139
Bab Tujuh
Penutup
Kesimpulan
Masyarakat kampung Warsambin yang sebagian besar adalah nelayan menggantungkan kehidupannya pada hasil sumber daya laut. Laut menjadi dapur dan sumber makanan bagi masyarakat serta menjadi wilayah vital yang kapan saja bisa dicuri dan mengalami kerusakan ekosistem. Kekayaan sumber daya alam darat dan laut menjadi potensi yang sangat luar biasa, seiring juga potensi ancaman eksploitasi dan kerusakan lingkungannya. Semakin berkembangnya kabupaten Raja Ampat lewat pemekaran kabupaten pada tahun 2003, membuat potensi ancaman kini semakin nyata di depan mata. Masyarakat harus cepat memproteksi diri dan melawan pengaruh negatif. Tentu semakin berkembangnya daerah dengan peningkatan penduduk akan mengakibatkan peningkatan konsumsi sumber daya alam. Maka proteksi diri hanya bisa dilakukan dengan membangun sebuah kesadaran bersama tentang ancaman ini.
Kearifan Lokal Sebagai Pelindung Sumber Daya Alam
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
140
kekuatan masyarakat untuk melindungi sumber daya alam yang mereka miliki. Walaupun pada akhirnya kabus mengalami perubahan nama menjadi sasi seiring masuknya agama Kristen di Raja Ampat. Sasi dan masyarakat kini menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan, terlebih dalam menjawab potensi ancaman eksploitasi dan kerusakan lingkungan.
Memberikan ruang bagi kearifan lokal seperti budaya sasi adalah sebuah upaya positif untuk melindungi sumber daya alam. Menggiatkan kembali budaya sasi untuk dilakukan oleh masyarakat kampung, dianggap cara paling tepat dalam melindungi dan melestarikan sumber daya alam. Sebab perlindungan sumber daya alam yang muncul dari sebuah kesadaran masyarakat tentu akan bisa mengakar lebih dalam.
Dengan semakin mengakarnya kesadaran masyarakat akan perlindungan sumber daya alam lewat budaya sasi, diharapkan keterlibatan masyarakat pun semakin tinggi dengan pelaksanaan budaya sasi.
Budaya Sasi Sebagai Bentuk Perlawanan Masyarakat dan Pemerintah.
Dalam upaya perlindungan dan pelestarian ini ternyata masyarakat tidak sendirian. Negara dalam hal ini pemerintah daerah kabupaten Raja Ampat pun mengambil peranannya. Terinspirasi dari kearifan lokal budaya sasi, pemerintah membangun kebijakan Kawasan Konservasi Laut Daerah untuk melindungi sumber daya alam Raja Ampat. Dalam kebijakan ini, pemerintah dan masyarakat bersinergi lewat aktifitas konservasi, mulai dari pengawasan sampai pengambilan tindakan pada pelanggar aturan KKLD.
Penutup
141
Perlawanan ini tidaklah dalam bentuk pemberontakan dengan kekerasan, melainkan secara sistematis dan halus. Budaya sasi dan kebijakan KKLD merupakan senjata yang digunakan dalam perlawanan ini.
Dari penelitian ini pula dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan perlawanan baik oleh pemerintah daerah kabupaten Raja Ampat dan masyarakat kampung Warsambin, mereka memiliki sebuah modal yang sama. Modal tersebut dalam penelitian ini disebut dengan modal kesadaran kerawanan ekologis. Dan inilah yang menjadi titik balik gerakan perlawanan koalisi pemerintah dan masyarakat.
Rekomendasi
Penelitian ini berangkat dari sebuah pengalaman empirik yang dialami dan dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah kabupaten Raja Ampat, sehingga mampu merasakan apa yang menjadi pergumulan sebenarnya di lapangan. Keinginan untuk melindungi dan melestarikan sumber daya alam agar generasi selanjutnya bisa menikmati apa yang mereka rasakan sekarang.
Dengan itu lewat penelitian ini penulis merekomendasikan : persoalan yang menyangkut ancaman potensi sumber daya alam sudah seharusnya melibatkan masyarakat kampung yang berada di garis depan. Selain sebagai orang yang memahami lokasi masyarakat pun memiliki sistem sendiri untuk meyelesaikan persoalan-persoalan mereka. Dengan melibatkan masyarakat dalam menyelesaikan persoalan dan mencari solusi atas persoalan yang terjadi, pemerintah tidak menjadikan masyarakat sebagai objek pembangunan melainkan subjek pembangunan.
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam
142