• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAP.COM - PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TAP.COM - PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

D I L A B O R A T O R I U M

(3)

Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian isi atau seluruh buku dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seijin editor dan penerbit.

EDITOR Harsono

PENATA LETAK & DESAIN COVER Sutarto

ILUSTRATOR GAMBAR Lingga Tri Utama

FOTOGRAPHER

Bimo (Gedung Pusat UGM) Bambang Prastowo (Gerbang UGM)

Dicetak Oleh:

... ... Yogyakarta, 2005

(4)

Di dalam institusi pendidikan, laboratorium merupakan kelengkapan fasilitas pembelajaran yang tidak boleh diabaikan. Dari kegiatan di laboratorium, yang lebih dikenal sebagai praktikum, para pembelajar memperoleh tambahan wawasan dan keyakinan akan teori-teori ilmiah yang telah diperolehnya, baik melalui perkuliahan, diskusi, maupun aktivitas mandiri. Dengan bekerja di laboratorium maka para pembelajar akan membangun pengetahuannya secara nyata, yang dapat dihayati dengan penggunaan berbagai alat canggih dan panca-indera. Hal ini sangat relevan dengan kegiatan penelitian, yang dalam konteks pendidikan dikenal sebagai research-based learning atau project-based learning. Dengan demikian tujuan “pembelajaran di laboratorium” harus dipahami secara jelas oleh para pembelajar. Di samping itu, “pembelajaran di laboratorium” harus dikemas, disiapkan, dan ditawarkan sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan, menarik, menantang, dan memang perlu untuk pengembangan pengetahuan dan teknologi.

Yogyakarta, Desember 2005

(5)

Edia Rahayuningsih

Djoko Dwiyanto

K O N T R I B U T O R

Harsono

H.C.Yohannes

Kusminarto

Achmadi Priyatmojo

Amitya Kumara

(6)

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Bab 1 Pendahuluan ... 1

Bab 2 Perkembangan pembelajaran di laboratorium ... 4

Bab 3 Tujuan dan kegunaan pembelajaran laboratorium ... 6

Bab 4 Kendala umum pembelajatran di laboratorium ... 14

Bab 5 Metode pembelajaran di laboratorium ... 17

Beberapa cara konvensional pembelajaran di laboratorium ... 20

1. Peragaan (demonstration) ... 20

2. Latihan (exercise) ... 21

3. Penyelidikan terstruktur (structured enguiries) ... 21

4. Penyelidikan secara terbuka (open ended enguiries) ... 22

5. Proyek (project) ... 22

Bab 6 Peningkatan pembelajaran di laboratorium ... 24

1. Tujuan atau sasaran ... 24

2. Petunjuk pelaksanaan ... 24

3. Asisten laboratorium terlatih ... 24

4. Cara memfasilitasi ... 24

5. Pertanyaan dan daftar pengecekan untuk evaluasi ... 26

Bab 7 Pelaksanaan praktikum ... 27

Rencana pembelajaran praktikum ... 27

Metodologi praktikum ... 27

(7)

Bimbingan pada praktikum ... 28

Petunjuk untuk pembimbing dapat diringkas sebagai berikut: ... 29

Peilaian praktikum ... 31

Penyusunan laporan ... 32

Penilaian laporan ... 33

Bab 8 Keselamatan kerja di laboratorium ... 34

A. Bahan kimia ... 35

B. Peralatan dan cara kerja ... 36

C. Langkah-langkah praktis ... 37

D. Aturan kerja di laboratorium ... 37

E. Teknik kerja di laboratorium ... 38

F. Keamanan kerja di laboratorium ... 40

G. Penaggulangan keadaan darurat ... 40

H. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) ... 41

I. Penang.anan limbah - Pembuangan limbah ... 42

J. Pertanyaan yang sering muncul dalam kerja laboratorium ... 42

K. Database bahan kimia berbau, berbahaya, dan beracun (B3) ... 44

Bab 9 Insentif kerja laboratorium ... 45

(8)

PENDAHULUAN

Seperti layaknya pemahaman umum, yang dimaksud dengan labora-torium adalah suatu sarana atau gedung yang dirancang khusus untuk melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian untuk keperluan penelitian ilmiah dan praktik pembelajaran. Tetapi, akhir-akhir ini analog dengan batasan itu berbagai disiplin ilmu pengetahuan sering menganggap (claim) bahwa lapangan tempat mereka bekerja dan melakukan penelitian juga dianggap sebagai laboratorium, sehingga disebut dengan laboratorium lapangan. Sebagai contoh misal, ‘Gumuk Pasir’ di pantai Parangtritis dianggap sebagai laboratorium sekaligus museum Geografi. Sambung macan adalah laboratorium lapangan Geologi. Sangiran dan Pacitan adalah laboratorium Geologi dan Arkeologi. Pegunungan Karst

Gunungkidul adalah laboratorium lapangan Geografi, Geologi, dan Arkeologi. Kebun Percobaan Kalitirto, Berbah adalah laboratorium lapangan ilmu-ilmu Pertanian. Hutan Wanagama adalah laboratorium lapangan Kehutanan.

Secara konvensional laboratorium sekurang-kurangnya dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu (Hachette, 1989).:

1. Tempat yang diatur dan dilengkapi dengan peralatan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan ilmiah (scientific) atau teknik, misalnya laboratorium Fisika, laboratorium Kimia, atau laboratorium Fotografi.

(9)

3. Laboratorium Ruang Angkasa yang dipergunakan untuk merealisasikan percobaan-percobaan ilmu pengetahuan tentang ruang angkasa.

Demikian luasnya pengertian tentang laboratorium, maka dalam buku ini terutama akan diuraikan tentang seluk beluk laboratorium yang dirancang dan diatur secara khusus untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan ilmiah dan pembelajaran, baik bidang eksata maupun non eksata terutama yang terdapat di lingkungan Universitas Gadjah Mada. Berdasarkan struktur organisasi dan rincian tugas yang berlaku saat ini di Universitas Gadjah Mada terdapat Unit Kerja yang disebut dengan Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT). Secara struktural unit kerja ini berada di bawah kendali Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang terdiri atas:

1. Bidang Layanan Penelitian dan Pengembangan. 2. Bidang Layanan Pengujian, Sertifikasi, dan Kalibrasi.

3. Bidang Layanan Penelitian Pra-Klinik dan Pengembangan Hewan Percobaan.

Masing-masing bidang di atas memiliki rincian tugas sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Rektor UGM nomor: 259/P/SK/HT/2004.

(10)

Laboratorium-laboratorium tersebut dibangun berdasarkan suatu kesadaran penuh bahwa pembelajaran di laboratorium mempunyai posisi penting dalam pendidikan, karena dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat multi dimensi dalam proses pembelajaran, diperlukan strategi pembelajaran yang memadai. Salah satu strategi pembelajaran yang dianggap dapat mencakup tiga ranah sekaligus (kognitif, afektif, dan psikomotor) adalah pembelajaran di laboratorium.

(11)

PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN

DI LABORATORIUM

Penggunaan laboratorium untuk sarana pembelajaran di universitas mulai diperkenalkan pada pertengahan abad sembilan belas dalam rangka untuk mendukung meningkatnya jumlah mahasiswa yang mempelajari ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Pada awalnya praktikum dimaksudkan untuk meningkatkan keahlian mahasiswa dalam pengamatan, dan meningkatkan ketrampilan, serta sebagai sarana berlatih dalam menggunakan peralatan. Beberapa penelitian membandingkan

(12)

kurang efektif untuk pembelajaran ilmu pengetahuan faktual, konsep, penelitian ilmiah, atau ketrampilan pemecahan masalah.

Selama dua puluh lima tahun belakangan ini selalu dilakukan peninjauan kembali mengenai fungsi, kegunaan, dan metode dalam pembelajaran di laboratorium. Pada diskusi-diskusi yang telah dilakukan muncul beberapa keprihatinan, temuan, atau kendala yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Tingginya biaya kerja di laboratorium membuat semakin sulit untuk menyediakan fasilitas dan sumber daya yang memenuhi standar yang diperlukan;

2. Adanya keterbatasan waktu dan banyaknya program kerja menyebabkan kesulitan dalam menyusun silabus, baik dari segi kualitas maupun kuantitas;

3. Laboratorium yang telah ada (konvensional) bekerja kurang efektif, sehingga kurang mendukung proses pemahaman konsep-konsep perkembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan untuk penyelesaian persoalan. Berdasarkan temuan dalam rangka peninjauan ulang terhadap proses pembelajaran di laboratorium konvensional, dapat disimpulkan bahwa perlu ditambahkan beberapa hal antara lain: kegiatan untuk meningkatkan pengalaman dan kemampuan kognitif, mengurangi pekerjaan yang sifatnya pengulangan, serta menyusun aktivitas-aktivitas yang hemat waktu. Pembelajaran di laboratorium saat ini cenderung berubah dari cara dan peran pengajaran menjadi lebih berorientasi pada pembelajaran mahasiswa secara madiri (independent learning by students). Saat ini, pembelajaran di laboratorium dimaksudkan untuk:

1. Pembelajaran ketrampilan sesuai dengan subjek praktikum 2. Pemahaman prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan tahap-tahap

dalam penelitian ilmiah.

3. Mengembangkan ketrampilan dalam pemecahan masalah secara sistematik.

(13)

TUJUAN DAN KEGUNAAN

PEMBELAJARAN

LABORATORIUM

Dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat multi dimensi dalam proses pembelajaran di laboratorium, maka pembelajaran di laboratorium sangat efektif untuk mencapai tiga ranah secara bersama-sama, sebagai berikut:

Ketrampilan kognitif yang tinggi

l Berlatih agar dapat memahami teori

l Berlatih agar segi-segi teori yang berlainan dapat diintregasikan

l Berlatih agar teori dapat diterapkan pada permasalahan nyata

Ketrampilan afektif

l Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri l Belajar bekerja sama

l Belajar mengkomunikasikan informasi mengenai bidangnya l Belajar menghargai bidangnya

Ketrampilan psikomotor

l Belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan

(14)

Contoh tujuan instruksional pembelajaran di laboratorium dirumuskan dalam tabulasi sebagai berikut:

TAHAP KEGIATAN TUJUAN INSTRUKSIONAL

A

PROBLEMA 1. Mengenali l Mengenali suatu masalah

(tugas)

l memperkirakan formulasi

masalah

l menyelesaikan masalah

l membayangkan relevansi

problema di bidangnya

2. Analisis l Menentukan hubungan

antara berbagai aspek

l Menentukan aspek pokok

l Menghubungkan problema

dengan teori dan prinsip

3. Formulasi l Menyusun problema dalam

bentuk soal dan pertanyaan yang masing-masing ada jawabannya, hal ini dapat membantu memformulasikan pemecahan

4. Kriteria l Menentukan kriteria untuk

(15)

B

INFORMASI 1. Mengumpul- l Mengetahui di mana dapat

kan. dicari

l Memperkirakan relevansinya·

l Mencari bahan bacaan

l Memperoleh input dari

percobaan yang kasar

2. Mengana- l Menilai keterandalan dan

lisis relevansi untuk suatu

problema

3. Mengarah- l Menilai apakah memberi

kan. penjelasan tentang problema

l Menurunkan model teoritik

dan menghubungkan dengan problema.

C

HIPOTESIS 1. Menyusun l Menilai apakah hipotesis atau

fakta

l Menyusun hipotesis yang

dapat diuji

2. Menyeleksi l Memilih yang berguna dan

yang dapat diuji dalam waktu tertentu dengan peralatan yang ada

3. Kriteria l Menentukan apakah hasil

percobaan cukup utuk membuktikan kebenaran hipotesis

l Menurunkan kriteria untuk

(16)

D

PERCOBAAN 1. Rencana l Menyusun percobaan yang

dapat membuktikan kebenaran hipotesis

l Memperkirakan apakah

kriteria (C-3) dipenuhi

l Memperkirakan keterbatasan

alat-alat, alat ukur, dan ketrampilan

l Membuat rencana kerja yang

lengkap

l Memperbaiki ketrampilan bila

perlu

l Merencanakan percobaan

untuk mengontrol hasil percobaan

2. Mengerjakan l Mengerjakan rencana

l Memakai peralatan

l Mengukur dengan ketelitian

yang dikehendaki

l Mencatat data/pikiran

secara sistematis

3. Statistik l Menyusun data secara logis

l Membagi data sesuai dengan

relevansi

l Memperkirakan

keter-andalan/keseksamaan

l Memakai metode statistik

(17)

l Mengektrapolasi/intrapolasi

data, dan memperkirakan apakah diperbolehkan

l Membandingkan dengan

informasi yang lain

l Menilai hasil sementara

secara kritis

4. Optimalisasi l Atas dasar evaluasi menyusun

rencana kerja yang lebih baik untuk membuktikan

kebenaran hipotesis E

KESIMPULAN 1. Hipotesis l Membedakan relevansi yang

kebetulan dan yang sebab-akibat.

l Menentukan apakah ada

cukup data

l Melihat hubungan-hubungan

yang ada

l Merumuskan kesimpulan

tentang hipotesis-hipotesis

2. Problema l Menilai kesimpulan terhadap

kriteria, teori-teori

l Bila penilaian itu negatif

bersedia mengulang prosedur

l Mencari alasan bila ada

(18)

F

LAPORAN 1. Catatan l Mencatat semua pikiran yang

berhubungan dengan aktivitas pada tahapan lain

2. Laporan l Melaporkan metode dan

prosedur, data dan interpretasi

q Supaya kebenaran

dapat dibuktikan dan dikontrol

q Supaya dengan mudah

pokok permasalahan dapat dimengerti

q Supaya pembaca dapat

melihat guna atau manfaat.

Tujuan instruksional ini belum lengkap dan masih perlu dirinci dan disesuaikan untuk masing-masing kegiatan praktikum yang dilakukan.

Tidak diragukan lagi bahwa pembelajaran di laboratorium memiliki beberapa kegunaan, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Mengajarkan materi teori yang tidak bisa diajarkan di tempat lain.

2. Menyajikan dan menjelaskan bahan ajar.

3. Menumbuhkembangkan kemampuan psikomotorik. 4. Meningkatkan kemampuan dalam mengikuti petunjuk.

5. Membiasakan mahasiswa dengan peralatan/instrumen dan

perlengkapan praktikum.

6. Membiasakan mahasiswa merancang dan mengkonstruksi

(19)

7. Meningkatkan keahlian/ketrampilan pengamatan.

8. Meningkatkan keahlian/ketrampilan dalam mengumpulkan dan interpretasi data.

9. Meningkatkan kemampuan menjelaskan hasil percobaan. 10. Meningkatkan kemampuan menulis secara koheren dan

argumentasi yang bagus dan terarah. 11. Meningkatkan kemampuan belajar mandiri. 12. Mendorong kemandirian berfikir.

13. Merangsang pemikiran yang mendalam mengenai interpretasi percobaan.

14. Meningkatkan keahlian mahasiswa dalam pemecahan masalah dengan variabel berjumlah besar dan banyak kemungkinan cara pemecahannya.

15. Mendorong inisiatif, semangat berusaha, dan pemberdayaan akal. 16. Meningkatkan tanggung jawab dan keandalan personal untuk

melakukan percobaan.

17. Mananamkan kemampuan mengukur secara tepat dan seksama 18. Menumbuhkembangkan kepercayaan/keyakinan pada

kemampuan diri.

19. Menumbuhkembangkan kecerdikan/keahlian.

20. Memperkuat keyakinan akan kebenaran teori-teoari.

21. Menanamkan kemampuan merancang percobaan dan menafsirkan data yang diperoleh.

22. Melatih penulisan laporan teknik.

23. Memuaskan keingintahuan peserta didik.

24. Menumbuhkembangkan sikap ilmiah dan pemahaman tentang metologi ilmiah/ rekayasa melalui penyelidikan eksperimental.

(20)

pembelajaran laboratorium harus memiliki butir-butir maksud/ tujuan/ kemanfaatan yang diutamakan.

Pertanyaan-pertanyaan relevan untuk membantu dalam penetapan sasaran dalam pembelajaran laboratorium antara lain:

l Manakah yang lebih penting, operasi dan peralatan atau azas

yang dijelaskan olehnya?

l Manakah yang akan ditekankan, percobaan atau hasil

percobaannya

l Apa fokusnya, mendapatkan data/ informasi yang tepat dan

(21)

KENDALA UMUM PEMBELAJARAN

DI LABORATORIUM

Beberapa penelitian melaporkan bahwa ada kecenderungan pembelajaran di laboratorium untuk tujuan peningkatan ketrampilan tingkat rendah, hanya mempelajari pengetahuan bagian permukaan atau pengetahuan dengan tingkat pemahaman rendah terhadap hubungan antara teori dan praktik. Selain itu sering dijumpai kebiasaan negatif yang dilakukan mahasiswa dalam pembelajaran di laboratorium, biaya pelaksanaan yang tinggi, kurang efektifnya pemanfaatan biaya karena rendahnya perhatian dosen dalam pelaksanaan kegiatan, dan tidak sebandingnya fungsi praktikum terhadap jumlah waktu yang dicurahkan untuk kegiatan tersebut. Beberapa kendala umum dan penyebab rendahnya mutu pembelajaran praktikum di laboratorium, adalah sebagai berikut:

l Sering kali praktikum di laboratorium menjadi sebuah kebiasaan

karena mahasiswa mengikuti petunjuk rutin dan tidak menggunakan kemampuan berpikirnya.

l Sering kali ada anggapan bahwa proses pembelajaran terjadi

(22)

oleh dosen/instruktur akan menyebabkan sedikitnya jumlah mahasiswa yang mau mengembangkan komitmen, pemikiran, dan eksplorasi aktifnya (Ramsden,1992).

l Potensi pembelajaran di laboratorium sangat tergantung pada

program yang disusun (konsep kunci), tetapi tingkat pemahaman dalam pembelajaran praktikum sering kali terbatas pada pembelajaran di bagian luar di mana ilmu pengetahuan ditempatkan di dalam unit isolasi dan tidak terhubung dengan pembelajaran ilmu yang lainnya.

l Bekal pengetahuan awal (pre-requisite knowledge) sebelum

melakukan praktikum adalah penting oleh karena itu bekal ilmu pengetahuan sebelumnya yang tidak cukup menyebabkan mahasiswa sulit mengikuti proses pembelajaran praktikum di laboratorium. Bila mahasiswa baru saat masuk universitas memiliki pengertian yang keliru tentang fenomena ilmiah dan tidak mau menanggalkan pola pikir lama mereka, serta secara kaku mengikuti tata cara pembelajaran yang terstruktur, maka hal ini cenderung menambah kelangsungan ketidakesfisiensian pembelajaran di laboratorium. Oleh karena itu kebebasan untuk merancang percobaan dan “menemukan” ilmu pengetahuan baru di laboratorium menjadi menurun.

(23)

Gambar 1. Tingkat dukungan dan tantangan dalam pembelajaran di laboratorium

Informasi berlebihan menyebabkan belajar menghapal, menjemukan dan

memerlukan banyak waktu. Tantangan yang berlebihan tanpa dukungan. Banyak

mahasiswa “hilang” dan “pindah”

Terlalu banyak aturan tetapi “spoon-feeding” seperti memberikan jawaban yang benar dan mahasiswa tidak

perlu berfikir Paduan yang tepat antara tantangan dan dukungan sesuai

dengan rencana, kemajuan, dan kesempatan

Derajat Dukungan Tinggi Tinggi

Derajat Tantangan

(24)

METODE PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM

Pembelajaran di laboratorium merupakan salah satu proses pembelajaran melalui pendekatan pengalaman, karenanya para dosen/ instruktur perlu memberi bimbingan kepada mahasiswa dalam melakukan praktikum agar mahasiswa dapat mengungkapkan percobaan mereka secara kritis dan dapat menggali kemandirian untuk menemukan sesuatu. Gambar 2 menyatakan siklus pengalaman dalam proses pembelajaran:

Gambar 2. Siklus pengalaman dalam proses pembelajaran Peran dosen/instruktur dan mahasiswa dalam memperoleh

Pengalaman Nyata

Pengungkapan Pengamatan

Pengintisarian Pemahaman aktif melakukan

(25)

Mahasiswa Dosen/instruktur

v Secara aktif mencari v Merencanakan dan

pengalaman membagi tugas-tugas

v Menggambarkan/menguji v Mengamati, memberi umpan

ide dan asumsi-asumsi balik, membimbing, dan

v Membagi pengalaman, membantu

menjelaskan, memilih v Memberi bantuan jika

cara kerja diperlukan dan membantu

v Membangun rasa percaya menghubungkan dengan

diri kenyataan

v Mendorong, mendukung, dan

memastikan

(26)

Gambar 3. Kegiatan praktik dihuhubungkan dengan pembelajaran teori

Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adalah mahasiswa belajar sendiri dan saling belajar dengan mahasiswa lain dalam tim. Meskipun secara prinsip dalam pembelajaran di laboratorium mahasiswa belajar dengan cara mereka sendiri, tetapi dosen menyediakan percobaan, tugas, instruksi, dan petunjuk pelaksanaan. Agar bisa melakukan tugas tersebut, dosen perlu memiliki ketrampilan seperti yang dinyatakan pada Tabel 1. Tabel 1. Ketrampilan dosen dan kegunaannya dalam pembelajaran di

laboratorium

Petunjuk Pembelajaran Mandiri Pembelajaran

pemahaman

(27)

Beberapa Cara Konvensional Pembelajaran di Laboratorium

Secara umum cara pembelajaran di laboratorium dapat dikelompokkan menjadi 5 jenjang yaitu: 1. peragaan, 2. latihan, 3. penyelidikan terstruktur, 4. penyelidikan secara terbuka, dan 5. proyek. Penjenjangan ini didasarkan atas derajat ketersediaan informasi dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

1. Peragaan (

demonstration

)

Peragaan umumnya dirancang untuk mengilustrasikan garis besar prinsip-prinsip teoritik dalam perkuliahan. Peragaan sebaiknya dilakukan secara singkat di akhir kuliah. Dengan peragaan ini prinsip-prinsip yang berkaitan dengan materi perkuliahan dapat tidak mudah dilupakan. Oleh karena itu peragaan/demonstrasi sebaiknya tidak dilakukan di awal kuliah, karena prinsip-prinsip dari materi tersebut belum diketahui oleh mahasiswa.

Ketrampilan Dosen Kegunaan

1. Memperagakan dan menjelaskan

1. Menumbuhkan dan

mempertahankan ketertarikan mahasiswa

2. Bertanya, mendengar, dan merespon

2. Melatih teknisi dan asisten

3. Mengarahkan dan memberi umpan balik

3. Membantu mahasiswa dalam belajar

4. Menyiapkan sebuah rangkaian pembelajaran di laboratorium dan segala aktivitasnya

(28)

2. Latihan (

Exercises

)

Latihan adalah percobaan terstruktur agar mahasiswa dapat mengikuti suatu instruksi dengan tepat, memperoleh kemampuan observasi, dan menjadi trampil. Latihan dimaksudkan juga untuk menegaskan teori dan dengan sarana yang relatif terbatas dapat menanamkan informasi ilmu pengetahuan baru. Latihan yang diulang-ulang secara terus menerus dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengerti tujuan pembelajaran tersebut.

3. Penyelidikan terstruktur (

Structured enquiries

)

(29)

4. Pernyelidikan secara terbuka (

Open ended enquiries

)

Penyelidikan secara terbuka dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengidentifikasi sebuah problema, memformulasikan penyelesaian, mengembangkan/menyusun pelaksanaan percobaan, menginter-pretasikan hasil, dan mengetahui penerapannya. Beberapa batasan dapat diberikan pada pelaksanaan penyelidikan ini misalnya waktu, peralatan, dan bahan. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan ketrampilan pemecahan masalah dengan derajad lebih tinggi dan untuk peningkatkan keahlian meneliti dengan derajad yang lebih rendah.

5. Proyek (

Project

)

Proyek didasarkan pada percobaan dengan skala waktu panjang, belajar di lapangan, atau rangkaian percobaan yang biasanya sebagai tugas akhir untuk syarat lulus. Dengan kegiatan ini mahasiswa menjadi mampu:

v Menggali lebih dalam bidang yang diamati v Mengembangkan insiatif dan pemberdayaan akal v Meningkatkan keingintahuan intelektual

v Mengembangkan inovasi dengan sepenuhnya

Proyek memberikan pengalaman pembelajaran yang sempurna tetapi memerlukan waktu relatif banyak bagi mahasiswa dan pembimbing. Proyek bisa ditangani secara individu atau sebuah tim. Kerja tim ada kemungkinan muncul permasalahan sehubungan dengan penaksiran tugas atau maksud proses pengalaman belajar tetapi kerja tim memiliki banyak keuntungan yaitu meningkatkan kemampuan kerja sama dengan orang lain.

(30)

Tabel 2. Aras Pemahaman Ilmiah Dalam Kerja Laboratorium

Given= informasi diberikat oleh dosen, Open = mahasiswa mencari informasi sendiri

(31)

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI

LABORATORIUM

Menurut Brown and Atkins (1988) ada 5 kategori yang perlu diperhatikan dalam peningkatan pembelajaran di laboratorium, yaitu:

1. Tujuan atau sasaran

Tujuan dan sasaran dari setiap sesi praktikum perlu dirumuskan dengan jelas. Hal ini untuk meminimasikan kemungkinan terjadinya suatu keadaan yaitu sasaran yang kurang penting tercapai tetapi sasaran yang penting tidak tercapai.

2. Petunjuk pelaksanaan

Petunjuk/perintah pelaksanaan kegiatan harus jelas dan tidak membingungkan. Hal ini harus dirancang agar mahasiswa dapat menangkap dengan jelas gambaran penting tentang peralatan atau bahan-bahan yang diperlukan. Diagram alir (flow chart), pohon keputusan, dan pernyataan tertulis yang dilengkapi dengan diagram yang jelas sangat diperlukan untuk perintah-perintah yang kompleks.

3. Asisten laboratorium terlatih

Asisten laboratorium perlu terlatih sehingga mampu melaksanakan tugas dengan baik. Tugas asisten laboratorium adalah membantu mahasiswa dalam melakukan kegiatan sebagai berikut:

l Melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk. l Menyelesaikan permasalahan yang muncul. l Mengatur peralatan.

(32)

l Mendapatkan, mengamati, dan mencatat hasil percobaan. l Mencatat metode atau hasil.

l Menghubungkan hasil percobaan dengan dasar-dasar teori atau

dengan hasil percobaan lainnya.

Jadi, asisten laboratorium haruslah memahami percobaan dan terbiasa dengan peralatan serta prosedurnya, sehingga bisa membantu mahasiswa. Dosen yang bertanggung jawab dalam praktikum harus dapat membantu para asisten dengan menyediakan buku pedoman kerja laboratorium. Buku pedoman/panduan kerja laboratorium tersebut harus menguraikan percobaan secara ringkas dan sebagai petunjuk bagi asisten/pelaksana tentang apa yang harus dilaksanakan selama melaksanakan kegiatan di laboratorium. Dosen sebaiknya juga meluangkan waktu melatih asisten laboratorium untuk meningkatkan keahliannya/kemampuannya. Hal-hal yang perlu diperkenalkan kepada para asisten agar asisten laboratorium memperoleh keahlian yang berguna dalam kegiatan:

l Mengamati mahasiswa dalam bekerja.

l Mengantisipasi kesulitan umum dari proses pemahaman. l Mengenali kesulitan umum dari proses pemahaman.

l Memberikan pandangan umum, menguraikan dengan jelas proses

dan prosedur praktikum.

l Memberikan petunjuk/perintah.

l Memberi pertanyaan untuk klarifikasi kesulitan dari proses

pemahaman.

l Memberi pertanyaan untuk mengarahkan mahasiswa ke seluruh

aktivitas.

l Menjawab pertanyaan mahasiswa secara sederhana, langsung,

dan dengan tidak mengkritik.

l Memberikan dukungan dan dorongan

l Bertindak dengan tepat saat memberi bantuan ke mahasiswa.

4. Cara memfasilitasi

(33)

hal tersebut dapat tercapai. Fasilitas yang disediakan ini sebaiknya secara eksplisit berisi tujuan percobaan, perintah yang jelas, dan diagram carakerja yang jelas. Fasilitas tersebut dapat disajikan dalam bentuk:

l Serangkaian slide untuk memperlihatkan proses, prosedur yang

kompleks, atau peralatan yang rumit.

l Tape recorder berisi instruksi, penjelasan, dan cara penghitungan l Gambar di dinding untuk memajang instruksi, demonstrasi, dan

deskripsi peralatan.

l Video untuk menyediakan instruksi, cara kerja peralatan, dan

peragaan teknis atau prosedur.

l Program-program komputer untuk menjelaskan percobaan,

menyediakan petunjuk, untuk menggambarkan hasil hitungan, dan menulis pertanyaan-pertanyaan.

l Video interaktif untuk simulasi di laboratorium (video dan

komputer).

5. Pertanyaan dan daftar pengecekan untuk evaluasi diri

Mahasiswa harus didorong untuk membaca dan berfikir tentang semua aspek aktivitas di laboratorium. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi pertanyaan kepada mahasiswa sebelum melakukan penelitian/percobaan atau tugas dan diulang lagi setelah selesai melakukan penelitian/ percobaan tersebut. Dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berisi petunjuk point-point yang dipandang penting. Pertanyaan-pertanyaan ini juga dapat memotivasi mahasiswa untuk memeriksa apakah mereka sudah melaksanakan prosedur secara benar.

(34)

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Rencana pembelajaran praktikum

Dalam pembelajaran praktikum diperlukan prosedur yang disusun secara logis dan sesuai untuk melatih ketrampilan, agar tujuan benar-benar dapat tercapai.

Metodologi praktikum

Metode praktikum mencakup semua kegiatan yang harus dipelajari dalam praktikum, seperti: menganalisis problema, mengumpulkan informasi, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan, dan menarik kesimpulan. Pada akhir studi mahasiswa harus memiliki semua ketrampilan itu. Ini berarti bahwa ketrampilan-ketrampilan itu selama proses pembelajaran harus mendapat perhatian secara bertahap dan teratur. Mahasiswa harus melakukan tugas-tugas praktikum secara berangsur meningkat dalam kesukaran dan kerumitan. Dengan tugas-tugas tersebut mahasiswa melatih diri. Dalam berlatih mahasiswa akan memerlukan petunjuk-petunjuk yang heuristik (Dikti, 1982)

Penyusunan tugas problema

(35)

Organisasi praktikum

Praktikum harus berhubungan dengan teori yang sudah dipelajari, yang bertujuan untuk mendalaminya. Untuk mengikuti sesuatu praktikum sebaiknya ada persyaratan seperti sudah lulus kuliah-kuliah yang berhubungan dengan praktikum tersebut. Karena itu dimungkinkan tidak perlu mengadakan ujian masuk praktikum. Tugas praktikum harus sedemikian sehingga dapat diselesaikan dalam beberapa perioda praktikum. Per perioda praktikum (4 jam), diharapkan mahasiswa bekerja sendiri sekitar 1,5 jam untuk persiapan, perhitungan atau laporan. Karena itu bagian persiapan, bagian diskusi kesalahan dan ketelitian dan bagian pembuatan laporan harus dilakukan selama praktikum. Hal ini penting terutama pada tingkat studi yang rendah.

Bimbingan pada praktikum

Pelaksanaan praktikum memerlukan sesuatu organisasi yang baik dan cara bimbingan yang tepat, sehingga mahasiswa dapat belajar dari kesalahannya. Terutama bimbingan harus diarahkan agar mahasiswa sibuk secara sadar. Bimbingan hanya akan berjalan baik, bila kelompok mahasiswa tidak terlalu besar. Untuk kebanyakan praktikum bimbingan ini tidak dapat diserahkan kepada asisten-mahasiswa. Dari segi efisiensi proses pendidikan, seorang dosen akan lebih baik membimbing praktikum dan menulis teorinya dalam diktat daripada memberi kuliah dan menyerahkan praktikum pada asisten-mahasiswa.

(36)

Petunjuk untuk pembimbing dapat diringkas sebagai berikut:

1. Persiapkan dengan baik; kerjakan tugas/percobaan dan pikirkan alternarif pemecahannya.

2. Persiapkan bahan tertulis yang dapat mengarahkan mahasiswa yang mengalami kesulitan dengan suatu tugas. Bahan tertulis tersebut diberikan bila perlu.

3. Aturlah agar mahasiswa mempersiapkan diri; berikan bahan orientasi yang terarah dan soal-soal yang dapat diselesaikan sebelumnya.

4. Bimbinglah mahasiswa secara perorangan; jangan memberikan kuliah lisan kepada kelompok mahasiswa.

5. Bimbinglah kelompok mahasiswa yang sama selama beberapa minggu berturut-turut, supaya dapat memperhatikan dan dapat menghilangkan kelemahan-kelemahan mahasiswa langkah demi langkah.

