup dan berkembangbiak dengan baik.Pada temperatur yang sangat rendah

dibawah 10oC ternak kelinci berusaha untuk mengkonsumsi pakan lebih banyak

sehingga berakibat “over consumption”.Anak-anak kelinci yang dilahirkan pada

suhu dibawah optimal mengalami kelainan ginjal (nephritis) dan menggigil.

Sebaliknya, pada temperatur yang terlalu tinggi (diatas 30oC) terutma jenis kelinci

New Zealand White menunjukkan sulit bernapas (panting) dan fertilitas pejantan

menurun. Temperatur di atas 30OC mempunyai efek negatif terhadap fertilitas

(kualitas semen kelinci jantan rendah) dan meningkatkan kematian embrio

(7)

kelinci muda dan menaikkan biaya pakan setiap unit bobot badan

(Kartadisastra, 1997).

Sistem Pecernaan Kelinci

Kelinci termasuk jenis ternak pseudo-ruminant, yaitu herbivora yang tidak

dapat mencerna serat kasar secara baik, kelinci memfermentasi pakan diusus

belakangnya. Fermentasi hanya terjadi diceacum (bagian pertama usus besar),

yang kurang lebih 50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaan.Sekitar umur

tiga minggu kelinci mulai mencerna kembali kotoran lunaknya, langsung dari

anus (proses ini disebut caecotrophy) tanpa pengunyahan. Kotoran ini terdiri atas

konsentrat bakteri yang dibungkus oleh mucus. Walaupun memiliki ceacum yang

besar, kelinci ternyata tidak mampu mencerna bahan-bahan organic dan serat

kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia murni.

Daya cerna mengkonsumsi hijauaan daun mungkin hanya 10%

(Sarwono, 2007).

Gambar 3. Sistem pencernan kelinci New Zealand WhiteJantan

Asam-asam lemak terbang (VFA= Valatie Fatty Acid s) hasil fermentasi

oleh mikroba dalam ceacum diperkirakan menyumbang 30% dari kebutuhan

(8)

pada tingkat lebih tinggi dari pada herbivora lain. Hal inimungkin berhubungan

dengan sifat-sifat caecotrophy (memakan kotoran sendiri) yang dimiliki oleh

kelinci. Kemampuan kelinci mencerna serat kasar (ADF= Acid Detergent Fiber)

dan lemak semakin bertambah setelah kelinci berumur 5-12 minggu. Pencegahan

caecotrophy pada kelinci umur 6-8 minggu menyebabkan penurunan

pertumbuhan dan penurunan kemampuan daya cerna protein 77% menjadi 60%.

Pembuangan ceacum melalui pembelahan menghasilkan pembesaran colon

(usus besar). Ternyata kelinci tanpa ceacum tidak melakukan ceacotrophy.

Komposisi kotoran lunak yang dikeluarkan sangat berbeda dari kotoran keras

yang dikeluarkan. Kotoran lunak tetapi tinggi dalam protein (28,5%) kalau

dibaandingkan dengan kotoran keras yang mengandung 53% bahan kering dan

9,2% protein. Kotoran lunak juga mengandung banyak vitamin B

(Parakkasi1983).

Kebutuhan Pakan Dan Nutrisi Ternak Kelinci

Untuk memaksimalkan pertumbuhan dan kerja sistem tubuh kelinci, pakan

yang diberikan harus memiliki kandungan gizi yang baik dan seimbang. Hal

tersebut dapat dicapai salah satunya dengan cara pemberian pakan yang

bervariasi. Pakan yang diberikan untuk kelinci sedikitnya mengandung unsure gizi

seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, serat kasar, kadar garam, mineral dan

air. Pemberian air yang cukup juga dapat membantu memperbaiki sistem

metabolisme tubuh kelinci jangan sampai telat atau kehabisan

(Masanto dan Agus, 2010).

Pakan bagi ternak sangat besar peranannya, pemberian pakan yang

(9)

diberikan hendaaknya memiliki persyaratan kandungan gizi yang lengkap seperti

protein, karbohidrat, mineral, vitamin, digemari ternak dan mudah dicerna

(Anggorodi, 1990).

