• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Public Relations Pada Pt Indonesia Asahan Aluminium (Studi Deksriptif Tentang Strategi PR pada PT Aluminium Untuk Menciptakan Citra Positif Perusahaan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Public Relations Pada Pt Indonesia Asahan Aluminium (Studi Deksriptif Tentang Strategi PR pada PT Aluminium Untuk Menciptakan Citra Positif Perusahaan)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II URAIAN TEORITIS

A. Pengertian Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa

Inggris “

communication”),

secara etimologis

atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin

communicatus, dan perkataan ini

bersumber pada kata

communis Dalam kata communis

ini memiliki makna ‘berbagi’ atau

‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau

kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam

komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan

Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:

Human communication is the process through which individuals

in relationships,

group, organizations and societies

respond to and create messages to adapt to the

environment and one another.

Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan

individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang

merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara

efektif dalam Effendy (2003:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip

paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya,

The Structure and

Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

(2)

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu Effendy (2003:10):

a. Komunikator (siapa yang mengatakan?) b. Pesan (mengatakan apa?)

c. Media (melalui saluran/ channel/media apa?) d. Komunikan (kepada siapa?)

e. Efek (dengan dampak/efek apa?).

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.

Ada beberapa pengertian tentang komunikasi secara umum:

a.

Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi atau

ide/gagasan (Oxford Dictionary).

b.

Komunkasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang lain

melalui symbol, tanda, atau tingkah laku

c.

Komunkasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan

komunikasi abstrak.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu

proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik secara verbal

maupun nonverbal. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda,

atau tingkah laku.

Unsur-unsur komunikasi adalah ; komunikator, pesan, komunikan, media, dan respon

atau umpan balik.

a.

Komunikator, yakni orang yang menyampaikan pesan harus berusaha merumuskan isi

(3)

b.

Pesan, yakni pernyataan yang didukung oleh lambang. Lambang bahasa dinyatakan

baik lisan maupun tulisan. Lambang suara berkaitan dengan intonasi suara. Lambang

gerak adalah ekspresi wajah dan gerakan tubuh, sedangkan lambang warna berkaitan

dengan pesan yang disampaikan melalui warna tertentu yang mempunyai makna,

yang sudah diketahui secara umum, misalnya merah, kuning, dan hijau pada lampu

lalu lintas.

c.

Komunikan, adalah penerima pesan. Seorang penerima pesan harus tanggap atau peka

dengan pesan yang diterimanya dan harus dapat menafsirkan pesan yang diterimanya.

Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah persepsii komunikan terhadap pesan

harus sama dengan persepsi komunikator yang menyampaikan pesan

d.

Media, adalah sarana atau saluran dari komunikasi. Bisa berupa media cetak, audio,

visual dan audio-visual. Gangguan atau kerusakan pada media akan mempengaruhi

penerimaan pesan dari komunikan.

e.

Respon/umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari

pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Umpan balik

langsung disampaikan komunikan secara verbal, yaitu dengan kalimat yang diucapkan

langsung dan nonverbal melalui ekspresi wajah atau gerakan tubuh. Umpan balik

secara tidak langsung dapat berupa perubahan perilaku setelah proses komunikasi

berlangsung, bisa dalam waktu yang relative singkat atau bahkan memerlukan waktu

cukup lama.

B. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan (Effendy,2003:301).

(4)

kebenarannya. Harold D. Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan Who Says What Which Channel To Whom With What Effect?

Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell tersebut;

Who? (Siapakah komunikatornya), Says what? (pesan apa yang dinyatakannya), In which channel? (media apa yang digunakannya), To whom? (siapa komunikannya), With what effect? (efek apa yang diharapkan)

Quinn (1992) dalam buku kampanye PR kiat dan strategi edisi revisi (Ruslan,2002:90-91) menyatakan agar suatu strategi dapat efektif dilaksanakan dalam sebauh program, maka ia harus mencakup beberapa hal:

a. Objektif yangg jelas dan menentukan semua ikhtiar diarahkan untuk mencapai pemahaman yang jelas, menentukan dan bisa mencapai keseluruhan tujuan. Tujuan tersebut tidak perlu dibuat secara tertulis namun yang penting bisa dipahami dan menentukan.

b. Memelihara inisiatif.strategi inisiatif menjaga kebebasan bertindak dan memperkaya omitmen. Strategi mesti menentukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap peristiwa, bukannya bereaksi terhadap satu peristiwa.

c. Konsentrasi, dengan memusatkan kekuatan yang besar untuk waktu dan tempat yang menentukan.

d. Fleksibilitas.strategi hendaknya diniatkan untuk dilengkapi penyanggad an dimensi untuk fleksibilitas dan maneuver.

e. Kepemimpinan yang memilki komitmen dan terkoordinasi. Strategi hendaknya memberikan kepemimpinan yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan pokok.

f. Kejujuran. Strategi itu hendaknya dipersiapkan untuk memanfaatkan kerahasiaan dan kecerdasan untuk menyerang lawan pada saat yang tidak terduga.

g. Keamanan. Strategi itu mesti mengamankan seluruh organisasi dan semua operasi penting organisasi.

(5)

Pada tahun 1975, Yayasan Pendidikan dan Penelitian public relation telah melibatkan 65 pimpinan public relation turut serta dalam suatu penelitian yang menganalisis 47II definisi yang berminat dan merangkumnya menjadi 88 kata. Hal ini diungkapkan oleh Fraser P. Seitel, Senior Vice Presiden dan Director of Public Affairs The Chase Manhattan Bank, dalam bukunya The Practice of Public relations.

Definisi yang dihasilkan dari penelitian tersebut adalah public relations merupakan sebuah fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi,

pengertian, dukungan, serta kerjasama suatu organisasi/pemerintah, instansi dan lembaga dengan publiknya dan ikut terlibat dalam menangani masalah-masalah atau isu-isu manajemen.

Definisi lainnya masih menyebutkan bahwa public relations adalah sebuah fungsi manajemen, seperti yang disebutkan oleh Cutlip, Center, & Brown :

a. Public Relations (Humas) adalah fungsi manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dengan publiknya, (Cutlip, Center & Brown, 2000:4)

b. Menurut Ardianto (2004:14), dalam pelaksanaannya public relation menggunakan komunikasi untuk memberitahu, mempengaruhi, dan mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku publik sasarannya. Hasil yang dicapai dari kegiatan public relation pada intinya adalah good image (citra baik), goodwill (itikad baik), mutual understanding (saling pengertian), mutual confindece (saling mempercayai), mutual appreciation (saling menghargai), dan tolerance (toleransi).

Beberapa tokoh dalam dunia komunikasi memberikan batasan-batasan atau definisi tersendiri tentang public relation antara lain yaitu:

a. John E. Marston (Modern Public Relation, : Public relations is planned, persuasive oo u i atio desig ed to i flue e sig ifi a t pu li

b. Robert T. Relly (The Action of Public Relation, 1981):

Public relations Practice is the art and social science of analyzing trends, predicting their

consequences, counseling organizations leaders, and implementing planned program of

a tio hi h ser e oth the orga izatio ’s a d the pu li i terest.

(6)

d. J.C. Seidel, Public relations Director Of Housing, State of New York (dalam Saoemirat dan Ardianto, II00II : 1II), yang berbunyi : Public relations adalah proses yang terus menerus dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari para pelanggannya, para pekerjanya, dan masyarakat luas, ke dalam dengan mengadakan analisis dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, ke luar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan .

e. Sukatendel (1990) Ardianto (2004): “uatu etode ko u ikasi u tuk pe iptaa itra positif dari itra i stitusi atas dasar kesadara u tuk e ghor ati kepe ti ga ersa a.

Dalam definisi yang diungkapkan tersebut terdapat sejumlah butir penting yaitu:

a.

Public relations (PR) adalah sebuah ilmu yang cabang keilmuannya berasal dari ilmu

komunikasi. Sebagai suatu cabang keilmuan maka public relation bukan sekadar isu semata tetapi mempunyai dasar berpikir yang dapat dijelaskan dan dipertanggung jawabkan melalui metode logika tertentu layaknya pengujian terhadap cabang keilmuan lainnya.

b.

Citra adalah obyek dari public relation yang telah menjadi kebutuhan dari institusi layaknya sumber daya yang telah ada seperti sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya peralatan bahkan sumber daya pengetahuan.

c.

Mitra adalah subyek dari public relation disamping institusi itu sendiri. Mitra adalah bagian dari operasi sebuah institusi, tanpa mitra sebuah institusi tidak dapat berjalan.

d.

Kepentingan bersama adalah apa yang hendak dicari oleh II (dua) institusi dalam koneksi satu dengan yang lain. Contoh yang nyata pembeli dan penjual mempunyai tujuan bersama yaitu tercapai kesepakatan untuk melakukan transaksi jual beli.

e.

Public relations menurut definisi yang dirumuskan oleh IPR (Institute Public relations) adalah

(7)

organisasi atau pemerintah, instansi dan lembaga dengan segenap khalayaknya. (Frank Jefkins, 1996:8)

f.

Dalam Kongres I Asosiasi public relation Sedunia di Mexico City tahun 1978 diperoleh kesepakatan tentang definisi public relation Sebagai seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensi darinya, memberi masukan dan saran-saran kepada pemimpin organisasi, serta menerapkan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi atau kepentingan khalayak

g.

Fra k Jefki s : : Public relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan

komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian .

Dari beberapa definisi di atas, terdapat beberapa kesamaan konsep yang dapat ditarik sebagai kata kunci untuk definisi public relation tersebut, yaitu :

a.

Deliberate, artinya kegiatan public relation pada dasarnya adalah kegiatan yang disengaja.

b.

Planned, artinya kegiatan public relation adalah kegiatan yang terorganisir rapi atau

terencana.

c.

Performance, artinya public relation yang efektif harus didasarkan pada kebijakan dan

penampilan yang sesungguhnya.

d.

Public Interest, artinya alasan mendasar dari suatu kegiatan public relation adalah untuk

memenuhi kepentingan publik dan tidak semata-mata untuk membantu organisasi meningkatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

e.

Two ways communications, artinya pada dasarnya dalam kegiatan public relation harus

terjadi pertukaran komunikasi.

f.

Management functions, artinya public relation paling efektif jika ia menjadi bagian dari

(8)

Dari berbagai batasan public relation di atas di atas dapat ditarik konsep bahwa untuk memahami dan mengevaluasi berbagai opini publik atau isu public yang berkembang terhadap suatu organisasi/pemerintah, instansi dan lembaga. Dalam kegiatannya public relation memberikan masukan dan nasihat terhadap berbagai kebijakan manajemen yang berhubungan dengan opini dan isu publik yang tengah berkembang.

Tujuan utama dari public relation adalah mempengaruhi perilaku orang secara individu maupun kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, dimana persepsi, sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan (Davis, , E erythi g You “hould K o A out Pu li Relatio , .

Menurut Rosady Ruslan tujuan public relation adalah sebagai berikut:

1. Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat dan konsumen.

2. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan. 3. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relation.

4. Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek.

5. Me duku g aura pe asara . Rusla , Ma aje e Hu as da Ma aje e Ko u ikasi Ko sepsi da Aplikasi , ,p.

Jefkins mendefinisikan dari sekian banyak hal yang bisa dijadikan tujuan public relation sebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang pokok adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.

3. Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.

4. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar baru.

(9)

6. Untuk memperbaiki hubungan antar perusahaan itu dengan masyarakatnya, sehubungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau salah paham di kalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan.

7. Untuk mendidik konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan.

8. Untuk meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis.

9. Untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko pengambilalihan oleh pihak lain.

10. Untuk menciptakan identitas perusahaan yang baru.

11. Untuk menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan partisipasi para pimpinan perusahaan organisasi dalam kehidupan sosial sehari-hari.

12. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara.

13. Untuk memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami kegiatan-kegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar perusahaan yang bersangkutan terhindar dari peraturan, undang-undang, dan kebijakan pemerintah yang merugikan.

14. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan, agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu mengutamakan kualitas dalam berbagai hal. (Jefki s, Pu li Relatio s , :54)

Jadi, secara keseluruhan tujuan dari public relations adalah untuk menciptakan citra baik perusahaan sehingga dapat menghasilkan kesetiaan publik terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Selain itu public relations bertujuan untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dan dengan publik di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik.

(10)

pe gertia ya g jelas da e ar terhadap orga isasi terse ut . Hal i i sekedar e erika gambaran tentang fungsi public relation yaitu:

1. Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya.

2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak.

3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana, yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas bisa dicapai secara optimal.

4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input

agi orga isasi atau perusahaa ya g ersa gkuta . Maria, Dasar-dasar Public Relatio , 2002,p.31)

Komponen dasar humas yang berhubungan dengan fungsi humas seperti yang dikemukakan oleh Dennis Wilcox dalam Public Relation Society of America (PRSA) antara lain:

1. Counseling; menyediakan saran untuk manajemen yang berhubungan dengan kebijakan hubungan dan komunikasi.

2. Research; melihat tindakan dan perilaku publik dalam rangka merencanakan strategi humas. Research dapat digunakan untuk membangun saling pengertian atau mempengaruhi dan meyakinkan publik.

3. Media Relations; bekerjasama dengan media dalam melakukan publisitas.

4. Publicity; menampilkan pesan terencana melalui media tertentu untuk menghasilkan ketertarikan yang lebih jauh lagi.

5. Employee/Member Relation; memberikan respon terhadap suatu masalah,

menginformasikan dan memotivasi karyawan dan anggota organisasi. 6. Public Affair; membangun keterlibatan efektif dalam kebijakan publik.

7. Issues Management; mengidentifikasi dan mengevaluasi isu yang berkembang pada publik yang berakibat pada organisasi.

(11)

9. Industrial Relations; menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga lain yang berhubungan dengan aktifitas organisasi. Hal ini bisa diwujudkan dengan tergabung dalam asosiasi usaha yang berhubungan dengan jalur bisnis organisasi.

10. Development / Fund Raising; menciptakan kebutuhan dan mendorong publik untuk mendukung organisasi, terutama melalui kontribusi financial.

11. Multicultural Relations / Workplace Diversity; berhubungan dengan individu-individu dari berbagai kelompok dan budaya.

12. Marketing communication; memadukan aktifitas pemasaran dengan mengadakan kegiatan khusus sekaligus membangun citra baik perusahaan. (Dennis Wilcox,Phillip Ault, Warre Agee, Gle Ca ero , Pu li Relatio “trategies & Ta ti s , : -9) Konsep fungsio al hu as e urut “irih Agu g Wasesa dala uku “trategi Pu li Relatio memberikan penjelasan sebagai berikut:

Terhadap internal organisasi:

1. Mengkomunikasikan kebijakan direksi dan manajemen karyawan.

2. Menjelaskan perubahan kebijakan direksi dan manajemen agar karyawan memahami dasar pengambilan keputusan yang diambil.

3. Membangun jaringan komunikasi interaktif antar karyawan, manajemen dan direksi. 4. Membantu proses restrukturisasi, mulai dari sosialisasi kebijakan hinggan pelatihan untuk mengurangi dampak buruk restrukturisasi.

5. Membangun peningkatan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan. 6. Membantu terciptanya budaya perusahaan yang sesuai dengan visi organisasi.

Terhadap eksternal organisasi:

1. Mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik. 2. Menjelaskan hasil rapat umum pemegang saham.

3. Menjelaskan hasil dan dasar diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. 4. Membantu pemasaran untuk menciptakan citra produk.

(12)

6. Mengembangkan program-program pengembangan masyarakat, sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada publik.

7. Menyiapkan sarana bagi publik untuk melihat perusahaan secara langsung.

8. Menyiapkan sarana bagi pemerintah dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat untuk melihat ki erja perusahaa . “ilih Wasesa, “trategi Pu li Relatio s , :

Dapat disimpulkan bahwa public relations lebih berorientasi kepada pihak perusahaan untuk membangun citra positif perusahaan, dan hasil yang lebih baik dari sebelumnya karena

mendapatkan opini dan kritik dari konsumen. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa fungsi public relations adalah memelihara, mengembangtumbuhkan, mempertahankan adanya komunikasi timbal balik yang diperlukan dalam menangani, mengatasi masalah yang muncul, atau meminimalkan munculnya masalah.

Peran public relations menurut Ruslan (2010,p.26) yaitu :

1. Communicator

Artinya kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui media cetak/elektronik dan lisan. Di samping itu juga bertindak sebagai persuader.

2. Relationship

Kemampuan peran humas membangun hubungan positif antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal dan eksternal. Juga, berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerja sama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut.

3. Back up Management

Melakukan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan lain, seperti manajemen

promosi, pemasaran, operasional, personalia dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok perusahaan/organisasi.

4. Good Image Maker

Menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan prestasi, reputasi, dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas public relations dalam melaksanakan manajemen kehumasan membangun citra atau nama baik lembaga/organisasi dan produk yang diwakilinya.

Dikutip dari Public Relations Jurnal Vol. 2, No.3, Summer 2008 yang berjudul Public Relation and the Path to Innovation: Are Complex Environments Good for Bussiness? oleh Sandra C.Duhe

(13)

Jadi, public relations memiliki peran sebagai komunikator, membangun hubungan positif antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal dan eksternal, mendukungan manajemen atau menunjang kegiatan lain, dan menciptakan citra atau publikasi yang positif.

Tugas adalah sesuatu yang wajib untuk dikerjakan atau dilakukan; pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang; pekerjaan yang dibebankan.

Frida Kusumastuti menjabarkan tugas-tugas Public Relation sebagai berikut:

1.

Menginterpretasikan, menganalisa, dan membuat evaluasi kecenderungan perilaku

publik untuk kemudian direkomendasikan kepada pihak manajemen untuk

merumuskan kebijakan organisasi.

2.

Mempertemukan kepentingan organisasi dengan kepentingan publik sehingga tercipta

saling pengertian, menghormati dan menyanggupi untuk melaksanakan kebijakan

yang diambil oleh organisasi.

3.

Mengevaluasi program-program organisasi khususnya yang berkaitan dengan publik.

(Frida Kusumastuti,”

Dasar-dasar humas

”,2004)

Lima pokok tugas Public Relations sehari-hari menurut Maria Assumpta Rumanti dalam buku Dasar-Dasar Public Relations Teori dan Praktik adalah :

1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan , tujuan, serta kegiatan yang dilakukan.

2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat. 3. Memperbaiki citra organisasi.

4. Tanggung jawab sosial dimana public Relations merupakan instrument untuk bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab tersebut.

5. Komunikasi. Public Relations mempunyai bentuk komunikasi yang khusus Yaitu komunikasi ti al alik dala fu gsi ya ko u ikasi itu se tral. Maria, Dasar-dasar Public Relations Teori da Praktik , ,p.

Soemirat dan Ardianto mengklasifikasikan publik dalam Public Relations menjadi beberapa kategori yaitu:

(14)

2. Publik primer, sekunder, dan marginal. Publik primer bisa sangat membantu atau merintangi upaya suatu perusahaan. Publik sekunder adalah publik yang kurang begitu penting dan publik marginal adalah publik yang tidak begitu penting. Contoh, anggota Federal Reserve Board of Governor (dewan gubernur cadangan federal) yang ikut mengatur masalah perbankan, menjadi publik primer untuk sebuah bank yang menunggu rotasi secara teratur, di mana anggita legislatif dan masyarakat menjadi publik sekundernya.

3. Publik tradisional dan publik masa depan. Karyawan dan pelanggan adalah publik tradisional, mahasiswa/pelajar, peneliti, konsumen potensial, dosen, dan pejabat pemerintah (madya) adalah publik masa depan.

4. Proponent, opponent, dan uncommitted. Di antara publik terdapat kelompok yang menentang perusahaan (opponents), yang memihak (proponents) dan ada yang tidak peduli (uncommitted). Perusahaan perlu mengenal publik yang berbeda-beda ini agar dapat dengan jernih melihat permasalahan.

5. Silent majority dan vocal minority: Dilihat dari aktivitas publik dalam mengajukan complaint (keluhan) atau mendukung perusahaan, dapat dibedakan antara yang vokal (aktif) dan yang silent (pasif). Publik penulis di surat kabar umumnya adalah the vocal minority, yaitu aktif menyuarakan pendapatnya, namun jumlahnya tak banyak. Sedangkan mayoritas pembaca adalah pasif sehingga tidak kelihatan suara atau pendapatnya. (Ardianto, Elvinaro,dan “oe irat “oleh, Dasar-dasar Pu li Relatio s ,

Definisi, fungsi, tujuan, peran, tugas Public Relations yang dipakai dalam penelitian kali ini adalah Public Relations dalam menciptakan, membangun, menjaga dan meningkatkan citra baik perusahaan.

Jenis kegiatan public relations di PT INALUM:

1. Melakukan program Komuniti Relations, yang berupa sponshorship cabang olahraga dengan papan skor, hiburan agustus

2. Bantuan komputer untuk universitas 3. Sponshorship kegiatan ramadhan dan natal

4. Kerjasa a dala pe uata aliho Hati-hati dengan pencopetan Kota Medan D. Teori Citra

(15)

Katz dalam Soemirat dan Ardianto mengatakan bahwa citra adalah :

Cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan.

Ardia to, El i aro, da “oe irat “oleh, Dasar-dasar Public Relations,2004)

Ruslan menjelaskan bahwa :

Citra perusahaan berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal, serta diterima oleh publiknya, seperti sejarahnya, kualitas pelayanan yang prima, keberhasilan dalam bidang ,marketing, tanggung jawab sosial, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, pihak Public Relation berupaya untuk bertanggung jawab penuh terhadap citra perusahaan, agar mampu mempengaruhi harga sahamnya tetap bernilai tinggi u tuk ersai g dipasar ursa saha Rusla , Memahami pemasaran , ,p. .

Soemirat dan Ardianto menjelaskan efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang :

Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang

lingkungan. Public Relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang

diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. (Ardianto,Elvinaro,dan Soemirat Soleh, Dasar-dasar Public Relations ,

Jadi, citra adalah pandangan seseorang tentang suatu perusahaan/organisasi. Pandangan tersebut muncul dari kesan pertama atau dari pengalaman-pengalaman yang terjadi berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan yang ada.

Citra bagi sebuah organisasi merupakan tujuan utama. Citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri muncul karena adanya informasi. Dalam usaha mewujudkan tujuan tersebut, tiap organisasi berlomba-lomba untuk membentuk, memelihara, dan mempertahankan citra positif yang ada demi tujuan keseluruhan organisasi tercapai. Citra yang baik akan menghasilkan dampak positif yang berkesinambungan bagi seluruh produk atau pelayanan jasa yang dihasilkan.

Citra diartikan sebagai kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta dan kenyataan (Soemirat dan Ardianto, 2005 : 114). Citra

(16)

penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi – informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra terhadap suatu organisasi atau perusahaan.

Public relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap. Proses-proses yang berlangsung pada individu konsumen berkisar antara komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi dan sikap konsumen terhadap produk Keempat komponen itu diartikan sebagai mental representation (citra) dari stimulus

Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsang ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini

menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsang itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan.

Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap dapat diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Ini dise ut se agai ’pi ture i our head’ oleh Walter Lip a “oe irat da Ardianto, 2005:115). Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti tentang rangsang tersebut. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalaman mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu.

Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap diartiakan Walter Lipman dalam Soemirat dan Elvinaro (2005:115) sebagai citra individu terhadap rangsang :

1. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan.

2. Kognisi yaitu suatu keyakinan diri individu terhadap suatu stimulus.

3. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

(17)

Ruslan (2007:77) menyebutkan ada beberapa jenis citra (image) menurut Jefkins. Berikut ini enam jenis citra yang dikemukakan, yakni:

a.

Citra cermin (mirror image). Citra yang diyakini oleh perusahaan – terutama para pemimpinannya – yang selalu merasa dalam posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar.

b.

Citra kini (current image). Adalah kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan/organisasi atau hal yang lain yang berkaitan dengan produknya.

c.

Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen terhadap perusahaan/organisasi.

d.

Citra perusahaan/organisasi (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. Berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, baik tentang sejarahnya, kualitas pelayanan, keberhasilan dalam bidang marketing dan CSR.

e.

Citra majemuk (multiple image). Pelengkap dari citra perusahaan, pengenalan terhadap identitas perusahaan, banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.

f.

Citra Penampilan (performance image). Citra ini ditujukan kepada subjeknya, kinerja atau penampilan diri (performance image) para profesional di perusahaan bersangkutan.

Citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman suatu kenyataan. Pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap akan menghasilkan citra yang tidak sempurna (Kasali, 1994:28). Pengertian citra itu sendiri abstrak dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi

wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian yang baik atau buruk (Ruslan, 2007:75). Terciptanya suatu citra yang baik dimata masyarakat akan menguntungkan organisasi, sebab citra yang baik merupakan tujuan pokok organisasi. Citra yang baik juga akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi perusahaan atau organisasi.

(18)

didukung oleh berbagai pihak yang menentukan keberhasilan organisasi dalam meraih berbagai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Pembentukan citra melalui suatu proses waktu dan harus diupayakan melalui usaha bagian atau divisi dari organisasi yang tepat.

Citra bagi seorang praktisi public relations adalah tujuan utama, reputasi dan prestasi yang hendak dicapai . Citra seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang

khususnya datang dari public (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. Penilaian atau tanggapan tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat (respek), kesan-kesan yang baik dan menguntungkan citra suatu organisasi atau produk barang dan jasa yang diwakili oleh praktisi public relations. Praktisi public relations harus memiliki tanggung jawab memberikan informasi-informasi yang lengkap kepada publiknya. Karena informasi-informasi yang tidak lengkap sering dipakai oleh pihak -pihak yang tidak sependapat untuk menjatuhkan pihak tertentu, sehingga muncul isu-isu yang menyebabkan konflik. Untuk itu informasi harus diberikan kepada publik secara benar, akurat, tidak memihak, lengkap dan memadai. Agar hal-hal yang menimbulkan ketidak puasaan yang

berhubungan dengan organisasi dapat dikendalikan dan dihindari.

“usti a ,p. e ge ukaka ah a Citra adalah total persepsi terhadap suatu o jek ya g di e tuk de ga e proses i for asi dari er agai su er setiap aktu

Definisi persepsi menurut Mowen (2000,p73) mengemukakan :

Persepsi adalah proses dala i di idu ya g ditu juka i for asi, e perhatika informasi dan memahami informasi tersebut. Pada tahap penangkapan informasi konsumen menerima informasi melalui indera mereka, pada tahap perhatian konsumen menetapkan kapasitas pemrosesan bagi suatu stimulu/rangsangan dan pada tahap pemahaman konsumen menerjemahkan informasi untuk memperoleh

ak a ya.

Menurut Hawkins, Motherbaugh, dan Best (2007,p.282), persepsi adalah suatu proses bahwa mulai dengan tahapan penangkapan, perhatian, dan berakhir dengan penafsiran informasi oleh pelanggan.

1.

Tahap penangkapan (Exposure)

Terjadi saat suatu rangsangan mencapai daerah syaraf penerimaan indera

seseorang (sensory receptor). Pada tahap ini sistem sensor manusia memilih

bagian yang perlu diingat sementara bagian yang perlu terus diingat.

2.

Tahap perhatian (Attention)

Agar dapat terjadi sesuatu yang khusus dan menjadi perhatian seseorang,

setelah mencapai daerah syaraf penerima indera (sensory receptor), maka

rangsangan tersebut harus menggetarkan syaraf penerima indera dan

menimbulkan respon langsung atau sensasi pada otak (sensations).

3.

Tahap pemahaman (Comprehensive)

(19)

otak manusia untuk memahami sensasi dan informasi tersebut. Pada tahap

inilah persepsi terbentuk.

Setelah persepsi terbentuk kemudian persepsi tersebut disimpan didalam ingatan berupa long term memory. Proses pembentukan persepsi dan penyimpanannya hampir terjadi bersamaan dan bersifat interaktif, dimana lama tidaknya persepsi seseorang dalam proses pembentukan persepsi, yaitu mengukur sejauh mana keterlibatan seseorang terharap suatu rangsangan.

Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Proses pembentukan citra menurut Soleh Soemirat dan Elvinaro, adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Model Pembentukan Citra

Sumber : Soleh Soemirat dan Elvinaro,2002, p.111

Model pembentukan citra ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon.

E. Citra Perusahaan

Definisi Citra Perusahaan menurut para ahli: Kotler (2007,p.338) :

Citra adalah cara masyarakat mempersepsikan (memikirkan) perusahaan atau produknya.

Frank Jefkin (2004,p.22) :

Kognisi

Motivasi

Sikap Persepsi

Respon Perilaku Persepsi

(20)

Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, bukan sekedar citra atas produk ataupun layanannya.

Lawrence L. Steinmetz (dalam Siswanto Sutojo 2004,p.1) :

Citra perusahaan dapat diartikan persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Elvirano (2004,p.120) :

Citra perusahaan adalah citra yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya. Bagaimana citra perusahaan yang positif lebih dikenal serta diterima publiknya, mungkin tentang sejarah, kualitas, pelayanan prima,

keberhasilan dalam bidang pemasarannya dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosialnya.

Bill Cantor (dalam Siswanto Sutojo 2004,p.1) :

Citra perusahaan secara lebih khusus sebagai kesan, perasaan, dan konsep yang diberikan masyarakat kepada perusahaan, yang dapat pula mereka ciptakan kepada objek lain, seseorang, ataupun suatu organisasi tertentu.

Dapat disimpulan bahwa citra perusahaan adalah persepsi masyarakat terhadap suatu perusahaan secara keseluruhan.

Shirley Harison dalam bukunya Marketers Guide to Public Relations, membagi empat unsur dalam citra perusahaan, diantaranya ;

1.

Personality, keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami oleh lingkungan

luar perusahaan. Unsur yang pertama dalam citra ini akan memberikan gambaran

umum perusahaan secara keseluruhan, seperti perusahaan yang terpercaya, atau

perusahaan yang bertanggung jawab sosial.

2.

Reputation, keyakinan publik terhadap perusahaan berdasar pengalaman pribadi atau

orang lain atas output yang dihasilkan perusahaan.

3.

Value/Etnics, nilai-nilai dan filosofi yang dianut perusahaan, termasuk didalamnya

kebijakan internal dan interaksi eksternal dengan pihak luar yang berhubung dengan

perusahaan.

4.

Corporate Identity, identitas dalam nama, simbol, logo, warna dan ritual untuk

memunculkan perusahaan, merek, dan kepentingan perusahaan. James R. Gregory

dalam buku Siswanto (2004,p.14) menyatakan identitas perusahaan terdiri dari dua

elemen pokok yaitu nama dan logo perusahaan. Suatu identitas perusahaan

diharapkan efektif apabila perusahaan dan design consultant yang membantu

merencanakan desain identitas memperhatikan hal- hal berikut :

a)

Identitas singkat tapi jelas, tidak membingungkan, tidak asal, orisinil, dan

tidak mudah dilupakan.

b)

Membawa arti tertentu.

c)

Logo dapat digunakan secara fleksibel.

d)

Tidak cepat membosankan.

(21)

Keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Dari sekian banyak faktor tersebut, lima diantaranya sangat berpengaruh besar dalam pembentukan citra perusahaan.

Kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1.

Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan

diinginkan kelompok sasaran.

Perusahaan boleh saja membangun citra tentang produk mereka. Betapapun indahnya

kemasan yang mereka gunakan untuk membangun citra yang diinginkan, namun

apabila sasaran tidak melihat manfaat apa yang mereka peroleh, sulit diharapkan

mereka tertarik pada citra perusahaan.

Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis.

2.

Citra yang ditunjukan kepada kelompok sasaran hendaknya realistis sehingga mudah

dipercaya. Kelompok sasaran cenderung bersikap sinis atau negatif terhadap

penonjolan citra perusahaan yang tidak realistis.

3.

Citra yang ditonjolkan tepat.

Manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan segmen-segmen kelompok sasaran dari

perusahaan atau produk umumnya beraneka warna, idealnya perusahaan yang ingin

menarik beberapa segmen sekaligus menonjolkan lebih dari satu jenis citra. Setiap

perusahaan hendaknya memilih citra yang tepat.

4.

Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran.

Kelompok sasaran tidak mempunyai banyak waktu untuk memahami berbagai macam

citra yang ditonjolkan oleh banyak perusahaan. Oleh karena itu setiap perusahaan

yang ingin menonjolkan citranya wajib berusaha agar citra itu mudah dipahami

kelompok sasaran mereka.

5.

Citra yang ditonjolkan merupakan sarana, bukan tujuan usaha.

Faktor penting lain yang wajib disadari para pengusaha adalah citra perusahaan atau

produk yang mereka bangun itu adalah sarana untuk membangun usaha, bukan tujuan

usaha itu sendiri.

Menurut Siswanto (2004,p.3) citra yang baik membawa banyak manfaat yang bernilai bagi perusahaan, di antaranya adalah :

1.

Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap.

(22)

baru. Citra juga dapat melindungi perusahaan dari pesaing lama yang

memasarkan barang tau jasa baru.

2.

Menjadi perisai selama masa krisis.

Walau dikelola dengan manajemen yang handal sekalipun, tidak selamanya

operasi bisnis perusahaan berjalan mulus. Adakalanya bagi perusahaan untuk

menghadapai masa krisis akibat beberapa kesalahan. Perusahaan dengan citra

yang baik, sebagian masyarakat akan memaafkan kelalaian atau kesalahan

tersebut karena seperti halnya seorang manusia, tidak selamanya dalam

kegiatan operasionalnya perusahaan berada dalam kondisi yang sempurna.

3.

Menjadi daya tarik eksekutif handal.

Eksekutif handal merupakan salah satu aset berharga bagi perusahaan. Mereka

adalah para pelaku yang membuat perusahaan dapat mencapai tujuan jangka

pendek dan menengah dapat tercapai. Sebuah perusahaan dengan citra yang

buruk tidak akan mudah merekrut dan mempertahankan eksekutif yang handal.

4.

Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran.

Harapan perusahaan dengan citra yang baik untuk berhasil menerjunkan

produk atau merek baru dipasar, jauh lebih besar dibandingkan perusahaan

yang belum banyak dikenal dimasyarakat.

5.

Penghematan biaya operasional.

Salah satu contoh mudah dalam penghematan biaya operasional yaitu ketika

pihak perusahaan mencoba mempromosikan produk mereka ke pasar,

perusahaan dengan citra baik membutuhkan usaha dan biaya yang sedikit

dibandingkan dengan perusahaan baru yang belum dikenal konsumen.

Jadi, citra yang baik membawa banyak manfaat bagi perusahaan yakni menjadi daya

saing jangka menengah dan panjang yang mantap, menjadi perisai selama masa krisis,

menjadi daya tarik eksekutif handal, meningkatkan efektifitas strategi pemasaran, dan

penghematan biaya operasional.

F. Corporate Social Responsibility (CSR)

(23)

penegakan Good Corporate Governance (GCG). Program CSR masuk dalam aspek tanggung jawab lingkungan dan tanggung jawab sosial. Berdasarkan sifatnya, pelaksanaan program CSR dapat dibagi dua, yaitu :

1. Program Pengembangan Masyarakat (Community Development); dan

2. Program Pengembangan Hubungan/Relasi dengan publik (Relations Development)

Kotler dan Keller (2007,p.25) memberikan penekanan terhadap konsep pemasaran bertanggung jawab sosial bahwa suatu organisasi adalah menetapkan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran dan menyerahkan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien ketimbang pesaing dengan cara memelihara atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.

Kotler dan Keller (2007,p.27) memberikan penjelasan Corporate Social Initiatives sebagai garis besar pelaksanaan pemasaran yang bertanggung jawab sosial. Kotler dan Nancy Lee

(2005,p.22) menjelaskan lebih lanjut mengenai Corporate Social Initiatives sebagai aktifitas utama perusahaan untuk mendukung program sosialnya dan untuk mendukung komitmen Corporate Social Responsibility.

Konsep pemasaran bertanggung jawab sosial dinilai sejalan dengan konsep Corporate Social Responsibility, yang berisikan kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan. Bahkan banyak terminologi yang dipertukarkan dengan konsep Corporate Social Responsibility sebut saja social investing, corporate responsibility, corporate citizenship dan masih banyak lainnya. Tapi semuanya menuju satu muara yaitu untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainability development). Untuk mencapai tujuan ini Corporate Social Responsibility perusahaan haruslah merupakan upaya untuk meminimumkan dampak negatif dan untuk memaksimumkan dampak positif baik bagi masyarakat (sosial) maupun lingkungan.

Berdasar pada Trinidad and Tobaco Bureau of Standards (TTBS), Corporate Social Responsibility diartikan sebagai :

Komitmen usaha untuk bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara lebih luas. (Budimanta,Prasetijo & Rudito, Corporate “o ial Respo si ility : Ja a a agi Model Pembangu a I do esia Masa Ki i 2004, p.72).

World Business Council for Sustainable Development mendefiniskan Corporate Social Responsibility sebagai :

(24)

Menurut Philip Kotler & Nancy Lee :

Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan se agia su er daya perusahaa Kotler & Na y, Corporate Social

Responsibility : Doing The Most Good for Your Company , ,p.4)

CSR Forum mendefinikan Corporate Social Responsibility sebagai:

Bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono, Me edah Ko sep da Aplikasi C“R ,2007,p.8)

Philip Kotler dan Nancy Lee juga mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility memiliki kemampuan untuk meningkatkan citra perusahaan karena jika perusahaan menjalankan tata kelola bisnisnya dengan baik dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maka pemerintah dan masyarakat akan memberikan keleluasaan bagi perusahaan tersebut untuk beroperasi di wilayah mereka. Citra positif ini akan menjadi asset yang sangat berharga bagi perusahaan dalam menjaga keberlangsungan hidupnya saat mengalami krisis. (Kotler & Nancy,

Corporate Social Responsibility : Doing The Most Good for Your Company ,

Melihat pentingnya pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam membantu perusahaan menciptakan citra positifnya maka perusahaan seharusnya melihat Corporate Social Responsibility bukan sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sebagai sentra laba (profit center) di masa mendatang. Logikanya sederhana, jika Corporate Social Responsibility diabaikan kemudian terjadi insiden. Maka biaya yang dikeluarkan untuk biaya recovery bisa jadi lebih besar dibandingkan biaya yang ingin dihemat melalui peniadaan Corporate Social Responsibility itu sendiri. Hal ini belum termasuk pada resiko non-finansial yang berupa memburuknya citra perusahaan di mata publiknya (Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi , 2007)

Berdasarkan definisi-definisi yang ada, penulis menyimpulkan; Corporate Social

Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap satu issue tertentu di masyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik. Kontribusi dari perusahaan ini bisa berupa banyak hal, misalnya : bantuan dana, bantuan tenaga ahli dari perusahaan, bantuan berupa barang, dan lainnya.

Konsep Corporate Social Responsibility diukur dengan menggunakan lima pilar aktivitas Corporate Social Responsibility dari Prince of Wales International Bussiness Forum

(Wibisono, Me edah Ko sep da Aplikasi C“R ,2007,p.119) yaitu : 1. Building Human Capital

Secara internal, perusahaan dituntut untuk menciptakan SDM yang handal. Secara eksternal, perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat, biasanya melalui

(25)

2. Strengthening Economies

Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya sendiri sementara komunitas di lingkungannya miskin, mereka harus memberdayakan ekonomi sekitar. 3. Assessing Social Chesion

Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik.

4. Encouraging Good Governence

Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis dengan baik. 5. Protecting The Environment

Perusahaan berupaya keras menjaga kelestarian lingkungan.

Kotler dala uku Corporate Social Responsibility : Doing The Most Good for Your

Company e ye utka e erapa e tuk progra Corporate Social Responsibility yang

dapat dipilih, yaitu :

1. Cause Promotions

Dalam cause promotions ini perusahaan berusaha untuk meningkatkan awareness masyarakat mengenai suatu issue tertentu, dimana issue ini tidak harus

berhubungan atau berkaitan dengan lini bisnis perusahaan, dan kemudian

perusahaan mengajak masyarakat untuk menyumbangkan waktu, dana atau benda mereka untuk membantu mengatasi atau mencegah permasalahan tersebut. Dalam cause promotions ini, perusahaan bisa melaksanakan programnya secara sendiri ataupun bekerjasama dengan lembaga lain, misalnya : non government

organization. Cause Promotions dapat dilakukan dalam bentuk : Meningkatkan awareness dan concern masyarakat terhadap satu issue tertentu.

2. Cause-Related Marketing

Dalam cause related marketing, perusahaan akan mengajak masyarakat untuk membeli atau menggunakan produk nya, baik itu barang atau jasa, dimana sebagian dari keuntungan yang didapat perusahaan akan didonasikan untuk membantu mengatasi atau mencegah masalah tertentu. Cause related marketing dapat berupa : Setiap barang yang terjual, maka sekian persen akan didonasikan. Setiap

(26)

Corporate social marketing ini dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat (behavioral changes) dalam suatu issue tertentu. Biasanya corporate social marketing, berfokus pada bidang-bidang di bawah ini, yaitu : Bidang kesehatan (health issues), misalnya : mengurangi kebiasaan merokok, HIV/AIDS, kanker,eating disorders, dll. Bidang keselamatan (injury prevention issues), misalnya : keselamatan berkendara, pengurangan peredaran senjata api, dll. Bidang lingkungan hidup (environmental issues) , misalnya : konservasi air, polusi, pengurangan penggunaan pestisida. Bidang masyarakat (community involvement issues), misalnya : memberikan suara dalam pemilu, menyumbangkan darah, perlindungan hak-hak binatang, dan sebagainya.

4. Corporate Philanthrophy

Corporate philanthropy mungkin merupakan bentuk Corporate Social Responsibility yang paling tua. Corporate philanthrophy ini dilakukan oleh perusahaan dengan memberikan kontribusi/sumbangan secara langsung dalam bentuk dana, jasa atau alat kepada pihak yang membutuhkan baik itu lembaga, perorangan ataupun kelompok tertentu. Corporate philanthropy dapat dilakukan dengan menyumbang uang secara langsung, misalnya: memberikan beasiswa kepada anak-anak yang tidak mampu,dll. Memberikan barang/produk, misalnya: memberikan bantuan peralatan tulis untuk anak-anak yang belajar di sekolah-sekolah terbuka, dll. Memberikan jasa, misalnya: memberikan bantuan imunisasi kepada anak-anak di daerah terpencil,dll. 5. Corporate Volunteering

Community Volunteering adalah bentuk Corporate Social Responsibility di mana perusahaan mendorong atau mengajak karyawannya ikut terlibat dalam program Corporate Social Responsibility yang sedang dijalankan dengan jalan

mengkontribusikan waktu dan tenaganya. Beberapa bentuk community volunteering, yaitu : Perusahaan mengorganisir karyawannya untuk ikut

berpartisipasi dalam program Corporate Social Responsibility yang sedang dijalankan oleh perusahaan, misalnya sebagai staff pengajar, dan lain-lain. Perusahaan

memberikan dukungan dan informasi kepada karyawannya untuk ikut serta dalam program-program Corporate Social Responsibility yang sedang dijalankan oleh lembaga-lembaga lain, dimana program-program Corporate Social Responsibility tersebut disesuaikan dengan bakat dan minat karyawan. Memberikan kesempatan (waktu) bagi karyawan untuk mengikuti kegiatan Corporate Social Responsibility pada jam kerja, dimana karyawan tersebut tetap mendapatkan gajinya. Memberikan bantuan dana ke tempat-tempat dimana karyawan terlibat dalam program

(27)

bentuk : Memperbaiki proses produksi, misalnya : melakukan penyaringan terhadap limbah sebelum dibuang ke alam bebas, menggunakan pembungkus yang dapat didaur ulang (ramah lingkungan).

Dala uku, Me edah Ko sep da Aplikasi C“R , Yusuf Wi isono menguraikan 10 keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan jika melakukan program Corporate Social Responsibility, yaitu:

1.

Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan. Perbuatan

destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan, sebaliknya kontribusi

positif pasti akan mendongkrak image dan reputasi positif perusahaan. Image /

citra yang positif ini penting untuk menunjang keberhasilan perusahaan.

2.

Layak mendapatkan sosial licence to operate.

Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka

mendapatkan keuntungan dari perusahaan, maka dengan sendirinya mereka

akan merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberika kepada

perusahaan adalah keleluasaan untuk menjalankan roda bisnisnya di kawasan

tersebut.

3.

Mereduksi Resiko Bisnis Perusahaan

Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan

hal yang esensial untuk suksesnya usaha. Disharmoni dengan

stakeholders

akan menganggu kelancaran bisnis perusahaan. Bila sudah terjadi

permasalahan, maka biaya untuk

recovery akan jauh lebih berlipat bila

dibandingkan dengan anggaran untuk melakukan program

Corporate Social

Responsibility. Oleh karena itu, pelaksanaan

Corporate Social Responsibility

sebagai langkah preventif untuk mencegah memburuknya hubungan dengan

stakeholders perlu mendapat perhatian.

4.

Melebarkan Akses Sumber Daya

Track records yang baik dalam pengelolaan

Corporate Social Responsibility

merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu

memuluskan jalan menuju sumberdaya yang diperlukan perusahaan.

5.

Membentangkan Akses Menuju Market

Investasi yang ditanamkan untuk program

Corporate Social Responsibility ini

dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang yang lebih besar.

Termasuk di dalamnya memupuk loyalitas konsumen dan menembus pangsa

pasar baru.

6.

Mereduksi Biaya

(28)

pabrik ke dalam proses produksi. Selain dapat menghemat biaya produksi,

juga membantu agar limbah buangan ini menjadi lebih aman bagi lingkungan.

7.

Memperbaiki Hubungan dengan Stakehoder

Implementasi

Corporate Social Responsibility akan membantu menambah

frekuensi komunikasi dengan stakeholder, dimana komunikasi ini akan

semakin menambah kepercayaan stakeholders kepada perusahaan.

8.

Memperbaiki Hubungan dengan Regulator

Perusahaan yang melaksanakan

Corporate Social Responsibility umumnya

akan meringankan beban pemerintah sebagai regulator yang sebenarnya

bertanggung jawab terhadap kesejahteraan lingkungan dan masyarakat.

9.

Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan

Image

perusahaan yang baik di mata stakeholders dan kontribusi positif yang

diberikan perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan, akan menimbulkan

kebanggan tersendiri bagi karyawan yang bekerja dalam perusahaan mereka

sehingga meningkatkan motivasi kerja mereka.

10.

Peluang Mendapatkan Penghargaan

Banyaknya penghargaan atau reward yang diberikan kepada pelaku Corporate

Social Responsibility sekarang, akan menambah kans bagi perusahaan untuk

mendapatkan

award.

(Wibisono

,”Membedah Konsep dan Aplikasi

CSR”,

2007)

F. Kerangka Konsep

(29)

Kerangka Konsep

G. Operasionalisasi Konsep

Untuk memudahkan pelaksanan penelitian maka konsep strategi komunikasi akan dibagi dalam beberapa kategori.

Kategorisasi diartikan sebagai salah satu tumpukan dam seperangkat yang disusun atau dasar pikir, institusi, dan kriteria tertentu (metodologi penelitian, 2012:252).

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka konsep operasional tersebut dijadikan acuan untuk memecahkan masalah. Agar konsep operasional tersebut dapat membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, maka dioperasionalkan sebagai berikut:Kategori dalam penelitian merupakan turunan dari konsep strategi komunikasi hubungan masyarakat dalam meningkatkan citra perusahaan. Kategori tersebut terdiri dari:

1. Komunikator 2. Pesan

3. Saluran/ media 4. Komunikan 5. Efek

STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT INDONESIA

ASAHAN ALUMINIUM

(30)

Pertanyaan Penelitian Kategori Penelitian

Strategi Public Relations pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan Kegiatn yg ada di note pt

1. Komunikator

a. Pemimpin Perusahaan b. Public Relations 2. Isi Pesan

a. Program Kegiatan b. Penympin Pemasaran 3. Saluran/Media yng digun akn 4. Komunikan

a. Target sasaran

5. Efek dampak yang diharapkan

Melakukan program Komuniti Relations 1. Komunikator a. M. Mijuguchi b. S. Sijabat 2. Isi Pesan

a. program Komuniti Relations b. Pemimpin Pemasaran

3. Saluran/Media yng digunakan, warta kota, warta inalum dan media informal lainnya

4. Komunikan

a. Anggota komuniti

5. Efek dampak yang diharapkan Menjalin hubungan baik

Bantuan komputer untuk universitas 1. Komunikator a. M. Mijuguchi b. S. Sijabat 2. Isi Pesan

(31)

b. Peduli dengan pendidikan 3. Saluran/Media yng digunakan, warta

kota, warta inalum dan media informal lainnya

4. Komunikan a. Mahasiswa

5. Efek dampak yang diharapkan Menjalin hubungan baik

H. Definisi Operasional

Defenisi operasional berfungsi untuk memperjelas variabel-variabel dalam konsep operasional. Dengan kata lain, defenisi variabel operasioanl adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46). Adapun yang menjadi defenisi oeprasional dalam penelitian ini adalah:

1. Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan.

2. Komunikator, yakni orang yang menyampaikan pesan harus berusaha merumuskan isi pesan yang akan disampaikan. Sikap dari komunikator harus empati, jelas. Kejelasan kalimat dan kemudahan bahasa akan sangat mempengaruhi penerimaan pesan oleh komunikan.

3.

Pesan, yakni pernyataan yang didukung oleh lambang. Lambang bahasa dinyatakan

baik lisan maupun tulisan. Lambang suara berkaitan dengan intonasi suara. Lambang

gerak adalah ekspresi wajah dan gerakan tubuh, sedangkan lambang warna berkaitan

dengan pesan yang disampaikan melalui warna tertentu yang mempunyai makna,

yang sudah diketahui secara umum, misalnya merah, kuning, dan hijau pada lampu

lalu lintas.

4.

Komunikan, adalah penerima pesan. Seorang penerima pesan harus tanggap atau peka

dengan pesan yang diterimanya dan harus dapat menafsirkan pesan yang diterimanya.

(32)

6.

Respon/umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari

pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Gambar

Gambar 2.1 Model Pembentukan Citra

Referensi

Dokumen terkait

Dengan diberikan contoh gerakan berlari oleh guru, siswa dapat menjelaskan prosedur gerakan berlari ke berbagai arah sesuai dengan konsep tubuh,

Addendum ( Bila ada ) Selasa 15 Januari 2013 16:00 Didownload Melalui

Untuk mencapai tujuan itu, kedua sekolah tersebut juga telah men- sosialisasikan pendidikan karakter kepada orang tua siswa dengan cara memberikan penyuluhan kepada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi penumpang terhadap hasil pemeliharaan oleh UPTD Terminal dan pelayanan fasilitas fisik Terminal.. Metode penelitian yang

Salah satu kabupaten yang menjadi daerah pemekaran dari kabupaten Tapanuli Utara adalah Kabupaten Toba Samosir.. Sebagai daerah otonom

[r]

rate bandwidth , throughput , delay dan loss bandwidth. Penelitian ini diharapkan dapat analisis QoS pada trafik sibuk dengan memodelkan persamaan yang cocok untuk

Factors that could cause actual results to differ include, but are not limited to, economic, social and political conditions inIndonesia; the state of the property industry