• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Polri Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Labuhanbatu (Studi Kasus Polres Labuhanbatu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Polri Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Labuhanbatu (Studi Kasus Polres Labuhanbatu)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

PENCURIANKENDARAAN BERMOTOR

DI KABUPATEN LABUHANBATU

A. Faktor Internal

Disini sebab-sebab kejahatan dicari pada diri pelaku, mengapa sampai

melakukan kejahatan. Menuru Lombroso, kejahatan merupakan bakat

manusia yang dibawa sejak lahir. Berdasarkan pendapat ini, bahwa

sifat-sifat jahat seseorang dapat diturunkan sehingga kejahatan tersebut melekat

pada diri seseorang karena adanya proses pewarisan, sehingga mereka

sering melakukan kejahatan yang tidak berperikemanusiaan. Ajaran

Lombroso tersebut telah tidak berlaku, hal ini disebabkan karena tidak

semua penjahat berasal dari penjahat sebelumnya, juga diketahui bahwa

kejahatan bukanlah karena keturunan.27

Penyebab lain dari faktor internal adalah pendidikan seseorang.

Pendidikan bagi manusia adalah perlu walaupun sangat sederhana. Dengan

adanya pendidikan menjadikan manusia dapat memahami diri serta potensi

yang dimiliki juga dapat memahami orang lain. Pada tingkatan yang lain

pendidikan memberikan pembaharuan bagi manusia karena mampu

memberikan pengertian-pengertian inovatif bagi manusia untuk mencapai

kesejahteraan. Dari sini pendidikan mampu mempengaruhi manusia secara

utuh. Rendahnya pendidikan seseorang akan menjadikan seseorang mudah

untuk berlaku jahat.

(2)

Hal ini bisa dipahami karena seseorang yang berpendidikan rendah

pastikan banyak mengalami kesulitan hidup bermasyarakat. Kesulitan

tersebut terkait dengan kesempatan untuk meraih kesejahteraan hidup,

dimana selalu identik dengan kesempatan kerja yang mampu diraih

seseorang. Semakin tinggi pekerjaan seseorang maka tingkat penghasilan

dalam mencapai kesejahteraan akan semakin tercapai. Hal ini akan berbeda

jika seseorang yang berpendidikan rendah mencapai kesejahteraan yang

diimpikannya. Mereka akan mengalami kesulitan berkait dengan

pendidikannya seperti ditolak dalam suatu pekerjaan tertentu atau kalaupun

diterima sering mendapat posisi pinggiran yang sering posisinya selalu

terancam kena PHK.

Kondisi-kondisi masyarakat yang terpinggirkan dan terancam PHK

seringkali menjadikan seseorang merasa cepat putus asa, dan buah dari

putus asa adalah mencari jalan pintas dalam mencapai tujuan. Hal ini

menjadikan orang yang berpendidikan rendah tergelincir dalam perbuatan

pidana karena putus asa. Satu hal yang sangat ironis adalah mereka mudah

tergelincir dalam perbuatan pidana yang bersifat konvensional atau

tradisional seperti, pembunuhan, pencurian dan lain-lain.

Demikian pula dengan pencurian kendaraan bermotor, maka dari

hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak serse Polres Labuhanbatu

didapat pemahaman, bahwa lebih banyak pelaku pencurian khususnya

pencurian kendaraan bermotor yang dari latar belakang pendidikannya dapat

(3)

menjadikan mereka semakin sulit untuk meraih apa yang dicita-citakan,

yang berakibat mereka lebih mudah untuk putus asa dan sering menjadi buta

dan melakukan suatu kejahatan khususnya pencurian kendaraan bermotor.28 Dengan rendahnya pendiddikan tersebut mereka akan mengalami

kesulitan berkait dengan pendidikannya seperti ditolak dalam suatu

pekerjaan tertentu atau kalaupun diterima sering mendapat posisi pinggiran

yang sering posisinya selalu terancam kena PHK. Dengan adanya PHK

tersebut maka timbullah pengangguran.

Orang yang tidak mempunyai mata pencaharian atau biasa disebut

dengan istilah pengangguran seringkali menjadikan seseorang merasa cepat

putus asa, dan buah dari putus asa adalah mencari jalan pintas dalam

mencapai tujuan. Hal tersebut dapat menjadikan seorang pengangguran

dapat lebih mudah untuk melakukan suatu kejahatan. Demikian dengan

pencurian kendaraan bermotor AKP Fahrizal Sik berpandapat bahwa salah

satu penyebab kejahatan tersebut adalah banyaknya pengangguran.