Protein dalam ransum ternak mempunyai peranan penting diantaranya

untuk pembentukan jaringan tubuh, misalnya urat-urat, daging dan kulit. Selain

itu, protein juga berfungsi memproduksi air susu, pertumbuhan badan dan

pertumbuhan bulu. Kekurangan protein pada ternak kelinci dan hewan lainnya

dapat menghambat pertumbuhan sehingga tubuh ternak tidak normal

(Rukmana 2011).

Berikut tabel kebutuhan ransum pada kelinci lepas sapih:

Tabel.3. Kebutuhan Nutrisi Kelinci Lepas Sapih

Zat Pakan Jumlah (%)

Sumber: AAK (1980), Mansur (2009), Masanto (2009).

Menurut Rasyaf (1990), energy merupakan unsure yang penting bagi

ternak. Bila energy kurang, protein akan diubah menjadi energi dan energi

mempunyai cadangan dalam bentuk lemak. Energi berkaitan erat dengan

konsumsi protein. Dimana kebutuhan protein berbeda sesuai dengan umur, tipe

dan macam ternak tersebut. Singh (1997), mengemukakan bahwa, pakan kelinci

terdiri dari 3% lemak. Penambahan lemak sekitar 6% dalam pakan dapat

meningkatkan pertumbuhan kelinci. Penambahan lemak akan meningkatkan

(10)

Jumlah makanan kelinci perhari/ekor: a), bobot 5kg : 200g, b), bobot 3kg :

160-170g, c), bobot 2,5kg : 120g, d), bobot 7,5kg : 270g, (Reksohadiprojo, 1984).

Teknologi pengolahan pakan Berbentuk Pelet

Merupakan jenis pakan berbentuk padat yang terdiri atas campuran dari

berbagai jenis pakan. Beberapa komponen penyusun khusus kelinci ini

diantaranya ampas tahu, bekatul, jagung, biji-bijian atau kacang-kacangan dan

pakan hijauan. Karena kandungaan gizinya yang cukup lengkap, dapat

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi kelinci. Penggunaan pakan juga

lebih praktis dan dapat membuat kandang tetap terjaga kebersihannya. Pasalnya,

pakan tidak akan banyak berceceran dan kering. Bagi peternak kelinci yang

berminat membeli pakan dapat dapat mencarinya dibeberapa peternak kelinci

yang memproduksi . Namun, untuk menghemat biaya, juga bisa juga dibuat atau

diolah sendiri (Priyatna, 2011).

Untuk membuat pakan bentuk crumbleatau dari pakan bentuk tepung maka

harus dilakukan proses lebih lanjut. Selain itu juga perlu dilakukan pengujian

kepadatan atau kerekatannya jika mau dibuat pakan bentuk . Caranya ambil pakan

berbentuk secukupnya lalu dijemur. Setelah kering, kalau yang dihasilkan keras

dan tidak mudah pecah berarti baik. Namun jika kurang keras dan mudah pecah

maka dapat diberikan perekat sintesis(white pellard) atau tepung tapioca.

Penambahan bahan tersebut bertujuan untuk membantu tingkat kekerasan seperti

yang diinginkan (Rasidi, 2002).

Berikut adalah tabel bahan pakan yang digunakan sebagai penyusun

(11)

Tabel 4. Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun pelet

Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan Pakan Ternak (2013) Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong (2013)

Bobot Potong

Bobot potong merupakan bobot hidup akhir seekor ternak sebelum

dipotong/disembelih.Semakin tinggi bobot sapih pada seekor ternak maka

semakin tinggi pula bobot potong. Bobot potong yang tinggi akan menghasilkan

bobot karkas yang tinggi pula. Semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi

persentase bobot karkasnya. Hal ini disebabkan proporsi bagian-bagian tubuh

yang menghasilkan daging akan bertambah selaras dengan ukuran bobot tubuh

(Muryanto dan Prawirodigdo 1993). Potongan komersil kelinci juga sangat

dipengaruhi oleh bobot potongnya (Herman, 1983).Pertumbuhan dapat terjadi

karena peningkatan jumlah dan pertambahan ukuran sel tubuh, proses tersebut

terjadi sejalan dengan umur dan kondisi ternak(Yurmiaty 2006).

