TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi daun kelor (Moringa oleifera )
Kingdom: Plantae (Tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping
dua/dikotil),Sub Kelas: Dilleniidae, Ordo: Capparales, Famili:Moringaceae,
Genus:Moringa, Spesies:Moringa oleifera (Guevara et al., 1999).
Gambar 1. Tanaman Kelor (Moringa oleifera)
Kelor merupakan tanaman yang dapat mentolerir berbagai kondisi
lingkungan, sehingga mudah tumbuh meski dalam kondisi ekstrim seperti
temperatur yang sangat tinggi, di bawah naungan dan dapat bertahan hidup di
daerah bersalju ringan. Kelortahan dalam musim kering yang panjang dan tumbuh
dengan baik di daerah dengan curah hujan tahunan berkisar antara 250 sampai
1500 mm. Meskipun lebih suka tanah kering lempung berpasir atau lempung,
tetapi dapat hidup ditanah yang didominasi tanah liat(Guevara et al., 1999).
Moringa oleifera (sinonim: Moringa pterygosperma gaertner) yang kita
kenal dengan nama Kelor adalah species yang paling terkenal dari tiga belas
di barat laut India, wilayah pegunungan Himalaya bagian selatan.Nama "Shigon"
untuk Kelor telah disebutkan dalam kitab "Shushruta Sanhita" yang ditulis pada
awal abad pertama Masehi.Ada bukti bahwa Kelor ini telah dibudidayakan di
India sejak ribuan tahun yang lalu.Masyarakat kuno India tahu bahwa biji-bijian
mengandung minyak nabati dan mereka menggunakannya untuk tujuan
pengobatan.Sekarang, masyarakat India pada umumnya memanfaatkan Kelor
sebagai pakan ternak.
Meskipun merupakan tanaman asli kaki bukit selatan Himalaya, namun
Kelor hadir di semua negara-negara tropis.Saat ini Kelor dibudidayakan di seluruh
Timur Tengah, dan di hampir seluruh daerah tropis.Pertama kali diperkenalkan di
Afrika Timur dari India pada awal abad 20. Di Nikaragua, Kelor dikenal dengan
nama Marango dan diperkenalkan pada tahun 1920 sebagai tanaman hias dan
untuk digunakan sebagai pagar hidup. Pohon Kelor tumbuh sangat baik dan paling
sering ditemukan di bagian Pasifik Nikaragua, tetapi Kelor pun dapat ditemukan
di kawasan hutan di setiap negara bagiannya.
Sumber lain menyebutkan, Kelor merupakan tanaman asli dari wilayah
barat dan sekitar sub-Himalaya, India, Pakistan, Asia Kecil, Afrika dan Arabia
(Somalia et al, 1984; Mughal et al, 1999) dan sekarang didistribusikan di Filipina,
Kamboja, Amerika Tengah, Amerika Utara dan Selatan serta Kepulauan Karibia
(Sakuraib H, 1999).
Kelor(Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang
(perenial) dengan tinggi 7 -12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna
putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang
secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah
maupun dataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 m dpl, banyak ditanamsebagai
tapal batas atau pagar di halaman rumah atau lading (Makkar and
Becker, 1996).
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Daun Kelor (Moringa oleifera )dalam bentuk kering
Nama Sampel PK BK SK LK KA ME
Daun Kelor 23,03 40,98 14,94 4,92 59,02 3,531
Sumber; Loka Penelitian Kambing Potong (2016).
Karakteristik dan Potensi Ternak Kelinci
Kelinci dijinakkan sejak tahun 2000 tahun yang silam dengan tujuan
keindahan, penghasil daging, kulit (fur), wol dan hewan percobaan. Kelinci
mempunyai daya adaptasi tubuh yang tinggi sehingga mampu dikembangkan
hampir diseluruh dunia. Bahkan kelinci bisa berkembang didaerah dengan
populasi penduduk yang relatif tinggi. Sistem pencernaannya sederhana dengan
ceacumdan usus besar sehingga memungkinkan kelinci dapat memanfaatkan
bahan hijauan, rumput dan sejenisnya.