(4)

Tabel 1

Faktor Pendidikan sebagai penyebab terjadinya pencurian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2010 s/d 2014 (Januari-Maret)

No Tingkat Pendidikan Persentase

1 Sekolah Dasar 36, 61 %

2 Sekolah Menengah Pertama 20, 18 %

3 Sekolah Menengah Atas 15, 96 %

4 Perguruan Tinggi 2, 34 %

5 Tidak bersekolah 24, 88 %

Sumber : Unit Ranmor Sat Reskrim Polres Labuhanbatu Tahun 2010 s/d 2014

B. Faktor Eksternal

Selain beberapa faktor internal yang mempengaruhi maraknya

aksi-aksi pencurian kendaraan bermotor tersebut yang lebih mencari pada

penyebab pada diri pelaku maka dapat pula dijelaskan beberapa faktor lain

yang mempengaruhi maraknya aksi pencurian kendaraan bermotor tersebut.

Faktor ini lebih dititik beratkan pada situasi masyarakat yang terjadi

akhir-akhir ini. Faktor ini menjadi sangat berpengaruh ketika kondisi

masyarakat secara umum semakin sulit dan keputusan dirasakan oleh

banyak pihak. Beberapa faktor tersebut adalah :

1. Faktor Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu hal yang penting di dalam kehidupan

manusia, maka keadaan ekonomi dari pelaku tindak pidana pencurilah

(5)

pidana pencurian. Para pelaku sering kali tidak mempunyai pekerjaan yang

tetap, atau bahkan tidak punya pekerjaan. Karena desakan ekonomi yang

menghimpit, yaitu harus memenuhi kebutuhan keluarga, membeli sandang

maupun pangan, atau ada sanak keluarganya yang sedang sakit, maka

seseorang dapat berbuat nekat dengan melakukan tindak pidana pencurian.

Rasa cinta seseorang terhadap keluarganya yang menyebabkan ia

sering lupa diri dan akan melakukan apa saja demi kebahagiaan

keluarganya. Terlebih lagi apabila faktor pendorong tersebut diliputi rasa

gelisah, kekhawatiran, dan lain sebagainya, disebabkan orang tua (pada

umumnya ibu yang sudah janda), atau isteri atau anak maupun

anak-anaknya, dalam keadaan sakit keras memerlukan obat sedangkan uang

sulit didapat. Oleh karena itu, maka seseorang pelaku dapat termotifasi

untuk melakukan pencurian. Faktor ini penulis kemukakan karena sesuai

dengan hasil wawancara penulis terhadap beberapa narapidana kasus

pencurian kendaraan bermotor di Polres Labuhanbatu, perhitungan

pendapatan pelaku curanmor penulis ukur dengan jumlah pendapatan dari

3 narapidana yang telah diwawancarai, dimana tingkat pendapatan rendah

yaitu Rp. 200.000/bulan sedangkan tingkat pendapatan tinggi adalah Rp.

450.000/bulan. Data tersebut mrnunjukkan bahwa para pelaku

berpenghasilan rendah, ini jelas menunjukkan bahwa faktor ekonomi

sangat berpengaruh terhadap pencurian kendaraan bermotor. 29

(6)

Hal ini berkaitan dengan faktor pekerjaan, yang menunjukkan bahwa

pencurian kendaraan bermotor tiap tahunnya disebabkan oleh perkembangan

peningkatan ekonomi dan kurangnya lapangan kerja yang tersedia di

masyarakat maupun lapangan kerja yang diciptakan oleh pemerintah. Dapat

dibuktikan dengan melihat data para pelaku pencurian kendaraan bermotor

kebanyakan tidak mempunyai pekerjaan tetap sehingga penghasilannya

tidak menentu, berbanding terbalik dengan tingkat kebutuhan hidup yang

semakin hari semakin tinggi. Belum lagi dengan mereka yang telah

berkeluarga, tekanan-tekanan akan selalu timbul dalam keluarganya,

sehingga terpaksa melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan untuk

menghidupi keluarganya.