6. Ingat bahwa waktu sangat terbatas: kalau ada 10 mahasiswa, berarti hanya tersedia 6 menit per orang per jam.

7. Gunakanlah waktu itu supaya ada kontak singkat berulang kali; tidak satu kali 6 menit tetapi 3 kali 2 menit.

8. Ingatlah bahwa mahasiswa takut memperlihatkan kelemahan; karenanya sebutkan juga titik yang positif.

9. Perhatikan cara kerja mahasiswa, pertama apakah sesuai dengan metode, baru kemudian apakah benar sesuai bidang ilmu.

Lebih khusus pada cara kerja harus diperhatikan:

10. Analisis tugas: sering mahasiswa terlalu cepat menyusun rencana pengukuran tanpa menelusuri terlebih dahulu kriteria apa yang harus dipenuhi.

(37)

12. Percobaan : kegiatan melakukan suatu pengukuran cepat/ kualitatif yang mungkin untuk memperoleh gambaran merupakan suatu cara penting.

13. Penelitian literatur harus dimasukkan dalam percobaan dari awal secara tahap demi tahap. Bimbingan bagaimana mencari data dari literatur, dan bagaimana caranya menggunakan buku-buku petunjuk, majalah dan brosur, harus diberikan.

14. Pengukuran. Pengukuran dengan ketelitian yang dikehendaki lebih penting daripada pengukuran seteliti mungkin. Misalnya kalau pengukuran dikehendaki dengan ketelitian dua bilangan di belakang koma (10,25) tidak perlu kita megukur sampai empat bilangan di belakang koma (10,2514), atau memilih alat dengan ketelitian yang baik.

15. Kebenaran dan ketelitian data dan kesimpulan harus selalu dilaporkan secara eksplisit.

(38)

Kegiatan praktikum dapat dinyatakan dalam skema pada Gambar 4

Gambar 4 . Skema kegiatan praktikum

Penilaian praktikum

Di dalam praktikum, penilaian dapat digunakan untuk memenuhi berbagai fungsi. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan bentuk penilaian yang sangat informal oleh asisten. Bentuk penilaian yang lain ialah penilaian sikap awal. Telah dikemukakan bahwa tugas-tugas biasanya harus mempunyai hubungan dengan teori yang telah dibahas sebelumnya. Untuk mendorong agar mahasiswa mempelajari kembali bahan pelajaran, mempersiapkan diri dengan baik dan untuk memeriksa apakah mahasiswa cukup mengetahui bahannya untuk dapat turut ambil bagian secara bermakna dalam praktikum, dapat diadakan suatu ujian awal. Ujian ini harus segera dinilai dan bila tidak memenuhi persyaratan, mahasiswa harus segera diberi tugas. Tugas yang seharusnya dilakukan dapat berupa

Persiapan Ujian Ya PRAKTIKUM Ujian Ya Lulus

Tidak Tidak

Ujian teori + ketrampilan

dasar

Penilaian secara kontinu untuk memperbaiki proses belajar

Ujian teori + ketrampilan

dasar

(39)

mempelajari kembali sebagian dari teori atau tidak diperkenankan mengikuti praktikum. Dengan ujian ini dapat diatur supaya mahasiswa-mahasiswa yang kurang rajin tidak meminta waktu terlalu banyak dari dosen/asisten. Ada juga bentuk penilaian yang didasarkan atas penilaian sikap akhir. Pada penilaian ini perlu ditelusuri apakah tujuan telah tercapai. Penilaian itu harus dilakukan pada akhir praktikum dan ada dua konsekuensinya. Pertama untuk mahasiswa: suatu penilaian negatif berarti bahwa ia harus melakukan kegiatan belajar tambahan, kadang-kadang juga ia harus mengulangi praktikumnya. Konsekuensi kedua ialah terhadap pendidikan, bila banyak mahasiswa tidak memenuhi syarat berarti, bahwa pendidikan tidak menuntun mahasiswa tersebut ke arah tingkatan yang dikehendaki. Mungkin prosedur pendidikan harus diperbaiki. Mungkin pula seleksi sebelumnya tidak benar sehingga mahasiswa-mahasiswa yang tidak mampu turut ambil bagian. Untuk penilaian yang sumatif ini, kita tidak mengindahkan sikap mahasiswa selama praktikum. Bila dia dapat membuktikan tercapainya tujuan-tujuan praktikum, misalnya terhadap suatu tugas akhir yang representatif, dia akan lulus. Untuk menghindarkan suatu tugas yang tidak cukup representatif, kita dapat menggunakan berbagi tugas, unruk menguji ketrampilan yang berbeda atau dapat juga yang sebagian sama. Dengan ini dapat pula dihindari pengaruh-pengaruh yang tidak dikehendaki, seperti kondisi badan mahasiswa pada hari itu. Di samping itu dapat pula diminta beberapa penilai untuk memberi penilaian. Ini berarti bahwa kita menilai berdasarkan satu tugas yang ditempatkan pada akhir suatu praktikum dan mahasiswa-mahasiswa dinilai oleh dosen atau asisten yang tidak membimbingnya selama praktikum.

Penyusunan laporan

(40)

syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu laporan, dan tidak pernah dipelajarinya cara membuat laporan. Oleh karena itu mahasiswa perlu dilatih tentang pembuatan laporan. Untuk mempelajari pembuatan laporan berikan dua petunjuk

Pertama-tama tatacara pembuatan laporan harus dipelajari setahap-demi setahap. Ini berarti bahwa dalam tahun pertama mahasiswa sudah harus mulai diminta membuat suatu laporan ringkas, atau pelajaran mahasiswa pada tahap pertama harus diarahkan kepada:

1. Penyusunan dan pembagian suatu laporan;

2. Kemudian mengisi berbagai paragraf, setelah itu menghubung-hubungkan paragraf-paragraf tersebut, dan akhirnya;

3. Mengisi prakata, pendahuluan, abstrak, daftar isi, dan susunan. Jadi pertama-tama harus terlebih dahulu direncanakan bagaimana susunan dan pembagian yang akan dibuat, sebelum menyelesaikan selengkapnya.

Selama proses pempelajaran mahasiswa harus mendapat umpan balik Ini mencakup pada semua tahap tersebut di atas, harus ada pengamatan dan bimbingan dosen. Jadi mahasiswa tidak diberikan komentar pada isi laporan saja, tapi juga pada susunannya.

Penilaian laporan

(41)

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Percobaan yang dilakukan di laboratorium umumnya menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan gelas, dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan bahaya terhadap kesehatan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Oleh karena itu dalam setiap penuntun praktikum perlu dituliskan petunjuk keselamatan kerja dan perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium. Informasi perihal keselamat kerja dapat dengan mudah diperoleh dari pustaka dan interner. Tetapi yang menjadi hambatan adalah keengganan mencari informasi tersebut sebelum melakukan pekerjaan di laboratorium. Oleh karena itu dalam buku ini dituliskan hal tersebut dengan singkat dan sederhana. Tulisan keselamat kerja di laboratorium ini disadur dari tulisan Djulia Onggo, PhD (2002) yang dimuat di http://www.chem.itb/ safety/, dengan penyesuaian secukupnya.

(42)

lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia sisa percobaan harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan polusi pada lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai petunjuk praktis juga dibahas secara singkat untuk mengurangi kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja di Laboratorium. Dengan penge-tahuan singkat ini diharapkan setiap individu khususnya para asisten dapat bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja mahasiswa di laboratorium dengan sebaik-baiknya.

Kecelakaan di laboratorim pasti pernah terjadi di setiap laboratorium walau dengan skala berbeda-beda. Kecelakaan di laboratorium dapat merupakan cermin bagi setiap orang untuk meningkatkan kewaspadaannya ketika bekerja di laboratorium. Peristiwa-peristiwa tersebut kadang-kadang terlalu pahit untuk dikenang, namun dapat meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak melakukan kesalahan dua kali pada peristiwa yang sama. Kecelakaan di laboratorium dapat menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit, dan proses pembelajaran mahasiswa menjadi terhambat karena diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat memenuhi keperluan fasilitas yang rusak. Kecelakaan di laboratorium tidak akan terjadi bila setiap individu sadar dan mengerti bahwa laboratorium itu milik bersama yang harus dijaga dengan meningkatkan disiplin.

A. Bahan kimia

(43)

bekerja dengan bahan tersebut harus lebih ditingkatkan. Contoh bahan kimia yang mudah meledak adalah kelompok bahan oksidator seperti perklorat, permanganat, nitrat dsb. Bahan-bahan ini bila bereaksi dengan bahan organik dapat menghasilkan ledakan. Logam alkali seperti natrium, mudah bereaksi dengan air menghasilkan reaksi yang disertai dengan api dan ledakan. Gas metana, pelarut organik seperti eter, dan padatan anorganik seperti belerang dan fosfor mudah terbakar, maka ketika menggunakan bahan-bahan tersebut, hendaknya dijauhkan dari api. Bahan kimia seperti senyawa sianida, mercuri dan arsen merupakan racun kuat, harap bahan-bahan tersebut tidak terisap atau tertelan ke dalam tubuh. Asam-asam anorganik bersifat oksidator dan menyebabkan peristiwa korosi, maka hindarilah jangan sampai asam tersebut tumpah ke permukaan dari besi atau kayu. Memang penggunaan bahan-bahan tersebut di laboratorium pendidikan Kima tidak berjumlah banyak, namun kewaspadaan menggunakan bahan tersebut perlu tetap dijaga.

B. Peralatan dan cara kerja

(44)

C. Langkah-langkah praktis

Sebagai asisten di laboratorium, yang bertugas membimbing mahasiswa untuk bekerja dengan baik dan aman, maka perlu persiapan sebelum bekerja. Asisten perlu datang lebih awal untuk memeriksa lokasi dan cara pakai alat bantu keselamatan kerja. Selanjutnya asisten harus mengetahui jenis bahan kimia dan peralatan yang akan digunakan pada percobaan hari tersebut dan cara menanggulangi bila terjadi kecelakaan karena bahan atau peralatan tersebut. Di sini kehadiran asisten men-dampingi mahasiswa yang sedang bekerja merupakan tugas mulia dalam menjaga keselamatan kerja. Pada akhir praktikum, biasakanlah menutup kran air dan gas, mematikan listrik dan api serta mencuci tangan dan meninggalkan laboratorium dalam keadaan bersih. Ini dilakukan oleh asisten agar menjadi panutan bagi mahasiswa. Masih banyak hal penting yang belum diungkapkan, untuk itu disarankan agar asisten berkomunikasi dengan ketua laboratoriumnya masing-masing dalam meningkatkan kewaspadaan kerja di laboratorium.

D. Aturan kerja di laboratorium

1. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten yang mengawasi.

2. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan Kimia.

3. Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku kerja, jenis percobaan, jenis bahan, jenis perlatan, dan cara membuang limbah sisa percobaan.

4. Dilarang makan, minum, merokok, dan bersendaugurau di laboratorium.

5. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktikum basah segera keringkan.

6. Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.

(45)

8. Berdiskusi adalah hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih lanjut percobaan yang dilakukan.

E. Teknik kerja di laboratorium

Hal pertama yang perlu dilakukan

1. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian, dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.

2. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.

3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

Bekerja aman dengan bahan kimia

1. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia. 2. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.

3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.

4. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih atau gatal).

Memindahkan bahan kimia

1. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.

2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan. 3. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan.

(46)

Memindahkan bahan Kimia cair

1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan sekaligus telapak tangan memegang botol tersebut.

2. Tutup botol jangan ditaruh di atas meja karena isi botol dapat terkotori.

3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak memercik.

Memindahkan bahan Kimia padat

1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan kimia. 2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.

3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat mengotori bahan tersebut.

Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi 1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.

2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagian atas larutan. 3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.

4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak melukai orang lain maupun diri sendiri.

Cara memanaskan larutan menggunakan gelas Kimia

1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas kimia tersebut.

2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas kimia untuk mencegah pemanasan mendadak.

(47)

F. Keamanan kerja di laboratorium

1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.

2. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.

3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

5. Dilarang makan, minum, merokok, dan bersendaugurau di laboratorium.

6. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera keringkan dengan lap basah.

7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia. 8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.

9. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.

10. Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan

bunsen.

11. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan sesudah praktikum selesai.

G. Penanggulangan keadaan darurat Terkena bahan kimia

1. Jangan panik.

2. Mintalah bantuan rekan anda yang berada didekat anda. 3. Lihat data MSDS.

(48)

5. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.

6. Bawa ketempat yang cukup oksigen.

7. Hubungi paramedik secepatnya (dokter atau rumah sakit).

Kebakaran

1. Jangan panik.

2. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan. 3. Beritahu teman anda.

4. Hindari mengunakan lift.

5. Hindari mengirup asap secara langsung.

6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).

7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat. 8. Hubungi pemadam kebakaran.

Gempa bumi

1. Jangan panik.

2. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja, kolong kasur, lemari.

3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca. 4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran gas,

tersengat listrik. 5. Jangan gunakan lift.

6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.

H. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Peralatan P3K

1. Plester

(49)

3. Pembalut steril (besar, sedang, dan kecil)

Penanganan limbah pembuangan limbah

Setelah selesai melakukan suatu percobaan maka limbah bahan kimia yang digunakan hendaknya dibuang pada tempat yang disediakan, jangan langsung dibuang ke pembuangan air kotor (wasbak) karena dapat menimbulkan polusi bagi lingkungan. Limbah zat organik harus dibuang secara terpisah pada tempat yang tersedia agar dapat didaur ulang, limbah padat harus dibuang terpisah karena dapat menyebabkan penyumbatan. Limbah cair yang tidak berbahaya dapat langsung dibuang tetapi harus diencerkan dengan air secukupnya.

1. Buanglah limbah sisa bahan kimia setelah selesai pengamatan. 2. Buanglah limbah sesuai dengan kategori berikut :

a. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan limbah beracun harus dikumpulkan dalam botol penampung. Botol ini harus tertutup dan diberi label yang jelas.

b. Limbah padat seperti kertas saring, lakmus, korek api, dan pecahan kaca dibuang pada tempat sampah.

c. Sabun, deterjen dan cairan tidak berbahaya dalam air dapat dibuang langsung melalui saluran air kotor dan dibilas dengan air secukupnya.

3. Gunakan zat kimia secukupnya.

J. Pertanyaan yang sering muncul dalam kerja laboratorium 1. Bagaimana bekerja dalam laboratorium?

(50)

membuat jurnal (prosedur kerja), mencari bahan kimia yang akan digunakan, serta memahami apa yang akan dilakukan dalam bekerja, harus serius, dan dengan persiapan matang.

2. Mengapa perlu safety laboratorium?

Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, peneliti dsb melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan gelas, dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya ke-celakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Keke-celakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi or-ang disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium.

3. Apa yang harus dilakukan ketika melakukan percobaan? Bekerja dengan teliti, serius, hindari bercanda dalam laboratorium, perbanyak diskusi ketika melakukan percobaan, jangan segan bertanya apabila tidak mengerti, catat hasil percobaan dengan seksama, dalam mencatat hasil percobaan upayakan seteliti mungkin dan sejujur mungkin.

4. Apa yang harus diperhatikan ketika bekerja?

(51)

instrumen listrik perhatikan kabel-kabel apakah telah rapih dan dalam kondisi prima, perhatikan juga kran air sesudah dan sebelum melakukan pekerjaan harus dalam keadaan tertutup.

5. Apa yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakan?

Jangan panik, beritahu teman anda, beri pertolongan pertama, bawa kerumah sakit apabila keadaan di laboratorium tidak memungkinkan.

K. Database bahan kimia berbau, berbahaya, dan beracun (B3) Bahan kimia jenis B3 dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Mudah meledak (explosive) b. Pengoksidasi (oxidizing)

c. Sangat mudah sekali menyala (highly flammable) d. Mudah menyala (flammable)

e. Amat sangat beracun (extremely toxic) f. Sangat beracun (highly toxic)

g. Beracun (moderately toxic) h. Berbahaya (harmful) i. Korosif (corrosive) j. Bersifat iritasi (irritant)

k. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment) l. Karsinogenik (carcinogenic)

(52)

INSENTIF KERJA LABORATORIUM

Sesuai dengan prinsip pemberian upah/gaji bagi pekerja, sebagai gaji pokok (basic salary), maka sudah sewajarnya upah juga diberikan sebagai insentif berdasarkan kinerja seseorang (performance based salary) dan resiko pekerjaan (based on risk sallery). Beberapa di antara jenis pekerjaan yang layak mendapat insentif karena resiko pekerjaan antara lain:

1. Pekerja laboratorium (dosen, laboran, teknisi, asisten, dokter/ dokter hewan/dokter gigi, dan perawat).

2. Pekerja yang dalam melaksanakan tugasnya mengandung resiko dituntut (tuntutan hukum/pengadilan).

3. Supervisor/dosen pembimbing lapangan.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Brown and Atkins, 1988, Effective Teaching in Higher Eduation. London: Mathuen, 1988

Djulia Onggo, PhD, 2002 http://www.chem.itb/safety/ Tim keselamat kerja Departemen Kimia, Institute Technologi Bandung.

Direktorat Pendidikan Tinggi, 1982, Praktikum, Jakarta

Hachette, 1989, Le Dictionnaire Practique du Francais, hlm. 621.

Hegarty,1978, E.H. Levels of Scientific Enquiry in University Science Labo-ratory Classes : Implications for Curriculum Deliberations’, Research in Science Education, Vol. 8, 1978.

Horabin and Williams, 1992, Active Learning in Field Work and Project Work’, In Effective Teaching and Learning in Higher Eduation by P. Cryer (ed). Sheffield : CVCP USTDU, 1992.

Matiru, B., Mwangi, A., and Schlette, R., 1995, Teach Your Best: A Hand-book for University Lectures, pp.185-197, Institute for Socio-Cultural Studies University of Kassel, Germany.

Surat Keputusan Rektor UGM nomor: 259/P/SK/HT/2004, hlm.38 – 42. Teaching Improvement Workshop Batch 11, 2001, Workshop Material,

Gambar

Gambar 1.Tingkat dukungan dan tantangan dalam pembelajaran di
Gambar 2. Siklus pengalaman dalam proses pembelajaran
Gambar 3. Kegiatan praktik dihuhubungkan dengan pembelajaran
Gambar 4 . Skema kegiatan praktikum

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sistem ekonomi islam yang komprehensif, ternyata juga memiliki program mengatasi kemiskinan melalui dana sosial mandiri zakat, infak dan sedekah (ZIS)..

Evaluasi terhadap skenario pembelejaran berbasis vokasi yang dikembangkan berupa angket kepraktisan yang diisi oleh siswa sebagai penilaian skenario pembelajaran matematika

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2011) mencoba membahas tentang manfaat yang dapat diperoleh indonesia dari penerapan atau pengimplementasian carbon

Permasalahan yang sama yakni tidak terdatanya semua Ibu hamil yang diperiksa hepatitis B, terjadi di Puskemas Abeli Kota Kendari dari hasil Penelitian Susanti Susanti

Proses Peranan dengan Memberikan Pelayanan melalui Pembinaan yang Diperoleh Anak Asuh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kabupaten Aceh Singkil. Peranan Panti Asuhan Putri

Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,

Infeksi oleh S. hematobium terlihat paling ringan dibanding dua spesies lainnya. Selama cacing dewasa tinggal didalam venula kantong kencing, gejala yang terlihat adalah

Asam laktat dan diasetil yang diproduksi oleh BAL memiliki efek penghambatan yang lebih tinggi terhadap bakteri Gram-negatif daripada bakteri Gram-positif, sehingga