Bangsa kelinci mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Subfilum : Vertebrata, Kelas : Mamalia,
Ordo : Lagomorpha, Famili : Leporidae, Subfamili: Leporine, Genus : Lepus,
Orictolagus, Spesies : Lepus sp, Orictolagus sp(Susilorini, 2008).
Seekor kelinci bias menghasilkan anak dengan kisaran 48-74 ekor dalam
setahun lebih banyak dibandingkan dengan sapi (0,9), domba
(1,5) dan kambing (1,5), seperti yang tertera dalam kelinci mempunyai konversi
Bibit kelinci yang dipelihara adalah jenis kelinci New Zealand White. Jenis
ini merupakan salah satu jenis kelinci pedaging yang memiliki pertambahan bobot
badan yang baik. Dalam memilih bibit biasa dilihat dari beberapa aspek tampilan
tubuh jenis dan umur. Ciri-ciri tampilan tubuh yaitu sehat, bentuk badan baik,
kaki lurus tidak bengkok, telinga tegak, bulu mengkilap, dan mata bersinar. Hal
ini sesuai dengan pendapat Mansur (2009) bahwa bibit kelinci yang baik yaitu
penampilan secara umum Nampak tegap, gerakannya lincah, bulu halus
mengkilap dan tidak rontok, pandangan mata tajam, nafsu makan baik, kaki tidak
bengkok tampilan lurus tegap dan kokoh menyangga badan dan ekor naik
mengikuti arus tulang punggung.
Gambar 2. Janis kelinci New Zealand whiteJantan
Kelinci merupakan ternak pseudo-ruminantyaitu herbivora yang tidak
dapat mencerna serat kasar dengan baik. Menurut Tillman et al., (1991), kelinci
mampu mencerna serat kasar dari 10-12% dari berat kering pakan, kemampuan
kelinci mencerna serat kasae dan lemak bertambah setelah kelinci berumur 5-12
minggu.kelinci memfermentasikan pakan diusus belakangnya. Fermentasi hanya
terjadi diceacum (bagian pertama usus besar), yang kurang lebih mencapai 50%
Kelinci merupakan ternak yang cocok dipelihara dinegara berkembang dan
mulai memanfaatkan kelinci sebagai sumber daging. Selain itu, kelinci juga
memiliki potensi: 1), ukuran tubuh yang kecil, sehingga tidak memerlukan banyak
ruang, 2), tidak memerlukan biaya yang besar dalam investasi ternak dan
kandang, 3), umur dewasa yang singkat (4-5 bulan), 4), kemampuan berkembang
biak yang tinggi, 5), masa penggemukan yang singkat (kurang dari 2 bulan sejak
sapih), (El-Raffa, 2004).
Kelinci memiliki tabiat menarik sekali dan juga sangat menarik dan juga
sangat penting yaitu makan tinjanya (proses ini disebut Coprophagy). Kelinci
mengeluarkan 2 macam tinja. Pada siang hari, butir tinja keras dan kering. Akan
tetapi pada malam hari dan pagi hari, tinja lembek dan berlendir. Komposisi
kotoran lunak yang dikeluarkan sangat berbeda dari kotoran keras. Kotoran lunak
diselaputi mukosa, mengandung sediit bahan kering (31%) tetapi tinggi dalam
protein (28,5%) kalau dibandingkan dengan kotoran keras yang mengandung 53%
bahan kering dan 9,2% protein. Kotoran lunak juga mengandung banyak vitamin
B (Smith dan Mangoewidjojo, 1988).
Konsumsi daging sangat ditentukan oleh kandungan nutrisinya. Saat ini
kalangan tertentu menghendaki daging dengan kandungan kolestrol rendah.Selera
konsumen sudah mengarah pada memilih daging yang kurang beresiko terhadap
kesehatan konsumen. Kadar kolestrol daging kelinci lebih rendah (39%)
dibandingkan daging ternak lain seperti sapi (50%), domba (59%) dan kambing
(61%) (Masanto dan Agus, 2010).
Daging kelinci memilikikadar gizi yang tinggi yaitu protein sebesar 20,8%
memiliki protein lebih rendah sebesar 16,3% dan lemak tinggi sebesar 22%
seperti yang tertera dalam tabel 2.
Tabel 2. Kadar gizi daging kelinci dibandingkan ternak lainnya
Jenis Ternak Protein (%) Lemak (%) Kadar Air (%) Kalori (%)
Pakan kelinci antara lain wortel, sayur-mayur dan tumbuhan lainnya.
Kelinci termasuk hewan herbivore.Selain sayuran, kelinci makan rumput, bekatul,
ampas tahu dan gandum.Kelinci termasuk dalam hewan malam hari, yaitu hewan
yang banyak melakukan kegiatan di malam hari.Jadi saat menjelang malam,
makanan dan minum harus tersedia lebih banyak dibandingkan siang hari,
sedangkan disiang hari lebih banyak beristirahat (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
Temperatur yang ideal didalam kandang kelinci berkisar antara
15-16o.Meskipun demikian, pada temperatur 10-30oCternak kelinci masih dapat
hidup dan berkembangbiak dengan baik.Pada temperatur yang sangat rendah
dibawah 10oC ternak kelinci berusaha untuk mengkonsumsi pakan lebih banyak
sehingga berakibat “over consumption”.Anak-anak kelinci yang dilahirkan pada
suhu dibawah optimal mengalami kelainan ginjal (nephritis) dan menggigil.
Sebaliknya, pada temperatur yang terlalu tinggi (diatas 30oC) terutma jenis kelinci
New Zealand White menunjukkan sulit bernapas (panting) dan fertilitas pejantan
menurun. Temperatur di atas 30OC mempunyai efek negatif terhadap fertilitas
(kualitas semen kelinci jantan rendah) dan meningkatkan kematian embrio
kelinci muda dan menaikkan biaya pakan setiap unit bobot badan
(Kartadisastra, 1997).
Sistem Pecernaan Kelinci
Kelinci termasuk jenis ternak pseudo-ruminant, yaitu herbivora yang tidak
dapat mencerna serat kasar secara baik, kelinci memfermentasi pakan diusus
belakangnya. Fermentasi hanya terjadi diceacum (bagian pertama usus besar),
yang kurang lebih 50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaan.Sekitar umur
tiga minggu kelinci mulai mencerna kembali kotoran lunaknya, langsung dari
anus (proses ini disebut caecotrophy) tanpa pengunyahan. Kotoran ini terdiri atas
konsentrat bakteri yang dibungkus oleh mucus. Walaupun memiliki ceacum yang
besar, kelinci ternyata tidak mampu mencerna bahan-bahan organic dan serat
kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia murni.
Daya cerna mengkonsumsi hijauaan daun mungkin hanya 10%
(Sarwono, 2007).
Gambar 3. Sistem pencernan kelinci New Zealand WhiteJantan
Asam-asam lemak terbang (VFA= Valatie Fatty Acid s) hasil fermentasi
oleh mikroba dalam ceacum diperkirakan menyumbang 30% dari kebutuhan
pada tingkat lebih tinggi dari pada herbivora lain. Hal inimungkin berhubungan
dengan sifat-sifat caecotrophy (memakan kotoran sendiri) yang dimiliki oleh
kelinci. Kemampuan kelinci mencerna serat kasar (ADF= Acid Detergent Fiber)
dan lemak semakin bertambah setelah kelinci berumur 5-12 minggu. Pencegahan
caecotrophy pada kelinci umur 6-8 minggu menyebabkan penurunan
pertumbuhan dan penurunan kemampuan daya cerna protein 77% menjadi 60%.
Pembuangan ceacum melalui pembelahan menghasilkan pembesaran colon
(usus besar). Ternyata kelinci tanpa ceacum tidak melakukan ceacotrophy.
Komposisi kotoran lunak yang dikeluarkan sangat berbeda dari kotoran keras
yang dikeluarkan. Kotoran lunak tetapi tinggi dalam protein (28,5%) kalau
dibaandingkan dengan kotoran keras yang mengandung 53% bahan kering dan
9,2% protein. Kotoran lunak juga mengandung banyak vitamin B
(Parakkasi1983).
Kebutuhan Pakan Dan Nutrisi Ternak Kelinci
Untuk memaksimalkan pertumbuhan dan kerja sistem tubuh kelinci, pakan
yang diberikan harus memiliki kandungan gizi yang baik dan seimbang. Hal
tersebut dapat dicapai salah satunya dengan cara pemberian pakan yang
bervariasi. Pakan yang diberikan untuk kelinci sedikitnya mengandung unsure gizi
seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, serat kasar, kadar garam, mineral dan
air. Pemberian air yang cukup juga dapat membantu memperbaiki sistem
metabolisme tubuh kelinci jangan sampai telat atau kehabisan
(Masanto dan Agus, 2010).
Pakan bagi ternak sangat besar peranannya, pemberian pakan yang
diberikan hendaaknya memiliki persyaratan kandungan gizi yang lengkap seperti
protein, karbohidrat, mineral, vitamin, digemari ternak dan mudah dicerna
(Anggorodi, 1990).
Protein dalam ransum ternak mempunyai peranan penting diantaranya
untuk pembentukan jaringan tubuh, misalnya urat-urat, daging dan kulit. Selain
itu, protein juga berfungsi memproduksi air susu, pertumbuhan badan dan
pertumbuhan bulu. Kekurangan protein pada ternak kelinci dan hewan lainnya
dapat menghambat pertumbuhan sehingga tubuh ternak tidak normal
(Rukmana 2011).
Berikut tabel kebutuhan ransum pada kelinci lepas sapih:
Tabel.3. Kebutuhan Nutrisi Kelinci Lepas Sapih
Zat Pakan Jumlah (%)
Sumber: AAK (1980), Mansur (2009), Masanto (2009).
Menurut Rasyaf (1990), energy merupakan unsure yang penting bagi
ternak. Bila energy kurang, protein akan diubah menjadi energi dan energi
mempunyai cadangan dalam bentuk lemak. Energi berkaitan erat dengan
konsumsi protein. Dimana kebutuhan protein berbeda sesuai dengan umur, tipe
dan macam ternak tersebut. Singh (1997), mengemukakan bahwa, pakan kelinci
terdiri dari 3% lemak. Penambahan lemak sekitar 6% dalam pakan dapat
meningkatkan pertumbuhan kelinci. Penambahan lemak akan meningkatkan
Jumlah makanan kelinci perhari/ekor: a), bobot 5kg : 200g, b), bobot 3kg :
160-170g, c), bobot 2,5kg : 120g, d), bobot 7,5kg : 270g, (Reksohadiprojo, 1984).
Teknologi pengolahan pakan Berbentuk Pelet
Merupakan jenis pakan berbentuk padat yang terdiri atas campuran dari
berbagai jenis pakan. Beberapa komponen penyusun khusus kelinci ini
diantaranya ampas tahu, bekatul, jagung, biji-bijian atau kacang-kacangan dan
pakan hijauan. Karena kandungaan gizinya yang cukup lengkap, dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi kelinci. Penggunaan pakan juga
lebih praktis dan dapat membuat kandang tetap terjaga kebersihannya. Pasalnya,
pakan tidak akan banyak berceceran dan kering. Bagi peternak kelinci yang
berminat membeli pakan dapat dapat mencarinya dibeberapa peternak kelinci
yang memproduksi . Namun, untuk menghemat biaya, juga bisa juga dibuat atau
diolah sendiri (Priyatna, 2011).
Untuk membuat pakan bentuk crumbleatau dari pakan bentuk tepung maka
harus dilakukan proses lebih lanjut. Selain itu juga perlu dilakukan pengujian
kepadatan atau kerekatannya jika mau dibuat pakan bentuk . Caranya ambil pakan
berbentuk secukupnya lalu dijemur. Setelah kering, kalau yang dihasilkan keras
dan tidak mudah pecah berarti baik. Namun jika kurang keras dan mudah pecah
maka dapat diberikan perekat sintesis(white pellard) atau tepung tapioca.
Penambahan bahan tersebut bertujuan untuk membantu tingkat kekerasan seperti
yang diinginkan (Rasidi, 2002).
Berikut adalah tabel bahan pakan yang digunakan sebagai penyusun
Tabel 4. Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun pelet
Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan Pakan Ternak (2013) Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong (2013)
Bobot Potong
Bobot potong merupakan bobot hidup akhir seekor ternak sebelum
dipotong/disembelih.Semakin tinggi bobot sapih pada seekor ternak maka
semakin tinggi pula bobot potong. Bobot potong yang tinggi akan menghasilkan
bobot karkas yang tinggi pula. Semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi
persentase bobot karkasnya. Hal ini disebabkan proporsi bagian-bagian tubuh
yang menghasilkan daging akan bertambah selaras dengan ukuran bobot tubuh
(Muryanto dan Prawirodigdo 1993). Potongan komersil kelinci juga sangat
dipengaruhi oleh bobot potongnya (Herman, 1983).Pertumbuhan dapat terjadi
karena peningkatan jumlah dan pertambahan ukuran sel tubuh, proses tersebut
terjadi sejalan dengan umur dan kondisi ternak(Yurmiaty 2006).
Sebelum penyembelihan dilakukan, sebaiknya dilakukan starving yaitu
perlakuan terhadap kelinci, dimana kelinci tersebut tidak diberi pakan selama 6-10
jam. Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mengosongkan usus yang akan
menentukan besarnya persentase karkas. Perlu diperhatikan bahwa untuk
mencegah terjadinya dehidrasi dan penurunan berat badan khususnya pada daerah
cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Penyembelihan pada kelinci prinsipnya
adalah sama dengan ternak lainnya yakni memutuskan saluran darah balik (Vena
Jugularis) pada bagian antara kepala dan leher untuk menghasilkan daging dan
kulit yang berkualitas tinggi. Penyembelihan dapat dilakukan oleh dua orang,
seorang memegang ternak dan seorang lagi menyembelihnya, tetapi orang yang
sudah perpengalaman melakukannya sendiri.Penyembelihan dilakukan dengan
pisau yang cukup tajam dan diarahkan pada leher untuk memutuskan Vena
Jugularis. Kemudian setelah selesai disembelih, kelinci segera digantung
dengankaki belakang kearah atas untuk mempercepat pengeluaran darah
(Kartadisastra, 1997).
Perbedaan jumlah kandungan nutrisi dalam masing-masing pakan
perlakuan mempengaruhi tingkat pertumbuhan.Kandungan nutrisi dalam pakan
dinilai memberikan pengaruh yang baik terhadap bobot akhir kelinci.Dalam
penelitian ini menggunakan pakan perlakuan dengan komposisi nutrisi yang
berbeda-beda. Jadi semakin baik kualitas ransum akan meningkatkan bobot hidup
kelinci maka kemungkinkan hasil bobot potongnya akan lebih tinggi juga
(Ali et al., 2010),.
Bobot Karkas Dan Persentase Bobot Karkas Kelinci
Bobot karkas diperoleh dari hasil penimbangan daging bersama tulang,
hasil pemotongan setelah dipisah dari kepala, kaki, kulit, darah dan pengeluaran
isi rongga perut.Rahman (2014), sedangkan persentase karkas merupakan
perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup saat dipotong (dikurangi isi
Karkas pada ternak kelinci diperoleh dari hasil penimbangan dari daging
bersama tulang kelinci yang telah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal
leher dan dari kaki sampai batas pergelangan kaki, isi rongga perut, darah, ekor
dan kulit. Besarnya bobot karkas tergantung besarnya kelinci yang akan dipotong
selain itu kondisi kelinci juga sangat berpengaruh diantaranya yang memiliki
bentuk badan bulat, Berbadan lebar padat dan singset menunjukkan keadaan fisik
yang prima dan bertenaga kuat mencerminkan kandungan dagingnya yang banyak
dan merupakan penghasil daging yang baik (Sarwono, 2001).
Karkas pada ternak kelinci adalah bagian tubuh yang sudah disembelih
dipisahkan kepala, jari sampai pergelangan kaki, kulit, ekor, jeroan (usus, jantung,
hati dan ginjal). Menurut pembagiannya, karkas ternak kelinci dapat dipotong
sesuai dengan porsinya masing-masing menjadi enam potong yaitu:
- Dua potong kaki depan
- Dua potong bagian dada sampai leher
- Dua potong kaki belakang
Persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dan bobot hidup
yang mempunyai faktor penting dalam produksi ternak potong sebenarnya,
karena dalam bobot hidup masih terdapat saluran pencernaan dan organ dalam
yang beratnya untuk masing-masing ternak berbeda. Persentase karkas
dipengaruhi oleh bertambahnya umur serta bobot hidup dan akan diikuti dengan
peningkatan bobot karkas yang dihasilkan, selain itu persentase karkas juga
dipengaruhi oleh umur potong dan jenis kelamin (Kartadisastra, 1998).
Persentase bobot karkas adalah perbandingan bobot karkas dan bobot
karena dalam bobot hidup masih terdapat saluran pencernaan dan organ dalam
yang beratnya untuk masing-masing ternak berbeda. Persentase karkas
dipengaruhi oleh bertambahnya umur serta bobot hidup dan akan diikuti dengan
peningkatan bobot karkas yang dihasilkan, selain itu persentase karkas juga
dipengaruhi umur potong dan jenis kelamin (Soeparno 1994).
Faktor yang mempengaruhi bobot karkas adalah umur, jenis dan pakan
(lemak dan protein) dan kelinci New Zealand White yang digunakan umur 2 bulan
dan bobot potong 1674-1858 g/ekor (Supriyadi 2013).
Proporsi bagian-bagian karkas ini dipengaruhi oleh proporsi jaringan
tulang, daging dan lemak.Kenaikan persentase bagian karkas ini sejalan dengan
kenaikan persentase karkas.Meskipun demikian secara umum dapat dilihat bahwa
rataan persentase bagian-bagian karkas daging kelinci, pada persentase daging
paha belakang, punggung, leher dada dan perut jantan lebih tinggi dari betina
(Hafid 2005).
Faktor yang mempengaruhi persentase karkas adalah umur potong dan
jenis kelamin.Kelinci jantan umur 5 bulan menghasilkan karkas 46% dan betina
44%.Kelinci jantan umur 8 bulan menghasilkan karkas sebesar 50% dan
betina55%.Seekor kelinci jantan dapat menghasilkan karkas sebanyak 43-52%
dan betina 50-59% dari berat hidupnya (Soeparno, 1994).
Persentase Daging dan Tulang
Persentase bobot daging dan tulang dihitung berdasarkan perbandingan
antara masing-masing berat daging dan tulang dengan bobot karkas dikali
100%.Rasio daging dan tulang diperoleh berdasarkan perbandingan total bobot
Daging Kelinci dapat dilihat pada jenis dan umur kelinci yang perlu
diperhatikan. Dari pengalaman para peneliti diketahui, kelinci jenis flemis giant,
Chinchilla, dan New Zealand White, berusia antara 4 – 6 bulan, disebut-sebut
yang paling pas dipilih untuk keperluan ini dan memiliki protein 30-40%.. Di
samping tekstur dagingnya yang empuk dan seratnya yang halus, rasanya pun
agak manis, khas daging kelinci (El-Raffa, 2004).
Faktor kondisi ternak pada saat pemotongan dapat menyebabkan
perbedaan komposisi kimia daging yang dihasilkan.Bobot karkas adalah salah
satu refleksi kondisi ternak.Bobot karkas dipengaruhi oleh interaksi antar bangsa
dan pakan yang menunjukkan bahwa efisiensi pemanfaatanenergi, protein dan
mungkin mineral pakan secara relatif berbeda di antara bangsa dan perlakuan
pakan, tetapi tidak selalu direfleksikan terhadap perbedaan komposisi kimia
daging (Soeparno, 1992).
Eviaty (1982)menyatakan bahwa jaringan tulang dari semua potongan
karkas mengalami pertumbuhan relatif dini dan persentase bobot jaringan tulang
akan berkurang dengan bertambahnya bobot masing-masing potongan karkas.
Persentase bobot tulang karkas akan berkurang dengan meningkatnya bobot tubuh
kosong maupun persentase daging.Lawrie (2003) dan Hafid (2011) yang
menyatakan bahwa proporsi tulang menurun dengan bertambahnya besar bobot