Contoh kasus yang dapat penulis paparkan dari hasil wawancara

dengan seorang narapidana di Polres Labuhanbatu30

Adapun Ridwan (35 tahun) swasta, ia hanya lulusan SD. Karena tidak

mampu membiayai istri dan anaknya ia terpaksa melakukan pencurian yang bernama Suryono

(38 tahun) yang dulunya bertani di lading milik orang lain yang juga

seorang residivis pencurian kendaraan bermotor mengaku mencuri

kendaraan bermotor dengan niat untuk dijual dan uangnya untuk membiayai

keluarganya. Ia sempat mengalami frustasi akibat tidak ada satupun tempat

yang didatanginya mau mempekerjakannya, oleh karena itu ia nekat seorang

diri untuk mencuri motor. Suryono ditangkap saat lari membawa motor

seorang warga di jalan Imam Bonjol Rantauprapat.

(7)

motor, dan Amrul (19 tahun) ia hanya lulusan SD, berusaha mencari

pekerjaan tetapi tidak berhasil menemukan pekerjaan, ia terpaksa

melakukan pencurian sepeda motor di salah satu pusat pertokoan.31

Tabel 2

Faktor Ekonomi Sebagai Penyebab Terjadinya Pencurian KendaraanBermotor di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2010 s/d 2014 (Januari-Maret)

Sumber : Unit Ranmor Sat Reskrim Polres Labuhanbatu Tahun 2010 s/d 2014

2. Faktor Lingkungan

Baik buruknya tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh

lingkungan dimana orang tersebut berada, pada pergaulan yang diikuti

dengan peniruan suatu lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap

kepribadian dan tingkah laku seseorang. Lingkungan yang dimaksud adalah

keluarga dan lingkungan masyarakat itu sendiri.

Pergaulan teman-teman dan tetangga merupakan salah satu penyebab

terjadinya pencurian kendaraan bermotor. Hal itu menunjukkan bahwa

31Hasil Wawancara dengan Suryono, Ridwan, Amrul, Op.cit

No Pekerjaan Persentase

1 Tuna Karya 28,16 %

2 Serabutan 23,47 %

3 Pedagang Kaki Lima 18,77 %

4 Supir 14,08 %

(8)

dalam memilih teman harus memperhatikan sifat, watak, serta kepribadian

seseorang. Baik buruknya tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh

lingkungan pergaulan, apabila bergaul dengan orang baik maka perbuatan

mereka pasti baik pula dan apabila bergaul dengan orang yang suka

melakukan perbuatan buruk maka besar kemungkinan akan

dipengaruhinya.32

3. Faktor Lemahnya Penegakan Hukum

Pihak penegak hukum kadang-kadang menyimpang dari nilai-nilai

hukum yang hidup dalam masyarakat, sehingga ada pelaku kejahatan

pencurian kendaraan bermotor yang mendapat hukuman yang terlalu ringan.

Dan akhirnya begitu keluar dari lembaga pemasyarakatan maka pelaku

mengulangi perbuatan tersebut. Sekail lagi penulis mengemukakan bahwa

dalam hal ini, masalah keterampilan dan kesadaran yang tidak dimiliki

sehingga menyebabkan kejahatan pencurian itu dianggap sebagai pekerjaan

utama untuk menghidupi keluarganya.

C. Unsur-unsur Tindak Pidana Pencurian

Pencurian menurut Pasal 362 KUHP yaitu : “Barang siapa mengambil

barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan

maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian,

dengan pidana penjara paling lama lima tahun, atau pidana denda paling

banyak sembilan ratus rupiah”.

(9)

Jenis-jenis pencurian yang diatur Pasal 362 KUHP sampai Pasal 367 KUHP

dikenal beberapa jenis yaitu :

1. Pencurian biasa, diatur dalam pasal 362 KUHP

2. Pencurian dengan pemberatan diatur dalam Pasal 363 KUHP

3. Pencurian ringan diatur dalam Pasal 364 KUHP

4. Pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 365 KUHP

5. Pencurian dalam keluarga diatur dalam Pasal 367 KUHP

Berikut diuraikan mengenai unsure-unsur pencurian Pasal 362 sampai

dengan Pasal 367 KUHP:

a. Pasal 362 KUHP (pencurian biasa)

Pasal 362 KUHP berbunyi :”Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang

seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk

dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana

penjara paling lama lima tahun, atau pidana denda paling banyak sembilan

ratus rupiah”.

Pencurian menurut penjelasan Pasal 362 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :33

33 R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor: Politeia,1988), Hal 249 1). Perbuatan mengambil, yaitu mengambil untuk dikuasai.

Mengambil=mengambil untuk dikuasai, maksudnya waktu pencuri

mengambil barang itu, barang tersebut belum ada dalam kekuasaannya,

apabila waktu memiliki itu barangnya sudah ada ditangannya, maka

(10)

Pengembalian (pencurian) itu sudah dapat dikatakan selesai, apabila barang

tersebut sudah pindah tempat. Bila orang baru memegang saja barang it, dan

belum berpindah tempat, maka orang itu dapat dikatakan mencuri, akan

tetapi ia baru mencoba mencuri.

2). Yang diambil harus “sesuatu barang”

Sesuatu barang = segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang

(manusia tidak masuk), misalnya, uang, baju, kalung dsb. Dalam pengertian

barang masuk pula daya listrik dan gas meskipun tidak terwujud, akan tetapi

dialirkan dikawat atau pipa. Barang itu tidak perlu mempunyai harga

ekonomis.Oleh karena itu mengambil beberapa helai rambut warna (untuk

kenang-kenangan) tidak dengan izin wanita itu masuk pencurin, meskipun

dua helai rambut tidak ada harganya.

3). Barang itu harus “seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain”

Sebagian kepunyaan oang lain misalnya A bersama B membeli sebuah

sepeda, maka sepeda itu kepunyaan A dan B, disimpan di rumah A,

kemudian dicuri oleh B atau A dan B menerima barang warisan dari C,

disimpan di rumah A kemudian dicuri oleh B. suatu barang yang bukan

kepunyaan seseorang tidak menimbulkan pencurian, misalnya binatang liar

yang hidup di alam, barang-barang yag sudah dibuang oleh yang punya.

4). Pengambilan itu harus dilakukan dengan masud untuk “memiliki”

barang itu dengan “melawan hukum” (melawan hak).

Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksud untuk

(11)

pencurian. Seseorang menemui barang di jalan kemudian diambilnya.Bila

waktu mengambil itu sudah ada maksud untuk memiliki barang itu, masuk

pencurian.

Jika waktu mengambil itu pikiran terdakwa barang akan diserahkan

pada polisi, akan tetapi serenta datang di rumah barang itu untuk dimiliki

sendiri (tidak diserahkan kepada polisi), ia salah menggelapkan (Pasal

372), karena waktu barang itu dimilikinya sudah berada ditangannya.

b. Pasal 362 KUHP (pencurian dengan pemberatan)

Pasal 362 KUHP berbunyi :

(1) Dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun, dihukum :

1. pencuri ternak

2. pencurian pada waktu kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau

gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan

kereta api, huru hara, pemberontakan atau bahaya perang.

3. pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan yang

tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu

tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh orang yang berhak.

4. pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.

5. pencurian yang untuk masuk ketempat melakukan kejahatan, atau untuk

sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak,

memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu,

(12)

(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengansalah satu

hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling

lama Sembilan tahun. Pencurian dalam pasal ini

dinamakan“pencurian berat” dan ancaman hukumannya berat. Yang

dimaksud dengan pencurian berat adalah pencurian biasa (Pasal 362

KUHP) yang disertai dengan salah satu keadaan seperti berikut:34

34Ibid, hal 251

a. jika barang yang dicuri itu adalah hewan

Yang dimaksud dengan hewan sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 100 KUHP ialah : “semua binatang yang berkuku satu (kuda dan

keledai), binatang memamah biak (kerbau, lembu, kambing dan

sebagainya), dan babi.

b. jika pencurian itu dilakukan pada waktu sedang terjadi

bermacam-macam bencana seperti kebakaran, peletusan, banjir, gempa bumi, atau

gempa laut, peletusan gunung berapi, karam kapal, kapal terdampar,

kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang.

Pencurian yang dilakukan dalam waktu seperti ini diancam hukuman

lebih berat karena pada waktu semua orang sedang menyelamatkan jiwa

dan raganya serta harta bendanya si pelaku mempergunakan

kesempatan itu untuk melakukan kejahatan yang menandakan bahwa

(13)

c. jika pencurian itu dilakukan pada waktu malam hari di dalam rumah

sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada di rumahnya

yang dilakukan oleh orang yang berada di situ tanpa setahu atau tanpan

izin.

Waktu malam hari sebagaimana dimaksud Pasal 98 KUHP yaitu : “yang

disebut waktu malam yaitu waktu antara matahari terbenam dan matahari

terbit”.

Yang dimaksud rumah disini adalah bangunan yang dipergunakan

sebagai tempat tinggal siang dan malam, sebaliknya gubug, gerbong kereta

api dan petak-petak kamar di dalam perahu apabila diami siang dan malam

termasuk dalam pengertian rumah.

d. jika pencurian itu dilakukan oleh dua orang atau lebih secara

bersama-sama, supaya dapat dituntut menurut pasal ini, maka dua orang atau lebih

itu harus bertindak bersama-sama sebagaimana dimaksud oleh Pasal 55

KUHP, dan tidak seperti halnya yang dimaksud oleh Pasal 56 yakni

seorang bertindak sedang seorang lainnya hanya pembantu saja.

e. Jika untuk dapat masuk ke tempat kejahatan itu atau untuk dapat

mengambil barang yang akan dicuri itu, pencurian yang dilakukan dengan

jalan membongkar, memecah, memanjat atau memakai anak kunci palsu,

perintah palsu atau pakaian palsu.

Yang diartikan membongkar adalah mengadakan perusakan yang agak

besar misalnya membongkar tembok pintu, jendela, dan sebagainya.Dalam

(14)

Yang diartikan memecah adalah membuat kerusakan yang agak ringan

misalnya memecah kaca jendela. Dalam pasal ini yang diartikan dengan

memanjat adalah seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 99 KUHP yaitu :

“yang disebut memanjat termasuk juga masuk melalui lubang di dalam

tanah yang dengansengaja digali, begitu juga menyeberangi selokan atau

parit yang digunakan sebagai batas penutup”.

c. Pencurian ringan diatur dalam pasal 364 KUHP

Pasal 364 KUHP berbunyi :

“perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 butir 4,

begitupun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 butir 5, apabila

tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang

ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh

lima ribu rupiah, diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara

paling lama tiga bulan atau pidana dengan paling banyak dua ratus lima

puluh rupiah”.

Ini dinamakan pencurian ringan yaitu :

a. Pencurian biasa (Pasal 362), asal harga barang yang dicuri tidak lebih dari

Rp. 250,-

b. Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih (Pasal 363 sub 4), asal

harga barang tidak lebih dari Rp. 250,- dan

c. Pencurian dengan masuk ketempat barang yang diambilnya dengan jalan

membongkar, memecah, dsb (Pasal 363 sub 5), jika :

(15)

2) Tidak dilakukan dalam rumah atau pekarangan tertutup yang ada

rumahnya.

Dengan demikian maka pencurian yang meskipun harga barang yang

dicurinya tidak lebih dari Rp.250,- tidak bisa menjadi pencurian ringan,

yaitu :35

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun : a) Pencurian hewan

b) Pencurian pada waktu kebakaran dan malapetaka lain-lain (Pasal 363

sub 2)

c) Pencurian pada waktu malam, dalam rumah atau pekarangan tertutup

yang ada rumahnya, oleh orang yang berada disitu tidak dengan

setahunya atau kemauannya orang yang berhak (Pasal 363 sub 3), dan

d) Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365)

d. Pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 365 KUHP

Pasal 365 KUHP berbunyi :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian

yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau

mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap basah, untuk

memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk

tetap menguasai barang yang dicuri.

(16)

1. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah

atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau dalam kereta api

atau trem yang sedang berjalan;

2. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

bersekutu;

3. jika masuk ketempat melakukan kejahatan dengan merusak atau

memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu

atau pakaian jabatan palsu;

4. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana

penjara paling lama lima belas tahun;

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama

waktu tertentu paling lama dua tahun, jika perbuatan mengakibatkan

luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih

dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan

dalam No.1 dan 3”.36

36Ibid, hal 265

e. Pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 367 KUHP

Pasal 367 KUHP berbunyi :

(1) jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan dalam bab ini

adalah suami (istri) dari orang yang terkena kejahatan dan tidak

terpisah harta kekayaan, maka terhadap pembuat atau pembantu itu

(17)

(2) jika dia adalah suami (istri) yang terpisah meja dan ranjang atau

terpisah harta kekayaan, atau jika dia adalah keluarga sedarah atau

semenda baik dalam garis lurus maupun garis menyimpang derajat

kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penuntutan

jika ada pengaduan yang terkena kejahatan

(3) jika menurut lembaga matriarhal, kekuasaan bapak dilakukan oleh

orang lain dari pada bapak kandung (sendiri), maka ketentuan ayat

diatas berlaku juga bagi orang itu”.

Meningkatnya jumlah pemilik kendaraan bermotor menurunkan

efektivitas pengawasan dan pengenalan identitas kendaraan bermotor,

sehubung dengan itu peningkatan angka laju pencurian kendaraan bermotor

cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan

ataupun pemilik kendaraan bermotor. Faktor-faktor lain yang menjadi

pendukung dilaksanakan kejahatan pencurian kendaraan bermotor adalah

pencurian kendaraan bermotor lebih mudah dilaksanakan daripada bentuk

kejahatan terhadap harta benda yang lain seperti perampokan, penodongan

dan sebagainya. Hal ini dikarenakan:37 1. Hasilnya sangat menguntungkan

2. Kemungkinan tertangkap kecil, karena sangat sulit melakukan

pengenalan kembali kendaraan bermotor yang telah dicuri

3. Penjualan ataupun pemasaran kendaraan bermotor hasil kejahatan

mudah dilaksanakan

(18)

4. Alat untuk melakukan kejahatan mudah dicari, antara lain obeng, kunci

palsu, kawat dan lain-lainnya

5. Tempat parkir tidak bertanggung jawab atas kehilangan kendaraan

bermotor

Selain faktor yang melatarbelakangi dan mendukung dilakukannya

kejahatan terhadap kendaraan bermotor, ada penyebab langsungnya yaitu

kelengahan pemilik kendaraan serta kurangnya sistem pengaman

kendaraan-kendaraan bermotor tertentu.38

Semua kejahatan umumnya dilakukan oleh orang dewasa secara

sendiri-sendiri, kemudian berkembang jadi dilakukan oleh kelompok-kelompok

atau yang sering beroperasi secara diorganisir.

Dari segi kuantitas, kejahatan di Kabupaten Labuhanbatu jelas sudah

menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan, sedangkan dari segi

kuantitas kejahatan itu sendiri baik dilihat dari segi tujuan, pelaku, cara dan

motifasi maupun lokasi kejadian, jelas sudah menunjukkan keadaan yang

mengikat. Beberapa ciri peningkatan kuantitatif antara lain:

a. Dilihat dari segi sasaran

1. Semua korban kejahatan adalah orang-orang dewasa dan remaja

2. Semua sasaran kejahatan adalah barang-barang berharga

3. Pelaku-pelaku kejahatan telah berani melakukan perampokan di siang

hari di tempat ramai seperti pasar

b. Dilihat dari segi pelaku

(19)

c. Dilihat dari segi modus operandi

Semula hanya dipergunakan senjata tajam, alat-alat pengangkutan dan

alat komunikasi yang sederhana, sekarang para pelaku kejahatan telah

mempergunakan senjata api, alat-alat radio dan zat-zat kimia dalam

melakukan kejahatannya.

d. Dilihat dari segi Motif

Semula kejahatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pokok,

kemudian berkembang disertai motif-motif lain seperti membunuh untuk

tujuan memperoleh uang, semula kejahatan dilakukan sebagai cara

terakhir untuk mempertahankan hidup dalam masyarakat. Sekarang

kejahatan dilakukan secara sadis tanpa sedikitpun ada perasaan

kemanusiaan.

e. Cara menghancurkan barang bukti juga dilakukan dengan cara menjual

sebagian komponen kendaraan yang dicuri, atau membawa pergi

Gambar

Tabel 1 Faktor Pendidikan sebagai penyebab terjadinya pencurian Kendaraan Bermotor

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011 memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih,

KESATU : Membentuk Dewan Pembina dan Pengurus Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Bantul Periode Tahun 2016 Sampai Dengan Tahun 2020, dengan susunan dan

[r]

Menimbang : bahwa untuk mencapai daya guna dan hasil guna pelaksanan kegiatan yang bersumber dari Dana Tugas Pembantuan pada Dinas Pertanian dan Kehutanan

Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi dan pakar pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Analisis Input- Output (I-O) analisis indeks keterkaitan kedepan (daya kepekaan), analisis indeks keterkaitan kebelakang

[r]

Bahwa Majelis Hakim (Judex Factie) salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku dengan tidak menerapkan Pasal 103 UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo