• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 PEMBAHASAN - ILMU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 2 PEMBAHASAN - ILMU PENDIDIKAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tujuan Pendidikan di Indonesia

Dalam UU. No. 2 thn 1985 Tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mngembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yg beriman

dan bertakwa kpd Tuhan Yang maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kpribadian yg

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatn dan bangsa.

Menurut SK Menteri PendidikanPengajaran dan Kebudayaan No.

104/Bhg.O tgl 1 Maret 1946

Rumusan tujuan pendidikan adalah untuk menanamkan jiwa patriotisme.

Menurut ketetapan MPRS No. IV/MPRS/1973 tntang GBHN

Tujuan pendidikan Nasional sebagai berikut : pembangunan dibidang

pendidikan didasarkan atas falsafah negara Pancasila dan diarahkan untuk

membentuk manusiamanusia pembangunan yang berpancasila dan untuk

membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat

mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur,

mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia.

Menurut TAP MPR No. II/MPR/1993

Meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman

dan bertakwa terhadap TuhanYang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,

berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, beretos

kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani. menurut UU Sisdiknas pasal 3

(2)

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2.2 Aspek Tujuan Pendidikan

2.2.1 Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional adalah suatu tujuan pendidikan suatu bangsa,

dan bagi bangsa Indonesia tujuan ini tertera dalam undangundang Nomor 20 tahun

2003 pasal 3 yang berbunyi : pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabatdalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujua untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,

bertaqwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

2.2.2 Tujuan Institusional

Tujuan institusional adalah tujuan pendidikan dari suatu jenjang, jalur dan

jenis pendidikan tertentu, seperti halnya jenjang pendidikan SD mempunyai

tujuan pendidikan tersendiri yang berbeda dengan tujuan pendidikan di SMP dan

berbeda dengan tujuan pendidikan di SMA, dan sterusnya.

2.2.3 Tujuan Kurikuler

Tujuan Kurikuler adalah Tujuan yang berhubungan dengan setiap bidang

(3)

tercapai setelah siswa mempelajari bidang studi yang bersangkutan.Contoh tujuan

kurikuler untuk bidang studi IPA di SD berbunyi :

1) Mengenal, memahami dan mampu menggunakan konsep dasar IPA yang

berguna atau praktis.

2) Memiliki sikap ilmiah.

3) Menghargai alam dan penciptanya.

Contoh tujuan kurikuler untuk bidang studi fisika di SMU berbunyi :

1) Siswa memahami konsep atau sambil mengembangkan kemampuan

bernalar dan berdiskusi.

2) Siswa mapu melakukan percobaan dan bernalar untuk memahami

pemantulan dan pembiasan cahaya serta menggunakan persamaan

persamaannya dan memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan optic.

3) Siswa memahami struktur inti dan aplikasinya sambil mengembangkan

kemampuan berdiskusi dan bernalar.

2.2.4 Tujuan Pengajaran Umum

Tujuan pengajaran umum merupakan penjabaran dari tujuan kurikuler

yang kalau ditinjau dari cakupan materinya meerupakan suatu tujuan untuk tujuan

suatu pokok bahasan tertentu. Dalam merumuskan tujuan pengajaran umum

ditentukan beberapa kriteria, diantaranya :

1) Beorientasi pada siswa

2) Merupakan hasil belajar

3) Masih diperkenankan memakai kata nonoperasional

2.2.5 Tujuan Pengajaran Khusus

Tujuan pengajaran khusus adalah tujuan yang terkecil yang merupakan

tujuan yang diharapkan berkembang dan dirumuskan dengan kriteria yaitu :

(4)

2) Merupakan indikator terpilih dari tujuan pengajaran umum

3) Dirumuskan sebagai hasil belajar

4) Memakai istilahistilah atau katakata operasional

5) Spesifik

2.3

Sumber dan Dasar Perumusan Tujuan Pendidikan

Sumber dan dasar perumusan tujuan pendidikan dibagi menjadi 4, yaitu

Rumusan tujuan pendidikan menurut UU No. 4 tahun 1950, tecatum dalam bab II

pasal 3 yang berbunyi “tujuan pendidikan dan pengajaran membentuk manusia

susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPR No.II tahun 1960

yang berbunyi tujuan pendidikan ialah mendidik anak ke arah terbentuknya

manusia yang berjiwa pancasila dan bertanggung jawab atas terselenggaranya

masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan makmur material dan spiritual.

Rumusan tujuan pendidikan menurut sistem pendidikan nasional pancasila

dengan penetapan Presiden no. 19 tahun 1965 yang berbunyi tujuan pendidikan

nasional kita, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dari

pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi, supaya melahirkan warga negara

sosialis Indonesia yang susila, yang bertaggung jawab atas terselenggaranya

masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun material

yang berjiwa pancasila.

Rumusan tujuan pendidkan menurut ketetapan MPRS No. 2 tahun 1960

yang berbunyi tujuan pendidikan ialah membetuk manusia pancasialis sejati

berdasarkan ketentuanketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan

(5)

2.4

Jenis Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan nasional adalah manusia yang berjiwa pancasila.

Tujuan Kurikuler, mencakup 3 ranah pendidikan (kognitif, afektif, dan

psikomotorik). Tujuan Institusional ialah tujuan tiap lembaga pendidikan. Tujuan

Instruksional,tujuan pokok bahasan atau sub pokok bahasan.

2.5

Fungsi Tujuan Pendidikan

Fungsi tujuan pendidikan adalah memberikan arah kepada segenap

kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap

kegiatan pendidikan.

Menurut ahmad D. Marimba, fungsi tujuan yaitu:

1) Mengakhiri usaha.

2) Mengarahkan usaha.

3) Titik tolak untk mncapai tujuantujuan lain.

4) Memberi nilai pada usahausaha tersebut

2.6

Macam Tujuan Pendidikan dan Rumusan Tujuan Menurut

Ahli

Macam-macam tujuan pendidikan menurut Langeveld sebagai berikut:

2.6.1 Tujuan Umum

Tujuan umum ini sering disebut tujuan akhir, atau tujuan totalatau tujuan

lengkap. Tujuan umum berarti tujuan total atau tujuan yang lengkap yaitutujuan

yang pada akhirnya akan dicapai oleh pendidik terhadapanak didik yaitu

terwujudnya kedewasaan jasmani dan rohani.(Barnadib, 1989)Menurut

(6)

kamil atau manusia sempurna. (Amir Daien,1973)Dengan demikian tujuan

umum/akhir pendidikan ialahmembentuk insan kamil yaitu manusia yang dewasa

jasmani danrohaninya baik secara moral, intelektual, sosial, estesis, agama danlain

sebagainya.

2.6.2 Tujuan Khusus

Tujuan ini merupakan pengkhususan dari pada tujuan umum,karena untuk

menuju kepada tujuan umum itu perlu adanyapengkhususan tujuan yang

disesuaikan dengan kondisi dan situasitertentu, misalnya disesuaikan dengan:

1) Cita-cita pembangunan suatu masyarakat/bangsa.

2) Tugas suatu badan atau lembaga pendidikan.

3) Bakat dan kemampuan anak didik.

4) Kesanggupan-kesanggupan yang ada pada pendidik.

5) Tingkat pendidikan, dan sebagainya. (Umar Tirtaraharja, dkk,2005:38-39)

2.6.3 Tujuan Insidental/Seketika

Tujuan ini disebut tujuan seketika/insidental karena tujuan initimbul secara

kebetulan, secara mendadak dan hanya bersifatsesaat. Tujuan seketika ini

meskipun hanya sesaat dapat memberikanandil dalam pencapaian tujuan

selanjutnya, karena melalui tujuan-tujuan seperti ini dapat memberikan

pengetahuan dan pengalamanlangsung yang erat hubungannya dengan

kehidupannya nanti dimasa yang akan datang.

2.6.4 Tujuan Sementara

Tujuan sementara adalah tujuan pendidikan yang dicapai si anakpada tiap

fase perkembangan. Agar tujuan sementara ini dapattercapai dengan

(7)

masanya/matang untukmempelajari sesuatu yang akan dicapai dengan tujuan

tersebut.

2.6.5 Tujuan Tidak Lengkap

Tujuan ini erat hubungannya dengan aspek-aspek pendidikanyang akan

membentuk aspek-aspek kepribadian manusia, sepertimisalnya aspek-aspek

pendidikan yaitu kecerdasan, moral, sosial,keagamaan, estetika, dan sebagainya.

2.6.6 Tujuan Perantara/Intermedier

Tujuan perantara ini merupakan alat atau sarana untukmencapai

tujuan-tujuan yang lain.Keenam tujuan-tujuan tersebut menurut Langeveld intinya

dapatdisederhanakan menjadi satu macam saja, yaitu “tujuan umum”dimana

semua tujuan-tujuan (kelima tujuan yang lainnya) diarahkanuntuk pencapaian

tujuan umum pendidikan yaitu terbentuknyakehidupan sebagai insan kamil, sutu

kehidupan dimana ketiga intihakikat manusia baik sebagai makhluk individu,

makhluk sosial danmakhluk susila/religious dapat terwujud secara harmonis.

2.7

Rumusan Tujuan Menurut Ahli

Dalam Suwarno (1992) terdapat beberapa pengertian tujuan

pendidikanmenurut beberapa tokoh, diantaranya :

1. Ki Hadjar DewantoroTujuan pendidikan adalah mendidik anak agar menjadi

manusia yangsempurna hidupnya, yaitu kehidupan dan penghidupan

manusia yang selarasdengan alamnya (kodratnya) dan masyarakatnya.

2. Johan Amos Comenius (Austria, 1592 – 1670, tokoh aliran realism pendidikan) Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang

mempunyai pengetahuan kesusilaan dan kasalehan sebagai persiapan untuk

(8)

3. John Locke (Inggris, 1632 – 1704, tokoh aliran Empirisme dalam pendidikan) Tujuan pendidikan adalah membentuk “Gentlemen”.

4. J.J. Rousseau (Perancis, 1712 – 1778, tokoh aliran Naturalisme) Tujuan pendidikan adalah mempertahankan kebaikan yang ada pada

manusiamembentuk anak menjadi anggota masyarakat yang natural.

5. John Heinrich Pestalozzi ( Swiss, 1746– 1827, tokoh pendidikan sosial) Tujuan pendidikan adalah mempertinggi derajat rakyat (social

regeneration)dengan mengembangkan potensi jiwa anak secara wajar.

6. Friedrich Frobel (Jerman, 1782– 1852, tokoh pendidikan anak-anak) Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi makhluk aktif dankreatif.

7. Herbert Spencer (Inggris, 1820–1903, tokoh gerakan ilmiah dalam pendidikan) Tujuan pendidikan adalah mengilmiahkan usaha-usaha

pendidikan, sertamembentuk manusia ilmiah.

8. John Dewey (Amerika, 1859– 1952, tokoh pendidikan sosial) Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang baik,

yaitu anggota masyarakat yang mempunyai kecakapan praktis dandapat

memecahkan problem sosial sehari-hari dengan baik.

9. George Kerchensteiner (Jerman, 1855 – 1932, tokoh pendidikan kewarganegaraan) Tujuan pendidikan adalah mendidik anak menjadi warga

negara yang baik.

10. Maria Montessori (Italia, 1870–1952, tokoh pendidikan kanak-kanak) Tujuan pendidikan adalah perkembangan anak secara bebas.

11. Helen Parkhurst (Amerika, 1887– 1900, tokoh pendidikan individual) Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi warga negara yang

baik

2.8

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

Tujuan Pendidikan Nasional Berkaitan dengan tujuan pendidikan, Plato

(9)

mengatakan bahwa tugas pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui;

lepas dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Aristoteles mempunyai

tujuan pendidikan yang mirip dengan Plato, tetapi ia mengaitkannya dengan

tujuan negara. Ia mengatakan bahwa tujuan pendidikan haruslah sama dengan

tujuan akhir dari pembentukan negara yang harus sama pula dengan sasaran utama

pembuatan dan penyusunan hukum serta harus pula sama dengan tujuan utama

konstitusi, yaitu kehidupan yang baik dan yang berbahagia (eudaimonia). Tujuan

universitas di Eropah adalah mencari kebenaran. Pada era Restorasi Meiji di

Jepang, tujuan pendidikan dibuat sinkron dengan tujuan negara; pendidikan

dirancang adalah untuk kepentingan negara.

1) UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka

2) Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan

dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan

bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia."

3) Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang

No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab".

4) Bila dibandingkan dengan undang-undang pendidikan sebelumnya, yaitu

Undang-Undang No. 2/1989, ada kemiripan kecuali berbeda dalam

pengungkapan. Pada pasal 4 ditulis, "Pendidikan Nasional bertujuan

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang

(10)

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta

rasa tanggung-jawab kemasyarakatan dan kebangsaan."

5) Pada Pasal 15, Undang-undang yang sama, tertulis, "Pendidikan menengah

diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,

budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut

dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi."

6) Bila dipelajari, secara konseptual tujuan pendidikan nasional masih sesuai

dengan substansi Pancasila, yaitu menjadikan manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Namun, apakah tujuan pendidikan

ini dijabarkan secara konsisten di dalam kurikulum pendidikan dan juga

dalam sistem pembelajaran? Jawabannya masih diragukan. Manusia Sebagai

Fokus Pendidikan Secara umum, alam menjadi titik sentral pendidikan; alam

menjadi tujuan. Manusia menjadi "budak" dari alam; ilmu, teknologi dan dan

hal-hal yang bersifat pragmatis termasuk uang, mengambil tempat paling

penting. Pendidikan yang berpusat pada manusia semakin tersingkir. Ini tidak

lepas dari sosok yang paling berpengaruh dalam dunia pendidikan, John

Dewey. Ia tokoh pendidikan Amerika Serikat pada awal dan pertengahan

abad ke-20 dan menggulirkan konsep pragmatisme. John Dewey mengatakan

bahwa pendidikan adalah penyesuaian pribadi yang bertumbuh terhadap

lingkungannya (education is " adjusment of the growing personality to its

environment). Ia membuat lingkungan menjadi pusat pendidikan

7) Bagi Dewey, manusia itu harus disesuaikan terhadap lingkungannya tanpa

menyebut defenisi "lingkungan" (environment) secara jelas." Manusia

sebagai makhluk PAEDAGOGIK Mahluk paedagogik ialah mahluq Alloh

yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Mahluq

itu adalah manusia. Sehingga mampu menjadi kholifah di bumi, pendukung

dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Alloh berupa

bentuk yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk

(11)

komponen dari fitrah itu. Fitrah inilah yang membedakan manusia dengan

mahluk yang lain dan membuat manusia itu istimewa dan lebih mulia dan

sekaligus berarti bahwa manusia adalah mahluk paedagogik.

8) Para elit pendidikan negeri ini menyelipkan pikiran John Dewey dalam

Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lebih

jelas dalam pasal 15. Pada pasal ini tertulis, "Pendidikan menengah

diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,

budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut

dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

9) Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, falsafah pragmatisme masih kental sekalipun dalam undang-undang

itu tidak disebutkan secara vulgar.

10) Namun dalam praktek sehari-hari,pikiran John Dewey-lah yang dominan.

Manusia adalah mahluk yang paling penting dari seluruh yang dicipta;

manusia seharusnya menjadi fokus pendidikan. Ini sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila. Bahkan dalam pandangan agama-agama dari Timur, yang

dianggap sebagi agama monoteisme, manusia merupakan sosok yang sentral

dalam penciptaan. Segala sesuatu dicipta untuk manusia. Tuhan mencipta

terang, cakrawala, laut, darat, semua jenis tumbuh-tumbuhan, matahari,

bulan, bintang, semua mahluk hidup di laut seperti ikan, dan di darat, dan

segala jenis burung di udara. Dan terakhir, Ia mencipta manusia. Manusia

merupakan mahkota dari seluruh ciptaan. Ia menjadi pusat dari alam semesta.

Segala sesuatu sudah disediakan sebelum manusia eksis di bumi. Bahkan

taman yang indah, Taman Firdaus pun, disiapkan untuk mereka sehingga

pasangan suami-isteri itu tidak perlu bersusah payah mencari kebutuhan

hidup dan tempatnya. Bukan hanya sebagai mahkota dari seluruh ciptaan,

manusia diberi tugas untuk menguasai seluruh ciptaan- mulai dari ikan-ikan

yang ada di laut dan burung-burung di udara, dan semua mahluk yang

(12)

Sangat ironis melihat dunia pendidikan kita. Manusia bukan sosok yang

paling penting dalam dunia pendidikan. Manusia bukan fokus pendidikan,

tetapi yang menjadi fokusnya adalah uang, keuntungan, kurikulum dan

berbagai hal lainnya yang termasuk dalam kategori alam Menilai Tinggi

Kecerdasan Melalui Pendidikan Ahli pendidikan Inggris, Alfred North

Whitehead, mengatakan bahwa "di tengah-tengah suasana kehidupan modern,

hukumnya mutlak. Suatu bangsa yang tidak menilai tinggi kecerdasan yang

terlatih dinasibkan tenggelam dalam sejarah

11) Baik segala kepahlawananya, baik semua kelincahannya, semua kemenangan

yang telah dicapai di darat ataupun di laut, akan mampu menolak balik

dorongan nasib. Hari ini bangsa itu mungkin bisa bertahan. Besok, ilmu

pengetahuan akan maju lagi satu langkah. Bagi suatu bangsa yang tidak

berpendidikan, tidak ada suatu mahkamah pun ke mana dia dapat memajukan

pengaduan atas hukuman yang telah dijatuhkan kepada bangsa yang tidak

berpendidikan." Yukichi Fukuzawa (1835-1904) dalam bukunya berjudul

Gakumon no Susume (suatu Imbauan untuk Belajar) menulis, "Tuhan tidak

menakdirkan seorang pada tempat di atas atau di bawah seseorang yang lain.

Ini berarti bahwa kalau mereka dilahirkan, mereka sama derajatnya. Namun,

kalau kita melayangkan pandangan atas suasana manusia yang sebenarnya,

kita jumpai mereka yang pandai dan yang bodoh, mereka yang berderajat

rendah. Suasana mereka sangat berbeda seakan-akan antara awan dan lumpur.

Sebab-sebab adanya suasana demikian itu jelas sekali. Kalau seseorang tidak

menuntut ilmu, ia akan tetap dalam kegelapan, dan seseorang yang berada

dalam kegelapan adalah orang bodoh. Oleh sebab itu, perbedaan antara

pandai dan bodoh, pada hakekatnya, ditetapkan oleh pendidikan."

12) Pentingnya menilai tinggi kecerdasan, para pendiri republik ini telah

memasukkan topik pendidikan dalam konstitusi. UUD 1945 (versi

Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan

keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan

(13)

13) Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan

dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan

bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia."

14) Bahkan dalam konsititusi yang telah diamendemen telah dicantumkan Sekilas

negeri ini menilai tinggi kecerdasan. Namun, apa yang telah dihasilkan dunia

pendidikan kita? Setelah lebih 64 tahun negeri ini merdeka, khususnya pada

dua dekade terakhir, dunia pendidikan kita hanya menghasilkan siswa tauran,

mahasiwa yang menjiplak, pejabat yang koruptor, warga yang masih percaya

kepada dukun, pekerja yang mau berpenghasilan tinggi tetapi tidak mau

bekerja keras, penduduk yang mudah emosi, dan berbagai karakter-karakter

buruk lainnya. Banyak berita-berita yang berkaitan dengan moral disajikan di

publik bahkan sampai ada yang berani melakukan hubungan seks di luar

nikah dan disebarkan ke publik. Jelaslah bahwa pendidikan bukanlah hanya

semata-mata soal anggaran. Pendidikan bukan hanya semata-mata

melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh para elit politik dan pemerintah

lewat Undang-Undang Pendidikan dan kebijakan-kebijakan pendidikan.

Pendidikan bukan hanya semata-mata melaksanakan kurikulum. Jauh lebih

penting dari itu adalah falsafah pendidikan; apa falsafah terhadap murid,

kurikulum pendidikan dan guru. Dan yang tidak bisa diabaikan juga adalah

bagaimana falsafah itu dijabarkan dalam tataran praktis. Oleh karena begitu

pentingnya menilai tinggi kecerdasan, pada halaman ini disajikan topik

seputar pendidikan. Kita akan lihat falsafah pendidikan, tujuan pendidikan,

relasi antara pendidikan dan negara, peran pemerintah dalam menentukan

kebijakan-kebijakan dalam dunia pendidikan dan lewat jalur apa pendidikan

yang baik diperjuangkan. Minimum 20 % dari anggaran belanja negara

disisihkan untuk pendidikan. Tanggung Jawab dan Peran Orang Tua dalam

Pendidikan Kisruhnya pendidikan di republik ini berkaitan dengan lemahnya

peranan orang tua dan masyarakat. Pendidikan diserahkan hampir sepenuhnya

kepada pemerintah.Minim perhatian terhadap apa yang terjadi di seputar

pendidikan baik itu guru, kurikulum dan metode pengajaran. Tidak heran

(14)

dengan harapan. Peran orang tua dalam pendidikan tidak bisa dilepaskan dari

tugas manusia secara umum. Dari sejarah dapat dilihat bahwa tugas pokok

manusia tersimpan dalam kutipan berikut, "Beranakcuculah dan bertambah

banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di

laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di

bumi.

15) Bila dipilah, tugas pertama manusia adalah beranak cucu dan bertambah

banyak. Manusia diberi mandat untuk mempunyai keturunan yang

berkualitas; baik rohani, intelek, emosi, kehendak dan phisik yang sehat.

Dengan kata lain, manusia diperintahkan untuk menghasilkan manusia yang

seutuhnya, yaitu manusia yang mirip dengan Penciptanya. Hati, pikiran,

emosi, kehendak dan tindakannya seirama dengan hati, pikiran, emosi,

kehendak dan tindakan Penciptanya. Pendidikan di Rumah Yaitu: Pendidikan

yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota keluarga yang

masih dalam usia sekolah. Sesuai dengan kebijakan Wajar Dikdas usia itu

antara 6 sampai 17 tahun.Pendidikan ini diselenggarakan atas dasar : ·

Menjaga anak-anak dari kontaminasi aliran / falsafah hidup yang

bertentangan dengan tradisi keluarga. · Menjaga anak-anak agar selamat dari

pengaruh negative lingkungan · Menyelamatkan anak secara fisik dan mental

dari kelompok sebayanya · Menghemat biaya pendidikan · Memberikan

pendidikan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak secara

Referensi

Dokumen terkait

Secara yuridis Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan perlindungan bahwa setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai kesempatan

Hal ini karena dengan implementasi IP Multipath dilakukan pembagian trafik pada kedua link yang terpasang pada sistem sehingga ukuran paket yang melalui

Beberapa program yang telah disebutkan tersebut adalah program kesehatan remaja yang diaplikasikan di luar gedung Puskesmas Tanah Kalikedinding dan menjadi kegiatan

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus karena atas berkat, anugerah, kemurahan, kekuatan serta kasih setia- Nyalah, sehingga Penulis

Keragaman Morfologi Karakter Kuantitatif Hasil pengamatan karakter kuantitatif terhadap padi kultivar lokal asal Banten dengan karakter tinggi tanaman, jumlah anakan produktif

Pada tahap ini terjadi proses peletakan dasar struktur perilaku kompleks yang dibangun sepanjang kehidupan anak. Dengan perkembangan sel-sel syaraf anak yang pesat

Dengan ditetapkannya suatu jabatan fungsional diharapkan dapat mendorong terbentukny dan atau pemantapan organisasi progresi dari jabatan fungsional yang bersangkutan, yang

Simetri ini dapat ditemukan melalui penggabungan ruang Jogosatru dengan Dalem yang memiliki sirkulasi linier dari pintu masuk utama dan membagi sesuai sumbu