Sebelum penyembelihan dilakukan, sebaiknya dilakukan starving yaitu

perlakuan terhadap kelinci, dimana kelinci tersebut tidak diberi pakan selama 6-10

jam. Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mengosongkan usus yang akan

menentukan besarnya persentase karkas. Perlu diperhatikan bahwa untuk

mencegah terjadinya dehidrasi dan penurunan berat badan khususnya pada daerah

(12)

cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Penyembelihan pada kelinci prinsipnya

adalah sama dengan ternak lainnya yakni memutuskan saluran darah balik (Vena

Jugularis) pada bagian antara kepala dan leher untuk menghasilkan daging dan

kulit yang berkualitas tinggi. Penyembelihan dapat dilakukan oleh dua orang,

seorang memegang ternak dan seorang lagi menyembelihnya, tetapi orang yang

sudah perpengalaman melakukannya sendiri.Penyembelihan dilakukan dengan

pisau yang cukup tajam dan diarahkan pada leher untuk memutuskan Vena

Jugularis. Kemudian setelah selesai disembelih, kelinci segera digantung

dengankaki belakang kearah atas untuk mempercepat pengeluaran darah

(Kartadisastra, 1997).

Perbedaan jumlah kandungan nutrisi dalam masing-masing pakan

perlakuan mempengaruhi tingkat pertumbuhan.Kandungan nutrisi dalam pakan

dinilai memberikan pengaruh yang baik terhadap bobot akhir kelinci.Dalam

penelitian ini menggunakan pakan perlakuan dengan komposisi nutrisi yang

berbeda-beda. Jadi semakin baik kualitas ransum akan meningkatkan bobot hidup

kelinci maka kemungkinkan hasil bobot potongnya akan lebih tinggi juga

(Ali et al., 2010),.

Bobot Karkas Dan Persentase Bobot Karkas Kelinci

Bobot karkas diperoleh dari hasil penimbangan daging bersama tulang,

hasil pemotongan setelah dipisah dari kepala, kaki, kulit, darah dan pengeluaran

isi rongga perut.Rahman (2014), sedangkan persentase karkas merupakan

perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup saat dipotong (dikurangi isi

(13)

Karkas pada ternak kelinci diperoleh dari hasil penimbangan dari daging

bersama tulang kelinci yang telah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal

leher dan dari kaki sampai batas pergelangan kaki, isi rongga perut, darah, ekor

dan kulit. Besarnya bobot karkas tergantung besarnya kelinci yang akan dipotong

selain itu kondisi kelinci juga sangat berpengaruh diantaranya yang memiliki

bentuk badan bulat, Berbadan lebar padat dan singset menunjukkan keadaan fisik

yang prima dan bertenaga kuat mencerminkan kandungan dagingnya yang banyak

dan merupakan penghasil daging yang baik (Sarwono, 2001).

Karkas pada ternak kelinci adalah bagian tubuh yang sudah disembelih

dipisahkan kepala, jari sampai pergelangan kaki, kulit, ekor, jeroan (usus, jantung,

hati dan ginjal). Menurut pembagiannya, karkas ternak kelinci dapat dipotong

sesuai dengan porsinya masing-masing menjadi enam potong yaitu:

- Dua potong kaki depan

- Dua potong bagian dada sampai leher

- Dua potong kaki belakang

Persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dan bobot hidup

yang mempunyai faktor penting dalam produksi ternak potong sebenarnya,

karena dalam bobot hidup masih terdapat saluran pencernaan dan organ dalam

yang beratnya untuk masing-masing ternak berbeda. Persentase karkas

dipengaruhi oleh bertambahnya umur serta bobot hidup dan akan diikuti dengan

peningkatan bobot karkas yang dihasilkan, selain itu persentase karkas juga

dipengaruhi oleh umur potong dan jenis kelamin (Kartadisastra, 1998).

Persentase bobot karkas adalah perbandingan bobot karkas dan bobot

(14)

karena dalam bobot hidup masih terdapat saluran pencernaan dan organ dalam

yang beratnya untuk masing-masing ternak berbeda. Persentase karkas

dipengaruhi oleh bertambahnya umur serta bobot hidup dan akan diikuti dengan

peningkatan bobot karkas yang dihasilkan, selain itu persentase karkas juga

dipengaruhi umur potong dan jenis kelamin (Soeparno 1994).

Faktor yang mempengaruhi bobot karkas adalah umur, jenis dan pakan

(lemak dan protein) dan kelinci New Zealand White yang digunakan umur 2 bulan

dan bobot potong 1674-1858 g/ekor (Supriyadi 2013).

