• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Kondensor Pada Mesin Pendingin Menggunakan Siklus Absorpsi Dengan Pasangan Refrijeran – Absorben Amonia - Air Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Kondensor Pada Mesin Pendingin Menggunakan Siklus Absorpsi Dengan Pasangan Refrijeran – Absorben Amonia - Air Chapter III V"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratoriun Foundry Departemen Teknik Mesin,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Perancangan, pembuatan alat dan

Penelitian dilakukan selama kurang lebih 5 bulan (12 juli – 28 November 2015)

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Kipas Angin

Berfungsi sebagai pembuang panas pada kondensor

Gambar 3.1 Kipas Angin

Spesifikasi :

 Jenis kipas : Arhasi 12 inchi

 Kecepatan Maksimum : 5 m/s

 Tegangan : 220 V

 Frekuensi : 50 Hz

(2)

2. Flexible Thermo – Anemometer

Digunakan untuk mengukur kecepatan udara pada kipas angin

Gambar 3.2 Flexible Thermo – Anemometer

Spesifikasi :

 Merek : Krisbow

 Model No : KW06 – 562

3. Pressure Gauge

Digunakan sebagai pengukur tekanan larutan ammonia yang masuk dari

generator

(3)

Spesifikasi :

 Buatan : Jepang

 Tekanan maksimal : 25 Bar  Tekanan minimal : 0 Bar

4. Termometer digital

Termometer digital digunakan untuk mengukur temperatur amonia masuk,

larutan amonia keluar, temperatur lingkungan, dan temperatur udara keluar

dari kodensor.

Gambar 3.4 Termometer digital

5. Pompa Vakum

(4)

Spesifikasi :

 Merek : Robinair

 Model No : 15601

 Capacity : 142 L/m

 Motor h.p : ½

 Volts : 110-115V/ 220-225V

6. Stop watch digunakan untuk menentukan waktu perubahan suhu selama proses

pengujian

Gambar 3.6 Stop watch

7. Penyambung pipa untuk menghubungkan antara pipa generator ke kondensor

(5)

8. Alat bantu perbengkelan, seperti : • Kunci pas

• Kunci ring • Tang • Gerinda • Bor listrik • Palu • Obeng

(6)

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ammonium hydroxide

(NH4

Jumlah : 5 liter

OH) yaitu sebagai pasangan refrigerant-absorbent dengan spesefikasi

sebagai berikut :

Kadar : 21% - 25%

PH : 12 -13

Gambar 3.8 Ammonium Hydroxide (NH4OH)

3.3 Proses Pembuatan Kondensor

Setelah alat dirancang sesuai dengan perhitungan, selanjutnya mendesain

alat di software Solidwork. Adapun bentuk gambar alat tersebut dapat

diperhatikan pada gambar dibawah ini.

(7)

Gambar 3.9 Desain kondensor

3. Membuat rangka dudukan kondensor dan komponen lainya

Gambar 3.10 Rangka dudukan komponen siklus absorbsi

(8)

Gambar 3.11 kondensor

5. Pemasangan kondensor

(9)

3.4 Eksperimental set up

Pengujian dilakukan dengan menghubungkan sensor thermometer digital

ke tiga titik dan satu titik untuk sensor kecepatan sekaligus temperatur yang akan

di ukur, adapun beberapa parameter yang akan diukur adalah :

Gambar 3.13 titik pengukuran pada kondenor

1. Temperatur uap ammonia

Yaitu temperatur yang keluar dari generator dan masuk ke dalam

kondensor

2. Temperatur cair amonia

Yaitu temperatur kondensor yang telah di dinginkan dengan pembuangan

panas oleh kipas angin

3. Temperatur lingkungan

Yaitu temperatur lingkungan berada di dalam ruangan dalam waktu

tertentu.

4. Temperatur udara keluar

Yaitu temperatur udara setelah terjadi pembuangan panas pada kondensor

5. Kecepatan udara

(10)

3.5 Prosedur Pengujian

Pengujian dapat dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut:

1. Rangkaian siklus absorbsi terlebih dahulu divakumkan dengan

menggunakan pompa vakum hingga rangkaian benar benar vakum.

2. Menghidupkan mesin dan proses pemanasan dilakukan 10-15 menit

hingga suhu generator mencapai 1100

3. Memasukkan larutan ammonia air ke tabung pengisian sebanyak 5 liter. C.

4. Menghidupkan pompa, kipas kondensor dan kipas evaporator.

5. Membuka katup/kran sebelum masuk kondensor dengan ketentuan tekanan

yang di inginkan telah tercapai.

6. Mengukur temperatur titik titik yang telah di tentukan dengan

menggu nakan thermometer digital.

7. Mengukur tekanan dengan menggunakan pressure gauge

8. Mengukur lama waktu mulai dari masuk rerfrigeran hingga dicapai

(11)

3.6 Tahapan Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dapat dilihat pada lampiran 8

Gambar 3.14 Diagram alir proses penelitian

Buku referensi,

Jurnal, Internet, dll

Diskusi dan Perancangan Desain Kondensor

Pembuatan kondensor

Pengujian dan Pengumpulan

data pada kondensor

Hasil Analisa hasil

percobaan

Kesimpulan dan Saran

Selesai Mulai

Studi Literatur

Tidak

(12)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN

4.1 Perhitungan Termodinamika

Gambar 4.1 Siklus pendingin Absorpsi

Beban evaporator yang akan di rancang adalah sebesar 50 W dimana suhu

yang direncanakan pada setiap titik adalah

Temperatur Evaporasi, Te = 0°C Tekanan Evaporasi, Pe

Temperatur Absorber, T

Dari suhu tersebut maka dapat dihitung nilai entalphi pada setiap titik,

menggunakan lampiran 2.

Menghitung laju aliran massa di evaporator

(13)

�̇= ��

ℎ1− ℎ4

�̇= 0,05 ��

1461,81 ��/�� −366,��/��

�̇= 4,56 . 10−5��/�

Besar laju aliran masssa pada titik 1,2,3,dan 4 adalah sama.

Keadaan dikondensor dapat digambarkan pada diagram P-h, seperti

terlihat pada gambar dibawah ini,

Gambar 4.2 Diagram P-h

Pembebanan pada kondensor

�� = � . (ℎ2̇ − ℎ3)

�� = 4,56 . 10−5��/� (1615,04��/�� −366,48 ��/��)

�� = 0,05699 ��= 56,99 �

4.2 Perancangan Kondensor

Pada perancangan ini menggunakan kondensor dengan sistem konveksi

paksa dengan kipas angin untuk mengambil panas. Bahan pipa pada kondensor

terbuat dari pipa stainless steels AISI 304 dengan ukuran standar pipa 1/8 inchi .

dapat dilihat pada lampiran 3.

4.2.1 Dimensi Kondensor Perancangan

Berdasarkan pertimbangan dari segi kontruksi maka digunakan kondensor

(14)

Gambar 4.3 Kondensor perancangan

- Diameter luar (Do) = 10,28 mm

- Diameter dalam (Di) = 6,82 mm

- Jarak antar pipa (ST) = 50 mm

- Temperatur masuk refrigeran ( tr,i) = 90 0 - Temperatur udara masuk ( tu,i ) = 30

C

0

- Kecepatan udara masuk ( V ) = 5 m/s C

- Temperatur keluar refrigeran ( tr,o) = 350 - Temperatur udara keluar ( tu,o ) = 31

C

0

- Beban kondensor total = 0.05699 kW C

- Tekanan refrigeran dalam kondensor = 13,51 Bar

- Kondukt ivitas bahan stainless steels AISI 304 ( k ) = 14,9 W/m.K

- Luas permukaan kotak kondensor P x L = 40 x 35 cm

4.2.2 Penentuan Dimensi Permukaan Kondensor

Untuk mendapatkan dimensi permukaan kondensor maka berikut data

yang di perlukan :

Laju aliran massa udara m

(15)

mu

Temperatur udara keluar

�� =�.��. (�,� − ��,�)

Temperatur rata-rata udara dengan menggunakan persamaan (2.5)

�� =

Maka sifat udara pada temperatur 30,034°C = 303,34 K diperoleh dari

lampiran 1 sifat properties udara

µ = 186,008 x 10-7

sesuai dengan persamaan (2.5)

Pada kondisi refrigeran 62,5°C = 335,5 K diperoleh dari tabel lampiran 2

sifat properties amonia dengan menginterpolasi :

(16)

Prv 1,2354 Prl 1,1123

kv 0,0346775 kl 0,35645 W/m.K

Cpv 4,3335 Cpl 5,623 kJ/kg.K

ρv 21,8613 ρl 513,475 kg/m3

4.2.3 Menghitung Koefisien Perpindahan Panas Konveksi

• Pada aliran internal

- Luas aliran fluida pada persamaan (2.14)

Ai

- Bilangan Reynold pada persamaan (2.6)

2

- Koefisien perpindahan panas konveksi persamaan (2.11) (alirannya laminar)

- Faktor pengotoran pada tube pada persamaan (2.13)

�� =

Maka koefisien konveksi internal total,

,

(17)

• Pada aliran eksternal

- Kecepatan angin 5 m/s dari hasil pengukuran dengan menggunakan

Anemometer

- Bilangan Reynold pada persamaan ( 2.7)

��= ⍴.����.��

- Bilangan Nusselt pada persamaan (2.9)

��= 0,683.��0,466.��13

��= 0,683. 2508,28100,466. 0,7065

1 3

��= 23,3479

- Maka koefisien perpindahan panas konveksi eksternal pada persamaan

(2.12)

- Faktor pengotoran pada aliran eksternal pada persamaan ( 2.14)

�� = ℎ′ �1 −1

ℎ�, =

1

0,0004 + (88,812881 )

Maka koefisien konveksi eksternal total,

(18)

4.2.4 Perpindahan Panas Menyeluruh ( U)

Koefisien perpindahan panas yang terjadi pada kondensor dengan

menggunakan persamaan (2.10)

4.2.5 Selisih Temperatur Rata-Rata Logaritmik (LMTD)

K

Untuk menghitung selisih temperatur rata – rata logaritmik (LMTD) maka

menggunakan persamaan (2.21)

4.2.6 Panjang Pipa Perlintasan

Untuk memperoleh panjang setiap lintasan dari konsdensor ini, harus di

cari luas penampang total perpindahan panasnya. Dengan luas penampang total

(A) adalah beban kondensor per koefisien menyeluruh dikali dengan besarnya

selisih temperatur rata – rata logaritmik. Dimana dari perancangan beban

kondensor = 56,99 W. Luas penampang total di dapat dengan rumus :

Qk = U.A.LMTD

Suhu refrigerant masuk 90oC

Suhu udara keluar 31oC Suhu refrigerant keluar 35oC

Suhu udara masuk 30oC

∆T2 ∆T1

LMT

(19)

A = Qc

U .LMTD

= 56,99 W / (80,3933 W/m2 = 0,0319 m

.K x 22,11K)

Dari perhitungan diatas didapatkan luas penampang total adalah sebesar

0,0319 m

2

Setelah memperoleh luas penampang total maka didapatlah panjang total

pipa yang dibutuhkan untuk kondensor ini, dengan persamaan :

2

Panjang total pipa yang dibutuhkan adalah sebesar 1,452 m. untuk panjang

tiap lintasan bisa diperoleh, dengan perencanaan jumlah dari lintasan adalah

sebanyak 6 maka panjang lintasan adalah :

1 = L/n

= 1,452/ 6

= 0,242 m

Panjang tiap lintasan yang didapat adalah sebesar 0,242 m

4.2.7 Perencanaan Geometri dan Material dari Kondensor

Berdasarkan perhitungan di atas maka geometri kondensor yang

direncanakan adalah sebagai berikut :

Panjang tube,� = 1,452 m

Diameter dalam tube,�, = 0,0068 m

Diameter luar tube,�, = 0,01028 m

Material tube = stainless steel 304

Jarak antara tube = 0,05 m

Panjang tiap lintasan tube = 0,242 m

Kecepatan udara = 5 m/s

(20)

Gambar 4.4 Bentuk perancangan kondensor

4.3 Hasil Pengujian Kondensor

Untuk mendapatkan temperatur dan tekanan maksimal dalam penelitian ini

perlu pemanasan terhadap generator terlebih dahulu dalam waktu + 15 menit.

Temperatur maksimal yang masuk kedalam kondensor sebesar 73 oC, tekanan maksimal yang dicapai sebesar 10,4 bar. Sebelum melakukan pengujian kerja

kondensor, tekanan ditahan dengan katup kran. Dimana refrigeran dan absorben

dipisahkan didalam generator. Uap refrigeran masuk kedalam kondensor dengan

temperatur sebesar 73 o

Pengujian hari pertama menghasilkan kerja kondensor dengan data

terlampir, adapun data yang diambil untuk mengetahui kerja kondensor ini yaitu;

temperatur ammonia uap masuk, temperatur ammonia keluar, temperatur udara

masuk kondensor, temperatur keluar kondensor, kecepatan udara yang dihasilkan

oleh kipas.

C.

4.3.1 Data Hasil Pengujian

Berikut adalah beberapa data hasil pengujian dari kondensor yang, dimana

pengujian dilakukan selama 40 menit. Perbedaan pada setiap Pengujian hari yang

diambil datanya tidak beda jauh hanya beda pada temperatur yang sedikit

meningkat kemudian perbedaan kecepatan udara yang mengalir pada alat

kondensor.

- Data Pengujian Hari Pertama

(21)

generator ammonia – air harus berpisah sesuai dengan proses absorpsinya.

Temperatur refrigeran yang mengalir pada kondensor yang tercapai pada

Pengujian hari pertama sebesar 63,6 o

Penurunan temperatur pada kondensor ini sebesar 17,5

C, yang kemudian didinginkan dengan cara

konveksi paksa dengan menggunakan udara yang dihasilkan oleh kipas angin.

o

C, dengan

temperatur keluar menjadi sebesar 46,1 o

Tabel 4.1 Data pengujian hari pertama

C. Temperatur masuk dan keluar ini

diamati setiap menitnya selama selang waktu 40 menit . proses selama 40 menit

ini dapat dilihat di dalam tabel di bawah ini. Dalam tabel kecepatan udara yang di

hasilkan tidaklah konstan

(22)

27 4.67 70.1 49.2 31.2 31.23

Sumber : Data primer

Dengan data pengujian hari pertama dihasilkan temperatur makin tinggi,

ini diakibatkan pengaruh waktu dan ketidakkonstanan dari panas buang yang di

hasilakan mesin. Dimana temperatur awal dari 63,6 oC sampai pada menit ke 40 temperatur mencapai 72,9 o

Grafik pada pengujian hari pertama ini dapat di lihat pada gambar 4.5

dibawah ini :

C. Dari tabel juga bisa kita lihat bahwa temperatur

keluar refrigeran juga makin naik. Ini juga di akibatkan temperatur gas buang

tidak konstan, dan kecepatan udara pendinginn juga yang tidak konstan.

Temperatur masuk pendingin udara tetap , namun temperatur pendingin udara

keluar berbeda, ini dipengaruhi adanya panas dari laluan pipa yang berbeda dan

juga kecepatan dari kipas penyalur udara.

Gambar 4.5 Grafik waktu vs temperatur pada pengujian hari pertama

(23)

Dari grafik menunjukkan kenaikan temperatur setiap menitnya. Kenaikan

temperatur ini diakibatkan oleh temperatur panas buang dari mesin yang naik.

Secara teori seharusnya temperatur masuk dan keluar kondensor seharusnya

sejajar,namun dari grafik diamati adanya perbedaan. Ini diakibatkan pebedaan dari

kecepatan udara yang mengalir tidak konstan.

- Data Pengujian Hari kedua

Berikut data dari Pengujian hari kedua dapat dilihat dalam tabel

(24)

26 4.65 70.3 49.4 31.2 31.23

Sumber : Data primer

Dari data pengujian hari kedua ini perbedaannya tidaklah jauh dari

Pengujian hari pertama. Berdasarkan tabel pada menit pertama sampai ke – 40

mengalami kenaikan temperatur, namun kcepatan udara yang dihasilkan motor

kipas tidak konstan .Grafiknya dapat dilihat pada gambar 4.6 dibawah ini :

Gambar 4.6 Grafik waktu vs temperatur pengujian hari kedua

Dari grafik diatas kenaikan temperatur amonia masuk makin meningkat

hal ini disebabkan temperatur yang di alirkan dari panas buang mesin yang juga

25

1 3 5 7 9 111315171921232527293133353739

(25)

meningkat, begitu juga dengan temperatur keluar amonia mengalami kenaikan

disebabkan kemampuan pembuangan panas oleh udara .

- Data Pengujian Hari Ketiga

(26)

31 5.41 72.81 52.56 31.2 31.25

Sumber : Data primer

Dari tabel hasil pengujian diperoleh temperatur masuk maksimum adalah

sebesar 73,89 oC pada menit ke – 34 dengan temperatur keluar 53,67 oC dimana kecepatan udara dsebesar 4,31 m/s . Grafik Pengujian hari ketiga dapat dilihat

pada gambar 4.7 dibawah ini

Gambar 4.7 Grafik temperatur vs waktu pada pengujian hari ketiga

Dari gambar menjelaskan bahwa grafik menunjukan kenaikan temperatur

dari menit 1 ke menit 40 temperatur menit pertama temperatur amonia masuk

sebesar 60,43 oC dengan temperatur keluar sebesar 40,23 oC, untuk kecepatan udaranya yaitu sebesar 5,15 m/s . Selama 40 menit terjadi kenaikan temperatur

sesuai dengan gambar tersebut.

25

1 3 5 7 9 111315171921232527293133353739

(27)

4.3.2 Analisa Kerja Kondensor dengan Kesetimbangan Energi

Kerja/beban kondensor adalah kemampuan dari dari kondensor untuk

membuang panas yang dihasilkan untuk menurunkan temperatur dengan keadaan

tekanan tetap. Dengan menggunkan rumus Qk = m.Cp.∆T. rumus ini dapat

digunakan untuk perhitungan beban kondensor pada aliran luar atau panas yang

diserap oleh udara yang dihasilkan kipas angin.

Laju aliran massa udara pada perhitungan ini diperoleh dari kecepatan di

kali dengan luas permukaan kondensor. Berikut data kerja kondensor setelah

dilakukan analisa sesuai dengan perhitungan kesetimbangan energi dengan data

yang dibutuhkan diperoleh dari hasil pengujian.

Untuk menghitung laju perpindahan panas pada kondensor bagian luar dapat

dihitung dengan persamaan (2.2) :

�= � .� . ∆�

� = Kalor yang diserap udara (kW) � = Laju aliran massa udara (Kg/s) �� = Kalor spesifik udara (J/kg.K) ∆� = Perubahan temperatur (0 Dimana pada temperatur rata-rata didapatkan :

C)

� = 0,812 kg/s

�� = 1,005978 kJ/kg.K

- Hasil pengujian kerja kondensor ( Qk)

Tabel 4.4 Kerja kondensor pengujian hari pertama

(28)

11 4,41 64,6 47,3 31,2 31,22 0,6174 1,00597786 0,02 23,699229 0,0124218

Rata - Rata 0,660135 1,00597814 0,0285 0,0189263

Kerja kondensor dari tabel diperoleh dari perhitungan kesetimbangan

energi dengan data yang di dapatkan dari pengujian. Dari perancangan kerja

kondensor sebesar 56,9 W, setalah dilakukan pengujian terhadap alat yang

dirancang, kerja kondensor hanya bisa mencapai 38,878 W. Hasil ini sangat di

pengaruhi dari temperatur masuk kondensor dan juga laju aliran udara yang

dihasilkan.

Sehingga didapatkan laju perpindahan panas rata-rata pada pengujian hari

(29)

��= 0,66013 ��/�� 1,005978��/��.�� 0,0285�

��= 0,0189 ��

Gambar 4.8 Grafik antara beban kondensor dengan LMTD pada pengujian hari

pertama

Gambar 4.8 menunjukan bahwa besar beban kondensor terhadap beda

temperatur ( LMTD ) semakin meningkat. Dimana bila beban meningkat berarti

nilai perbedaan temperatur rata- rata ( LMTD ) juga meningkat.

Tabel 4.5 Kerja kondensor pengujian hari kedua

(30)

15 5,32 65,2 46,2 31,2 31,22 0,7448 1,005978 0,02 23,210825 0,014985

Dari tabel didapatkan laju perpindahan panas rata-rata pada pengujian hari

kedua yaitu sebesar :

�= 0,66013 ��/�� 1,005978��/��.�� (0,031)K

(31)

Gambar 4.9 Grafik antara beban kondensor dan LMTD pada pengujian hari

kedua

Grafik diatas menunjukan bahwa besar beban kondensor terhadap beda

temperatur ( LMTD ) meningkat. Dimana bila beban meningkat berarti nilai

perbedaan temperatur rata- rata ( LMTD ) juga meningkat.

Tabel 4.6 Kerja kondensor pengujian hari ketiga

(32)

20 4,67 67,58 49,35 31,2 31,26 0,6538 1,0059792 0,06 26,192955 0,0394626

Laju perpindahan panas rata-rata pada pengujian hari ketiga

�= 0,699 ��/�� 1,00598 ��/��.�� 0,051K

�= 0,03419 ��

Gambar 4.10 Grafik antara beban kondensor dan LMTD pada pengujian hari

(33)

Dari grafik terlihat hubungan dari besar beban kondensor berpengaruh

pada selisih perbedaan temperatur rata – rata dimana makin besar selisih

perbedaan temperatur maka beban dari kondensor juga makin meningkat. Dari

pengujian ketiga ini diperoleh beban maksimum yang dihasilakan sebesar

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Telah dirancang bangun sebuah kondensor sebagai bagian dari mesin

pendingin siklus absorpsi dengan dimensi :

• Panjang tube,� = 1,452 m

• Diameter dalam tube,� = 0,0068 m • Diameter luar tube,� = 0,01028 m

• Material tube = stainless steel 304

• Jarak antara tube = 0,05 m

• Panjang tiap lintasan tube = 0,242 m

• Kecepatan udara = 5 m/s

• Ukuran kotak = 350 x 400 x 300 ( mm)

• Material kotak = Triplek

2. Dari hasil pengujian diperoleh laju perpindahan panas rata – rata pada

kondensor pada pengujian hari pertama didapatkan sebesar 0,0189 kW,

pada pengujian hari kedua didapatkan sebesar 0,02096 kW dan pada

pengujian hari ketiga sebesar 0,03419 kW.

3. Dari hasil perancangan dan pengujian kerja kondensor memiliki perbedaan

dimana pada hasil perancangan beban kondensor sebesar 0,05699 kW,

dalam pengujian beban kondensor maksimum yang diperoleh yaitu sebesar

0,05136 kW pada pengujian hari ketiga.

5.2 Saran

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah :

1. Untuk mendapatkan laju perpindahan panas konstan lakukan pengujian dengan panas yang masuk secara konstan dari mesin penghasil panas

(35)

melalui media pendingin sebaiknya laju aliran massa di kontrol sesuai

dengan perancangan

2. Lakukan pengujian dengan menambahkan sirip dengan tujuan untuk memperbesar luas permukaan perpindahan panas sehingga didapatkan laju

perpindahan panas yang diserap lebih besar.

Gambar

Gambar 3.1 Kipas Angin
Gambar 3.2 Flexible Thermo – Anemometer
Gambar 3.5 Pompa Vakum
Gambar 3.6 Stop watch
+7

Referensi

Dokumen terkait

keyakinan sesuai dengan kandungan isi dan ajaran yang terdapat dalam isi Al quran, khususnya kepercayaan dan ke yakinan terhadap kekuasaan Tuhan, na bi nabi,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi KNO3 berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan, kecambah normal, benih yang belum tumbuh, indeks vigor, bobot

meningkatkan terjadinya risiko penyakit saluran pernafasan seperti asma (Hanene et al ., 2007; Ivaschenko et al ., 2002; Tamer et al., 2004). 2009) Perbedaan hasil penelitian

Dormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada lingkungan yang optimum.Dormansi dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit benih, keadaan fisiologis

Pertumbuhan akar yang terbaik adalah jika suhu tanah tetap berada di atas 15,5°C.. dan menurun di bawah

When Laurie has to face the incidents that can remind her to the traumatic experience, she becomes powerless, frightened, and bewildered. In such situation, Debbie

Dari tabel 11, terlihat jelas Starbucks mengung- guli ketiga coffee shop lain dalam penilaian konsu- men tentang kesan kualitas yang dimilikinya dengan prosentase 87,3%,

(1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan di awal tahun harus tertunda krn adanya pemblokiran; (2) Proses identifikasi yang agak terlambat karena belum siapnya masyarakat