BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Remaja
1.1Pengertian Remaja
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun sebagai suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya (pubertas) sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (WHO, 2013). Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Santrock (2003) membagi masa remaja menjadi dua fase yaitu yang disebut “masa remaja awal” atau “pre
adolence” yang berkisar antara 12-15 tahun dan “masa remaja akhir” atau
“late adolensence” antara usia 15-18 tahun (Kusmiran, 2011). Menurut
Gunarsa (2001), defenisi remaja dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu: 1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun
8
3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa atau usia belasan tahun, atau seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur mudah terangsang perasaan. Batasan usianya adalah 10-19 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2007). Masa remaja merupakan masa dimana individu mengalami transisi perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik, usia dimana individu mulai berhubungan dengan masyarakat, dan telah mengalami perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan menjadi lebih mandiri. Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia (Kusmiran, 2011).Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :
a. Masa remaja awal/dini (Early adolescence) : umur 11-13 tahun b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) : umur 14-16 tahun c. Masa remaja lanjut (Late adolescence) : umur 17-20 tahun
1.2Ciri-ciri Pertumbuhan Somatik Remaja
9
2. Perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan berakhirnya, kecepatan dan sifatnya, tergantung pada masing-masing individu
3. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat timbulnya perubahan-perubahan selama pubertas, tetapi setiap remaja mengikuti sikuen yang sama dalam pertumbuhan somatiknya 4. Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi
somatik dari aktifitas gonad
5. Terdapat kecenderungan sekular yang disebabkan oleh adanya perbaikan gizi dan lingkungan. Tetapi pada 30 tahun terakhir kecenderungan ini telah mencapai plateau
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu peningkatan masa tulang, otot, massa lemak, kenaikkan berat badan, perubahan biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun polanya berbeda. Salain itu terdapat kekhususan (sex specific), seperti pertumbuhan payudara pada remaja perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja laki-laki.
1.3Pertumbuhan pada remaja perempuan
a. Pertumbuhan tinggi badan, tulang dan gigi
10
(peak height velocity/PHV) dengan kecepatan sekitar 8 cm/tahun (6-10,5 cm). Kecepatan maksimal dicapai 6-12 bulan sebelum menarche dan ini dipertahankan hanya untuk beberapa bulan. Kemudian kecepatan pertumbuhan linier mengalami deselerasi untuk 2 tahun berikutnya atau lebih, keadaan ini sesuai dengan TKS 4.
Gambaran yang paling dini dan terpenting dari pertumbuhan tulang pada remaja perempuan adalah pertumbuhan pada lebar panggul selama pubertas. Pertumbuhan pelvis dan panggul (diukur pada diameter bi-iliacal) secara kuantitatif hampir sama dengan remaja laki-laki. Tetapi, karena pertumbuhan remaja perempuan lebih kecil pada berbagai dimensi tubuhnya, maka lebar panggul tampak tidak proposional (tampak lebih besar) daripada laki-laki.
b. Pertumbuhan berat badan
11
c. Pertumbuhan organ reproduksi
Pada remaja perempuan tanda pubertas pertama pada umumnya adalah pertumbuhan payudara stadium 2 atau disebut dengan breast bud yaitu terdiri dari penonjolan putting disertai pembesaran daerah areola seikat 8-12 tahun. Haid pertama (menacrche) terjadi pada stadium lanjut pubertas dan sangat bervariasi pada umur berapa masing-masing individu mengalaminya, rata-rata pada umur 10,5-15,5 tahun.
d. Perubahan Psikososial Selama Pubertas
Karakteristik periode remaja awal(Early adolescence)ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti :
a. Krisis identitas, b. berpakaian. c. Jiwa yang labil,
d. Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri, e. Pentingnya teman dekat/sahabat,
f. Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, g. kadang-kadang berlaku kasar,
h. Menunjukkan kesalahan orangtua,
i. Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua, j. Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, dan
12
Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang, bukan masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu, ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi masih bermain berkelompok dan mulai bereksperimen dengan tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya pada periode remaja awal, anak juga mulai melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, atau narkoba. Peran peer groupsangat dominan, mereka berusaha membentuk kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang sama.
Periode selanjutnya adalah (middle adolescence) yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut,
a. Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya, b. Sangat memperhatikan penampilan,
c. Berusaha untuk mendapat teman baru,
d. Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua, e. Sering sedih/moody
f. Mulai menulis buku harian,
g. Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif, dan
13
perhatian terhadap lawan jenis. Sudah mulai mempunyai konsep role modeldan mulai konsisten terhadap cita-cita.
Periode (late adolescence) ditandai oleh tercapainya maturitas fisik secara sempurna. Perubahan psikososial yang ditemui antara Lain : a. Identitas diri menjadi lebih kuat,
b. Mampu memikirkan ide,
c. Mampu mengekspresikan perasaan dengan kata-kata, d. Lebih menghargai orang lain,
e. Lebih konsisten terhadap minatnya, f. Bangga dengan hasil yang dicapai, g. Selera humor lebih berkembang, dan h. Emosi lebih stabil
Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan
2. Menarche
2.1Pengertian Menarche
14
Menarche merupakan suatu tanda awal adanya perubahan lainseperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis, dan aksila, serta distribusi lemak pada daerah pinggul.
Menstruasi pertama (menarche) merupakan menstrusi awal yang biasa terjadi pada rentang usia sepuluh tahun sampai enam belas tahun, atau pada masa awal remaja dan sebelum memasuki masa reproduksi. Menstruasi pertama (menarche) merupakan peristiwa terpenting yang terjadi pada masa remaja (Llewellyn-jones, 2005).
Menarche salah satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami perubahan didalam dirinya dan juga disertai dengan berbagai masalah dan perubahan - perubahan baik fisik, biologi, psikologik maupun sosial, harus dihadapi oleh remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting karena merupakan masa peralihan kemasa dewasa (Moersintawati, 2008).
2.2Pengertian Menstruasi
Menstrusi adalah perdarahan peridik dan siklik dari uterus disertai dengan pengelupasan (deskuamasi) endoometrium (Proverawati & Misaroh, 2009).
15
2.3Usia terjadi Menstruasi
Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi. Terdapat kecendrungan bahwa saat anak mendapat menstruasi yang pertama kali pada usia lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun saat ia mendapat menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang 8 tahun sudah memulai siklusnya. Bila usia 16 tahun baru mendapat menstruasi pun dapat terjadi disebut amenore skunder. Umumnya, remaja yang mengalami menarche pada umur 12-16 tahun (Proverawati & Misaroh, 2009).
2.4Fisiologi Menstruasi
a. Stadium Menstruasi
Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari. Pada saat itu, endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan. Hormon-hormon ovarium berada pada kadar paling rendah.
b. Stadium Proliferasi
16
tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi).
c. Stadium Sekresi
Stadium sekresi berlangsung 11 hari. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progresteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim). d. Stadium Premenstruasi
Stadium yang berlangsung selama 3 hari. Ada infiltrasi sel-sel darah putih, bisa sel bulat. Stroma mengalami disintegrasi dengan hilangnya cairan dan sekret sehingga akan terjadi kolaps dari kelenjar dan arteri. Pada saat ini terjadi vasikontriksi, kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya pecah (Kusmiran, 2011).
2.5Faktor-faktor Terjadinya Menstruasi a. Faktor Hormon
17
b. Faktor Enzim
Enzim hidrolik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolism sehingga mengakibatkan regresi dan endometrium dan perdarahan.
c. Faktor Vaskular
Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan system vaskularisasi daalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena, dan hubungan di antara keduanya. Dengan regresi endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.
d. Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebutkan kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid (Kusmiran, 2011).
2.6Perubahan-perubahan Psikologis pada Menstruasi
18
a. Anoreksia Nervosa
Anoreksia berarti hilangnya nafsu makan (rasa lapar) yang bersifat patologis. Jadi anoreksia nervosa adalah hilangnya nafsu makan (rasa lapar) yang disebabkan oleh faktor penyimpangan emosional. Keadaan ini menjadi serius bila tidak ditangani, karena bisa menyebabkan kematian akibat kelaparan.
b. Bulimia
Bulimia merupakan salah satu kelainn emosional yang ditandai pola makan yang berlebihan dan berbahaya. Keadaan ini sering terjadi pada remaja atau orang dewasa. Gejala-gejala bulimia yaitu kekhawatiran yang luar biasa terhadap berat badan, sehingga siklus makannya tidak terkontrol dan apabila selesai makan dia selalu memuntahkan sehingga dia akan makan lagi dalam sikluas yang tak terkontrol juga.
c. Cemas
19
d. Depresi
Depresi merupaakan salah satu bagian ganggan emosi yang sering terjadi pada wanita. Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan fokus perhatian, tidak mampu dalam konsentrasi, ingin bunuh diri, sulit tidur, cemas, nafsu makan kurang, berat badan menurun, merasa lelah dan kesepian, tidak berharga, rasa bersalah, tak mau bicara dengan orang lain, dan menutup diri.
e. Stres
Stres merupakan keadaan yang membuat tubuh untuk memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi mempertahan diri. Stres adalah keadaan tertekan, namun stres ringan dapat berfungsi mendorong orang berfikir dan berusaha lebih cepat sehingga bisa menjawab tantangan sehari-hari. Namun apabila stresnya dalam kategori beran dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik dan mental.
f. Disleksia (Kesulitan Membaca)
Seseorang yang menderita disleksia merupakan orang yang mengalami kesulitan belajar membaca. Kelainan ini diakibatkan ketidakmampuan menghubungkan antara lisan dan tulisan.
g. Ketidakmatangan Emosi
20
dimana wanita cenderung menjadi pemarah, mudah tersinggung, atau cepat merasa lelah.
h. Ambivalen dan Insomnia
Kondisi ambivalen sering terjadi pada wanita, dimana dia selalu kesulitan untuk mengambil sikap atau setiap perubahan yang terjadi pada dirinya. Adapun pada insomnia ialah kesulitan memejamkan mata, kesulitan tidur dan selalu terjaga malam hari dan sering dialami wanita hamil dan menopouse.
2.7Larangan Bagi Wanita yang Sedang Haid
Kondisi seorang wanita sedang mendapat haid telah disepakati para ulama sebagai kondisi hadas besar yang mewajibkan mandi setelah sucinya dari haid dan kepadanya berlaku beberapa hukum laranganuntuk melakukan beberapa perbuatan yang didasari oleh dalil-dalil syar'i. Di antara hal-hal yang terlarang dilakukan oleh seorang yang sedang haid adalah:
a. Shalat. Dasar Hukum :
21
sebagian dari waktunya yang cukup untuk mengerjakan satu rakaat sempurna, baik pada awal atau akhir waktunya.
Contoh pada awal waktu, seorang wanita haid setelah matahari terbenam tetapi ia sempat mendapatkan waktu sebanyak satu rakaat dari waktunya. Maka wajib baginya mengqada salat magribtersebut setelah suci, karena ia telah mendapatkan sebagian dari waktunya yang cukup untuk satu rakaat sebelum datangnya haid.
Adapun contoh pada akhir waktu: seorang wanita suci dari haid sebelum matahari terbit dan masih sempat mendapatkan satu rakaat dari waktunya. Maka wajib baginya mengqada salat subuh tersebut setelah bersuci, karena ia masih sempat mendapatkan sebagian dari waktunya yang cukup untuk satu rakaat. Namun jika wanita yang haid mendapatkan sabagian dariwaktu salat yang tidak cukup untuk satu rakaat sempurna; seperti kedatangan haid.
22
rakaat dari waktu Isya’ apakah wajib baginya mengerjakan
shalat Magrib bersama Isya’. Terdapat perbedaan pendapat di
antarapara ulama dalam masalah ini dan yang benar, bahwa tidak wajib baginya kecuali shalat yang didapatkan sebagian waktunya saja yaitu shalat Asar dan shalat Isya’.
b. Puasa Dasar Hukum :
Diharamkan bagi wanitayang sedang haid berpuasa, baik puasa wajib maupun sunnah, dan tidak sah puasa yang dilakukannya. Akan tetapi ia berkewajiban mengqada puasa yang wajib. Jikaseorang wanita kedatangan haid ketika berpuasa maka batallah puasanya, sekalipun hal ituterjadi sesaat menjelang Magrib, dan wajib baginya mengqada puasahari itu, jika puasa tersebutpuasa wajib. Namun jika ia merasakan tanda-tanda akan datangnya haidsebelumnya, tetapi darah baru keluar setelah Magrib, makamenurut pendapat yang sahih bahwa puasanya itu sempurna dan tidak batal, alasannya, darah yang masih dalam rahim belum ada hukumnya. Demikian pula masalah haid, tidak berlaku hukum-hukumnya kecuali dengan melihatadanya darah keluar, bukan dengan tanda-tanda akan keluarnya.
23
tawafnya, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada Aisyah:
Adapun kewajiban lainnya seperti sa’i antara Safa dan Marwah,
wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah dan Mina, melempar jumrah dan amalan haji dan umrah, selain itu tidak diharamkan. Atas dasar ini, jika seorang wanita melakukan tawaf dalam keadaan suci, kemudian keluar darah haid langsung setelah tawaf
atau di tengah tengah melakukan sa’i, maka tidakapa-apa
hukumnya.
d. Membaca al-Qur’an
Bagi para wanita yang mentruasi dilarang menbaca al-Quran karena itu dianggap merusak pengagungan terhadap Allah SWT. Adapun berdzikir al-qur’an dan yang lainnya seperti nasehat -nasehat bukan tujuan membaca al-Qur’an seperti naik kendaraan. Hal ini diperbolehkan dengan catatan tidak dengan tujuan membaca al-Qur’an. Ada pendapat lainyang menyatakan bahwa perempuan yang sedang menstruasi tidak membaca al-Qur’an secara terucap kalau untuk kepentingan tertentu seperti untuk belajar. Apabila pembacaan dilakukan di dalam hati maka boleh saja.
e. Berdiam dalam masjid
24
disebutkan sebelumnya. Sangat tidak mungkin pada bahasan ini untuk menyebutkan dalil masing-masing mazhab. Bagi orang-orang yang melihat secara jeli dalil-dalil dalam masalah ini, dia akan mendapatkan sebuah dalil yang sahih dan gamblang bahwa tidak ada alasan sahih bagi orang yang mengatakan boleh berdiam didalam masjid bagi wanita yang haid.
f. Jima’ ( senggama)
Diharamkan bagi suami melakukan jima’ dengan istrinya
yang sedang haid, dan diharamkan bagi istri memberi kesempatan kepadasuaminya melakukan hal tersebut. Dalilnya firman Allah subhanahu wa ta'ala:
Yang dimaksud dengan “المحيض" dalam ayat di atas adalah
waktu haid atau tempat keluarnya darah haid, yaitu: farji (vagina), dan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Umat Islam juga telah sepakat bahwa jima’ di dalam farji
25
mengatakan: “Imam Syafi'i berpendapat bahwa orang yang
melakukan hal itu telah berbuat dosa besar. dan menurutpara sahabat kami dan yang lainnya, orang yang melakukan senggama dengan istri yang sedang haid hukumnya kafir. Untuk menyalurkan sahwatnya, suami diperbolehkan melakukan selain jima’ (senggama), seperti berciuman, berpelukan dan bersebadan
pada selain daerah farji (vagina). Namun sebaiknya, jangan bersebadan pada daerah antara pusar dan lutut kecuali jika sang istri mengenakan kain penutup.
g. Talak
26
bagi suami mentalak istrinya sehingga jelas permasalahan tersebut. Jadi mentalak istri yang sedang haid haram hukumnya.
Dengan demikian, berdosalah seorang suami andaikata mentala istrinya yang sedang haid. Ia harus bertaubat kepada Allah SWT dan merujuk Istrinya untuk kemudian mentalaknya secara
syar’i sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Yakni,
setelah merujuk istrinya hendaklah ia membiarkannya sampai suci dari haid yang dialaminya ketika ditalak, kemudian haid lagi, setelah itu jika ia menghendaki dapat mempertahankannya atau mentalaknya sebelum digauli (Wahid, 2009).
3. Keluarga
3.1Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan-ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).
27
3.2Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut friedman (2010) terdapat empat fungsi keluarga meliputi :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih, sayang, pengertian, dan menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak terpenuhi. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga yang dapat mempertahankan makna yang positif. Mempelajari dan mengembangkan fungsi afektif melalui interaksi serta hubungan dalam keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
28
tetapi lebih kepada proses seumur hidup yang meliputi internalisasi sekumpulan nilai dan norma yang tepat agar dapat menjadi seorang remaja, suami/istri, orangtua, seorang pegawai yang baru kerja, kakek/nenek, mahasiswa, dan pensiunan.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. Menjamin kontinuitas antar generasi keluarga dan masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat Leslie & Korman (1989 dalam Friendman, 2010). Pernikahan dan keluarga dirancang untuk mengatur dan mengendalikan perilaku seksual serta reproduksi. Sekarang, fungsi reproduksi telah dipisahkan dari keluarga. Keluarga pasca modern, keluarga didefinisikan dalam konteks pilihan dapat memilih dengan siapa saja Dunphy (2001 dalam Friendman, 2010).
d. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
29
3.3Dukungan Keluarga
3.3.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Menurut Sarwono (2008), dukungan adalah upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan.
Bailon dan Maglaya dalam Sudiharto (2007) menyatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Keluarga juga dapat diartikan suatu kelompok yang terdiri dan dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan terhadap tiap-tiap anggota keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika dibutuhkan (Friedman, 2010)
House dan Kahn dalam Friedman (2010) menerangkan bahwa keluarga memiliki empat fungsi dukungan diantaranya:
1. Dukungan emosional
30
Dukungan emosional keluarga merupakan bentuk atau jenis dukungan yang diberikan keluarga berupa perhatian, kasih sayang dan empati. Menurut Friedman (1998) dukungan emosional merupakan fungsi afektif keluarga yang mengalami halusinasi. Fungsi afektif keluarga merupakan fungsi internal keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarga dengan saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan dan saling mendukung dan menghargai antar anggota keluarga.
2. Dukungan Informasi
Keluarga berfungsi sebagai sebuah pengumpul dan penyebar informasi. Menjelaskan tentang pemberian saran dan sugesti, informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan tentang suatu masalah. Manfaat daridukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Dukungan informasi merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan memberikan informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan oleh remaja putri.
3. dukungan instrumental
31
mendengarkan klien halusinasi dalam menyampaikan perasaannya. Serta dukungan instrumental keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998)
4.Dukungan Penghargaan
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Terjadi lewat ungkapan rasa hormat (penghargaan) serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga. Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera, orang yang hidup dalam lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik daripada mereka yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketikakeluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya (Friedman, 1998).
3.3.2 Komponen-komponen Dukungan Keluarga
32
a. Dukungan nyata
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial, dan material berupa dukungan nyata (instrumental Support/Material Support). Suatu kondisi benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya seperti seseorang yang akan mengalami menstruasi pertama (menarche), menyediakan pembalut, menyiapkan nutrisi dan menyiapkan obat untuk menghilangkan nyeri anak. Dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata. Dukungan nyata akan lebih efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat.
b. Dukungan pengharapan
33
Dukungan pengharapan dapat menjadi koping yang baik pada individu dalam mengahadapi suatu masalah. Jenis Dukungan ini membuat individu mampu membangun harga diri, percaya diri, kompetensi dan bernilai atau berharga.
c. Dukungan emosional
34
d. Dukungan informasi
Dukungan informasi merupakan jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberi nasehat, pengarahan, usulan, saran, petunjuk, pemberian informasi, dan umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dan memberikan saran dalam mengatasi masalah serta tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.
3.3.3 Sumber Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dan suami/istri atau dukungan dan saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman 1998).
35
dipandang sebagai kelompok yang memberikan jumlah bantuan terbanyak selama masa yang dibutuhkan.
3.3.4 Tujuan dukungan keluarga
Orang yang hidup dalam keluarga dengan dukungan keluarga umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan orang tanpa dukungan keluarga. Dukungan keluarga dianggap khusus karna mengurangi atau menyangga efek stres serta memotivasi dalam menjalani stuatu aktivitas dan masalah yang dialami secara langsung. Dukungan keluarga adalah strategi koping penting yang harus ada dalam masa stress bagi keluarga. Dukungan keluarga juga dapat berfungsi sebagai strategi pencegahan guna mengurangi stres dan akibat negatifnya (Roth, 1996 dalam Friedman, 2010).
36
3.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Feiring dan Lewis (1984 dalam Friedman, 2010) menyatakan bahwa ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil lebih menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orang tua (khususnya ibu) juga di pengaruhi oleh usia. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan, pekerjaan orang tua, dan tingkat pendidikan.
37
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah: 1. Faktor internal
a. Pendidikan dan tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuknya oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan.
b. Faktor emosi
Seseorang yang mempunyai respon stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam nyawanya.
c. Spiritual
Aspek spiritual dapat dilihat bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan hubungan antar keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti hidup.
2. Faktor eksternal
a. Praktik di keluarga
38
tua yang sering mengajak anaknya memeriksakan kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.
b. Faktor sosial ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, dia akan tanggap terhadap terhadap gejala penyakit yang dirasakannya, sehingga akan segera mencari pengobatan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya. c. Latar belakang budaya