Proporsi bagian-bagian karkas ini dipengaruhi oleh proporsi jaringan

tulang, daging dan lemak.Kenaikan persentase bagian karkas ini sejalan dengan

kenaikan persentase karkas.Meskipun demikian secara umum dapat dilihat bahwa

rataan persentase bagian-bagian karkas daging kelinci, pada persentase daging

paha belakang, punggung, leher dada dan perut jantan lebih tinggi dari betina

(Hafid 2005).

Faktor yang mempengaruhi persentase karkas adalah umur potong dan

jenis kelamin.Kelinci jantan umur 5 bulan menghasilkan karkas 46% dan betina

44%.Kelinci jantan umur 8 bulan menghasilkan karkas sebesar 50% dan

betina55%.Seekor kelinci jantan dapat menghasilkan karkas sebanyak 43-52%

dan betina 50-59% dari berat hidupnya (Soeparno, 1994).

Persentase Daging dan Tulang

Persentase bobot daging dan tulang dihitung berdasarkan perbandingan

antara masing-masing berat daging dan tulang dengan bobot karkas dikali

100%.Rasio daging dan tulang diperoleh berdasarkan perbandingan total bobot

(15)

Daging Kelinci dapat dilihat pada jenis dan umur kelinci yang perlu

diperhatikan. Dari pengalaman para peneliti diketahui, kelinci jenis flemis giant,

Chinchilla, dan New Zealand White, berusia antara 4 – 6 bulan, disebut-sebut

yang paling pas dipilih untuk keperluan ini dan memiliki protein 30-40%.. Di

samping tekstur dagingnya yang empuk dan seratnya yang halus, rasanya pun

agak manis, khas daging kelinci (El-Raffa, 2004).

Faktor kondisi ternak pada saat pemotongan dapat menyebabkan

perbedaan komposisi kimia daging yang dihasilkan.Bobot karkas adalah salah

satu refleksi kondisi ternak.Bobot karkas dipengaruhi oleh interaksi antar bangsa

dan pakan yang menunjukkan bahwa efisiensi pemanfaatanenergi, protein dan

mungkin mineral pakan secara relatif berbeda di antara bangsa dan perlakuan

pakan, tetapi tidak selalu direfleksikan terhadap perbedaan komposisi kimia

daging (Soeparno, 1992).

Eviaty (1982)menyatakan bahwa jaringan tulang dari semua potongan

karkas mengalami pertumbuhan relatif dini dan persentase bobot jaringan tulang

akan berkurang dengan bertambahnya bobot masing-masing potongan karkas.

Persentase bobot tulang karkas akan berkurang dengan meningkatnya bobot tubuh

kosong maupun persentase daging.Lawrie (2003) dan Hafid (2011) yang

menyatakan bahwa proporsi tulang menurun dengan bertambahnya besar bobot

Gambar

Gambar 1. Tanaman Kelor (Moringa oleifera)
Gambar 2. Janis kelinci New Zealand whiteJantan
Tabel 2. Kadar gizi daging kelinci dibandingkan ternak lainnya Jenis Ternak Protein (%) Lemak (%) Kadar Air (%)
Gambar 3. Sistem pencernan kelinci New Zealand WhiteJantan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sistem penjajaran yang digunakan adalah SNF (Straight numerical filling), TDF (Terminal digit filling), MDF (middle digit filling). Dalam penyimpanan dokumen menggunkan

The researcher concludes that: 1) T alk Show technique improves students‟ participation in speaking. It can be seen from the percentage 47 % and 85% on the

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Efektivitas Pendidikan Kesehatan dengan Media Kalender oleh

Ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan makan di luar rumah, frekuensi makan, dan kepemilikan tempat sampah dengan kejadian demam

Fais (2009: 127) menetapkan masalah mutu layanan kesehatan dapat dikenali dengan berbagai cara antara lain: Melalui pengamatan langsung terhadap petugas kesehatan

efektivitas pemberian umpan balik ( feedback ) tes hasil belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran ekonomi yang dilakukan di SMA Islam Bawari Pontianak dapat

Hasil penelitian ini diperoleh tingkat kesegaran jasmani siswa Kelas Atas SD Negeri 2 Karangnongko, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, sebagian besar berada

Burke seperti yang dikutip oleh Reggio (2000:263) dalam penelitiannya “menunjukkan tingkat terjadinya burnout akan sangat tinggi pada profesi yang