• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ranc-RPJP 2005-2025_3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ranc-RPJP 2005-2025_3"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. LATAR BELAKANG

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang merupakan satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Penyusunannya dilakukan secara terencana, bertahap dan sistematis yang didasarkan pada kondisi, potensi, dan proyeksi sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakat serta daerah kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Timur memiliki karakteristik sebagai berikut: Pertama, lebih memfokuskan pada identifikasi dan penanganan isu-isu strategik dengan sasaran yang dinamis sesuai dengan perkembangan dinamika masyarakat. Kedua, memberikan arah pembangunan selama masa 20 tahun ke depan. Ketiga, lebih berorientasi pada tindakan antisipatif.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur dimaksudkan untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat, dan sekaligus menempatkan masyarakat sebagai sentral pembangunan. Penyusunannya dilakukan dengan memperhatikan dinamika perubahan masyarakat melalui pendekatan: Teknokratik, Politik, Partisipatif, Atas Bawah (Top-Down), dan Bawah Atas (Bottom-Up). Dengan demikian perencanaan yang disusun merupakan kesepakatan bersama, yang menjadi acuan pelaksanakan pembangunan secara berkesinambungan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN B.1. Maksud

RPJPD Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025 disusun dengan maksud untuk menghasilkan acuan umum bagi pelaksanaan proses pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan berbagai kota/kabupaten, dinas, badan, lembaga lain, dan seluruh stakeholders di Provinsi Jawa Timur, serta sekaligus sebagai acuan bagi penyusunan RPJPD Kota/Kabupaten dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama.

B.2. Tujuan

Tujuan disusunnya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025 adalah :

1. Menjamin terciptanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergitas, baik antardaerah, antarruang, antarwaktu antarfungsi pemerintahan maupun antar Pusat dan Daerah;

(2)

2. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan pembangunan;

3. Mengoptimalkan peran dan dukungan seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di Provinsi Jawa Timur;

4. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya Provinsi Jawa Timur secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan;

5. Menjaga kesinambungan dan kesatuan arah antar pembangunan jangka menengah Provinsi Jawa Timur.

C. SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang memuat latar belakang, maksud dan tujuan, dan sistematika penyusunan.

BAB II : Kondisi Umum yang memuat penjelasan umum mengenai kondisi eksisting Jawa Timur sampai dengan titik awal penyusunan RPJP Daerah, tantangan yang akan dihadapi selama 20 tahun ke depan, serta modal dasar dan potensi yang dimiliki.

BAB III : Visi dan Misi Pembangunan Daerah Tahun 2005–2025, yang memuat visi pembangunan Provinsi Jawa Timur dan misi pembangunan yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi tersebut.

BAB IV : Arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005–2025 yang memuat kebijakan kebijakan pencapaian visi dan misi Jawa Timur.

BAB V : Penutup.

(3)

sebesar 5,66% BAB II

KONDISI UMUM

A. KONDISI SAAT INI

Pembangunan yang telah dilaksanakan di Jawa Timur selama ini telah menunjukkan kemajuan di pelbagai bidang kehidupan masyarakat, yang meliputi bidang sosial budaya, ekonomi dan sarana prasarana wilayah.

A.1. Sosial Budaya

Berdasarkan data BPS tahun 2004, jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak 35.709.997 jiwa dengan kepadatan 720 jiwa/Km2 atau memberi kontribusi sebesar 16,90% dari penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut yang tinggal diperkotaan sebesar 40,65% sedangkan penduduk perdesaan sebesar 59,35%. Jumlah penduduk yang besar tersebut merupakan Sumber daya manusia yang dapat menjadi subyek dan sekaligus obyek pembangunan. Namun demikian, kuantitas yang besar tersebut belum sebanding dengan kualitas yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat, antara lain dari :

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Timur pada tahun 2004 pada posisi 64,49% yang menunjukkan rendahnya produktivitas dan daya saing dalam berkompetisi. Angka Harapan Hidup yang terus meningkat, di mana pada tahun 2004 mencapai 67,20. Begitu juga Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2004 menurun sebesar 39 dan angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai dari 74,01%. Namun demikian, tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan, serta tingginya balita kurang gizi masih menjadi masalah besar dalam membentuk generasi yang mandiri dan berkualitas.

2. Taraf pendidikan penduduk di Jawa Timur mengalami peningkatan, yang antara lain diukur dengan menurunnya angka buta huruf penduduk usia 16-18 tahun dari 1,30% pada tahun 2003 menjadi 0,87% pada tahun 2004. Sedangkan perbaikan tingkat pendidikan tersebut didorong oleh meningkatnya angka partisipasi sekolah (APS) atau persentasi penduduk yang bersekolah pada semua kelompok usia. Pada tahun 2003, APS penduduk usia 7-12 tahun mencapai 97,18%, APS penduduk usia 13-15 tahun sebesar 82,16%, dan APS penduduk usia 16-18 tahun sebesar 52,14%. Namun demikian bila dihitung dari rata rata lamanya sekolah, maka taraf pendidikan penduduk Jawa Timur masih sekitar 6,55% Tahun atau setara kelas 1 SLTP. Di samping itu out put pendidikan masih dihadapkan pada kompetensi lapangan kerja yang berpengaruh pada penyerapan angkatan kerja.

(4)

3.Perkembangan sebesar 5,68%. Di samping itu persebaran tenaga kerja 46% berada di sektor pertanian. Tingkat pendidikan angkatan kerja yang rendah berpengaruh pula kepada peluang kesempatan kerja. Di samping rendahnya daya saing yang dimiliki berpengaruh juga terhadap penggunaan teknologi sehingga akan menambah tingkat pengangguran yang setiap tahunmya.

4. Prosentase jumlah penduduk miskin dalam kurun waktu 5 tahun mengalami penurunan dari 21,14% pada tahun 2000 menurun menjadi 19,10% pada tahun 2004. Penurunan jumlah penduduk miskin yang signifikan adalah merupakan hasil nyata dari pelaksanaan pelbagai program pembangunan sektoral dan regional yang secara langsung dan tidak langsung ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan. Walaupun demikian, keberhasilan Pemerintah Daerah menurunkan jumlah penduduk miskin seringkali dihadapkan pada kendala kebijakan ekonomi nasional, khususnya kebijakan kenaikkan harga BBM yang menimbulkan efek domino kenaikkan harga sembako di pasaran yang kemudian berpotensi kenaikan kembali jumlah penduduk miskin.

A.2. Ekonomi

1. Kondisi perekonomian Jawa Timur pasca krisis sampai saat ini telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti walaupun perkembangannya masih lambat. Namun demikian, dengan pelbagai program dan kerja keras yang dilaksanakan bagaimana pun telah terbukti mampu memberikan hasil yang cukup baik, di mana hal itu dapat dilihat dari terus meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pada tahun 2002, jika angka pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur baru sebesar 3,80%, maka pada tahun 2003 meningkat menjadi 4,78%, dan bahkan pada tahun 2004 meningkat menjadi sebesar 5,83%. Kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 24,62%, sektor perdagangan, hotel dan restoran 24,21% dan sektor pertanian 16,47%.

(5)

A.3. Sarana 3. Perkembangan industri di Jawa Timur pada dasarnya telah melewati puncak

krisis, di mana industri manufaktur dapat dikatakan mulai bangkit. Tahun 2004 nilai investasi Rp. 12.238 milyar, yang menghasilkan nilai produksi sebesar Rp. 11.775 milyar dan mampu menyerap 2.404.922 orang tenaga kerja. Sedangkan perkembangan realisasi nilai ekspor di Jawa Timur menunjukkan peningkatan di mana pada tahun 2003 nilai ekspor sebesar US $ 5.001,38 juta dengan volume ekspor sebesar 4.782,817 ribu ton. Nilai ini meningkat menjadi US $ 5.590 juta dengan volume sebesar 6.004,6 ribu ton pada tahun 2004. Nilai impor non migas Jawa Timur selama tahun 2004 sebesar US $ 4.280 juta atau menurun sebesar 16,3 % dari tahun 2003 yaitu sebesar US $ 5.115,2 juta. Negara asal impor utama adalah Singapura, RRC, AS, Kuwait, Jepang, Australia, Thailand, Korea Selatan, Jerman dan Taiwan.

4. Pembangunan koperasi dan UMKM telah menunjukkan kinerja yang cukup signifikan, hal ini ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan aset koperasi rata-rata mencapai 3,5% pertahun, tahun 2004 telah mencapai Rp. 6,5 trilyun dengan jumlah koperasi sebanyak 16.883 unit, hal ini mengindikasikan bahwa efektifitas kebijakan pemberdayaan KUMKM khususnya pemasyarakatan koperasi cukup mendapat respon.

5. Sektor Perbankan tahun 2004 mencatat terdapat persetujuan kredit baru oleh perbankan sebesar Rp. 21,52 trilyun atau meningkat 9,72% dibandingkan tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp. 19,61 trilyun. Di sektor ekonomi alokasi kredit ke sektor perindustrian masih tetap memiliki pangsa pasar tertinggi sebesar Rp. 16,13 trilyun atau 38,71% diikuti kredit di sektor lain-lain sebesar Rp. 9,17 trilyun atau 22,01% dan sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar Rp. 8,88 trilyun atau 21,31%, sedangkan sisanya sebesar Rp. 7,49 trilyun atau 17,97% disalurkan kepada 7 sektor lainnya.

(6)

Pelabuhan A.3. Sarana Prasarana Wilayah

1. Dari segi potensi alamiah, sumber daya air Provinsi Jawa Timur memiliki kapasitas tampung yang relatif kecil dibanding dengan Provinsi lain di Jawa, yaitu hanya 1.069,60 juta m3. Secara hidrologis Provinsi Jawa Timur dibagi dalam 4 (empat) Satuan Wilayah Sungai (SWS) yakni SWS Brantas, SWS Bengawan Solo, SWS Pekalen Sampean dan SWS Madura. Dari keempat SWS tersebut baru 2 (dua) SWS yang sudah dikelola secara terpadu oleh lembaga pengelola sumberdaya air yaitu SWS Brantas dan SWS Bengawan Solo, sedangkan 2 (dua) SWS lainnya masih belum dikelola secara terpadu. Akibat kurang terpadunya pengelolaan dan keterbatasan sarana dan prasarana penyediaan air baku mengakibatkan terjadinya konflik horizontal maupun vertikal dalam pemanfaatan air, baik antar jenis pemanfaatan maupun antar daerah pemanfaat utamanya pada sumber-sumber air lintas wilayah.

2. Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Pada umumnya infrastruktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik dan sebagai industri jasa.

3. Untuk mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat, fungsi pelayanan umum transportasi adalah melalui penyediaan jasa transportasi guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat luas dengan harga terjangkau baik di perkotaan maupun perdesaan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedalaman dan terpencil, melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa serta mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi regional.

Kondisi transportasi jalan sampai dengan tahun 2004 adalah:

 Panjang Jalan Provinsi 1.439,18 Km, dengan kondisi mantap 83,57% dan kondisi tidak mantap 16,43%.

 Panjang Jalan Nasional 1.899,21 Km dengan kondisi mantap 85,37% dan kondisi tidak mantap 14,63%.

 Panjang Jalan Eks Provinsi 561,80 Km dengan kondisi mantap 75,96% dan kondisi tidak mantap 24,04%.

Untuk prasarana transportasi perkeretaapian dilaksanakan oleh PT KAI, dengan mempergunakan jaringan rel sepanjang 986.307 Km dan jaringan rel yang tidak beroperasi sepanjang 590,474 Km.

Sedangkan pelabuhan Laut di Jawa Timur terbagi menjadi 3 yaitu:

 Pelabuhan Umum sebanyak 7 Unit

 Pelabuhan Umum yang tidak diusahakan sebanyak 9 buah.

 Pelabuhan Khusus.

(7)

 Pelabuhan Utama, terdiri dari Pelabuhan Tanjung Perak dan Tanjung Wangi

 Pelabuhan Regional terdiri dari Pelabuhan Gresik, Pasuruan, Probolinggo, Panarukan dan Kalianget

 Pelabuhan Lokal

4. Kebutuhan tenaga listrik daerah Jawa Timur dilayani dari energi transfer dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (JAMALI), dan PLTD yang dimiliki oleh PLN Distribusi Jawa Timur dengan kapasitas terpasang total 5.740 kW, yang digunakan pada isolated area tersebar (pulau-pulau: Giligenting, Kangean, Mandangin, Sapeken, Sapudi, Talango, Perikanan, Tambak). Kapasitas ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan potensi kebutuhan listrik yang ada. Desa berlistrik sampai dengan tahun 2004 berjumlah 8.334 desa dari jumlah total desa sebanyak 8.443 desa. Berarti sudah 98,71% desa di Jawa Timur yang terjangkau pasokan listrik, namun tingkat elektrifikasi atau rumah yang sudah terjangkau pasokan listrik baru 63%.

5. Pembangunan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan (air limbah, persampahan dan drainase) yang telah dilakukan telah mengalami banyak kemajuan, namun demikian cakupan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan masih jauh dari memadai. Pada akhir tahun 2004 tingkat pelayanan air bersih perpipaan Jawa Timur di kawasan perkotaan baru mencapai 38%, sedangkan di kawasan perdesaan hanya mencapai 5,5%. Untuk prasarana dan sarana pengolahan air limbah dasar cakupan pelayanannya telah mencapai 85,7% untuk perkotaan dan 47,4% untuk perdesaan. Sedangkan tingkat pengelolaan persampahan mencapai 74%.

B. TANTANGAN B.1. Sosial Budaya

1. Tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat adalah kesenjangan status kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan antar wilayah, gender dan kelompok pendapatan masih terjadi. Ketersediaan, keterjangkauan dan keamanan obat belum terjamin, sementara jumlah, penyebaran dan mutu tenaga kesehatan masih belum memadai. Dalam hal pembiayaan, sumber pembiayaan kesehatan masih sangat terbatas dan alokasi pembiayaan kesehatan belum optimal.

2. Kondisi tingkat pendidikan di Jawa Timur belum memadai untuk menghadapi persaingan global. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi pembangunan pendidikan adalah meningkatkan proporsi penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar ke jenjang-jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan menurunkan penduduk buta aksara. Kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup tinggi antar kelompok masyarakat termasuk antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk perkotaan dan perdesaan, antara penduduk

(8)

maju dan tertinggal, dan antar jenis kelamin yang harus dapat diturunkan secara signifikan.

3. Derasnya arus globalisasi membawa efek positif sekaligus negatif. Globalisasi membawa perubahan paradigma yang mendasar pada sistem dan mekanisme pemerintahan. Dalam kaitan dengan globalisasi telah terjadi revolusi teknologi dan informasi yang akan mempengaruhi terjadinya perubahan dalam bidang aparatur pemerintah. Pemanfaatan teknologi informasi dalam bentuk e-government, e-procurement, e-business dan cyber law untuk menghasilkan pelayanan publik yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah, perlu untuk segera dibangun dan dilaksanakan.

4. Tantangan terberat dalam proses demokratisasi adalah masih adanya sebagian sikap, kebiasaan dan akar kultural tradisional yang sangat dipengaruhi kolonialisme di mana ditandai dengan pemujaan terhadap pemimpin yang berlebihan dan sikap asal bapak senang yang menyebabkan otonomi individu yang menjadi prasyarat demokratisasi sulit terbentuk. Oleh karena itu tantangan dalam pembangunan demokrasi adalah perubahan kultural yang terwujud dalam otonomi berpikir serta pengembangan tanggung jawab atas jabatan yang diemban.

5. Pemerintah daerah dituntut mampu menjawab tiga tantangan berat dalam era reformasi dan globalisasi dewasa ini berkaitan dengan penyediaan pelayanan publik. Pertama, Pemda harus mampu mengedepankan nilai-nilai demokrasi yang bercirikan partisipasi, transparansi dan akauntabilitas. Kedua, Pemda harus mampu mengedepankan keunggulan kompetitif dalam menghadapi globalisasi. Terakhir Pemda harus mampu menciptakan ketentraman dan ketertiban melalui pengedepanan Rule of Law sebagai koridor demokrasi agar terhindar dari anarkhi.

6. Sejalan dengan proses demokratisasi yang semakin berkembang, tuntutan desentralisasi juga semakin besar. Pelbagai dinamika dan perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut perlunya reformasi dalam konsepsi dan operasionalisasi pembangunan daerah yang kemudian harus diformulasian ke dalam bentuk strategi dan kebijaksanaan yang memuat keseimbangan antara kepentingan persatuan dan kesatuan bangsa (unity), dan kepentingan keanekaragaman (diversity). Untuk itu, pendekatan kewilayahan yang memperhatikan hubungan harmonis antara unsur-unsur pembentuk ruang (sumber daya alam, sumber daya buatan, dan sumber daya manusia) perlu diperhatikan dalam pelbagai aspek pembangunan.

7. Pada akhirnya, keberhasilan pengembangan suatu wilayah bergantung pula pada kemampuan berkoordinasi, mengakomodasikan dan memfasilitasi semua kepentingan, serta kreativitas yang inovatif untuk terlaksananya pembangunan yang aspiratif dan berkelanjutan.

(9)

B.2. Ekonomi

1. Semakin berkurangnya lahan pertanian yang kemudian beralih guna untuk pembangunan perumahan, pusat perdagangan, perkantoran dan industri, sehingga sektor pertanian yang semula sangat diandalkan dalam hal penyerapan tenaga kerja akan berubah menjadi penciptaan pengangguran baru, posisi tawar tenaga kerja cenderung menurun, perlindungan buruh belum berkembang optimal. Di samping tu perkembangan teknologi industri dan informasi akan dapat mengubah pola kerja dari yang bersifat tradisional menjadi modern dan individualistis. Keadaan ini mengakibatkan sulitnya untuk mendapatkan lapangan kerja bagi mereka yang tidak memiliki keahlian, sehingga akan berdampak pada terjadinya pengangguran.

2. Persaingan global dan terbentuknya blok-blok perdagangan dunia mengharuskan Jawa Timur untuk meningkatkan daya saing melalui penguatan keterkaitan antara industri hulu dan industri hilir, mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku/bahan penolong impor (saat ini >70%) serta meningkatkan kerja sama kemitraan antara industri kecil, menengah dan industri besar.

3. Menurunnya Investasi di Jawa Timur selain akibat kondisi makro ekonomi Indonesia yang belum kondusif, tetapi secara spesifik juga disebabkan oleh belum efisiennya pelayanan perijinan investasi, tingginya biaya perijinan, rendahnya kepastian hukum, belum adanya insentif investasi serta terbatasnya infrastruktur pendukung.

B.3. Sarana Prasarana Wilayah

1. Dalam hal prasarana dan sarana perdesaan, yang menjadi tantangan tidak hanya meningkatkan kuantitas dan kualitas ketersediaannya, tetapi juga tingkat persebarannya (kemerataannya) antar daerah. Tantangan lainnya adalah meningkatkan koordinasi dan keterpaduan kegiatan antar pelaku pembangunan (pemerintah, masyarakat, dan swasta) dan antar sektor dalam rangka mendorong diversifikasi kegiatan ekonomi perdesaan yang memperkuat keterkaitan sektoral antara pertanian, industri dan jasa penunjangnya serta keterkaitan spasial antara kawasan perdesaan dan perkotaan.

2. Dalam 20 tahun mendatang diperkirakan Jawa Timur akan mengalami krisis air, krisis pangan, dan krisis energi. Ketiga ancaman krisis ini menjadi tantangan Jawa Timur jangka panjang yang harus diantisipasi secara dini agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat.

3. Dalam pengelolaan sumber daya alam. Menjadi tantangan ke depan adalah berkaitan dengan pengembangan nilai tambah sumber daya alam dan penggalian sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru agar memiliki daya saing global dalam jangka panjang.

(10)

4. Dalam pemenuhan energi, tantangan ke depan adalah mengembangkan sumber energi terbarukan (mikro hidro, biomassa, biogas, energi matahari, panas bumi, gelombang laut, dan tenaga angin) sehingga di masa mendatang Jawa Timur tidak akan mengalami kekurangan pasokan energi.

C. MODAL DASAR DAN POTENSI

Modal dasar pembangunan Jawa Timur adalah seluruh sumber kekuatan nasional dan daerah, baik yang efektif maupun potensial, yang dimiliki dan didayagunakan dalam pembangunan.

1. Wilayah Provinsi Jawa Timur yang bercirikan kepulauan dan kelautan serta berada di ujung timur pulau Jawa menjadi pintu gerbang dan penghubung Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia;

2. Kekayaan alam yang terkandung di darat, laut, dan udara yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.

3. Budaya Jawa Timur yang heterogen menjadi ciri Bhinneka Tunggal Ika yang terbuka terhadap nilai-nilai tradisional dan modern yang positif.

4. Penduduk Jawa Timur yang besar jumlahnya dan menempati urutan kedua terbesar di Indonesia merupakan sumber daya manusia yang potensial bagi pembangunan. Dalam tahun 2010–2020 jumlah penduduk usia produktif diperkirakan akan meningkat.

5. Perkembangan politik yang telah melalui tahap awal reformasi telah memberikan perubahan yang mendasar bagi demokratisasi di bidang politik dan ekonomi serta desentralisasi di bidang pemerintahan dan pengelolaan pembangunan.

(11)

BAB III

VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2005 – 2025

Dengan memperhatikan sejarah perkembangan Provinsi Jawa Timur sebagai wilayah penyangga pangan nasional dan didukung oleh analisis potensi, faktor-faktor strategis serta perspektif kedepan, maka visi pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2005–2025 dirumuskan sebagai berikut:

A. VISI

”Pusat Agribisnis Terkemuka, Berdaya Saing Global dan Berkelanjutan”

Visi tersebut mengandung pengertian bahwa dalam 20 tahun mendatang Provinsi Jawa Timur diharapkan menjadi Provinsi yang aktivitas utama ekonominya berbasis agrobisnis dari hulu sampai hilir dan mampu menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi dalam rangka mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Perwujudan kondisi tersebut didukung oleh sumberdaya alam, sumber daya manusia dan infrastruktur yang memadai, infrastruktur serta kelembagaan yang efektif.

B. MISI

Dalam mewujudkan Visi tersebut ditempuh melalui penetapan Misi Pembangunan. Adapun misinya adalah sebagai berikut:

Misi Pertama : Mewujudkan Agro Industri Berbasis Inovasi Teknologi, yakni mengembangkan potensi dan peluang agribisnis yang berdaya saing global yang didukung oleh penyediaan teknologi yang memadai. Misi Kedua : Mengembangkan Struktur Ekonomi Berdaya Saing Global adalah

membangun struktur perekonomian yang kokoh dimana pertanian (dalam arti luas) dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang menghasilkan produk-produk secara efisien dan modern, industri manufaktur yang berdaya saing global menjadi motor penggerak perekonomian, dan jasa menjadi perekat ketahanan ekonomi.

Misi Ketiga : Mewujudkan SDM yang Handal, Berakhlak Mulia dan Berbudaya, dengan cara membangun masyarakat Jawa Timur yang sehat jasmani, rohani, berpendidikan yang berkualitas.

(12)

Misi Keempat : Mewujudkan Kemudahan Memperoleh Akses Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup melalui upaya mengurangi kesenjangan sosial, kemiskinan, pengangguran memalalui akses yang berkualitas terhadap pelayanan dasar masyarakat.

Misi kelima : Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Buatan dengan cara menjaga keseimbangan antara keberadaan, pemanfaatan, keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup sebagai modal pembangunan melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial, ekonomi, dan upaya konservasi.

Misi Keenam : Mengembangankan Infrastruktur Bernilai Tambah Tinggi, yakni upaya untuk mendorong pembangunan ruang dan infrastruktur agar mampu mendukung dan mewadahi aktivitas pembangunan secara efektif, efisien dan berkelanjutan.

Misi Ketujuh : Mengembangkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dengan cara membangun transparansi dan akuntabilitas kepemerintahan serta partisipasi masyarakat melalui meningkatkan kinerja pelayanan prima di pelbagai sektor publik yang didukung perangkat daerah yang efektif dan efisien, aparatur yang profesional, yang didukung stabilitas politik dan konsistensi dalam penegakan hukum.

C. STRATEGI

Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan Provinsi Jawa Timur di era desentralisasi, demokrasi dan globalisasi ini, terdapat tiga strategi utama pembangunan jangka panjang yang akan diterapkan secara berkesinambungan yakni:

1. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, 2. Pemenuhan Hak Dasar Rakyat,

3. Pemerataan Pembangunan Infrastruktur.

Strategi pembangunan yang didasari oleh reformasi birokrasi, supremasi hukum dan stabilitas politik diharapkan mampu mengantisipasi pelbagai permasalahan, tantangan dan peluang pembangunan secara internal maupun eksternal dalam dua puluh tahun ke depan.

(13)

Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

Pemenuhan hak dasar rakyat

PemerataanPembangunan Infrastruktur

Pemberdayaan Masyarakat KemitraanStakeholders

Visi Jawa Timur Reformasi Birokrasi

Supremasi Hukum Stabilitaspolitik

Pemihakan Percepatan

P

ro

P

o

o

r

P

ro

G

ro

w

th

P

ro

E

n

vi

ro

n

m

e

n

t

STRATEGI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

PROPINSI JAWA TIMUR 2005 - 2025

(14)

BAB IV

ARAH PEMBANGUNAN DAN PERIODESASI RPJPD PROVINSI JAWA TIMUR

A. ARAH PEMBANGUNAN

Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan Provinsi Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Terkemuka, Berdaya Saing Global dan Berkelanjutan sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. Upaya perwujudan visi pembangunan Jawa Timur yang dilakukan melalui pelaksanaan misi dan strategi pembangunan yang dilaksanakan melalui tahapan pembangunan jangka menengah dan tahunan.

Oleh karena itu dalam pencapaian implementasi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025 disusun arah pembangunan sebagai berikut :

1. Mewujudkan Agro Industri Berbasis Inovasi Teknologi

1. Pembangunan pertanian, dalam arti luas, diarahkan untuk menjadi basis aktivitas ekonomi yang produktif, efisien, berkualitas dan berdaya saing global serta mempunyai nilai tambah (value added) yang tinggi di tingkat petani. Di samping itu kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai sampai tingkat rumah tangga.

2. Pembangunan agro bisnis diarahkan pada:

 Peningkatan efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah pertanian dalam arti luas untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan dengan melibatkan partisipasi aktif petani dan nelayan.

 Pengembangan jejaring bisnis terintegrasi yang harmoni antar pelaku bisnis pada tingkat institusi pemerintah, produsen dan pelaku jasa agribisnis dalam lingkup wilayah dan lingkup fungsional.

 Peningkatkan kuantitas, kualitas manajemen, sarana prasarana, poisis tawar dan kemampuan untuk melakukan usaha secara mandiri, dan memanfaatkan peluang pasar dari pelaku agribisnis.

3. Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) diarahkan diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan, pengembangan sumber energi baru dan terbarukan, teknologi dan majajemen transpotasi, teknologi informasi dan komunikasi, teknologi kesehatan dan obat obatan yang senantiasa berpedoman pada nilai agama, budaya, etika, serta memperhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

(15)

2. Mengembangkan Struktur Ekonomi Berdaya Saing Global

1. Perekonomian dikembangkan dengan berorientasi pada peningkatan daya saing global melalui transformasi bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif sumberdaya alam menjadi perekonomian yang berkeunggulan kompetitif dengan prinsip-prinsip dasar: peningkatan produktivitas regional melalui penguasaan, penyebaran, penerapan, dan penciptaan (inovasi) ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan kelembagaan ekonomi perdesaan; dan mengelola secara berkelanjutan sumberdaya alam sesuai kompetensi dan keunggulan daerah.

2. Struktur perekonomian dibangun secara kokoh di mana pertanian, perdagangan dan jasa menjadi basis aktivitas perekonomian yang didukung oleh sektor lainnya.

3. Terwujudnya keterkaitan antara sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier dalam suatu sistem yang produktif, bernilai tambah dan berdaya saing.

4. Sektor industri diarahkan sebagai motor penggerak kegiatan pertanian dalam arti luas yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan berkelanjutan. Sedangkan struktur industri diarahkan pada terintegrasinya rantai pertambahan nilai industri kecil dan menengah sebagai pendukung pengembangan industri hilir dan industri berskala besar.

5. Pengembangan perdagangan daerah dan dalam negeri diarahkan pada peningkatan sistem distribusi dan informasi pasar guna terjaminnya ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga terjangkau, perlindungan konsumen, persaingan usaha secara sehat dan meningkatkan kesadaran penggunaan produksi dalam negeri. Sedangkan pengembangan perdagangan luar negeri diarahkan diarahkan pada penguatan akses dan jaringan perdagangan ekspor, sehingga diharapkan dapat memperkuat posisi Jawa Timur dalam perdagangan internasional.

6. Kebijakan investasi diarahkan pada terwujudnya iklim investasi yang kondusif yang menjamin kepastian berusaha, ramah tenaga kerja lokal, dan berorientasi kepada potensi sumber daya daerah untuk menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Di samping itu kebijakan penyebaran investasi juga diarahkan pada ke wilayah selatan Jawa Timur, Madura dan wilayah Barat Jawa Timur dengan persiapan sarana infrastruktur dan sumber daya manusia di lokalitas-lokalitas investasi.

7. Pengembangan Koperasi dan UMKM dilakukan secara terintegrasi melalui peningkatan kompetensi dan perkuatan kewirausahaan serta peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi dalam iklim usaha yang sehat.

(16)

8. Pengembangan pariwisata diarahkan bagi pemenuhan kebutuhan berwisata masyarakat, mengembangkan dan melestarikan potensi kesenian dan kebudayaan lokal dalam rangka membentuk karakteristik masyarakat serta mampu membawa dampak peningkatan perekonomian masyarakat dan daerah.

3. Mewujudkan SDM yang Handal, Berakhlak Mulia dan Berbudaya

1. Pembangunan pendidikan diarahkan pada upaya perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, minimal pada tingkat menengah yang bermutu bagi seluruh masyarakat yang out-putnya mampu terserap dalam lapangan kerja.

2. Pembangunan Kehidupan Beragama diarahkan untuk memantapkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan, serta pembentukan akhlak mulia, memupuk etos kerja, dan menghargai prestasi. Di samping itu, pembangunan agama diarahkan untuk meningkatkan kerukunan hidup umat beragama dengan meningkatkan rasa saling percaya, toleransi dan harmonisasi antar kelompok masyarakat.

3. Pengembangan kebudayaan diarahkan untuk menciptakan iklim kondusif dan harmonis, sehingga nilai-nilai kearifan lokal mampu merespon secara positif dan produktif terhadap modernisasi sejalan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang hidup di dalam masyarakat.

4. Pembangunan pemuda diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang memiliki karakter kebangsaan (nation building) serta memiliki wawasan kebangsaan dan beretika bangsa Indonesia. Di samping itu juga partisipasi pemuda dikembangkan untuk menjadi penggerak pembangunan di pelbagai bidang terutama dalam mengoptimalkan potensi sumber daya alam di perdesaan dan daerah terpencil melalui pengoptimalan organisasi kepemudaan sebagai wadah pengembangan minat, bakat, maupun profesi yang sangat potensial dalam pelaksanaan pembangunan Jawa Timur.

5. Pembangunan dan pemantapan jatidiri bangsa ditujukan untuk mewujudkan karakter bangsa dan sistem sosial yang berakar dan terbuka bagi pemupukan modal sosial dan reaktualisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu dasar pengembangan etika pergaulan sosial untuk memperkuat identitas nasional.

4. Mewujudkan Kemudahan Memperoleh Akses Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup

1. Pembangunan kesehatan diarahkan pada terwujudnya peningkatan derajat kesehatan serta mewujudkan perilaku sehat dan lingkungan yang sehat yang didukung oleh profesionalisme aparatur dan sarana prasarana kesehatan yang memadai.

(17)

2. Pemberdayaan perempuan diarahkan pada terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan, sedangkan perlindungan anak diarahkan untuk mewujudkan suatu kondisi yang menjamin pemenuhan dan perlindungan hak serta tumbuh-kembang anak secara wajar.

3. Pembangunan kependudukan diarahkan pada pengendalian laju pertumbuhan dan persebaran penduduk penduduk yang lebih seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan.serta mewujudkan keluarga sejahtera.

4. Perumahan dan permukiman diarahkan bagi terpenuhinya kebutuhan rumah serta terbentuknya lingkungan yang sehat sesuai dengan peruntukan dan fungsinya dengan membangkitkan potensi pembiayaan yang berasal dari masyarakat dan pasar modal. Di samping itu pelaksanaan pembangunan perumahan juga memperhatikan serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan serta fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup. 5. Pembangunan Ketenagakerjaan diarahkan pada terwujudnya tenaga Kerja yang

mandiri, produktif, kompetitif dan sejahtera dalam rangka mengurangi pengangguran dan setengah pengangguran, baik di perdesaan maupun di perkotaan serta memenuhi kebutuhan pasar kerja internasional. Disamping itu juga diarahkan pada terciptanya suasana hubungan kerja yang harmonis melalui peningkatan pelaksanaan fungsi dan peranan sarana hubungan industrial bagi pelaku proses produksi barang dan jasa

6. Pembangunan Kesejahteraan Sosial diarahkan pada:

 Pengurangan kesenjangan sosial melalui pengembangan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial sebagai investasi modal sosial.

 Peningkatan kualitas kehidupan dan serta kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan anak di pelbagai bidang kehidupan dan pembangunan dengan memperhitungkan kesetaraan dan keadilan gender serta peduli anak.

5. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Buatan

1. Pendayagunaan sumber daya alam yang terbarukan, seperti hutan, pertanian, perikanan, dan perairan diarahkan pada upaya untuk merehabilitasi dan memulihkan daya dukungnya, dan selanjutnya diarahkan pada pemanfaatan aspek-aspek tak berwujud, seperti jasa lingkungan, sehingga tidak semakin merusak dan menghilangkan kemampuannya sebagai modal bagi pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan. Hasil atau pendapatan yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam terbarukan diarahkan untuk diinvestasikan kembali guna menumbuhkembangkan upaya pemulihan, rehabilitasi, konservasi dan pencadangan untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

(18)

2. Sumber daya alam yang tidak terbarukan, seperti bahan tambang, mineral dan sumber daya diarahkan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dengan diinvestasikan pada sektor-sektor lain yang produktif khususnya dalam upaya untuk menghasilkan inovasi dan kreativitas pengelolaan sumber daya alam bagi keberlanjutan ekonomi nasional, dan untuk upaya rehabilitasi, penyelamatan dan konservasi kawasan tertentu, serta untuk memperkuat pendanaan dalam rangka pencarian sumber-sumber energi alternatif.

3. Pengembangan energi Jawa Timur jangka panjang diarahkan dalam rangka pemerataan dan pemenuhan distribusi energi yang tepat dan efisien khususnya pada bagian hilir, serta pengembangan dan pemanfaatan potensi energi baru terbarukan. Pembangunan energi juga terus diarahkan kepada penganekaragaman (diversifikasi) energi, konservasi energi, dan dengan memperhatikan pengendalian lingkungan hidup serta memperhatikan komposisi penggunaan energi yang optimum bagi tiap jenis energi.

4. Pembangunan sumberdaya air diarahkan untuk:

 Menjaga keberlanjutan daya dukung sumber daya air dengan menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air (catchment area) dan keberadaan air tanah;

 Mewujudkan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan melalui pendekatan demand management yang ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dan konsumsi air dan pendekatan supply management yang ditujukan untuk meningkatan kapasitas dan realibilitas pasokan air;

5. Pengembangan keanekaragaman hayati diarahkan pada peningkatan nilai tambah potensi sumber daya alam hayati secara optimal, berdaya saing dan berkelanjutan melalui pengelolaan yang bertanggung dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

6. Mengembangankan Infrastruktur Bernilai Tambah Tinggi

Infrastruktur yang bernilai tambah tinggi berperan vital dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Timur terutama sebagai katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumen akhir yang keberadaannya dapat merefleksikan kemampuan berproduksi masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat, serta merupakan modal sosial bagi masyarakat dalam melakukan aktivitasnya. Ketersediaan infrastruktur yang merupakan bangunan fisik untuk kepentingan umum dan keselamatan umum, seperti jalan, irigasi, air bersih, sanitasi dan pelbagai bangunan pelengkap kegiatan permukiman lainnya, merupakan prasyarat agar berputarnya roda ekonomi dengan baik. Oleh karena itu arah pembangunan pembangunan infrastruktur dalam 20 tahun ke depan diarahkan pada hal sebagai berikut :

(19)

1. Pembangunan transportasi diarahkan untuk mendukung kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antardaerah. Untuk itu pembangunan trasportasi darat dilaksanakan dengan pembangunan infrastruktur transportasi yang efektif dan efisien, untuk dapat melayani pergerakan orang dan barang dengan pelayanan dan biaya yang optimum serta mempercepat dan memperlancar pergerakan melalui perbaikan manajemen transportasi antar moda yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama serta peningkatan kualitas dan kuantitas jaringan jalan primer. Sedangkan pembangunan transportasi udara dan laut di samping untuk dapat memenuhi kebutuhan mobilitas penduduk juga diarahkan untuk mendukung kegiatan ekonomi, khususnya kegiatan ekpor-impor.

2. Pembangunan wilayah, diarahkan pada terwujudnya percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dan infrastruktur ekonomi untuk mempercepat pembangunan kawasan strategis dan cepat tumbuh yang mendorong pengembangan kawasan perbatasan dan tertinggal di sekitarnya. Di samping itu juga terwujudnya pelayanan sosial dasar dan kegiatan ekonomi berbasis potensi lokal di wilayah wilayah terpencil, perbatasan dan pulau-pulau kecil yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai termasuk transportasi, komunikasi, dan informasi. Untuk bidang perkotaan diarahkan pada terwujudnya keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi.

3. Tata Ruang, diarahkan pada terbentuknya ruang wilayah Jawa Timur yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Pembangunan bidang penataan ruang diselenggarakan dalam rangka terwujudnya keserasian, kelestarian dan optimalisasi pemanfaatan ruang sesuai dengan potensi dan daya dukung wilayah dengan mengembangkan struktur dan pola tata ruang sesuai hirarki dan masing-masing fungsi pengembangan. Guna menunjang terealisasinya visi pembangunan Jawa Timur dalam lingkup yang lebih detail, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur lebih diarahkan pada terbentuknya kawasan-kawasan strategis pemicu pengembangan ekonomi wilayah.

7. Mengembangkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

1. Pembangunan hukum diarahkan sebagai sarana rekayasa sosial (a tool of social engineering) yang diharapkan dapat membawa perubahan mendasar sikap pemerintah dan masyarakat untuk berperan serta dalam setiap gerak pembangunan nasional. Di samping itu pembangunan hukum juga diarahkan pada terwujudnya konstruksi hukum yang memberi peluang dan perlindungan bagi masyarakat sipil untuk berkontribusi dalam pengelolaan negara berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, konstitusionalisme, hak-hak asasi manusia, dan hukum yang berkeadilan.

(20)

2. Penyelenggaraan pemerintahan diarahkan pada terwujudnya tata pemerintahan yang baik melalui peningkatan profesionalisme aparatur negara dan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan termasuk KKN sesuai dengan aturan yang berlaku.

3. Pengembangan otonomi daerah diarahkan pada terwujudnya tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa, serta pada upaya peningkatan kinerja birokrasi agar birokrasi mampu menciptakan kondisi yang kondusif bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat; meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat; dan menekan tingkat penyalahgunaan kewenangan di lingkungan aparatur pemerintahan.

4. Pembangunan politik diarahkan pada terwujudnya pelembagaan demokrasi yang berlandaskan pada nilai nilai moral, kedewasaan sikap politik masyarakat dan elit politik, nilai politik yang demokratis, terutama dengan mempertimbangkan nilai-nilai hak asasi manusia, nilai-nilai-nilai-nilai persamaan, anti kekerasan, serta nilai-nilai-nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berpolitik.

5. Pembangunan komunikasi dan informasi diarahkan untuk mewujudkan masyarakat sadar informasi serta menjamin hak masyarakat luas untuk mendapatkan informasi yang transparan menuju proses pencerdasan masyarakat dalam kehidupan politik.

6. Pembangunan keamanan dan ketertiban diarahkan pada penciptaan suasana yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan harmonisasi masyarakat dengan pemerintah dalam rangka mewujudkan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat.

7. Pembangunan keuangan daerah diarahkan pada kemandirian keuangan daerah melalui penyesuaian secara terarah dan sistematis untuk menggali sumber-sumber pembiayaan pembangunan serta dikelola dengan mengembangkan prinsip-prinsip akuntabel, transparan, efisien dan efektif (value for money).

B. PERIODESASI RPJP

Pencapaian visi RPJP Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis yang Terkemuka, Berdaya Saing dan Berkelanjutan dalam 20 tahun mendatang terbagi atas 4 (empat) tahapan, yaitu tahap I (2005 – 2009), tahap II (2010 – 1014), tahap III (2015-2019) dan tahap IV (2020 – 2024).

Pentahapan RPJP tersebut selanjutnya menjadi acuan Kepala Daerah dalam menyusun skala prioritas pembangunan yang tertuang dalam RPJM yang memuat visi dan misi Kepala Daerah terpilih dan terbagi atas:

1. RPJM Tahap Pertama (2006–2008)

(21)

dengan bertumpu pada pembangunan agribisnis yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Tahap pertama ini, pelbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan ditujukan untuk menyediakan fondasi atau kerangka dasar bagi kemajuan daerah dalam rangka menopang percepatan kemajuan dan kesejahteraan daerah. Kerangka dasar kemajuan daerah melalui penguatan kelembagaan dan sarana agribisnis.

Kegiatan pada tahap ini diutamakan pada perkuatan infrastruktur baik dalam aspek fisik maupun pengelolaan. Aspek fisik, yaitu meliputi penyediaan infrastruktur transportasi, ekonomi, sosial, kesehatan, dan pendidikan. Aspek pengelolaan, yaitu meliputi aturan, manajemen, dan sumber daya manusia.

Tahap ini diarahkan pada pemulihan kembali kondisi yang ada sehingga kemajuan lebih cepat dicapai. Penurunan kemampuan ekonomi untuk tumbuh mengindikasikan adanya infrastruktur yang melemah daya dukungnya serta tidak berfungsinya mekanisme ekonomi secara optimal.

Untuk itu, pemulihan sarana dan prasarana wilayah serta penambahan infrastruktur memperoleh perhatian utama, sehingga meningkatkan daya dukungnya terhadap kinerja ekonomi. Hal ini harus dilakukan secara simultan baik pada skala Nasional, Provinsi maupun Kabupaten/Kota Karenanya harus disegerakan penyiapan rencana tindak pemulihan dan pembangunan infrastruktur.

Mekanisme ekonomi dipulihkan dengan merevitalisasi sektor-sektor ekonomi terutama sektor pertanian dan industri. Revitalisasi pertanian terutama dengan meningkatkan produksi pertanian yang didukung pembangunan infastruktur dan industri pendukungnya. Revitalisasi pertanian tersebut juga didukung oleh peningkatan konservasi dalam rangka penyediaan air baku bagi kegiatan agribisnis.

Revitalisasi industri dilakukan dengan penguatan struktur industri melalui pengembangan kemitraan antara industri kecil menengah dengan industri besar maupun pembentukan klaster industri.

Pada aspek pemerintahan dan aparatur dilakukan dengan pemantapan kinerja Pemerintahan Daerah, termasuk di dalamnya pengelolaan aspek politik, hukum dan HAM. Melalui pemantapan kinerja ini diharapkan dapat menjadi pendorong bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Faktor kunci keberhasilan untuk misi ini adalah meningkatkan efektivitas pelayanan publik oleh aparatur pemerintah provinsi sejalan dengan perkembangan tuntutan masyarakat akan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Bersamaan dengan itu, tradisi demokrasi dibangun mulai dari tingkat yang paling bawah dengan meletakkan dasar-dasar hubungan sosial yang harmoni dan membangun rasa aman dan saling percaya.

Pada aspek sosial dilakukan dengan pemenuhan hak dasar masyarakat, baik dalam bidang pendidikan, khususnya pemenuhan wajib belajar pendidikan dasar dan rintisan wajib belajar 12 tahun. Di bidang kesehatan dilakukan dengan pemberian akses kepada masyarakat miskin rawat inap gratis dan peningkatan kualitas pelayanan Puskesmas.

(22)

2. RPJM Tahap Kedua (2009–2014)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan tahap pertama, maka pembangunan tahap kedua ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan produktivitas dan distribusi produk, seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.

Tahap ini ditujukan pada peningkatan kemampuan produksi dan distribusi produk agribisnis yang diharapkan dapat mengembangkan kemajuan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahap ini merupakan kelanjutan tahapan sebelumnya, yaitu merupakan tahap pemanfaatan kerangka dasar yang kokoh sebagai hasil tahap sebelumnya. Tahap ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya, termasuk di dalamnya mengoptimalkan aset-aset daerah yang ada untuk kepentingan agribisnis melalui mekanisme ekonomi yang sehat, sistem sosial yang padu, tegaknya hukum.

Pada tahap kedua ini, pengembangan Jawa Timur sebagai pusat agribisnis diarahkan pada sentra sentra produk pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian di samping perluasan pasar, baik domestik maupun international.. Hal ini dilakukan dengan pemberdayaan petani dan lembaga perdesaan, Pengembangan teknologi pertanian, effisiensi jaringan distribusi, penganekaragaman pangan berbasis produk lokal serta penyediaan sarana prasarana produksi. Dengan menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem, konsekuensinya akan mengubah proporsi peran agribisnis dalam perekonomian. Implikasi lebih lanjut dari reposisi ini adalah realokasi sumberdaya ekonomi yang lebih dominant ke pengembangan agribisnis.

Sedangkan pada sektor perdagangan diharapkan dapat mengoptimalkan pasar dalam negeri, penataan distribusi barang dan meningkatkan orientasi ekpor. Di samping itu, optimalisasi sumber daya dilakukan dengan meningkatkan daya dukung infrastruktur dalam skala yang tinggi dan meletakkan sistem pengelolaannya yang berkesinambungan. Dalam upaya pemenuhan energi dilakukan dengan meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber sumber energi baru terbarukan.

Pengembangan energi alternatif akan menjadi kebutuhan yang tidak terelakan mengingat kebutuhan energi bagi industri dan rumah tangga di Jawa Timur akan semakin meningkat sementara persediaan terbatas. Oleh karena itu, mulai pada tahap kedua ini akan semakin dikembangkan pelbagai energi alternatif yang ramah lingkungan, mudah dan murah. Semua ini perlu didukung oleh sumber daya manusia yang memadai, sehingga penyiapan sumber daya manusia, mulai dilaksanakan Wajib Belajar Pendidikan 12 Tahun dengan fokus pada pengembangan sekolah kejuruan.

Pada pembangunan bidang pariwisata diarahkan dalam rangka meningkatkan keunggulan pariwisata melalui pengembangan produk wisata yang unik, khas dan berakar pada kekayaan budaya tradisional yang mencerminkan jati diri masyarakat, keragaman kekayaan alam dan budaya, peningkatan kinerja objek dan daya tarik wisata

(23)

yang berdaya saing dan memanfaatkan potensi sumber daya alam secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Dalam aspek pengembangan wilayah, kesenjangan antar daerah dikurangi dengan pemerataan pelayanan aktivitas perekonomian di seluruh wilayah. Kondisi ini ditandai dengan pengembangan insfrastruktur transpotasi yang menjangkau ke daerah-daerah tertinggal. Selain itu pembangunan di kawasan perkotaan diarahkan perkembangannya agar lebih teratur dengan dukungan perangkat manajemen pembangunan wilayah yang dapat mengakomodasi perkembangan kawasan megapolitan dan keserasian hubungan kota besar, menengah, kecil dan wilayah perdesaan yang ada.

Pembangunan bidang pemerintahan dan aparatur pada tahap kedua merupakan pendukung bagi pelaksanaan pembangunan bidang lainnya. Karena itu dalam pembangunan pembangunan bidang hukum diarahkan sebagai sarana rekayasa sosial (a tool of social engineering) yang dapat membawa perubahan mendasar sikap aparatur pemerintah dan masyarakat dalam berperan serta dalam setiap aspek pembangunan. Di samping itu juga pembangunan bidang pemerintahan dan aparatur diarahkan pada efektifitas dan peningkatan dayaguna keuangan daerah, penataan kelembagaan organisasi perangkat daerah, peningkatan SDM, penyiapan pranata baik politik, hukum, ketertiban umum, dan aparatur yang dapat mendukung tercapainya visi Jawa Timur 2025. Sedangkan pembangunan politik diarahkan pada pendewasaan masyarakat maupun partai politik dalam membangun demokrasi guna mempertahankan stabilitas dan harmoni sosial.

3. RPJM Tahap Ketiga (2014–2019)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan pembangunan tahap pertama dan kedua, maka pembangunan tahap ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di pelbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

Tahap ini ditujukan untuk memantapkan kemajuan daerah dan mengembangkan kesejahteraan. Dinamika ekonomi yang atraktif pada tahap sebelumnya dimantapkan dengan memperluas jangkauan jaringan kerja kegiatan ekonomi yang tidak hanya berskala nasional, tetapi juga internasional. Tahapan ini juga ditandai dengan makin dominannya peranan pengetahuan dan penguasaan teknologi serta diarahkan pada upaya optimal pendayagunaan potensi sumber daya. Kemajuan yang dicapai menjadikan daerah memiliki daya saing.

(24)

peningkatkan keunggulan kompetitif melalui perluasan kawasan perdagangan ekspor, penataan distribusi barang, pemberdayaan produk dalam negeri dan pengembangan pasar dalam negeri.

Pembangunan bidang pemerintahan dan aparatur diarahkan pada peningkatan pendayagunaan kekayaan dan aset dalam pembiayaan pembangunan serta peningkatan fasilitasi kepada daerah dan masyarakat untuk mampu berperan sebagai agen pembaharuan, pelayanan dan pemberdaya masyarakat. Hal ini dilakukan dengan advokasi dan insentif dalam rangka kemandirian, pemberdayaan dan peningkatan kualitas pelayanan umum.

Sedangkan pembangunan hukum diarahkan pada terwujudnya konstruksi hukum yang memberi peluang bagi masyarakat untuk berkonstribusi dalam pembangunan berdasarkan prinsip prinsip konstirusionalisme, Hak Asasi Manusia, dan demokasi.

Untuk pembangunan wilayah diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana permukiman di perkotaan dan perluasan akses transpotasi yang menjangkau wilayah perdesaan. Penyelenggaraan pembangunan wilayah didasarkan pada penataan ruang semakin baik dengan meningkatnya implementasi pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang dan semakin mantapnya sistem pengendalian.

Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup dilaksanakan melalui penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan pada masa yang akan datang.

4. RPJM Tahap Keempat (2019–2024)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan tahap pertama, tahap kedua, tahap ketiga, maka pembangunan tahap keempat diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di pelbagai bidang dengan menekankan penguatan pasar dan kualitas produk agrobisnis sehingga mempunyai daya saing kompetitif. Dalam rangka semakin memantapkan daya dukung agribisnis tersebut, pelestarian kualitas dan fungsi lingkungan terus dijaga dan dipertahankan melalui pengelolaan sumber daya alam yang effisien dengan sarana, prasarana serta infrastruktur lingkungan yang memadai.

Pada tahap keempat, struktur perekonomian makin maju dan kokoh ditandai dengan daya saing perekonomian yang kompetitif dan berkembangnya keterpaduan antara industri, pertanian, kelautan dan sumber daya alam, dan sektor jasa. Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun, tertata, serta berfungsi dengan baik. Kondisi itu didukung oleh keterkaitan antara pelayanan pendidikan, dan kemampuan Iptek yang

(25)

makin maju sehingga mendorong perekonomian yang efisien dan produktivitas yang tinggi.

Pada tahap ini, ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang ditandai oleh berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi; terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien sesuai kebutuhan sehingga elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan dapat tercapai, serta terwujudnya masyarakat informasi; Selain itu, pengembangan infrastruktur perdesaan akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian (kawasan Agropolitan). Sejalan dengan itu, pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi ini diharapkan dapat semakin mendorong terwujudnya kawasan perkotaan tanpa permukiman kumuh.

Pada tahap ini, pembangunan Bidang Pemerintahan dan aparatur diarahkan pada peningkatan SDM dalam fasilitasi masyarakat sebagai agen pembaharuan, pemberdaya dan pelayanan umum.

Dalam bidang kelembagaan politik dan hukum telah kondusif yang ditandai dengan terwujudnya konsolidasi demokrasi yang kokoh dalam pelbagai aspek kehidupan politik serta supremasi hukum dan penegakan hak-hak asasi manusia; terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat; terwujudnya tata kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa yang berdasarkan hukum, serta birokrasi yang profesional; terwujudnya masyarakat sipil, masyarakat politik, dan masyarakat ekonomi yang mandiri, serta terwujudnya kemandirian dalam konstelasi gobal.

Pada tahap ini juga, pembangunan dalam bidang kesejahteraan telah mampu memberikan perlindungan dan pemenuhan hak asasi masyarakat yang ditandai semakin meningkatnya fasilitasi lembaga jaminan sosial; kualitas sumber daya manusia terus membaik ditandai oleh meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan, termasuk yang berbasis keunggulan lokal dan didukung oleh manajemen pelayananan pendidikan yang efisien dan efektif; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat; meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang optimal, serta kesejahteraan dan perlindungan anak; tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang; dan mantapnya budaya dan karakter bangsa.

(26)

BAB V P E N U T U P

Pembangunan jangka panjang di Provinsi Jawa Timur sesungguhnya adalah sebuah proses sekaligus rangkaian pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang sinergis satu dengan yang lain, sehingga dapat dihasilkan keterpaduan dan daya ungkit, serta dapat diwujudkan visi, misi, dan tujuan pembangunan daerah yang telah ditetapkan.

Disadari bahwa pelaksanaan semua program dan kegiatan pembangunan, baik dalam kerangka regulasi maupun dalam kerangka anggaran (budget frame), mensyaratkan pentingnya keterpaduan dan sinkornisasi antar program per daerah maupun kegiatan antarprogram dalam wilayah kota/kabupaten yang berlainan, dengan tetap memperhatikan peran, tanggungjawab dan tugas yang melekat pada Pemerintah Daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam kegiatan pembangunan di Provinsi Jawa Timur, fungsi RPJPD adalah sebagai pemandu dan sekaligus rambu-rambu yang menentukan arah jangka panjang pembangunan yang ingin dicapai atau diwujudkan. Dengan kata lain, RPJPD Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025 yang telah berhasil disusun ini bukan saja berfungsi sebagai pedoman bagi seluruh pemangku-kepentingan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, tetapi juga sekaligus sebagai koridor dalam penyusunan visi, misi dan berbagai program pembangunan Kepala Daerah dan pedoman dalam penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Timur di setiap tahapan pembangunan jangka menengah.

A. KAIDAH

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025 merupakan dokumen perencanaan, sebagai landasan bagi pelaksanaan pembangunan Provinsi Jawa Timur 20 tahun ke depan. RPJPD Provinsi Jawa Timur tahun 2005-2025 diharapkan dapat dijadikan:

1. Acuan dalam menyusun visi, misi dan program pembangunan untuk penyusunan RPJM Daerah, Renstra SKPD, Renja SKPD dan RKPD.

2. Pedoman dalam penyusunan RPJPD Kabupaten dan kota, RPJM, Renstra SKPD, Renja SKPD dan RKPD di seluruh Provinsi Jawa Timur.

3. Menciptakan perencanaan pembangunan yang menjamin terwujudnya sinergitas, keterpaduan dan sinkronisasi dengan arah pembangunan di kabupaten dan kota serta terintegrasi dengan arah pembangunan nasional.

4. Acuan dalam memberikan arahan bagi penentu kebijakan program dan kegiatan pembangunan

(27)

B. PRASYARAT

Dalam menyusun rencana, melaksanakan dan menjamin efektivitas pelaksanaan berbagai program pembangunan di Provinsi Jawa Timur agar sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan dalam RPJPD, tiga pilar Good Governance yang mutlak dibutuhkan sebagai prasyarat keberhasilan pelaksanaan visi dan misi pembangunan daerah Provinsi Jawa Timur adalah: transparansi, akuntablitas dan partisipasi masyarakat dan seluruh stakeholders.

Yang dimaksud transparansi di sini adalah adanya jaminan dan terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap informasi pembangunan yang direncanakan, tengah dilaksanakan maupun yang sudah dilaksanakan di masyarakat. Transparansi bukan saja menuntut adanya obyektivitas, keterbukaan dan kejujuran, tetapi juga harus diimbangi dengan adanya sikap menerima berbagai kritik konstruktif dari masyarakat sebagai umpan balik untuk terus-menerus memperbaiki kinerja aparatur pemerintah, sistem birokrasi, kualitas layanan publik dan efektivitas pelaksanaan program pembangunan pada umumnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kapasitas berbagai lembaga atau instansi pemerintah daerah untuk bertanggunggugat atas keberhasilan maupun kegagalan dalam melaksanakan misinya dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan secara periodik. Setiap instansi pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pencapaian kinerja organisasinya dalam pengelolaan sumberdaya yang dipercayakan kepadanya, mulai tahap perencanana, implementasi, sampai pada tahap pemantauan dan evaluasi.

Akuntabilitas merupakan kunci untuk memastikan bahwa kekuasaan itu dijalankan dengan baik dan sesuai dengan kepentingan publik. Untuk itu akuntabilitas mensyaratkan kejelasan tentang siapa yang bertanggungjawab kepada siapa, dan apa yang dipertanggunggugatkan. Akuntabilitas bisa berarti pula penetapan sejumlah kriteria dan indikator untuk mengukur kinerja instansi pemerintah, serta mekanisme yang dapat mengontrol dan memastikan tercapainya berbagai standart yang telah ditetapkan.

Akuntabilitas menuntut adanya kepastian hukum yang merupakan resultan dari hukum dan perundang-undangan yang jelas, tegas, diketahui publik di satu pihak, serta upaya penegakan hukum yang efektif, konsisten dan tanpa pandang bulu di pihak lain. Kepastian hukum juga merupakan indikator penting dalam menimbang tingkat kewibawaan suatu pemerintahan dan legitimasinya di mata rakyat.

Sementara itu, yang dimaksud partisipasi adalah perwujudan dari berubahnya paradigma mengenai peran baru masyarakat dalam pembangunan. Masyarakat bukanlah sekadar penerima manfaat (beneficiaries) atau objek pembangunan belaka, melainkan merupakan subjek dan agen pembangunan yang mempunyai posisi yang setral, strategis dan penting.

Tiga pilar Good Governance sebagaimana dikemukakan di atas, adalah “spirit” yang semestinya dimiliki dan menjadi dasar bagi seluruh pemangku-kepentingan dan stakeholders terkait untuk menjamin berbagai program pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan benar-benar berjalan seperti yang diharapkan.

(28)

Keberhasilan pencapaian visi pembangunan jangka panjang sbagaimana telah ditetapkan akan sangat tergantung pada komitmen dari kepemimpinan daerah, konsistensi kebijakan dan peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif .

PJ. GUBERNUR JAWA TIMUR

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

94 halaman. Kata kunci : Pengaruh, Pengalaman kerja, Disiplin kerja, dan Produktivitas kerja Setiap perusahaan yang telah didirikan mempunyai harapan bahwa kelak dikemudian

BiMU Bandar Lampung sudah sesuai dengan prosedur dan sudah sesuai dengan prinsip syariah yang jauh dari gharar dan syubhat yang dilarang oleh agama dan strategi

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X TEKNIK SEPEDA MOTOR HONDA 1 SMK NEGERI 1 ROTA

John Dewey (Amerika, 1859 – 1952, tokoh pendidikan sosial) Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang baik,. yaitu anggota masyarakat yang

Hasil penelitian meyimpulkan bahwa kenyataan dilapangan, peroses dalam penangganan perlindungan terhadap pelaku tindak pidana anak di bawah umur yang di tangani

Pengertian Binocular Disparity adalah perbedaan dalam posisi dari sebuah objek yang ditangkap dalam dua retina, dimana objek yang berjarak lebih dekat akan terlihat lebih

[r]

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B7, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech