• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Mahasiswa Terhadap Kebijakan Uang Kuliah Tunggal di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Mahasiswa Terhadap Kebijakan Uang Kuliah Tunggal di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jumlah peserta ujian seleksi masuk perguruan tinggi tidak pernah sepi dan

cenderung meningkat. Pada tahun 2015 saja jumlah pendaftar jalur SNMPTN dan SBMPTN

masing-masing mencapai 852.093 dan 693.185 peserta. Jumlah ini lebih banyak

dibandingkan 2014 dimana jumlah pendaftar jalur SNMPTN dan SBMPTN masing-masing

sebanyak 777.357 dan 664.509 peserta (news.okezone.com diakses pada tanggal 26

Februari pukul 23.09 WIB).

Peningkatan juga terlihat dari jumlah calon mahasiswa baru yang diterima.

Dibandingkan tahun 2014, jumlah calon mahasiswa baru yang diterima di Perguruan Tinggi

Negeri melalui jalur SNMPTN pada tahun 2015 mengalami peningkatan. Pada 2015, jumlah

calon mahasiswa baru yang diterima di perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN mencapai

137.005 orang, meningkat dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 125.406 orang. “Dari

jumlah yang mendaftar 852.093, sebanyak 137.005 atau sekitar 16,08 persen siswa diterima

di PTN seluruh Indonesia. Ini ada kenaikan 10 persen dari tahun lalu. Selain itu, untuk

siswa bidikmisi dari 152.097 yang mendaftar hanya 31.908 siswa yang diterima. Dan hasil

pengumuman ini nantinya akan diumumkan hari ini Pukul 17.00 WIB,” terang Ketua

Panitia SNMPTN 2015, Prof Wahab di Gedung D Kemendikbud, Sabtu (9/52015)

(http://news.detik.com diakses pada tanggal 25 Februari 2016 Pukul 20.59 WIB)

(2)

Panitia SBMPTN 2015 Rochmat Wahab memaparkan, jumlah peserta SBMPTN meningkat

hingga 4,31 persen menjadi 693.185 orang. Pada SBMPTN 2014, hanya 105.862 orang

yang lulus dari total 664.509 peserta. Sedangkan pada SBMPTN 2015, dari 585.789 peserta,

yang lulus 109.853 orang (http://news.okezone.com diakses pada tanggal 25 Februari 2016

Pukul 21.48 WIB).

Di Universitas Sumatera Utara, pada tahun 2015 jumlah calon mahasiswa baru yang

diterima melalui jalur SNMPTN justru mengalami penurunan. Dari 137.005 calon

mahasiswa baru yang lulus melalui jalur SNMPTN, 3294 diantaranya lulus di Universitas

Sumatera Utara, menurun sebanyak 453 orang dibandingkan 2014 yang mencapai 3747

calon mahasiswa baru (beritasore.com diakses pada tanggal 25 Februari 2016 Pukul 22.54

WIB).

Sama halnya dengan yang terjadi pada jalur SBMPTN, jumlah calon mahasiswa

baru yang diterima melalui jalur SBMPTN di Universitas Sumatera Utara juga mengalami

penurunan. Pada tahun 2015, jumlah calon mahasiswa baru yang diterima adalah 2580

orang, menurun sebanyak 229 orang dibandingkan 2014 yang sebanyak 2809 orang

(usu.ac.id diakses pada tanggal 25 Februari 2016 Pukul 23.07 WIB).

Senada dengan penurunan jumlah calon mahasiswa baru 2015 yang diterima, jumlah

mahasiswa angkatan 2015 yang terdaftar di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera lebih sedikit dibandingkan jumlah mahasiswa angkatan 2014. Jumlah

mahasiswa angkatan 2015 yang terdaftar di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara sebanyak 754 orang, sedangkan mahasiswa angkatan 2014

sebanyak 868 orang, berarti ada penurunan sebanyak 229 orang (dirmahasiswa.usu.ac.id

(3)

Terhitung sejak diundangkannya Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia

Nomor 55 Tahun 2013 maka sejak itu kebijakan mengenai Uang Kuliah Tunggal atau Biaya

Kuliah Tunggal Resmi ditetapkan. Kebijakan mengenai uang kuliah tunggal ini tentu tidak

terpisahkan dari Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 dikarenakan Undang-undang ini

menjadi dasar peringatan untuk ditetapkannya Peraturan Menteri yang menetapkan

kebijakan Uang Kuliah Tunggal (hizbut-tahrir.or.id diakses pada tanggal 26 Februari 2016

Pukul 23.47 WIB). Pemberlakuan kebijakan Uang Kuliah Tunggal ini didasarkan pada rasa

keadilan dalam hal pembiayaan pendidikan yang bersumber dari masyarakat. Dengan sistem

Uang kuliah Tunggal ini dimaksudkan agar terjadi subsidi silang dari masyarakat yang

mampu dengan yang kurang mampu (unib.ac.id diakses pada tanggal 26 Februari 2016

Pukul 23.55 WIB).

Jika kita cermati, setiap kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah secara keseluruhan

tujuannya baik, termasuk kebijakan Uang Kuliah Tunggal. Tujuan Pemerintah dalam

menetapkan kebijakan Uang Kuliah Tunggal ini adalah untuk meningkatkan tanggungjawab

negara dalam menyediakan pelayanan pendidikan tinggi dengan menghapus uang pangkal

yang dirasa memberatkan mahasiswa sebagai pengguna pelayanan pendidikan. Untuk

mendukung implementasi kebijakan Uang Kuliah Tunggal, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dalam hal ini Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) telah

mengeluarkan surat edaran yang dijadikan dalih pemberlakuan kebijakan Uang Kuliah

Tunggal, yaitu Surat Edaran Dirjen Dikti No. 305/E/T/2012 tertanggal 21 Feb 2012 tentang

Larangan Menaikkan Tarif Uang Kuliah, Surat Edaran Dirjen Dikti nomor 488/E/T/2012

tanggal 21 Maret 2012 tentang Tarif Uang Kuliah SPP di Perguruan Tinggi, Surat Edaran

Dirjen Dikti 274/E/T/2012 bertanggal 16 Februari 2012 tentang Uang Kuliah Tunggal,

Surat Edaran Dirjen Dikti No. 21/E/T/2012 tanggal 4 Januari 2012 tentang Uang Kuliah

(4)

Kuliah Tunggal yang berisi Permintaan Dirjen Dikti kepada Pimpinan PTN untuk

menghapus uang pangkal dan melaksanakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi mahasiswa

baru program S1 reguler mulai tahun akademik 2013/2014

(https://id-

id.facebook.com/notes/zaki-arrobi/dilema-kebijakan-uang-kuliah-tunggal-ukt-merangkai-fakta-usulan-ukt-di-fisipol-u/10151485903822302/ diakses pada tanggal 27 Februari 2016

Pukul 00.06 WIB).

Namun, seperti sebagian besar kebijakan yang berlaku di Indonesia, kebijakan Uang

Kuliah Tunggal ini terlihat baik pada redaksi peraturannya tetapi justru bermasalah pada

realita dilapangan. Sekilas, kebijakan ini terkesan positif karena meniadakan beban biaya

pangkal yang konon mencapai puluhan juta rupiah. Selain itu ada mekanisme subsidi silang

antara yang mampu dengan yang kurang mampu. Namun, fakta di lapangan berbicara lain.

Kebijakan Uang Kuliah Tunggal ini memang menuai banyak protes, khususnya dari

kalangan mahasiswa. Di Lampung saja misalnya, ratusan mahasiswa kampus IAIN Radin

Intan sempat melakukan aksi massa menuntut rektornya untuk membatalkan pemberlakuan

Uang Kuliah Tunggal karena dianggap memberatkan. Tetapi sayang upaya mereka belum

menuai hasil karena pihak rektorat menerangkan posisinya sebagai pelaksana tugas

kementerian pendidikan yang tak bisa membantah (www.berdikarionline.com diakses pada

tanggal 27 Februari 2016 Pukul 00.42). Selain itu, di Palangka Raya ratusan mahasiswa

Universitas Palangka Raya (UNPAR) terancam putus kuliah atau drop out (DO).

Penyebabnya, penerapan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) di universitas terbesar di

Kalimantan Tengah itu dinilai mencekik. Sekitar 300 lebih mahasiswa melapor ke posko

yang didirikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unpar terkait masalah itu. Presiden

BEM Unpar Cenri mengatakan, penetapan Uang Kuliah Tunggal (UKT) melenceng jauh

dari tujuannya sebenarnya yang meringankan dana kuliah dari mahasiswa yang berasal dari

(5)

kelompok. Kelompok 1, UKT Rp. 500.000, kelompok 2 Rp. 1.000.000, kelompok 3 Rp.

2.000.000, kelompok 4 Rp. 2.500.00 , kelompok 5 Rp. 3.000.000, kelompok 6 Rp.

3.500.000 juta, dan kelompok 7 Rp. 6.000.000. Itu dibayarkan satu semester,” ungkap

Cenri, Rabu (24/2/2016) (sampit.prokal.co diakses pada tanggal 27 Februari Pukul 00.55

WIB).

Selain mahasiswa, orangtua mahasiswa pun mengeluhkan kebijakan tersebut.

Eksekutif Mahasiswa (EM) Universitas Brawijaya (UB) mencatat sedikitnya 200 orangtua

mahasiswa keberatan dengan nominal Uang Kuliah Tunggal yang diberlakukan di

Universitas Brawijaya. Presiden EM Universitas Brawijaya Setya Nugraha menuturkan

keluhan orangtua mahasiwa itu di sampaikan kepada EM UB melalui posko Advokasi

Mahasiswa yang dibuka beberapa waktu lalu. Mereka mengeluhkan soal nominal Uang

Kuliah Tunggal yang dibebankan kepadanya tidak sesuai dengan kemampuan finansial.

Setya Nugraha mengklaim keluhan tersebut telah ditindaklanjuti oleh EM UB. Puluhan

berkas dikumpulkan untuk mengkaji ulang apakah pantas atau tidak keluarga mahasiswa

mendapat nominal tersebut. “Hasilnya memang banyak nominal yang tidak sesuai bila

dibebankan pada para keluarga dengan kemampuan finansial menengah kebawah,” tegas

Setya (malang-post.com diakses pada tanggal 27 Februari 2016 Pukul 01.31 WIB).

Di Universitas Sumatera Utara, keluhan yang disampaikan tidak berbeda jauh.

Sebanyak 137 dari 159 mahasiswa Fakultas Pertanian (FP) meliputi angkatan 2013 dan

2014 keberatan dengan nilai Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang ditetapkan. Sebab tidak

sesuai dengan kondisi ekonomi mereka. Selain itu, ada pungutan di luar UKT seperti

membayar diktat kuliah dan baju labarotarium. Hal ini disampaikan Gubernur FP Anry

Tulus Sianturi, Sabtu (17/1). Rekapitulasi kuesioner oleh Pemerintahan Mahasiswa (Pema)

FP 28 Desember lalu menunjukkan, sebanyak 86,3 persen mahasiswa menyatakan

(6)

audiensi ke dekanat,” ungkap Tulus. Ada 159 mahasiswa angkatan 2013 dan 2014 yang

mengadukan nilai UKT-nya. Tulus bilang pengaduan dilakukan dengan cara mengisi

kuesioner dan surat pengajuan banding oleh mahasiswa FP melalui Posko Pengaduan UKT.

Salah satu Mahasiswa FP 2013, Mutia merasa nilai UKT yang diberlakukan untuknya tidak

sesuai. “Cukup tinggi sih, menurutku enggak sesuai dengan penghasilan orang tua,”

tuturnya (suarausu.co diakses pada tanggal 27 Februari 2016 Pukul 01.45 WIB).

Imbas dari adanya keluhan mengenai kebijakan Uang kuliah Tunggal, aksi protes

pun bermunculan. Front Mahasiswa Nasional (FMN) yang tergabung dalam Front

Perjuangan Rakyat-Tertindas (FPR-T) melakukan aksi unjuk rasa dan turun ke jalan

menuntut dicabutnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Kantor Gubernur Sumatera Utara

(Gubsu), Rabu (1/5). UKT tersebut ditentang karena dianggap sebagai simbol liberalisasi

pendidikan. Hal tersebut dinyatakan Abdul Halim Sembiring, Ketua FMN Ranting USU

dalam orasinya. Halim mengatakan dengan adanya UKT tersebut, akses pendidikan oleh

rakyat, khususnya buruh semakin sulit. “Maka anak-anak buruh dan anak-anak tani itu

sudah bisa dipastikan tidak bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi,” ujar Halim

(suarausu.co diakses pada tanggal 27 Februari 2016 Pukul 01.53).

Menurut penelitian pada tahun 2014, yang berjudul “Respon Mahasiswa Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Terhadap Program Uang Kuliah

Tunggal” dapat diketahui bahwa responden, dalam hal ini mahasiswa memiliki respon

netral terhadap kebijakan Uang Kuliah Tunggal. Dari aspek persepsi diketahui persepsi

mahasiswa adalah netral, diukur dari pengetahuan mahasiswa tentang program Uang Kuliah

Tunggal serta tujuan dan manfaatnya Mahasiswa dalam posisinya sebagai objek dari

kebijakan, pada umumnya tidak memahami seperti apa seluk beluk penerapan kebijakan

tersebut, dan apa saja poin-poin penting yang diberlakukan. Realita yang terjadi lebih

(7)

kebijakan yang dibuat oleh kampus dan berpandangan bahwa kebijakan tersebut sudah

bersifat final dan tidak bisa di ganggu gugat lagi. Adapun dari aspek sikap, diketahui sikap

mahasiswa adalah netral dilihat dari penilaian dan tanggapan mahasiswa terhadap

pelaksanaan program Uang Kuliah Tunggal. Mereka lebih banyak mengambil posisi diam

dan tidak mau memposisikan diri untuk mengkritisi lebih dalam mengenai kebijakan

kampus khususnya yang terkait dengan Uang Kuliah Tunggal. Peneliti juga mendapatkan

beberapa temuan yang membuat mahasiswa baru terbatasi ruang geraknya untuk

mempertanyakan dan mengkritisi berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh kampus.

Salah satu bentuknya adalah dengan adanya surat pernyataan yang harus ditandatangi

oleh mahasiswa baru sebagai bentuk persyaratan pendaftaran ulang mahasiswa baru,

dimana beberapa poin dalam surat tersebut mengharuskan mahasiswa-mahasiswa baru

untuk mematuhi segala kebijakan dan peraturan di Universitas Sumatera Utara

termasuk Uang Kuliah Tunggal, sehingga sikap untuk menentang kebijakan Uang Kuliah

Tunggal dianggap sebagai bentuk pelanggaran dan mahasiswa baru cenderung tidak

mau mengambil resiko untuk menentukan sikap menolak. Pada umumnya penolakan

terhadap sistem UKT ini lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa senior

dikarenakan mereka tidak memiliki keterikatan secara hukum melalui surat pernyataan

tersebut.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,

maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Respon Mahasiswa

Terhadap Kebijakan Uang Kuliah Tunggal di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sumatera Utara”.

(8)

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan penulis sebelumnya, maka

masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “bagaimana respon mahasiswa

terhadap kebijakan uang kuliah tunggal di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara?”.

1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap

kebijakan Uang Kuliah Tunggal di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam:

a) Pengembangan konsep dan teori-teori yang berkenaan dengan kebijakan Uang

Kuliah Tunggal (UKT).

b) Pengembangan kebijakan dan pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan.

1. 4 Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam enam bab, adapun sistematika penulisannya sebagai

(9)

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini merupakan uraian konsep-konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah dan

objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data

dan teknik analisis data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penulis melakukan penelitian.

BAB V : Analisis Data

Bab ini berisikan uraian tentang data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya

BAB VI : Penutup

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang bermanfaat

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil Evaluasi Administrasi, Teknis dan Harga pada Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi kegiatan Rehabilitasi Ruang Belajar MTsN Salido Tahun Anggaran

[r]

Berdasarkan Pembukaan Dokumen Penawaran dan Evaluasi Penawaran Pembangunan Gedung Laboratorium MAN Sumberoto Kabupaten Malang, dengan ini kami undang Saudara untuk

kami undang Saudara untuk dapat hadir dalam kegiatan KLARIFIKASI DAN PEMBUKTIAN DOKUMEN KUALIFIKASI yang dilaksanakan pada :. Hari/ Tanggal : Jum’at / 10

[r]

Berdasarkan Penetapan Pemenang Pengadaan Alat Kedokteran, Kesehatan dan KB (Belanja Modal Peralatan dan Mesin) RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2012

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten