• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan The United Nations Office On Drugs And Crime (Unodc) Dalam Kerjasama Penanganan Kasus Narkoba Dengan Negara-Negara Di Asean

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan The United Nations Office On Drugs And Crime (Unodc) Dalam Kerjasama Penanganan Kasus Narkoba Dengan Negara-Negara Di Asean"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) merupakan isu global yang masih menjadi perhatian banyak negara serta masyarakat internasional di dunia. Hal ini dikarenakan perdagangan narkoba telah menjadi kejahatan transnasional yang merajalela, sehingga membahayakan kehidupan manusia serta menyerang usia produktif secara global.

Isu perdagangan narkoba telah memenuhi empat indikator secara keseluruhan. Indikator pertama adalah isu perdagangan narkoba telah menjadi perhatian khusus dari pemerintah serta elit politik pembuat kebijakan seluruh dunia. Pembuat kebijakan elit di dunia bahkan membuat regulasi khusus yang mengatur perdagangan narkoba di kawasan nasionalnya, salah satu contohnya Indonesia. Indikator kedua, perdagangan narkoba telah menjadi liputan secara terus menerus oleh pers dunia. Berita-berita mengenai keberadaan kartel di Amerika Selatan, mafia di Eropa Timur sering menjadi pemberitaan pers diseluruh dunia.

(2)

tersebut. indikator keempat yang juga terakhir adalah perdagangan narkoba telah menjadi agenda penting di organisasi-organisasi internasional. PBB yang merupakan organisasi internasional terbesar, bahkan membuat badan khusus untuk mengawasi perdagangan narkoba, yaitu United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). Oleh karena beberapa alasan di ataslah perdagangan narkoba bisa dikatakan sebagai isu global kontemporer yang layak memperoleh perhatian khusus dari seluruh negara di dunia.

Era globalisasi memberikan kemudahan akses bagi hampir seluruh aktivitas lintas batas negara. hal inilah yang mendorong serta semakin memudahkan aktivitas perdagangan narkoba saat ini. Di samping munculnya

intervening variables (faktor faktor sebab akibat), seperti gerakan revolusioner maupun teorisme telah kehilangan pasokan dana yang berasal dari berbagai sumber. Akibarnya, gerakan-gerakan ini kemudian mencari pendanaan baru dengan berbisnis narkoba yang dianggap sebagai cara yang paling signifikan untuk mencapai tujuan tersebut. Profitnya yang besar dan tidak membutuhkan sarana operasional yang rumit, sehingga produsen bisa bisa meraup keuntungan sangat banyak dengan memperdagangkan komoditas ini. Keuntungan yang bisa dihasilkan dari kejahatan perdagangan narkoba mencapai US$ 500 Juta1

Globalisasi menjadi salah satu pemicu dari peningkatan angka perdagangan narkoba di seluruh dunia. Globalisasi yang menjadikan dunia seolah tanpa batas membuat pergerakan barang dan jasa serta pertukaran informasi

.

1

(3)

semakin mudah dilakukan. Globalisasi juga mendorong sebuah negara untuk membuka pintu perdagangan masuk secara besar-besaran. Akan tetapi, globalisasi yang terjadi secara tidak terkontrol justru menjadi ancaman bagi sebuah negara. sebagai dampak dari globalisasi, perdagangan narkoba telah mencapai level multinational. Beberapa agen narkoba dunia seperti dari Kolombia, Meksiko, China dan negara lainnya menjual narkoba ke negara seperti Amerika Serikat dan Indonesia. Kejahatan yang semakin terorganisir ini membuat upaya pencegahan serta pemberantasan semakin sulit karena perdagangan narkoba telah membentang di seluruh penjuru dunia.

Drug trafficking mencakup tindakan kriminalitas yang bisa terjadi melintasi batas negara ataupun kriminalitas yang berlevel internasional2. Kejahatan transnasional (transnational crime) pada dasarnya memiliki jaringan lintas negara, tanpa adanya jaringan tersebut maka aktivitasnya akan sulit untuk dilakukan. Transnational crime juga merupakan tindakan kriminal yang terjadi dalam ruanglingkup suatu negara namun dampaknya turut dirasakan oleh negara lain. bila dilihat ruang lingkup peredaran narkoba, merupakan kejahatan yang sangat luas dan melampaui batas suatu negara, bisa bergerak ke semua lapisan sosial ekonomi masyarakat di dunia. Arus perdagangan narkoba semakin menguat pasca berakhirnya perang dingin dan memasuki era globalisasi. Perdagangan narkoba merupakan bentuk globalisasi organized crime3

2

Neil Boister, Transnational Criminal Law. European Journal of International Law.

2003, hal.8

.

3

(4)

Perdagangan narkoba bukan hanya terbatas pada jual beli semata, namun mencakup penanaman, pengolahan, pendistribusian, serta penjualan zat-zat yang dilarang oleh hukum secara global. Isu drug trafficking sangat membahayakan jutaan jiwa menusia di seluruh dunia mendorong negara-negara dan berbagai komunitas internasional untuk bekerjasama dalam memberantas dan menghadapinya. Traktat-traktat bentuk kerjasama telah dihasilkan oleh negara-negara dunia melalui konvensi Single Convention on Narcotic Drugs pada tahun 1961 yang kemudian diamandemen pada tahun 1972, Single Convention on Narcotic Drugs pada tahun 1971, dan selanjutnya United Nations Convention against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psycotropic substances yang dilaksanakan pada tahun 1988 (UNODC). Selain itu, negara-negara dunia, termasuk salah satunya Indonesia melalui Interpol juga telah bekerjasama dalam mencegah masuknya narkoba ke dalam wilayah negara masing-masing.

(5)

negara penghasil opium terbesar kedua dan Thailand mendominasi produksi narkotika jenis ekstasi, sabu sabu dan narkotika cair lainnya di Asia Tenggara.

Fakta inilah yang menjadi faktor utama mengapa Thailand pernah menjadi negara dengan tingkat pengguna narkotika tertinggi di dunia, sementara Phnom Penh Kamboja merupakan pusat money laundering (pencucian uang) dari hasil keuntungan penjualan narkotika dan kejahatan transnasional lainnya seperti penyelundupan senjata ilegal, perdagangan manusia, cyber crime, dan lain sebagainya.4 Myanmar merupakan poin penting dalam Golden Triangle karena Myanmar bertugas sebagai distributor opium ke seluruh dunia, Myanmar bukan lagi sebagai negara transit dari narkotika namun sebagai negara pembuat narkotika nomor satu. Selama ratusan tahun, provinsi Shan dari Myanmar yang sebelah timurnya berbatasan dengan Cina, sebelah baratnya berbatasan dengan Thailand dimana kota Maesai berada menjadi tempat ladang opium yang paling utama karena selain tanah dan iklimnya cocok, lokasinya juga strategis karena terisolir.5

Dilihat dari sejarahnya, opium sebagai bahan dasar produksi dari jenis narkotika pertama kali dibawa oleh para pedagang Arab ke Asia Timur dan kemudian disebarluaskan oleh bangsa Portugis pada abad ke-16. Beberapa waktu kemudian diketahui bahwa tanaman opium ini telah tumbuh di berbagai wilayah di Tiongkok seperti propinsi Sinchuan, Yunnan dan Guanxi yang kemudian dibawa ke wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Laos, dan Myanmar oleh para imigran. Khusus di kawasan Asia, opium sebenarnya sudah sejak lama digunakan untuk keperluan medis dan terapi pengobatan, sedangkan fenomena

4

Ibid. hal.2 5

(6)

penyalahgunaannya baru terjadi di akhir abad ke-18 terutama setelah kedatangan orang-orang Inggris ke Tiongkok.

Kawasan Golden Triangle atau Segitiga Emas Asia Tenggara merupakan sumber besar dari penjualan heroin dan methamphetamine di Tiongkok. Laporan itu mengatakan bahwa sebanyak 90 persen dari 9,3 ton heroin dan 11,4 ton methamphetamine yang disita pada 2012 diproduksi di wilayah gabungan Laos, Myanmar dan Thailand. Kawasan itu juga berbatasan dengan Provinsi Tiongkok selatan, Yunnan. Sebaliknya, heroin dari wilayah Bulan Sabit Emas yang meliputi Afghanistan, menyumbang kurang dari dua persen obat-obatan yang disita tersebut. Di sisi lain, Afghanistan merupakan produsen opium terbesar di dunia.6

Bila dilihat secara demografi, jumlah penduduk ASEAN hampir mencapai 500 juta jiwa,7 menjadikan kawasan tersebut bukan hanya sebagai wilayah produksi terbesar obat-obatan terlarang, namun juga sebagai wilayah dan pasar yang cukup potensial bagi perdagangan narkoba dan obat-obatan berbahaya lainnya. Kejahatan terorganisir berkembang pesat sejalan dengan memburuknya perekonomian ASEAN sebagai akibat dari krisis ekonomi yang sangat buruk di Asia Tenggara sejak tahun 1998 menjadi salah satu alasan mengapa kejahatan marak di kawasan Asia Tenggara.8

6

Melisa Riska Putri,“Segitiga Emas Asia Tenggara Sumber Penjualan Heroin Terbesar Tiongkok 015”,diaksesdari,http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/15/06/24/nqfxyq -segitiga-emas-asia-tenggara-sumber-penjualanheroin-terbesar-Tiongkok. diakses tanggal 02 Pebruari 2017 Pukul 20.00 Wib.

7

Uni Sosial Demokrat,2014, “Terkecil Peluang Perluasan Pasar Indonesia di AFTA”, diakses dari, http://www.unisosdem.org/article_detail.. diakses 02 Pebruari 2017 Pukul 20.00 Wib.

8

Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan” Pustaka Pelajar, Jakarata 2010, hal. 225.

(7)

Indonesia saat ini termasuk sebagai salah satu pasar potensial bagi obat-obatan terlarang. Perubahan gaya hidup sebagian generasi muda diakibatkan oleh narkoba sangat berdampak buruk, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Kejahatan lintas negara yang berkembang di kawasan ASEAN meliputi terorisme, perdagangan senjata, perdagangan manusia terutama perempuan dan anak-anak, dan permasalahan narkotika yang lebih dikenal industri narkotika. ASEAN sendiri memiliki tekad dalam menangani permasalahan narkotika, seperti yang tertera dalam tujuan dan prinsip ASEAN, menanggapi secara efektif, sesuai dengan prinsip keamanan menyeluruh, segala bentuk ancaman, kejahatan lintas negara dan tantangan lintas batas.9

Menghadapi peredaran narkotika Asia Tenggara yang semakin meningkat, sebagai Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara yang berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 dengan tujuan mengembangkan kawasan yang terintegrasi dalam Tekad tersebut telah ada sejak tahun 1972 dengan diadakannya ASEAN Experts Group Meeting on the Prevention and Control of Drug Abuse, dimana memiliki harapan dapat memerangi bahaya dari ancaman narkotika di kawasan ASEAN. Agenda besar dari ASEAN Experts Group Meeting in the Prevention and Control of Drug Abuse kemudian ditindaklanjuti pada Bali Concord I tahun 1976 yang menghasilkan beberapa komite, dan salah satunya ASEAN Senior Officials on Drugs Matter (ASOD) yang fokus menangani masalah peredaran narkotika dan penanganan kejahatan lintas negara di bidang narkotika.

9

(8)

bentuk komunitas, ASEAN melakukan penanggulangan terhadap permasalahan regional yang dihadapi oleh negara anggotanya.

Asean Senior Officials on Drugs Matters (ASOD) merupakan organisasi bentukan ASEAN pada tahun 1984 yang bertugas dan bertanggung jawab dalam penanggulangan masalah narkoba melalui konsolidasi dan upaya bersama di bidang hukum, kerjasama internasional, penyusunan undang undang serta peningkatan partisipasi organisasi organisasi non pemerintahan, membuat agenda, merencanakan proyek kerjasama terkait permasalahan narkotika serta menghasilkan rekomendasi dari hasil kerja kelompok yang diwadahi oleh ASOD sendiri.

ASOD juga melakukan beberapa agenda lainnya untuk membahas penanggulangan industri narkotika di kawasan ASEAN berupa pertemuan-pertemuan diantaranya Senior Official Meeting on Transnational Crime (SOMTC), ASEAN and Tiongkok Coorperative Operations in Response to Dengerous Drugs (ACCORD), serta ASEAN-UE Sub-Committee on Narcotics.

Perkembangan isu baru ini semakin menjadi ancaman yang serius bagi negara-negara di kawasan ASEAN sendiri. Dilihat dari perkembangannya saat ini di ASEAN terdapat sebuah kawasan yang diberi julukan The Golden Triangle

(Segitiga Emas) dimana anggotanya adalah Thailand, Laos, dan Myanmar yang merupakan pusat produksi, peredaran, serta distribusi narkotika khususnya di kawasan ASEAN.

(9)

pertemuan-pertemuan diantaranya Senior Official Meeting on Transnational Crime (SOMTC), ASEAN and Tiongkok Coorperative Operations in Response(SOMTC),

ASEAN and Tiongkok Coorperative Operations in Response to Dengerous Drugs

(ACCORD), serta ASEAN-UE Sub-Committee on Narcotics.10

Penanganan kejahatan lintas batas di bidang narkoba dibahas dalam ASOD, SOMTC serta Operasi Kerja Sama ASEAN dan Tiongkok sebagai Respons terhadap Obat Berbahaya (ASEAN and Tiongkok Cooperative Operations in Response to Dangerous Drugs/ACCORD). Untuk bidang spesifik pencegahan, terapi dan rehabilitasi, penegakan hukum, serta penelitian penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkoba, ASEAN memiliki forum ASOD yang hingga kini masih berada di bawah koordinasi Pertemuan Menteri-menteri ASEAN Terkait Kejahatan lintas negara (ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime/AMMTC).11

Asean Senior Official On Drugs Matters(ASOD), kerjasama ASEAN dalam mengontrol narkotika dan obat terlarang, awalnya dibuat di bawah lingkup pertemuan para ahli obat-obatan ASEAN yang pertama diadakan pada tahun 1976 dan berada di bawah koordinasi Komite Pembangunan Sosial (COSD).Pertemuan yang diadakan setiap tahun ini berganti nama menjadi Asean Senior Official on Drugs Matters (ASOD) pada tahun 1984. Mandatnya termasuk untuk meningkatkan implementasi ASEAN Declaration of Principles to Combat the Drug Problem of 1976 mengkonsolidasikan dan memperkuat upaya kolaboratif

10

Direktorat Jendral Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia,

ASEAN Selayang Pandang, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, 2008, hal. 79 11

(10)

dalam pengendalian dan pencegahan masalah narkoba di wilayah tersebut;pemberantasan budidaya tanaman narkotika di wilayah tersebut dan desain, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi semua program ASEAN berupa tindakan dan pengontrolan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut maka dipilih judul skripsi ini tentang : "Peranan The United Nations Office On Drugs And Crime

(UNODC) Dalam Kerjasama Penanganan Kasus Narkoba dengan Negara-Negara Di Asean”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana kedudukan United Nations On Drugs And Crime (UNODC) dalam penanganan kasus narkoba ?

2. Bagaimana peran Asean dalam menanggulangi masalah peredaran dan perdagangan narkoba di Asia Tenggara ?

3. Bagaimana peranan United Nations On Drugs And Crime (UNODC) dalam kerjasama penanganan kasus narkoba dengan negara-negara di Asean ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan. 1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui kedudukan United Nations On Drugs And Crime

(11)

b. Untuk mengetahui peran Asean dalam menanggulangi masalah peredaran dan perdagangan narkoba di Asia Tenggara.

c. Untuk mengetahui peranan United Nations On Drugs And Crime (UNODC) dalam kerjasama penanganan kasus narkoba dengan negara-negara di Asean. 2. Manfaat Penulisan

Seperti pada umumnya dalam setiap penulisan skripsi pasti ada manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan dalam penulisannya. Manfaat secara umum yang dapat diambil dalam penulisan skripsi ini terdiri dari manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis.

a. Secara teoritis adalah untuk menambah pengetahuan dalam mempelajari Hukum Internasional serta dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan mengenai peranan The United Nations Office On Drugs And Crime (UNODC) dalam kerjasama penanganan kasus narkoba dengan negara-negara di Asean. b. Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat digunakan menjadi acuan

dalam kerangka berpikir bagi upaya dan solusi penyelesaian permasalahan mengenai peranan The United Nations Office On Drugs And Crime (UNODC) dalam kerjasama penanganan kasus narkoba dengan negara-negara di Asean.

D. Keaslian Penulisan.

(12)

Jika dilihat dari keberadaannya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, karya tulis berjudul sama belum pernah ditulis sebelumnya. Hanya saja, ada beberapa penelitian mengenai Peranan The United Nations Office On Drugs And Crime (UNODC) Dalam Kerjasama Penanganan Kasus Narkoba dengan Negara-Negara Di Asean tetapi permasalahannya berbeda yaitu :

1. Ferwino Rachmandengan judul skripsi : Implementasi Regulasi Asod-Asean Terhadap Penanganan Korban Narkotika. Permasalahan dalam skripsi ini adalah :

a. Bagaimana bentuk strategi Asean Senior Official On Drugs Matters (ASOD) dalam menangani korban penyalahgunaan narkotika ?

b. Faktor-faktor penghambat dan pendukung Asean Senior Official On Drugs Matters (ASOD) dalam penanggulangan korban narkotika ?

2. Rizki Sari Fadillah dengan judul skripsi : Peran Polri Dalam Mengembangkan Kerjasama Internasional Guna Penanggulangan Kejahatan Narkotika Yang Terorganisir. Permasalahan dalam skripsi ini adalah :

a. Bagaimana pengaturan kerjasama internasional (instrumen internasional) dalam penanggulangan kejahatan narkotika yang terorganisir ?

b. Bagaimana peran Polri dalam pengembangan kerjasama internasional guna menanggulangi kejahatannarkotika yang terorganisir ?

c. Apa kendala dan upaya dalam pengembangan kerjasama internasional guna penanggulangan kejahatannarkotikayang terorganisir ?

(13)

orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran sendiri, refrensi dari buku-buku, undang-undang, makalah-makalah, serta media elektronik yaitu internet dan juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka, maka penelitian dan penulisan skripsi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka.

1. Kejahatan lintas negara (Transnational Crime)

Perkembangan kejahatan memasuki abad 21 sudah sangat meningkat dan tidak lagi sebatas wilayah territorial suatu Negara, melainkan sudah melampaui batas satu atau dua Negara atau lebih (Transcend Beyond Territorial Borders)

atau sering disebut dengan istilah "Transborders Crimes" atau popular disebut dengan istilah "Transnational Crimes". Pengertian serta karakteristik kejahatan lintas negara memberikan makna bahwa kejahatan bukan lagi "hak eksklusif' suatu Negara melainkan ia menjadi "hak relatif” dari satu atau lebih dari satu Negara untuk melakukan penyidikan dan penuntutan atas kejahatan lintas negara yang sama.

(14)

Penanggulangan Pelaku Kejahatan (United Nations’ Congress on the prevention of crime and the treatment of offenders) pada tahun 1975.12

2. Rezim Internasional (International Regimes)

Pengorganisasian kejahatan lintas negara telah berdampak pada pelanggaran hukum berbagai negara. Karakteristik yang paling membahayakan dari kelompok kejahatan yang bergiat di tingkatan internasional. Dalam perkembangannya, bentuk kejahatan yang diistilahkan tersebut, telah seringkali dikaitkan dengan konteks globalisasi (yang merupakan representasi dari kondisi sosial, ekonomi dan kultural sekarang ini). Oleh karenanya, perdebatan yang sering terjadi terpusatkan pada kesempatan melakukan berbagai tindak kejahatan atau pun tindakan yang sah yang diberikan oleh dunia yang berkembang tanpa batas, kepada beragam pelaku yang umumnya didefinisikan sebagai transnational organized groups, transnational organizations, dan transnational networks.

Menurut Waltz, teori diperlukan untuk menjelaskan hukum yang mengidentifikasi hubungan serupa atau yang dimungkinkan terjadi.13

12

Mohammad Irvan Olii,”Sempitnya Dunia Luasnya Kejahatan, Sebuah Telaah Singkat Tentang Transnational Crime”, Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No. I September 2005, hal 19

13

Ibid. hal.20

(15)

Senior Official on Drugs Matters (ASOD) di Indonesia. Rezim juga merupakan fitur penting dari globalisai.

Menurut Krasner, rezim merupakan serangkaian prinsip, norma, peraturan, dan prosedur pembuatan keputusan dimana ekspektasi dari para aktornya bertemu pada area tertentu dalam hubungan internasional. Teori ini juga akan mempermudah penulis dalam menjelaskan upaya dan mekanisme yang ada di

ASEAN Senior Official on Drugs Matters (ASOD) dalam hal penanggulangan

Drugs Trafficking.14

ASEAN sebagai lembaga forum antar bangsa Asia Tenggara perlu untuk melakukan penanggulangan terhadap perdagangan dan penggunaan narkotika dengan cara membentuk ASOD (Asean Senior Officials on Drugs Matters)

sebagai bentuk kesungguhan bahwa penyalahgunaan dan perdagangan narkotika Dalam isu Drugs Trafficking ini, securitizing actor nya adalah negara-negara anggota melalui forum ASEAN. Speech act merupakan ASOD sebagai pilar utama kerjasama ASEAN dalam menanggulangi permasalahan Drugs Trafficking dengan melakukan sosialisasi dan implementasi program. Refferent object nya adalah negara-negara anggota yang kedaulatannya terganggu dikarenakan aktivitas produksi dan distribusi drugs tersebut (existential threat).

Audience merupakan seluruh elemen masyarakat di Asia Tenggara. Kemudian

functional actors adalah para drugs traffickers yang ada di Asia Tenggara. Namun di sisi yang berbeda badan narkotika negara, LSM dan NGO terkait juga dapat dikategorikan sebagai functional actors karena agenda mereka secara tidak langsung dipengaruhi oleh dinamika isu yang di sekuritisasi.

14

(16)

yang merupakan ancaman keamanan yang serius bagi negara negara anggota dan harus diberantas penggunaan serta perdagangannya maka dibentuklah lembaga tersebut dengan tujuan menciptakan stabilitas perdamaian antar negara anggota khususnya di kawsan Asia Tenggara.

3. Hukum Internasional

J.G Starke menyatakan bahwa hukum internasional dapat didefenisikan sebagai keseluruhan hukum-hukum yang untuk sebahagian besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati, dan karenanya benar-benar ditaati secara umum dalam hubungan-hubungan mereka secara umum.15

Para sarjana banyak membahas tentang kedudukan hukum internasional sebagai bagian dari ilmu hukum. Para sarjana tersebut ada yang berpendapat bahwa hukum internasional tidak dapat digolongkan kedalam kelompok ilmu hukum tetapi hanya sekedar moral internasional yang tidak mengikat secara positif, dan ada sarjana yang menyatakan bahwa hukum internasional merupakan hukum positif yang sudah terbukti menyelesaikan atau mengatur persoalan-persoalan dunia bahkan ada pendapat yang menyatakan hukum internasional sebagai “world law” atau hukum dunia yang didalamnya ada jaringan, sistem serta mekanisme dari suatu pemerintahan dunia yang mengatur pemerintah-pemerintah dunia.16

Perbedaaan pendapat para sarjana ini disebabkan oleh cara pandang yang berbeda dalam melihat kedudukan hukum internasional. Hukum internasional selalu diasosiasikan dengan pemerintahan dalam arti nasional, sehingga ketiadaan

15

J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal.3 16

(17)

alat-alat atau sistem yang sama seperti negara akan menyebabkan hukum internasional selalu dipandang tidak mempunyai dasar serta selalu diperdebatkan.17

Hukum internasional mengikat secara hukum. Kekuatan mengikat hukum internasional ditegaskan dalam dalam Piagam Pembentukan Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa, yang dirumuskan di San Fransisco tahun 1945. Piagam ini baik secara tegas maupun implisit didasarkan atas legalitas yang sebenarnya dari hukum internasional. Hal ini juga secara tegas dinyatakan dalam ketentuan-ketentuan Statuta Mahkamah Internasional yang dilampirkan pada piagam, dimana fungsi Mahkamah dalam Pasal 38 dinyatakan “ untuk memutuskan sesuai dengan hukum internasional sengketa-sengketa demikian yang diajukan kepadanya.” Salah satu manifestasi multipartit yang paling akhir yang mendukung legalitas hukum internasional adalah Deklarasi Helsinki pada 1 Agustus 1975.18

Meskipun hukum internasional mengikat secara hukum, namun pada faktanya hukum internasional adalah hukum yang lemah (weak law).19

17

Ibid, hal.2 18

J. G. Starke, Op. Cit. hal. 22 19

Ibid, hal.23

(18)

Hukum internasional tidak memiliki badan legislatif internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara langsung kehidupan masyarakat internasional. Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi legislatif adalah Majelis Umum PBB. Tetapi resolusi yang dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan organisasi internasional itu sendiri.20 Memang ada konferensi-konferensi internasional yang diselenggarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah tertentu, tetapi tidak selalu merumuskan law-making treaties.21

Pasal 102 ayat (1) Piagam PBB menguraikan bahwa Hukum Organisasi Internasional ialah cabang dari Hukum Internasional yang dipersatukan oleh badan PBB22

Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional tidak dapat diragukan lagi, meskipun pada awalnya belum ada kepastian tentang hal itu

dan yang semata-mata menyangkut organisasi internaisonal publik serta terdiri dari perangkat-perangkat norma-norma hukum yang berhubungan dengan organisasi internasional termasuk badan di bawah naungannya dan pejabat sipil internasionalnya.

23

20

Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Cetakan Ketiga, Alumni, Bandung, 2011, hal. 2-3

21

Ibid. hal.8 22

Pasal 102 ayat (1) Piagam PBB 23

Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Bina Cipta, Bandung 1982, hal. 95.

(19)

find the same power attribute to an international organization which they have

created from the members of which usually sovereign states.24

Hak dan kewajiban organisasi internasional tersebut adalah benar-benar kewajiban sebagai organisasi internasional dan bukan hak dan kewajiban negara-negara yang menjadi anggota organisasi internasional tersebut secara individual.25

Dalam pembahasan isu internasional juga melibatkan sumber-sumber hukum internasional sebagaimana termuat dalam Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional (International Court of Justice) yaitu:26

a. Perjanjian-perjanjian Internasional (International Conventions) b. Hukum Kebiasaan Internasional (International Custom)

c. Prinsip umum hukum Internasional (The general principlesof Law Recognized by Civilized Nations)

d. Putusan-putusan Pengadilan Internasional dan ajaran sarjana ahli (Subject to the Provisions of Article of 59, Judicial Decisions and the teachings of the

most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary means for

the determination of rules of law.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang melakukkan analisa hukum atas peraturan perundang-undangan. Dalam penulisan ini pendekatan yuridis normatif

24

Mc Nair, The Law Of Trreaties, The Claredon Press, Oxford, 1961, hal.50 25

Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta, 2004, hal. 9

26

(20)

digunakan untuk meneliti norma-norma hukum yang berlaku yang mengatur tentang peranan The United Nations Office On Drugs And Crime (UNODC) dalam kerjasama penanganan kasus narkoba dengan negara-negara di Asean sebagaimana yang terdapat dalam perangkat hukum internasional maupun perjanjian internasional.

Penelitian bersifat deskriptif yaitu menggambarkan peranan The United Nations Office On Drugs And Crime (UNODC) dalam kerjasama penanganan kasus narkoba dengan negara-negara di Asean kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung dan selanjutnya mencoba memberikan pemecahan masalahnya.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bahan hukum primer (primary research / authoritative records)27

1) Perjanjian-perjanjian Internasional (International Conventions)

yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang merupakan landasan utama yang digunakan dalam penelitian ini. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen berupa traktat atau perjanjian internasional seperti :

2) Hukum Kebiasaan Internasional (International Custom)

3) Prinsip umum hukum Internasional (The general principlesof Law Recognized by Civilized Nations)

4) Putusan-putusan Pengadilan Internasional dan ajaran sarjana ahli (Subject to the Provisions of Article of 59, Judicial Decisions and the teachings of

27

(21)

the most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary

means for the determination of rules of law.

5) Article of Agreements International Monetary Fund (IMF).

b. Bahan hukum sekunder (secondary research/ not authoritative records)28

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk guna kejelasan dalam memahami bahan hukum primer dan sekunder

yaitu bahan hukum yang menunjang dan memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, jurnal ilmiah dan pendapat para ahli hukum internasional.

29

3. Teknik Pengumpulan Data

berupa kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi kepustakaan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan landasan dalam menganalisa data-data yang diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya maupun tidak langsung (internet) yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

Alat Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi dokumen yakni meneliti dokumen-dokumen perjanjian internasional terkait. Untuk memudahkan penelitian, dilakukan juga pengelompokkan data yang relevan kemudian tahap penganalisisan untuk pembahasan permasalahan tersebut. 4. Analisis Data

Penelitian ini melakukan analisis data secara kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dengan mengutamakan kalimat-kalimat bukan angka seperti

28

Ibid, hal.114. 29

(22)

halnya pendekatan kuantitatif. Selain itu pendekatan kualitatif lebih mengutamakan dalamnya data dibanding banyaknya data.

Penelitian ini memfokuskan peranan The United Nations Office On Drugs And Crime (UNODC) dalam kerjasama penanganan kasus narkoba dengan negara-negara di Asean. Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan menjabarkan secara mendalam konsep yang diperlukan dan kemudian diuraikan secara komprehensif untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini serta penarikan kesimpulan dengan pendekatan atau metode berikut:30

a. Metode induktif

Proses yang berawal dari proposisi-proposisi khusus sebagai hasil pengamatan dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat empirik. Data-data yang telah diperoleh selain dibaca ditafsirkan, dibandingkan juga diteliti demi konfirmasi akan kebenarannya sebelum dituangkan dalam skripsi.

b. Metode deduktif

Proses yang bertolak dari proposisi umum yang telah diketahui dan diyakini umum kebenarannya yang merupakan kebenaran ideal bersifat aksiomatik, tidak perlu diragukan lagi dan berujung pada kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat khusus.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman untuk mendapatkan jawaban atas rumusan permasalahan, maka pembahasan akan diuraikan secara garis besar

30

(23)

melalui sistematika penulisan. Tujuannya agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam menguraikannya lebih lanjut mengenai inti permasalahan yang akan dicari jawabannya. Pada bagian ini terdapat ringkasan garis besar dari lima bab yang terdapat dalam skripsi yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN.

Dalam Bab I ini dibahas mengenai latar belakang yang menjelaskan alasan pemilihan judul penelitian yang kemudian akan dilanjutkan dengan perumusan masalah dan diikuti dengan tujuan penelitian serta manfaat dari penelitian. Bab ini juga membahas mengenai keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan serta metodelogi penelitian yang digunakan dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II : KEDUDUKANTHE UNITED NATIONS ON DRUGS AND CRIME (UNODC).

Dalam Bab ini berisi tentang : Sejarah The United Nations on Drugs and Crime (UNODC), Pengertian The United Nations on Drugs and Crime (UNODC), Kedudukan Hukum LembagaThe United Nations on Drugs and Crime (UNODC) dalam Penanganan Kasus Narkoba

BAB III : PERAN ASEAN DALAM MENANGGULANGI MASALAH PEREDARAN DAN PERDAGANGAN NARKOBA DI ASIA TENGGARA.

Dalam Bab ini berisi mengenai : PerdaganganNarkotika di Asia

(24)

dalamMenanggulangiPenyalahgunaandanPerdaganganNarkotika,

Kebijakan Asean dalamMenanggulangiPenyalahgunaandanPerdaganganNarkotika.

BAB IV : PERANAN THE UNITED NATIONS ON DRUGS AND CRIME

(UNODC) DALAM KERJASAMA PENANGANAN KASUS NARKOBA DENGAN NEGARA-NEGARA DI ASEAN.

Dalam Bab ini berisi tentang: Latar Belakang Terjadinya Kasus Narkoba Pada Negara-Negara di Asean, PerananHukumDalam Penanganan Kasus Narkoba di Asean, Peranan The United Nations On Drugs and Crime (UNODC) dalam Kerjasama Penanganan Kasus Narkoba Dengan Negara-Negara di ASEAN

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Quality assurance system is an important component of primary health care services. Countries have reported integrating supervision and monitoring of NCDs through routine

Manifestasi pada orbit eyelid berupa proptosis dan squamous cell carcinoma masing-masing terjadi pada satu orang.. Kesimpulan : manifestasi okular yang terjadi

• Terdapat di paru-paru kanan dan kiri • Terdiri dari lempengan tulang rawan • Dinding tersusun dari otot halus. • Cabang bronkus= bronkiolus

Pembuatan Aplikasi promosi ikan hias ini merupakan salah satu usaha yang digunakan oleh penulis untuk memasarkan dan mempromosikan ikan hias kepada pihak yang dikenal dengan

Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahannya dan mengacu kepada Dokumen Pengadaan serta berdasarkan Berita Acara

Rupiah) Tahun Anggaran 2016, maka dengan ini diumumkan bahwa Pemenang E-lelang Pemilihan Langsung pekerjaan tersebut di atas adalah sebagai berikut :M. NO NAMA PERUSAHAAN NPWP

In translating fixed expressions and idioms, there are five out of six strategies applied by the translator in the sample, which are using similar meaning and

Ennis (2013) menyatakan apabila berpikir kritis menyertakan setiap konsep untuk terlibat dalam membuat keputusan tentang apa yang harus dipercaya atau dilakukan, maka