• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Ma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Ma"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 1

PRODEXA BUSINESS PARTNER

(2)

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 2

First Release 2014

Implementasi

Sistem Manajemen Kinerja

Masyarakat Ekowisata

Rudy Haryanto Prodexa Business Partner

Abstract

Ekowisata merupakan manajemen pengelolaan yang bertangung jawab pada kesinambungan sumberdaya berdasar kaidah konservasi. Ekowisata menjadi solusi pengelolaan sumberdaya yang sebelumnya cenderung bersifat ekslpoitatif dan merusak. Konsep tersebut penting diterapkan di Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat diversitas alam dan budaya tertinggi di dunia. Akan tetapi dibalik kelebihan tersebut ekowisata memiliki tantangan implementasi tersendiri di Indonesia. Tantangan tersebut berasal dari regulasi dan kinerja masyarakat yang berpengaruh pada posisi ekowisata dalam industri. Berbagai kelemahan tersebut umum terjadi di Indonesia yang cenderung masih menggunakan pendekatan konvensional untuk menjawab berbagai tantangan baru. Tantangan yang paling umum dan paling berpengaruh terletak di aspek kinerja masyarakat. Implementasi cenderung kurang memperhatikan manajemen yang tepat sehingga realisasi seringkali kurang sesuai dengan Action Plan yang ditetapkan. Dengan demikian diperlukan sebuah Manajemen Tersistem sebagai alat kontrol sekaligus navigator kinerja. Integrated Tri - Coordinate merupakan Sistem Manajemen Kinerja (SMK) yang didesain khusus menjawab berbagai tantangan tersebut. ITC menggunakan dasar konsep standar sistem korporasi modern yang diadaptasikan secara khusus dalam program pemberdayaan masyarakat ekowisata. Berbagai framework dalam ITC menjadi dasar berbagai aktivitas sistem yang meliputi pemetaan masalah, implementasi, integrasi kinerja hingga duplikasi. Melalui penerapan ITC diproyeksikan menambah valuitas kinerja berbagai program pemberdayaan masyarakat menjadi lebih akurat, efektif dan efisien.

(3)

Mass Tourism 1945

Small Group Tourism New Wave

Tourism Concept

198

0 2010

Sumber : Chalid Fandeli

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 3

I.

PENDAHULUAN

Inti ekowisata adalah pengelolaan sumberdaya secara adil dan berkesinambungan agar tetap

memiliki valuitas di masa depan. Ekowisata memiliki tiga prinsip yang meliputi pilar economy,

ecology dan equality. Pilar Economy mengedepankan keuntungan finansial dan keterlibatan

masyarakat penyangga. Pilar Ecology mengedepankan kelestarian lingkungan dan budaya.

sedangkang pilar Equality adalah kemerataan bagi seluruh stakeholder.

Secara Global Ekowisata mengalami perkembangan sejak 1980-an. Factor utama di dasari tingginya tingkat pemahaman kaidah konservasi dari berbagai pihak, baik institusi, industri hingga pasar wisata. Perkembangan tersebut melahirkan berbagai komitmen global disertai kinerja berbagai organisasi yang khusus di dalamnya. Lembaga yang hingga saat ini menaungi ekowisata meliputi Commision of Sustainable Development (CSD), United Nasion Environtment Program (UNEP, 2002), Japan International Cooperation Agency (JICA, Okinawa) serta dari United Nation World Tourism Organization (UN-WTO).

Beberapa Negara sukses menjalankan Ekowisata melalui perhatian dan kebijakan khusus ekowisata. Destinasi ekowisata (wisata alam) Australia berhasil mendatangkan 46% dari total kunjungan wisata asing. Thailand Sukses mendapat kunjungan 67% wisatawan domestik dan 36% turis asing. Vietnam di kisaran 50% wisatawan domestik dan 30%turis asing. Sedangkan

Malaysia dengan jargon Truly Asia berhasil mendatangkan 7 hingga 10 persen ekowisata

dan14 persen wisata adventure.

Tingginya tingkat kepunahan diversitas hayati dan budaya menyebabkan Indonesia menjadi obyek perhatian penting ekowisata. Indonesia memiliki regulasi tentang konservasi dari berbagai lembaga yang meliputi Kementrian Kehutanan, Mendagri, Pariwisata hingga Bappenas (IBPS). Indonesia juga menjadi obyek komitmen global dari lembaga internasional yang meliputi WWF, Unesco, ILO, JICA hingga Green Peace. Akan tetapi perkembangan ekowisata di Indonesia cenderung tertinggal. Dengan demikian perlu langkah penting meningkatkan perekonomian masyarakat tanpa harus berimplikasi buruk pada sumberdaya yang ada.

(4)

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 4

II.

RUMUSAN MASALAH

REGULASI

Regulasi menjadi tantangan utama implementasi. Berbagai keluaran Undang Undang bersifat makro minim proyeksi teknis sebagai landasan kontrol. Faktor tersebut berimbas pada minimnya pemahaman Institusi atas teknis ekowisata yang justru menjadi beban birokrasi tersendiri. Regulasi juga berpengaruh pada kinerja operasional masyarakat. Berbagai regulasi program sebatas menjadikan masyarakat sebagai obyek pasif. Masyarakat dibekali variable usaha sebatas pada ranah operasional saja. Sedangkan ranah pengembangan, hubungan, pemasaran hingga proses bisnis yang berjalan, sepenuhnya masih dikendalikan pemerintah. Ketidak-mandirian tersebut menyebabkan Institusi terus menerus mendorong kinerja masyarakat agar tetap berjalan sesuai Action Plan. Dengan demikian, semakin berkembang program, semakin banyak PR yang harus dikerjakan pemerintah.

Efek lemahnya regulasi juga berpengaruh pada Industri. Minimnya proteksi dan prioritas

Undang Undang ekowisata menyebabkan Industri Pariwisata masih berkiblat di mass-tourism.

Pola industri tersebut mengedukasi aktivitas usaha dan investasi hanya bergerak di sektor riil saja. sehingga kurang berpihak pada masyarakat dan sumberdaya alam.

KINERJA OPERASIONAL

Masyarakat Indonesia memiliki karakteristik makro yang terbentuk oleh berbagai faktor politik, edukasi, sosio-cultural hingga modernisasi. Faktor tersebut mengedukasi orientasi jangka pendek masyarakat dalam mengelola sumberdaya Negara. Masyarakat cenderung hanya mengambil keuntungan jangka pendek tanpa mempertimbankan efek jangka panjang. Minimnya skill, pengetahuan dan minimnya kesadaran pengembangan diri adalah efek domino dari orientasi tersebut. Implikasi fatal yang terjadi adalah minimnya kualitas layanan pada wisatawan yang berimbas pada semakin menurunnya grafik kunjungan.

Faktor Kinerja Operasional juga menjadi faktor penerimaan Industri Pariwisata atas Ekowisata. Ekowisata sulit mendapat akses investasi. Pendana meragukan likuiditas dan profitabilitas program ekowisata. Sehingga berbagai program cenderung hanya direalisasikan secara mikro perorangan dibawah naungan institusi.

Kelebihan Ecotourism Kelemahan Ecotourism

Kesinambungan pada sumberdaya (konservasi) Kesulitan akses Investasi

Manfaat penuh pada masyarakat Ketidak jelasan realisasi Sektor Riil Afiliasi pada berbagai pihak dan kepentingan Pemasaran terbatas pada segment tertentu

Peluang perubahan orientasi pasar Minim Pasar Jangka Pendek

Cenderung ramah modal Manajemen cenderung kurang terstruktur

Penuh dukungan sosial dari berbagai stakeholder Kinerja keuangan rumit

Minim kompetitor, cenderung saling bekerjasama Kurang terlibat dalam industri pariwisata

Minim orientasi anggaran Minim marketshare

Cenderung memiliki otoritas pada pelanggan Cenderung terotorisasi lembaga

Tabel Kelebihan dan Kekurangan Ekowisata

(5)

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 5

III.

ANALISIS PEMILIHAN SOLUSI

Indonesia cenderung menerapkan pendekatan konvensional dalam mengatasi berbagai permasalahan Baru. Penerapan tersebut menyebabkan berbagai program sulit mengatasi tantangan baru di luar relevansi standar. Metode tersebut hampir berlawanan dengan Swasta yang lebih mempertimbangkan hasil daripada standar baku. Korporasi swasta lebih intens merubah berbagai pendekatan dengan cara baru yang lebih akurat, efektif dan efisien.

Kunci perbedaan terletak pada Sistem yang digunakan. Sistem menjadi mesin operasional berbagai aspek kinerja perusahaan. Sistem menentukan strategi, tata cara kinerja hingga berbagai model pengukuran kinerja berkesinambungan. Dengan menerapkan sistem swasta pada kinerja ekowisata diproyeksikan menambah valuitas hasil kinerja menjadi lebih optimal. Diatas adalah perbandingan Implementasi sebagai Kajian.

Implementasi Sistem Tradisional

1. Kinerja masyarakat cenderung hanya ditempatkan pada ranah operasional saja. Semisal produksi atau jasa.

2. Cenderung mendorong kinerja masyarakat terus menerus. Usaha sulit berkembang, bahkan berhenti jika tidak didampingi

3. Cenderung hanya mengedepankan anggaran modal sebagai acuan dengan orientasi keuntungan jangka pendek. Semisal dari cashflow harian atau pajak retribusi bulanan. 4. Kinerja masyarakat dibandingkan pada sebuah standar baku. Kontrol pengukuran harus

sesuai pakem yang sudah ditetapkan bagaimanapun hasilnya.

5. Mengedepankan sertifikasi, title akademik, jabatan atau lama waktu kerja sebagai acuan SDM. Metode pengukururan kinerja terorientasi pada kinerja perorangan. sehingga seringkali muncul konflik dan persaingan antar SDM.

Implementasi Sistem Modern

1. Masyarakat dilibatkan di berbagai fungsi manajemen. Pemerintah cukup mengontrol alur kinerja dan proyeksi strategi yang bisa dijalankan.

2. Mengedepankan kemandirian serta pengembangan SDM sehingga tidak selalu mendapat pendampingan kinerja terus menerus.

3. Mengedepankan olah data valid, strategi dan nilai sebagai acuan. Dengan demikian dapat ditemukan berbagai target pencapaian jangka panjang. Semisal kerjasama investasi, kerjasama program hingga integrasi program nasional dan internasional.

4. Fleksibel terhadap cara cara baru yang bisa diberdayakan sebagai media pengukuran dan perbaikan berkesinambungan.

5. Mengedepankan Potensi dan kemampuan berkembang SDM sebagai syarat SDM dengan metode ukur pada integrasi teamwork.

(6)

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 6

Sistem Manajemen Kinerja (SMK) adalah bentuk riil sistem. Semakin canggih penerapan SMK, semakin berkembang program berjalan. Dengan demikian penerapan SMK menjadi solusi utama pelaksanaan ekowisata.

IV.

SISTEM MANAJEMEN KINERJA

Sistem adalah nyawa dari keberlangsungan perusahaan. Sehat tidaknya perusahaan tergantung bagaimana sistem tersebut berjalan. Ibarat sistem organ manusia, kerusakan satu organ akan mempengaruhi kinerja organ yang lain. Maka dari itu, perlu adanya penerapan

kontrol SMK agar kinerja perusahaan tetap berjalan1.

Manajemen Kinerja adalah suatu proses kerja dari kumpulan orang- orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dimana proses kerja ini berlangsung secara berkelanjutan dan

terus- menerus2. Manajemen kinerja merupakan suatu proses strategis dan terpadu yang

menunjang keberhasilan organisasi melalui pengembangan performansi aspek-aspek yang

menunjang keberadaan suatu organisasi3. Pada implementasinya, manajemen kinerja tidak

hanya berorientasi pada salah satu aspek, melainkan aspek-aspek terintegrasi dalam mendukung jalannya suatu organisasi.

Pada dasarnya, SMK sudah banyak diterapkan, baik di Perusahaan, Organisasi maupun

Pemerintahan. Standar umum SMK mengadopsi standar Plan-Do-Check-Act4. Standar tersebut

berkembang hingga hingga penerapan Balance Scorecard (BSC)5 yang hingga saat ini menjadi

standar SMK berbagai perusahaan di seluruh dunia. Sebagai bentuk kritisi atas BSC yang

kurang melibatkan stakeholder, maka Neely merancang Performance Prism6 Sebagai SMK

yang realibel bagi standar Public Relation.

Balance Scorecard Framework Performance Prism Framework

1 IR. Djoko Komara, Best of the Best K-System entrepreneur workshop, Singgasana Hotel Surabaya (2008) 2 Baird (1986)

3 Direktorat Jenderal Anggaran (2008) 4 Walter Shewhart, 1930

5 Caplan & Norton, 1992 6 Neely 2002, Lunger 2006

(7)

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 7

(8)

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 8

Evolusi SMK selanjutnya dirancang oleh Wibisono, Guru Besar Manajemen Bisnis Institut Teknologi Bandung yang mempelopori integrasi antara BSC dengan Performance Prism. SMK tersebut bernama Integrated Performance Management System (IPMS) (Wibisono, 2006) yang hingga saat ini terimplementasi di berbagai kinerja Perusahaan besar di Indonesia.

Framework IPMS

Sistem Manajemen Kinerja modern adalah kunci keberhasilan berbagai perusahaan dalam memonitoring produktivitas, komunikasi strategi, memangkas biaya, evaluasi strategi bisnis, menunjang reward system, mengontrol kegiatan operasi hingga kinerja audit hukum di luar

perspektif finansial7. SMK juga disusun sebagai sarana memenangkan kontrak.8

Pada dasarnya SMK diberdayakan perusahaan sebatas kebutuhan atau trend. Jika SMK diterapkan sebagai pondasi dasar Sistem Manajemen perusahaan, maka SMK mampu menjadi dasar berbagai atribut pondasi yang meliputi AD/ART, Struktur Manajemen, Masterplan, Acuan berbagai kebijakan pengambilan keputusan, Strategi, Proses Operasi, Manajemen Sumber Daya ,Keuangan hingga Standar Prosedur Operasi dan standar protokol kerjasama.

Maka dari itu, dengan meramu berbagai dasar kelebihan, evaluasi kritik serta pengalaman implementasi berbagai framework tersebut, ITC dirancang sebagai sistem yang mampu mendasari kinerja manajemen perusahaan secara keseluruhan. Dengan kuatnya pondasi sistem, maka kinerja perusahaan mampu menjawab berbagai tantangan operasional dengan pendekatan lebih akurat, efektif dan efisien.

7Research Center of Business Performance, Cranfield School of Management 8 Kennely dan Martinez (2006)

(9)

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 9

V.

INTEGRATED TRI – COORDINATE (ITC)

Integrated Tri-Coordinated (Integrasi terarah tiga sudut pandang) adalah Sistem Manajemen

Kinerja dengan match point spesifik pada berbagai aktivitas kinerja masyarakat. ITC didesain

sederhana mungkin dan mudah diaplikasikan berbagai program pemberdayaan masyarakat

tanpa mengurangi valuitas kinerja korporasi. Komponen framework dalam ITC memiliki tiga

sudut pandang penting dengan fungsi implementatif sesuai program pemberdayaan masyarakat ekowisata. Fungsi tersebut meliputi

1. Operasional

Masyarakat terlibat di tiap tingkatan manajemen. Bukan sebatas pelaksana operasional terbawah saja.

2. Development

Skema duplikasi mengedepankan intensitas pengembangan kualitas SDM dan kemandirian. 3. Relationship

Mengedepankan hubungan internal dan eksternal yang kokoh. kemampuan menganalisa berbagai informasi, hingga kemampuan memperluas jaringan afiliasi.

(10)

Uraian Komponen Sistem

Perspektif Aspek Variabel Keterangan

Ko

Sumberdaya SDM, SDA dan KapitalTeknologi & Infrastruktur Data ketersedian SDM baik Operasional maupun jaringan, hasil olah data SDA dan permodalanData ketersediaan Literatur, teknologi pendukung, workhop, asset serta infratruktur Situasi

Eksternal RegulasiIndustri dan Pasar Data analisa kondisi politik dan situasi yang berpotensi mempengaruhi kebijakan terkait usahaData analisa perkembangan Industri, orientasi pasar serta posisi usaha di dalamnya Situasi

Internal Evaluasi KinerjaKondisi sosial Data Evaluasi kinerja yang sudah ada sebelumnya serta prediksi pemetaan masalahData analisa Kondisi kemasyarakatan, kesenjangan, demand, pergerakan dan sebagainya

Ke

Keluaran Organisasi Frame baku keluaran organisasi, baik hasil kinerja finansial maupun kinerja non finansial Proses Internal Frame baku kinerja inovasi usaha, manajemen pemasaran serta proses operasi

Manajemen Sumberdaya Frame baku kinerja manajemen sumberdaya manusia, organisasi serta teknologi dan infrastruktur Manajemen Afiliasi Frame baku kinerja hubungan dengan stakeholder, industri, pasar serta manajemen olah data Keterkaitan Sebab AkibatBobot Frame baku analisis berbagai situasi yang berpengaruh pada usaha baik peluang maupun ancamanFrame baku analisa tingkat pengaruh yang potensial ditimbulkan oleh berbagai situasi Kaji Banding

(Benchmark) InternalEksternal Frame baku perbandingan kinerja masa lalu dengan masa kini sebagai acuan strategi dan perbaikanFrame baku perbandingan kinerja dengan ekowisata di lokasi lain atau kinerja lain terkait

Fu

Manajemen Finansial Fungsi manajemen akuntansi yang meliputi neraca, untung rugi, alokasi serta administrasi

Manajemen General Affair Fungsi manajemen berbagai literature, inventaris, workshop, teknologi pendukung serta infrastruktur Manajemen HRD Fungsi manajemen pemberdayaan kinerja masyarakat, SDM kunci serta jaringan eksternal

Development RNDMarketing Development Fungsi manajemen inovasi keseluruhan aspek baik produk, layanan hingga manajemen saran dan kritikFungsi pengembangan pemasaran yang meliputi pertumbuhan pasar, efisiensi serta penetrasi

Relationship Manajemen AfiliasiPress Agentry Fungsi manajemen kinerja hubungan, baik ruang lingkup, kualitas hubungan serta kualitas stakeholderFungsi manajemen olah data isu yang mempengaruhi sekaligus publikasi dan sosialisasi usaha

Ko

Akurasi Mengedepankan poin poin terpenting yang diorientasikan secara presisi sesuai sumberdaya yang ada Efisiensi Mengedepankan efisiensi kinerja serta efisiensi pemberdayaan sumberdaya yang dikeluarkan Fleksibilitas Mengedepankan kecepatan merubah pendekatan berdasar perubahan situasi, rencana cadangan

Konsepsi VisiMisi Gambaran berbagai potensi sumberdaya,kinerja dan situasi yang menjadi dasar peluang dan perbaikanGaris besar target target yang bisa direalisasikan berdasar agenda dan kalkulasi olah data base Strategi Pendekatan pendekatan, cara cara paling efektif dan efisien berikut langkah teknis paling realistis

In

Tindakan Mengedepankan orientasi bertindak dari pada sebatas membahas, kinerja teragenda berdasar target Keterlibatan Pelibatan masyarakat dan stakeholder di tiap lini yang di kerjakan sesuai ranah kinerja masing masing Keselarasan Kinerja Kemitraan menyeluruh antara berbagai pihak sesuai interest dan wewenang masing masing

Eksekusi WorkshopAsistensi Pembekalan berbagai skill, mentalitas serta wawasan melalui briefing, pelatihan hingga pendalaman Mendampingi kinerja masyarakat dan stakeholder agar bekerja sesuai SOP ataupun protokol kerjasama Pengukuran Mengukur kinerja masyarakat di setiap lini sebagai bahan evaluasi, mengukur kinerja stakeholder

Fu

Kemandirian Menekankan kecakapan dan kemandirian masyarakat sesuai rencana berdasar sistem

Kesinambungan Menekankan kesinambungan kinerja masyarakat, kesinambungan hubungan kerjasama serta sumberdaya Pengembangan Menekankan pengembangan berbagai pihak, baik masyarakat, lokasi, stakeholder hingga sumberdaya

Evaluasi

(11)

VI.

(12)

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 12

MANUAL

INTEGRATED TRI-COORNIDATE

Ringkasan Penerapan SMK ITC sebagai Mesin Penggerak Kinerja Ekowisata

(13)

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 13

VII. DASAR IMPLEMENTASI

PONDASI PRINSIP

1. Paradigma Dasar

Kunci kemajuan swasta terletak pada relevansi sistem yang terus berkembang oleh persaingan. Berbeda dengan sistem konvensional yang cenderung berpatokan pada standar baku terproteksi otoritas. Penerapan ITC merupakan implementasi sistem swasta yang diadaptasikan pada berbagai program pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian ITC terus mengembangkan relevansi agar tetap memiliki daya saing.

2. Equality

Mengedepankan kemitraan menyeluruh antara manajemen, masyarakat, pemerintah dan berbagai stakeholder. Dengan kemitraan tersebut diharapkan masing masing pihak menyadari pentingnya mencapai visi bersama sesuai ranah kinerja masing masing.

3. Integrasi Kinerja dan Kemandirian

Mengedukasi dan melibatkan masyarakat disetiap lini manajemen baik pemasaran, pengembangan usaha, kemampuan menjalin hubungan hingga manajemen olah data analisa. Dengan pelibatan tersebut diharapkan masyarakat semakin cakap mengelola aset mereka sendiri dengan lebih mandiri. Kemandirian tersebut memungkinkan program semakin berkembang tanpa harus terus menerus mendorong masyarakat

KAIDAH PENERAPAN

1. FLOW : Flexiben On Wealth

Mengedepankan hasil optimal sesuai visi dan misi daripada sebatas merunut budaya kerja. Selalu menggunakan cara cara yang lebih akurat, efektif dan efisien sesuai perkembangan.

2. KISS : Keep It Stupid Simple

Aplikasi SMK didesain sesederhana mungkin dan mudah diterapkan dalam berbagai program pemberdayaan. SMK didesain agar mudah ditiru dan diturunkan ke masing generasi kinerja (duplikasi). Dengan demikian program bisa berjalan secara otomatis tanpa perlu terlalu banyak di didorong

3. CARE : Coordinated, Advantage, Responsibility and Evaluated

Meski didesain sederhana, SMK juga memiliki tingkat kerumitan tersendiri dalam memanajemen peluang atau resiko di setiap variable, mengedepankan jalinan koordinasi, menekankan perbaikan dan pengembangan sesegera mungkin, serta terus memodifikasi pendekatan pendekatan paling realistis. SMK ibarat komponen sebuah ponsel. Semakin canggih komponen didalamnya, semakin banyak fitur dan kemudahan yang ditawarkan.

4. LITTLE : Leave it to the Learners Expert

Serahkan sepenuhnya pada masyarakat. Kinerja cukup memantau, mengukur dan menyelesaikan tiap masalah yang ada. Sistem memiliki integrasi masing masing variabel yang terencana dan saling berkaitan. Dengan demikian diperlukan kesadaran untuk tidak merubah jalur (intervensi) dengan berbagai kepentingan jangka pendek diluar komponen. Penyimpangan satu komponen mempengaruhi kinerja komponen lain.

VIII. PEMETAAN MASALAH

METODOLOGI FUNGSI

Pemetaan masalah menjadi tahap terpenting pra realisasi program yang memiliki dua fungsi berdasar penempatan. Fungsi pertama adalah strategi prediktif dalam menganalisa kekuatan sumberdaya dan

(14)

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 14 informasi. Mengukur, memprediksi berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai dasar efisiensi kinerja paling akurat. Fungsi pertama berlaku sebagai alat bantu pendirian program mulai dari titik nol. Fungsi ke dua sebagai media diagnosa permasalahan manajemen program yang sudah ada. Pemetaan ITC memudahkan olah kaji akar permasalahan dalam menemukan solusi tepat paling akurat, efektif dan efisien.

Kebanyakan metodologi pemetaan menggunakan pola konvensional yang cenderung membahas permasalahan satu persatu. Metode tersebut selain kurang efektif, juga minim efisiensi waktu dan sumberdaya. Faktor utama terletak pada permasalahan yang terlanjur spill over (tumpah) ke berbagai ranah manajemen. Satu permasalahan manajemen, menimbulkan permasalahan di manajemen lain. Sehingga sesering apapun rapat dan terjun lapangan, belum sepenuhnya menyelesaikan masalah pada inti-nya.

Metodologi pemetaan menggabungkan antara skema Variabel Aspek Kinerja ITC dengan mainframe

PCM (Project Cycle Management Method) (Nevka Co. Ltd., JICA Okinawa). PCM adalah pendekatan yang paling sering digunakan dalam program Ekowisata global termasuk di Indonesia. ITC mengkaji permasalahaan berdasar Variabel Aspek Kinerja di tiga fungsi manajemen penting yang meliputi Operasional, Pengembangan dan Hubungan. Berbagai permasalahan yang ada dikelompokan dalam masing masing fungsi manajemen. Dengan pengelompokan tersebut dapat dirunut akar masalah di masa lalu sekaligus prediksi permasalahan di masa depan. Di tahap selanjutnya, berbagai permasalahan dimasukan dalam kerangka kerja PCM agar ditemukan solusi paling akurat, efektif dan efisien. Di bawah adalah contoh permasalahan yang umum terjadi dalam program pemberdayaan masyarakat berdasar tiga fungsi manajemen.

DOMINO EFFECT MULTIPLIER Fungsi

Manajemen Domain Gejalan Umum (Simtom)Pengelompokan Permasalahan Fenomena Umum Manajemen

Operasional KelemahanKinerja Operasional

Pelayanan kurang memuaskan Cednderung minim etika layanan Kinerja Kurang terarah Minim penerapan SOP yang tepat, kinerja cenderung

tumpang tindih & rentan konflik Kelemahan

Kinerja Keuangan

Minim akuntabilitas & transparansi Rentan penyelewengan dana, boros Mengejar profit jangka pendek Eksploitatif dan minim perhatian pada asset. Minim

perhatian atas efek pada program ke depan Manajemen

Public Relation KelemahanAfiliasi dan Pemasaran

Minim rekanan Minim kerjasama dengan swasta, cenderung kurang membaca peluangjalinan kerjasama potensial Minim Reputasi Minim kemampuan menyuguhkan nilai tawar Minim Jaringan Ruang lingkup pemasaran sempit Manajemen

Minim Efisiensi Pemasaran Pengeluaran anggaran promosi tidak sesuai target penjualan yang diharapkan

Minim Inovasi Kinerja Birokrasi Cenderung masih menggunakan cara kerja yang kurang relevan hadapi permasalahan baru, kurang fleksibel Minim Inovasi Produk Minim pembaharuan produk sesuai market demand.

Kurang pembaharuan daya saing

(15)

Program

Jangkauan pasar sempit, kurang diperhitungkan workshop, database dan

teknologi pendukung

Belum tersedia Sistem Manajemen Kinerja

Prodexa Business Partner Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata 15

HIERARKI PROBLEM ANALYSIS

Jurnal Manajemen Teknologi

Di gali lebih dalam lagi, berbagai program

minim penerapan Sistem Manajemen Kinerja

yang tepat sebagai mesin penggerak usaha Sistem konvensional minim orientasi

pada kualitas SDM dan minim komponen pendukung sistem Pada fase ini mulai terlihat rootcause

Penerapan sistem konvensional di Kebanyakan program yang hanya sebatas memperhatikan ketersediaan SDA, SDM dan Kapital sebagai acuan

realisasi

Efek selanjutnya lebih menyebar lagi sebagai symptom. Dari sinilah terlihat faktor faktor permasalahan penyebab kurang berjalannya sebuah program. Di urai lagi permasalahan berefek pada kelemahan di masing masing lini. Permasalahan terlalu lebar untuk diselesaikan satu persatu

(16)

PENYELESAIAN MASALAH

Langkah awal penyelesaian adalah mengumpulkan berbagai komponen Realisasi. Menggunakan sistem sebagai patokan kebutuhan bertujuan agar pengumpulan komponen lebih terarah, lebih akurat, efektif dan efisien. Komponen tersebut dibagi menjadi dua perspektif, yaitu komponen fisik serta komponen sistem.

Aspek Variabel Keterangan

SDA Umum Sumberdaya Alam yang umum dimiliki sebagai asset produksi maupun jasa Spesifik Sumberdaya Alam yang jarang dimiliki, hanya dimiliki daerah daerah tertentu

Su

Badan khusus yang terdiri dari berbagai tenaga ahli, manajemen memiliki fungsi penting sebagai nahkoda realisasi proyek

Organisasi/ Komunitas

Perpanjangan tangan masyarakat. Komunitas menjadi tenaga kerja utama yang secara langsung mengoperasikan berbagai kinerja operasional. Dengan penggunaan komunitas, maka mudah mengontrol kinerja masyarakat sekaligus spesialiasi masing masing tim.

Jaringan

Afiliasi Pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas proyek nantinya. Stakeholder menjadipenting sebagai media percepatan realisasi usaha.

Su

Pendek Dana yang dikucurkan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek yangmeliputi dana operasional, inventaris tidak tetap dan sebagainya. Sumberdaya berasal dari dana mandiri masyarakat, alokasi dana usaha, sponsorship hingga bantuan pemerintah.

Jangka Menengah

Dana yang dikucurkan dalam memenuhi kebutuhan jangka menengah yang meliputi sub-project, maintain dan pengadaan asset jangka pendek dan sebagainya. Sumberdana berasal dari pinjaman (banking), investment jangka pendek hingga hibah dari berbagai pihak.

Jangka

Panjang Dana yang dikucurkan dalam memenuhi berbagai keperluan jangka panjangyang melipui main project, infrastruktur, mega project, development and expansion serta keperluan jangka panjag lain. Sumberdana berasal dari alokasi khusus APBD, investment hingga lembaga keuangan internasional.

K program. Sedangkan Isu menjadi aspek penting sebagai acuan pengambilan peluang atau mengurangi resiko

Literatur Komponen penting pengembangan SDM dan manajemen sumberdaya. Literatur berasal dari berbagai sumber akademik, dari jaringan hingga manifestasi pengalaman kinerja operasional.

Teknologi Teknologi meliputi berbagai hal hal baru yang bisa diberdayakan baik dalam bentuk software, hardware, jaringan hingga instrument keilmuan

En

p Soft Skill Komponen penting pengembangan usaha yang jarang diperhatikan. Soft skill

meliputi leadership, manajeme peluang dan resiko, decision making, ilmu komunitkasi, public relation dan soft skill lainnya

Mentalitas Komponen penting yang menentukan sikap personal bekerja. Mentalitas terdiri dari visi, integritas, persistensi, disiplin, tanggung jawab dan lain lain

Ja

ri-ng

an

Kualitas Kualitas kualitas yang bekerjasama dalam proyek nantinya, semakin berkualitas jaringan (stakeholder) yang bergabung, proyek semakin berjalan sempurna Ruang

Lingkup Ruang lingkup jaringan menentukan kualitas proyek. Semakin luas jaringanyang berafiliasi dengan proyek, semakin leluasa pengembangan proyek nantinya.

ITC berfungsi sebagai mesin penggerak yang memadukan berbagai kompoen realisasi tersebut dalam satu kesatuan kinerja. Dengan pemetaan masalah, ITC memudahkan penyelesaian dari langkah yang paling sederhana. Terdapat tiga tahapan penyelesaian yang meliputi pondasi manajemen, implementasi kinerja sistem serta integrasi.

(17)

Program

Jangkauan pasar luas dan memiliki ruang dalam

marketshare workshop, database dan

teknologi pendukung kunci di setiap

lini

Tersedia berbagai komponen realisasi Penerapan Sistem Manajemen Kinerja

1. Pondasi

2. Imple

3. I

Tersedia Rekanan Kunci di setiap kebutuhan proyek Tersedia Komunitas

Operasional

Pondasi Manajemen

Langkah awal mengumpulkan SDM kunci dalam satu wadah manajemen pengembangan tersendiri (Developer). Manajemen berfungsi memetakan berbagai strategi realisasi berdasar sistem. Developer membangun komunitas masyarakat, menjalin rekanan kunci serta menjalankan proyek awal sebagai stimulant

Implementasi

Langkah selanjutnya menggerakkan SDM kunci dalam berbagai kinerja taktis berdasar strategi yang telah dipetakan. Taktik terpenting ITC adalah pembekalan kemandirian dan kecakapan komunitas dalam workshop

Integrasi

(18)

IX.

PONDASI IMPLEMENTASI : PERENCANAAN

VISI DAN MISI

Langkah pertama adalah menentukan Visi dan Misi Program sebagai arah perjalanan program kedepan berdasar sistem. Sebagai perbandingan, kebanyakan program pemberdayaan cenderung menggunakan standar konvensional dalam menentukan Visi dan Misi. Dibawah adalah kesalahan umum yang sering terjadi

A. Syarat Formal

Visi dan Misi bukan sebagai dasar kinerja, melainkan sebatas syarat formal realisasi program kerja organisasi. Model konstruksi cenderung kurang singkron dengan kinerja nyata, bahkan sering berlawanan.

B. Minim Strategi

Sebatas proyeksi (Visi) dan kinerja umum (Misi) tanpa penerapan langkah paling efektif dan efisien dalam bentuk agenda nyata jangka pendek. Model konstruksi cenderung kesulitan dalam membangun Action Plan realistis. Bahkan sering kali sulit menjawab pertanyaan sederhana, “dimulai dari mana dulu?”

C. Minim Dasar

Visi dan Misi kurang memiliki dasar yang jelas. Cenderung sebatas mencontoh daerah lain tanpa mengukur berbagai variabel rasional yang bisa diterapkan. Selain itu, terdapat pula kecenderungan adanya proyeksi introvert. Dalam artian Visi Misi sebatas kajian akademik idealis yang sepenuhnya bersumber pada teori baku.

Integrated Tri - Coordinate menggunakan perspektif standar SMK modern dalam menentukan Visi dan Misi sebagai langkah awal. ITC menggunakan patokan dasar informasi (database) sebagai dasar. Patokan informasi tersebut terdiri dari

A. Situasi Eksternal

Informasi lingkungan luar yang mempengaruhi program. Informasi tersebut meliputi kebijakan pemerintah (regulasi), kondisi industri, kondisi pasar, ruang kompetisi (persaingan) hingga sosial kemasyarakatan.

B. Situasi Internal

Informasi lingkungan dalam perusahaan. Informasi tersebut meliputi produk, kondisi manajemen hingga evaluasi kinerja perusahaan sebelumnya

C. Sumberdaya

Informasi ketersediaan atau potensi sumberdaya yang bisa diolah perusahaan. Sumberdaya tersebut meliputi Sumberdaya Alam, SDM, Permodalan, Sumberdaya Informasi, Jaringan Afiliasi, Pasar Potensial hingga Teknologi dan Infrastruktur

(19)

FRAMEWORK OLAH STRATEGI

Framework (Kerangka Kerja) mutlak diperlukan agar realisasi program memiliki arah yang jelas. ITC menggunakan framework standar SMK modern yang dimodifikasi sesederhaa mungkin agar mudah dikerjakan sendiri oleh masyarakat kedepannya. Dibawah adalah tiga variable utama framework ITC berikut keluaran strategi yang bisa dijalankan.

A. Keterkaitan

Frame keterkaitan mengolah hubungan tiap informasi dari database sebagai sistem acuan kebijakan. Pengolahan keterkaitan meliputi sebab akibat masing variable serta bobot keberpengaruhan didalamnya.

B. Kaji Banding

Informasi dalam database diolah sebagai data perbandingan baik dengan kinerja masa lalu perusahaan (internal), maupun dengan kinerja Kompetitor.

C. Aspek Kinerja

ITC menggunakan frame baku patokan pengukuran kinerja yang harus dipenuhi perusahaan di tiap lini. Aspek Kinerja memiliki variabel yang meliputi Keluaran Organisasi finansial dan non finansial, Manajemen Inovasi, Proses Internal dan Marketing, serta Manajemen Sumberdaya. KELUARAN

Variabel Keterangan

Masterplan Fisik Perencanaan proyek secara fisik, olah berbagai sumberdaya, pemetaan lokasi, pemetaan berbagai asset, fasilitas serta infrastruktur yang dibutuhkan berdasar sistem.

Business Process

Management Pemetaan sistemasi alur kinerja masing masing variabel sumberdaya dalam menghasilkan outcome optimal dengan output efisien. Business Process menentukan variabel aspek kinerja sebagai patokan kebutuhan aktivitas kinerja di tiap lini.

Variabel Aspek

Kinerja Pemetaan berbagai lini kinerja yang dibutuhkan agar prosess bisnis berjalan optimal. Variabel Aspek Kinerja menentukan posisi tiap SDM berikut deskripsi kerja yang disertakan

Struktur

Manajemen Penempatan masing masing SDM sesuai aspek kinerja yang dibutuhkan. Struktur Manajemen menentukan struktur organisasi serta alur instruksi dan koordinasi masing masing SDM di tiap lini manajemen

HRD Requirement Daftar kebutuhan SDM yang menempati tiap posisi dalam struktur manajemen. Berkiblat pada ITC, syarat kebutuhan lebih berlandaskan potensi daripada pencapaian akademik, jabatan di tempat lain atau pengalaman. Dalam artian ITC membimbing SDM mulai dari nol

SOP dan Kode Etik Patokan kinerja berikut etika yang dijalankan SDM dalam menjalankan proses bisnis berdasar variabel aspek kinerja yang ditetapkan. SOP dan Kode etik didesain sesederhana mungkin namum memiliki efek tinggi atas proses bisnis yang berjalan

Remunerasi Standar penghitungan gaji atau kompensasi berdasar kinerja dan tanggung jawab SDM

Reward System Sistem penghargaan prestasi kinerja atau penalti atas penyimpangan penyimpangan

Proyeksi Finansial Keluaran kinerja keuangan meliputi ROE, ROA, NPM, GPM, BEP hingga kalkulasi kapital

Kebijakan

Investment Standar kebijakan penanaman modal. Kebijakan Investasi menentukan kontrak waktu, sistemkerjasama keuangan, acuan regulasi investasi hingga penentuan nilai dividen

Protokol

Kerjasama Berbagai klausul yang disepakati dengan pihak eksternal. Protokol Kerjasama penting sebagai proteksi sistem masing masing pihak tetap di jalur equality (kemerataan)

Action Plan Daftar goal yang dicapai berdasar waktu serta evaluasi hasil kinerja sebelumnya

Agenda Kerja Penentuan agenda kerja nyata dalam meraih tiap realisasi berdasar sistem. Agenda meliputi kinerja harian, mingguan, bulanan, kuartal hingga tahunan.

(20)

X.

INTEGRASI KINERJA

WORKSHOP

Merupakan berbagai upaya pembekalan pra-kinerja SDM yang meliputi proyeksi strategi, pelatihan hingga edukasi. Workshop memiliki fungsi penting peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penanaman mentalitas, pembekalan serta sebagai media penyerapan kualitas budaya kerja demi meraih hasil optimal. Workhop bukan sebatas media briefing dan pembekalan saja. Workshop didesain lebih mirip akademi entrepreneurship dengan materi praktis yang mudah dipraktikan sesuai kebutuhan. Desain materi ITC menggunakan variable metode sebagai berikut

1. Proyeksi dan Evaluasi

Memaparkan pencapaian kinerja sebelumnya dalam bentuk grafik dan outline presentasi yang mudah dipahami dan dikembangkan. Dengan memaparkan hasil tersebut maka dapat dilakukan upaya analisa akar berbagai pemasalahan sebagai dasar mencari solusi bersama. Proyeksi dilengkapi forum tukar pengetahuan, informasi dan pengalaman masing masing divisi kerja. Forum juga menghargai pendapat tiap personal dalam tim bersama-sama menganalisa potensi berbagai potensi peluang dan ancaman sebagai bekal strategi.

Penyusunan strategi dikembangkan dalam proyeksi outcome yang akan dicapai berdasar ranah kinerja masing masing tim. Profesionalisme kinerja tersebut secara neurotik memicu rasa saling memiliki dan melengkapi ranah masing masing.

Proyeksi dan Evaluasi juga menghargai hak masing masing SDM. Disediakan forum khusus manajemen inovasi sebagai wadah menampung kritik, saran dan keluhan berbagai pihak termasuk SDM sendiri. Dengan demikian lmemudahkan metode pengukuran retensi dalam skema manajemen konflik.

2. Edukasi dan Pelatihan

Penanaman berbagai softskill yang meliputi kepemimpinan, Ilmu komunikasi, teamwork hingga manajemen personalitas. Edukasi juga menanamkan pengukuhan mentalitas melalui pemahaman integritas, orientasi jangka panjang, responsibility serta aspek lain pengembangan diri. Dengan pengembangan konsep diri tersebut dapat ditanamkan berbagai wawasan umum maupun khusus sebagai pembekalan kualitas personal. Wawasan tersebut meliputi pengetahuan umum, pengetahuan khusus, psikologi, NLP Praktis hingga ilmu manajemen korporasi. Berbagai penanaman tersebut bertujuan memperkuat mentalitas kinerja lebih mandiri dan selalu inovatif.

Metode selanjutnya adalah pelatihan berbagai kinerja teknis yang bisa dijalankan. Pelatihan tersebut bisa berasal dari hasil proyeksi dan evauasi ataupun berasal dari tenaga ahli eksternal sesuai kurikulum yang telah tersusun. Pelatihan juga menyentuh kinerja teknis spesifik. Kinerja tersebut peliputi ilmu akuntansi, manajemen finansial, public relation, manajemen olah data, Business Development hingga Marketing Development.

(21)

CONTOH KURIKULUM DUPLIKASI WORKSHOP

Peringkat Level I : Pondasi Awal – Kuartal I Level II : Kuartal I – III Level III : Kuartal III – V

Materi Masyarakat – Komunitas Komunitas – Tim Kerja Komunitas Tim Kerja – Asistensi Developer Paradigma Motivasi dan Paradigma Dasar Paradigma Wawasan Umum Paradigma Wawasan Spesifik

Manajemen Dasar Dasar Teknis Kinerja Operasional Teamwork Manajemen Manajemen Organisasi

Pengembangan Diri Motivasi dan Paradigma Dasar Materi Pengembangan diri Umum Dasar Ego State Management

Ilmu Personalitas Motivasi dan Paradigma Dasar Manajemen Personalitas Praktis Dasar Neuro Linguistic Program

Teknis Kinerja Dasar Teknis Kinerja Operasional Spesifikasi Kinerja Operasional Dasar Pemetaan Implementasi Taktis

Komunikasi Motivasi dan Paradigma Dasar Dasar Dasar Ilmu Komunikasi Dasar Dasar Public Relation

Human Research D. Dasar Teknis Kinerja Operasional Dasar Komunikasi dan Personalitas Dasar Ego State Management

Marketing Develop. Dasar Teknis Kinerja Operasional Dasar Dasar Praktis Pemasaran Pemetaan Pemasaran Taktis

Manajemen Finansial Dasar Teknis Kinerja Operasional Dasar Dasar Akuntansi Praktis Manajemen Akuntansi Praktis

Leadership Motivasi dan Paradigma Dasar Materi Pengembangan Diri Umum Manajemen Leadership Taktis

Investasi Motivasi dan Paradigma Dasar Dasar Investment Responsibility Manajemen Akuntansi Taktis

Auditing Motivasi dan Paradigma Dasar Dasar Investment Responsibility Internal Auditing Taktis

Research and Dev. Motivasi dan Paradigma Dasar Pendalaman Potensi Sumberdaya Dasar Manajemen Olah Data

Kualitas Personal Motivasi dan Paradigma Dasar Dasar Manajemen Ego dan Emosi Pendalaman Intelejensia Empiris

Spesifik Komunitas Dasar Teknis Kinerja Operasional Dasar Spesifikasi Komunitas Pendalaman Spesifikasi Komunitas

Presentasi Motivasi dan Paradigma Dasar Pelatihan Presentasi one in one Pelatihan Public Speaking

Wawasan Institutif Motivasi dan Paradigma Dasar Manajemen Birokrasi Institutif Dasar Dasar Ilmu Politik Taktis

Berbagai kurikulum materi disajikan sesederhana mungkin sesuai kemampuan masyarakat. Poin poin materi mengambil standar praktis minim teori akademik. Berbagai keilmuan mengambil dasar dasar standar ilmu yang digunakan korporasi modern. Diusahakan materi fleksibel dengan dasar kemampuan personal. Materi bersifat pengembangan minat dan pengalaman personal yang sudah ada sebelumnya.

Model kenaikan peringkat bukan menggunakan standar ujian. Melainkan dari prestasi yang diukur berdasar system. Dengan menduplikasikan berbagai kemampuan bertingkat, maka masyarakat memiliki kecakapan dan pengembangan kemandirian.

Berbagai materi sebatas contoh proyeksi. Kedepannya terdapat penambahan atau pengurangan materi sesuai kebutuhan.

(22)

ASISTENSI

SDM kunci Developer memiliki peran vital mengarahkan kinerja masyarakat agar berjalan sesuai sistem. Developer membuka akses awal yang selanjutnya dijalankan masyarakat. Memberi contoh praktis atas kinerja sekaligus mendampingi kinerja melalui perbaikan sesegera mungkin. Developer memiliki Struktur Manajemen sebagai berikut

Public Relation Perspekti

f Variabel Keterangan

General

Task Networking Fungsi perencanaan/outline kebutuhan jaringan ataupun stakeholder berikut protokol dan klausul kerjasama yang disertakan. Public Affair Mengawali hubungan, lobi, pendekatan personal dengan berbagai afiliator.

Menjaga keharmonisan internal dengan rekanan eksternal

Press Agentry Pengamatan dan olah data atas informasi atau isu dalam menjaring peluang sekigus prefentif ancaman sebagai bekal strategi. Fungsi broadcasting, soft news. Secara publik mendampingi komunitas menaikan reputasi usaha. Internal

Relation Workshopping Sebagai pemateri khusus kinerja hubungan masyarakat dan komunikasi, sekaligus membangun hubungan dengan pemateri workshop eksternal Auditor Pengawasan kinerja masyarakat sebagai laporan kualitatif. Prefentif atas

penyimpangan serta rekomendasi promosi dan reward system

Coordinator Koordinasi afiliator pendukung Internal, semisal keuangan/perbankan, delegesi laporan kinerja keuangan pada investor, pada pemerintah atau pada rekanan Crisis Management Mediator permasalahan Internal, menjaga keharmonisan hubungan antar

masyarakat. Membangun forum penyelesaian tiap permasalahan hubungan Bussines

Support Integrated MarketingEdified Join program kinerja pemasaran melalui berbagai variabel kinerja humasMembangun citra pengembangan project, sebagai pembuka kinerja Coordinator Koordinasi stakeholder pendukung pengembangan, misal media, vendor, dll

Bussines Development Perspekti

f Variabel Keterangan

General

Task Research and Dev. Mendampingi dan membangun skill pengembangan masyarakat yang meliputi survey, data gathering, analisis serta manajemen inovasi Teknologi Informasi Menyediakan dan rekomendasi berbagai perangkat pendukung usaha yang

meliputi hardware, piranti lunak/keras, jaringan informasi dan literature Marketing Develop. Olah data analisa pemasaran, membangun cara paling efektif dan efisien yang

bisa dijalankan masyarakat. Integrated

Internal ProviderSistem Analis Menyediakan fasilitas teknologi pendukung kinerja internal, misal software dllMengamati aktivitas traffic data internal dan mengemasnya dalam grafik Integrated

Eksternal

Provider Menyediakan fasilitas teknologi relasi public, semisal PPT, grafik, dll Data Provider Menyediakan kontak on-line/offline/in-line penyalur data kinerja relasi public Network Connect Menghubungkan dengan berbagai jaringan tersedia pendukung kinerja

Manajemen Developer

Asistensi Operasional Asis. Kinerja Public Relation Asisten Pengembang Usaha

Fungsi

1. Riset dan Pengembangan 2. Pengembangan Pemasaran 3. PengembanganTeknologi Fungsi

1. Pengambangan Jaringan 2. Public Affair (Lobi) 3. Press Agentry (Media) Fungsi

1. Manajemen Keuangan 2. Rumah Tangga (GA)

(23)

TAKTIS DAN OPERASIONAL VISI MISI DAN

STRATEGI

STRATEGI TAKTIS

JARINGAN AFILIASI DEVELOPER

DAERAH

REGULASI DAN KEBIJAKAN

PUSAT

KEDINASAN

INVESTMENT

REKANAN

JARINGAN STAKEHOLDER

INSTITUSI PENDUKUNG

ASISTENSI HUMAS ASISTENSI

PENGEMBANGAN ASISTENSI

OPERASIONAL

MASYARAKAT KOMUNITAS

TIM KERJA KOMUNITAS

KOMUNITAS TIM KERJA KOMUNITAS

KOMUNITAS TIM KERJA KOMUNITAS Internal Management (Manajemen Operasional)

Perspekti

f Variabel Keterangan

General

Task FinanceGeneral Affair Menjalankan fungsi keuangan, data akuntansi penyusunan anggaran, dllMenyediakan berbagai fasilitas inventaris, aset dan infrastruktur HRD Fasilitator, instruksi kinerja masyarakat berdasar strategi yang ditetapkan BD. Assist Data Internal Menyediakan data internal pada Business Development

Facilitator Menyediakan fasilitas dan anggaran pengembangan usaha PR Assist Facilitator Menyediakan fasilitas dan anggaran relasi publik

Event Management Menyiapkan berbagai event publishing, workshop, dll

Berbagai pengalaman kinerja diekstrak dalam kurikulum Workshop yang kemudian teraplikasi dalam proyeksi maupun edukasi dan pelatihan. Dibawah adalah ranah awal kinerja Developer sesuai sistem berikut struktur Manajemen yang bisa diterapkan

(24)

MANAJEMEN OLAH DATA

Salah satu fungsi penting developer adalah manajemen olah data. Berbagai kinerja olah data dijalankan bersama masyarakat. Menghargai ide, masukan serta olahan kritik dan saran dari Masyarakat. Dengan penerapan optimaliasi kinerja PR dalam ITC, maka manajemen olah data memiliki metodologi sebagai berikut.

Analisis Situasi Eksternal

Perspektif Variabel Sumber Keterangan

Industri Ekosistem Jaringan, Media Data keseluruhan pelaku usaha sejenis dalam industri Iklim Industri Jaringan, Media Data pergerakan dan perkembangan industri Masyarakat Kultur Sosial History, survey Data budaya masyarakat penyangga tujuan proyek

Demand Survey Data kebutuhan vital masyarakat

Isu terkonsumsi Survey Mengukur Isu yang menggerakkan masyarakat Pemerintah Regulasi/ Kebijakan Jaringan, Media Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan proyek

Iklim Politik Jaringan, Media Isu potensial yang mempengaruhi kebijakan

Teknologi Perkembangan Jaringan, Media Perkembangan teknologi mutakhir yang bisa digunakan Aplikasi Industri Jaringan, Media Teknologi populer yang diaplikasi pelaku industri Infrastruktur Data Infrastruktur Jaringan, Media Catatan perubahan infrastruktur yang tersedia

Anggaran dan UU Jaringan, Media Data aggaran dan undang undang kebijakan infrastruktur Isu rilis Infrastruktur Jaringan, Media Rilisan isu yang mempengaruhi kebijakan infrastruktur

Analisis Pasar dan Analisis Khusus Pergerakan Industri

Perspektif Variabel Sumber Keterangan

Pasar Perkembangan Jaringan, Media Grafik perkembangan pasar

Isu Pasar Jaringan, Media Edaran Isu yang mempengaruhi perilaku konsumen Market Demand Jaringan, Media Data terkini Permintaan pasar

Pergerakan

Industri Daftar Afiliator/Kom.Data bidikan Jaringan, MediaJaringan, Media Daftar keseluruhan afiliator dan kompetitor dalam IndustriData khusus kinerja dan pergerakan afiliator& kompetitor

Evaluasi Kinerja Internal

Perspektif Variabel Sumber Keterangan

Laporan

Finansial Laba RugiNeraca Data InternalData Internal Laporan laba rugi Usaha EkowisataLaporan Neraca akuntansi

Debt Management Data Internal Laporan Hutang, Ekuitas dan Kewajiban Jangka Pendek Manajemen

Proyek dan Proses Operasi

Project List Data Internal Daftar sub-project yang siap terealisasi

Development Data Internal Data perkembangan proyek yang telah dikerjakan Agenda Proyek Data Internal Daftar total proyek yang segera dikerjakan Kualitas Eksekusi Data Internal Kualitas pengerjaan, ketepatan waktu, efisiensi dll Marketing Daftar Klien Data Internal Daftar Klien yang bekerjasama, rekanan, koordinasi dll

Laporan Transaksi Data Internal Laporan transaksi proyek

Data Administrasi Data Internal Data penjualan produk operasional HRD Administrasi HRD Data Internal Update daftar kinerja masyarakat

Data Kinerja Data Internal Laporan kualitas pekerjaan masyarakat

Lap. Khusus Audit Data Internal Laporan khusus kinerja sebagai acuan kebijakan khusus Aset Laporan Aset Data Internal Laporan perubahan asset tetap dan variable

Lapoan Maintain Data Internal Laporan perawatan, penyusutan, kerusakan dll

Daftar Kebutuhan Data Internal Daftar kebutuhan berdasar efisiensi anggaran dan value Aplikasi Teknologi Data Internal Penerapan inovasi yang diaplikasikan dalam operasional SDA Laporan fisik Area Data Internal Data fisik area, luas, kontur, lokasi dan sebagainya

Data Eksternal SDA D.I., Jar., Med. Data legalitas, kinerja competitor dll List Area Potensial Dat. Intl. Media Daftar area potensial proyek lanjutan

(25)

PENGUKURAN KINERJA

Variabel Aspek Kinerja (VAK) adalah klasifikasi berbagai aspek kinerja berdasar tiga perspektif. Komponen tersebut merupakan modifikasi dari standar penyederhanaan Aspek Kinerja berdasar IPMS (Wibisono, 2006). Variabel Aspek Kinerja menjadi salah satu komponen terpenting sebagai media pemetaan, pengukuran kerja, evaluasi serta implementasi strategi.

Developer mengukur berbagai permasalahan yang bersumber baik dari lapangan, laporan maupun hasil audit. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar acuan acuan evaluasi kinerja. Dengan demikian dapat ditentukan berbagai upaya perbaikan dan pengembangan.

Standar Pengukuran Variabel Aspek Kinerja Aspek Variabel Keterangan

l Return on EquityLikuiditas Mengukur tingkat pengembalian modal, tingkat retributif pada PADMengukur tingkat kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek Profitabilitas Mengukur tingkat produktifitas finansial dan efisiensi penggunaan dana Debt Management Mengukur tingkat kemampuan mengontrol resiko hutang

Manajemen Alokasi Mengukur tingkat kemampuan alokasi dana konservasi dan pengembangan

N

al Konservasi Keluaran hasil implementasi kinerja atas kelestaran sumberdaya Afiliasi Mengukur hasil implementasi atas kepuasan masing masing stakeholder Retensi Mengukur hasil implementasi atas kinerja dan kepuasan masyarakat Customer Mengukur hasil implementasi atas kepuasan pelanggan

Development Mengukur implementasi atas Pengembangan berbagai komponen usaha

A

i Inovasi Produk Mengukur Pengembangan berbagai produk yang ditawarkan pada pasar Inovasi Kinerja Mengukur Pengembangan tata cara kinerja, struktur dan dasar kebijakan Manajemen Inovasi Mengukur Kinerja inovasi baik riset maupun tampingan kritik dan saran

Pr

ja Akurasi Kinerja Mengukur tingkat akurasi kinerja berbanding target dan strategi Efisiensi Kinerja Mengukur tingkat efisiensi sumberdaya yang digunakan berbanding hasil Komunikasi Mengukur tingkat pemahaman instruksi berbanding implementasi kinerja

Pe

m

as

ar

an Market Growth Mengukur tingkat pertumbuhan pasar dan posisi usaha dalam marketshare Efisiensi Promosi Mengukur efisiensi sumberdaya pemasaran berbanding target pencapaian Penetrasi Pasar Mengukur kekuatan penetrasi promosi dan strategi pemasaran

Pr

s Manajemen Isu Mengukur upaya analisis peluang maupun preventif ancaman Reputasi Mengukur kemampuan membangun reputasi dalam industri

K

M KetersediaanMentalitas Mengukur ketersediaan SDM kunci, operasional maupun jaringanMengukur tingkat mentalitas kinerja SDM dan dasar orientasi berdasar visi Kecakapan Mengukur tingkat pengembangan skill, pengalaman dan pengetahuan SDM

Su

Kepemimpinan Mengukur tingkat kepemimpinan masing masing pemimpin dalam tim Budaya Kerja Mengukur tingkat penyerapan budaya kerja masing masing tim Keselarasan Kerja Mengukur kemitraan antar tim, manajemen konflik masing masing tim Teamwork Mengukur tingkat kekompakan kinerja masing masing tim dan antar tim Duplikasi Mengukur tingkat penyerapan sistem sebagai bekal kemandirian

Literatur Mengukur ketersediaan dan pemberdayaan literatur dan kurikulum pelatihan Teknologi Mengukur ketersediaan dan tingkat pemberdayaan teknologi pendukung Aset & Infrastruktur Mengukur ketersediaan dan tingkat pemberdayaan asset dan infrastruktur

(26)

Te

Ruang Lingkup Mengukur ranah jalinan kerjasama baik jenis, area serta jumlah stakeholder Relationship Mengukur tingkat keharmonisan dengan masing masing stakeholder Kualitas Mengukur tingkat pengaruh stakeholder serta manajemen nilai tawar afiliasi

Hasil pengukuran juga diberdayakan sebagai upaya penentuan reward system. Hasil pengukuran menjadi patokan Developer mengukur tingkat kecakapan, mentalitas dan kemandirian SDM operasional (Masyarakat). Patokan tersebut menentukan SDM mana yang layak melangkah pada jenjang selanjutnya dan SDM mana yang perlu mendapat perbaikan atau pergantian posisi. Standar remunerasi (kompensasi) berlandaskan pada hasil kerja berdasar VAK, bukan terbatas pada jabatan atau lama waktu. Dengan demikian terdapat keadilan kemerataan berdasar hasil. Hal tersebut bertujuan mengurangi tingkat kesenjangan yang memicu konflik.

Dibawah adalah contoh detail permasalahan yang umum terjadi dalam berbagai program

l Return on EquityLikuiditas Program cenderung kurang memberi pemasukan retribusi daerahMinim kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek Profitabilitas Keuntungan cenderung diambil segelintir golongan, cenderung boros Debt Management Minim kemampuan mengontrol pinjaman beresiko

Manajemen Alokasi Akuntabilitas dan transparansi kurang jelas

N

al Konservasi Mengejar keuntungan jangka pendek, eksploitatif pada sumberdaya Afiliasi Cenderung mudah kurang terlibat dalam industri, minim rekanan Retensi Masyarakat cenderung kurang puas, semangat kerja menurun Customer Minim kunjungan ulang wisatawan oleh kurangnya pelayanan Development Usaha cenderung kurang berkembang, bahkan makin menurun

A

i Inovasi Produk Kurang memperhatikan pembaharuan, inovasi produk yang ditawarkan Inovasi Kinerja Cenderung masih menggunakan struktur tradisional, minim inovasi kinerja Manajemen Inovasi Kurang mengupayakan riset dan cenderung kurang menindaklanjuti kritik

Pr

ja Akurasi Kinerja Minim implementasi strategi, kinerja kurang terarah

Efisiensi Kinerja Alokasi sumberdaya kurang efisien pada kinerja yang tidak perlu

Komunikasi Cenderung bekerja sendiri sendiri, bahkan mudah bersaing, rentan konflik

Pe

m

as

ar

an Market Growth Perkembangan pasar makin menurun, kurang memiliki marketshare Efisiensi Promosi Pemasaran kurang efisien, segmentasi kurang akurat, hasil kurang sesuai Penetrasi Pasar Minim upaya mendesak pasar, cenderung sibuk di ranah operasional

Pr

s Manajemen Isu Kurang menganalisa peluang maupun potensi ancaman pada usaha Reputasi Kurang mempublikasikan usaha pada umum, kurang terlibat dalam industri

SD

M KetersediaanMentalitas Minim SDM kunci dan jaringan, sebatas tenaga operasional (Masyarakat)Orientasi Jangka pendek, kurang memiliki visi jangka panjang Kecakapan Minim skill, pengetahuan dan pengalaman

Kepemimpinan Minim kemampuan memimpin, bergantung pada program pemerintah Budaya Kerja Minim budaya kerja, cenderung bekerja secara pasif dan reaktif Keselarasan Kerja Rentan konflik, sering muncul persaingan antar kelompok Teamwork Kurang mengedepankan kinerja tim, bekerja kurang terstruktur

(27)

K

ek

ua

ta

n

Su

m

be

rd

ay

a

Su

m

be

rd

ay

a

O

rg

an

is

as

i

Duplikasi Minim penerapan duplikasi, cenderung bergantung dan kurang mandiri

Te

rk

no

&

In

fra

s Literatur Literatur, briefing dan workshop sebatas pada operasional saja Teknologi Minim ketersediaan dan pemberdayaan teknologi pendukung usaha Aset & Infrastruktur Kurang memperhatikan asset, cenderung ekspolitatif dan kurang

perawatan

St

ak

eh

ol

de

r

Ruang Lingkup Ruang lingkup hubungan sempit, baik jumlah rekanan maupun ranah kinerja Relationship Cenderung tumpang tindih dan kurang berpihak pada kinerja masyarakat Kualitas Afiliasi cenderung dengan stakeholder yang kurang tepat, jangka pendek

(28)

DISKUSI

Hasil olahan pengukuran kinerja dan upaya perbaikan berdasar Variabel Aspek Kinerja diekstrak dalam materi diskusi workshop. Metode tersebut umum diterapkan dalam skema Sistem Manajemen Kinerja Korporasi Modern. Poin utama proyeksi terletak pada olah strategi yang dikemas dalam berbagai agenda teknis jangka pendek. Agenda tersebut merupakan hasil evaluasi bersama yang langsung dikerjakan (orientasi tindakan). Metode ITC berorientasi pada keterlibatan masyarakat melalui proyeksi pembahasan bersama. Menampilkan evaluasi kinerja masing masing tim secara psikologis menggerakkan motivasi kinerja masyarakat lebih terarah, professional dan terus berkembang. Diskusi mengedepankan pengembangan mentalitas, pembekalan skill dan pengetahuan serta agenda kerja berdasar target yang paling realibel dicapai sesuai sumberdaya. Salah satu fenomena umum dalam masyarakat adalah sikap protes atas kebijakan melalui kebiasaan gossip atau mengeluh. Sikap tersebut pada dasarnya bersumber dari ketidakpuasan pencapaian pribadi yang dilampiaskan pada pihak lain. Dengan adanya proyeksi, tiap SDM tahu betul kekurangan, kelebihan serta peluang dan ancaman atas kinerja yang bisa dijalani bersama sebagai upaya mengontrol retensi kinerja. Dengan penerapan ITC, diproyeksikan mampu mengelola asset mereka sendiri dengan valuitas ala Korporasi modern.

ROE

Stock and Demand Ratio Quantity Ratio

(29)

XI.

PENUTUP

Pada dasarnya sebagian besar program pemberdayaan masyarakat cenderung minim penerapan sistem yang jelas dan jangka pendek. Bukan hanya program pemberdayaan, kebanyakan Perseroan di Indonesia juga kurang menerapkan sistem yang tepat sebagai navigator arah perkembangan perusahaan. Penerapan Sistem Manajemen Kinerja modern cenderung masih asing di Indonesia. Organisasi masih mengedepankan aset berwujud sebagai acuan keberlangsungan usaha. Sedangkan SMK sendiri merupakan aset tidak berwujud yang pada dasarnya vitalitas organisasi. Berbeda dengan korporasi yang terus menerus mengembangkan SMK sebagai “resep rahasia” daya saing dan pengembangan. Bisa dibayangkan jika resep tersebut diadaptasikan secara praktis dan sederhana dalam berbagai program pengembangan masyarakat.

KAMI MEMBUTUHKAN KETERLIBATAN ANDA

Saya Pribadi dan segenap Tim kerja Prodexa Business Partner, Mencurahkan sebagian besar waktu mempelajari literatur, survey, olah data, praktik manajemen SDM dan mengusahakan pilot project agar ITC bisa terimplementasi di berbagai program pemberdayaan masyarakat seluruh Indonesia. Jurnal ini sebatas gambaran sistem yang hanya mewakili kurang dari satu persen dari keseluruhan komponen. Diperlukan sumberdaya lebih agar ITC lebih sempurna berdasar olah kaji pengalaman. Kami mengharan kebersediaan pembaca terlibat langsung mendewasakan ITC sebagai solusi perekonomian yang bisa dibawa secara nasional.

Cita cita kami sederhana. Kami berharap ITC menjadi solusi pengembangan perekonomian masyarakat yang bisa di bawa secara nasional sebagai dasar regulasi. Dengan demikian ITC membutuhkan berbagai komponen yang meliputi

1. Pengukuhan secara Praktik dan Akademik

Kami merancang ITC melalui berbagai keterbatasan literature dan pengalaman. Kami harap keterlibatan bagi untuk mengkaji ulang berdasar pengalaman akademik maupun praktis di Perusahaan.

2. Integrasi Program Bersama

Kami yakin pembaca adalah pribadi visioner yang concern pada kesejahteraan bersama. Akan tetapi alangkah baiknya jika perhatian tersebut direalisasikan secara nyata dalam tindakan paling efisien. Kami mengupayakan ITC sebagaii dasar penggerak program daerah. Langkah awal kami di mulai di Banyuwangi sebagai daerah yang paling concern atas ekowisata. Kami sudah mempersiapkan berbagai komponen realisasi proyek termasuk sumber pendanaan utama. Sebuah kehormatan bagi kami jika pembaca berkenan mengintegrasikan ITC dengan program yang saat ini pembaca fokuskan

Demikian Jurnal ini sebagai rangkuman pemikiran dan dedikasi kami pada masyarakat. Atas kerjasama dan kebersediaan anda membaca Jurnal ini, kami ucapkan terima kasih

Jurnal Manajemen Teknologi

Banyuwangi, 5th June 2014

Sincerely Your

Rudy Haryanto

(30)
(31)

REFERENSI

- United Nation World Tourism Organization (UNWTO) - HVS China and South Asia and HVS Globality Service - Badan Pusat Statisik Indonesia (BPS), BPS Bali - WWF Indonesia, Green Peace Indonesia

- Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAB), Bappenas - Commision of Sustainable Development (UNEP, 2002)

- Conserving Cultural Heritage for Sustainable Social, Economic and Tourism Development (Bali’s Declaration, July, 14th, 2000

- Sustainable Tourism and Ecotourism (Wood, 2002)

- UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya - UU No. 90 Tahun 1990 tentang Kepariwisatan

- PP No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam

- Keputusan Menhut No. 441/Kptsn-II/1994, Keputusan Menhut No. 441/Kptsn-II/1990, Keputusan Menhut No. 446/Kptsn-II/1996, Keputusan Menhut No. 879/Kptsn-II/1992, Keputusan Menhut No. 447/Kptsn-II/1996. - Karya Tulis Ilmiah Institut Pertanian Bandung, Universitas Gunadarma tentang Ekowisata

- UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan

- Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 39 tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa - Peraturan Bupati Banyuwangi No. 21 tahun 2011 tentang Badan Usaha Milik Desa

- Peraturan Bupati Banyuwangi No. 17 Tahun 2013 tentang Pedoman Pendaftaran Organisasi kemasyarakatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi

- Peraturan Bupati Banyuwangi No. 52 tahun 2011 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi

- Draft keluaran Umum Prosedur Penyusunan AMDAL - UU no. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

- Badan Koordinasi Penanaman Modal, Indonesian Investment Opportunity PPT, Hengky Manurung 2012 - Direktorat Jenderal Keuangan Republik Indonesia

- Keputusan Presiden No. 36 tahun 2010 tentang Daftar Negatif Investasi - Sistem Manajemen Kinerja, Pland Do Check Act (Walter Shewhart, 1930) - Sistem Manajemen Kinerja, Balance Scorecard (Caplan & Norton, 1992)

- Harvard Business Review, Using the Balance Scorecard as a Strategic Management System, Robert Caplan and David P. Norton

- Harvadr Business School, Conceptual Foundation of Balance Scorecard, Robert Caplan 2010 - Canfield School of Management System, Basic Foundation of PMS Used

- Sistem Manajemen Kinerja, Perfomance Prism (Neely)

- Integrated Perfomance Management Sistem (IPMS), Prof. Dr. Ir. Dermawan Wibisono, M.Eng, ITB - K- System, Best of the Best Exclusive Workshop, Singgasana Hotel Surabaya, Ir. Djoko Komara, 2008 - Literasi Website, Blog, Soft News dan Wikipedia

- Public Relation sub discipline, Hubungan Internasional, Universitas Jember 2009 - Analisis Public Relation, PPT, Hubungan Internasional, Universitas Jember 2009 - Conflict Management, PPT, Hubungan Internasional. Universitas Jember 2010 - Sistem Politik Indonesia, PPT, Hubungan Internasional, Universitas Jember 2010 - Analisis S.W.O.T, PPT, Administrasi Niaga, Universitas Jember 2010

- Hypnosis and NLP, Milton J Ericcson, Carl Jung, John Grinder dll - Indonesia Neuro Linguistic Programe, Ronny FR, Hingdranata Nicolay - Indonesia Quantum Hypnosis, Adi W Gunawan

- Laporan Akuntabilitas Kinerja (Lakib) Kabupaten Banyuwangi, IKIP Banyuwangi 2013 - Japan Credit Rating Agency and Fitch Rating, BKPM 2010

- AD/ART, Akte Notaris Grajagan Surf Community No. 81/13.01.84C/2013 - Integrated Triangle Coordinated System (Rudy Haryanto, 2013)

- PCM Handbook, Project Cycle Management System, Nevka Co. Ltd, Oseko Masahiro - JICA Okinawa Training Course

Gambar

Tabel Kelebihan dan Kekurangan Ekowisata
PenjualanGrafik GoalKeseluruhan
Grafik perkembangan pasar

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ergonomi akan dapat meningkatkan produktivitas dan di isisi lain akan memberikan kenyamanan dan keamanan dalam bekerja sehingga karyawan bisa bekerja dengan

Terdapat beberapa penelitian lain yang mempunyai kemiripan dengan penelitian ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Weni Sucipto (2008) dengan judul “Citra

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan permasalahan yang akan diselesaikan yaitu bagaimana merancang sebuah sistem pendukung keputusan dengan

Dilihat dari berbagai tolak ukur yang menunjukkan bahwa suatu desa dapat dikatagorikan sebagai desa tertinggal atau tidak, maka pada tahun 2008 ini ada enam desa di wilayah

Berdasarkan penelitian dari tugas akhir ini diperoleh bahwa, dengan pemasangan kapasitor bank yang sesuai mampu menaikkan faktor daya sistem unit pembangkit diatas 0.9

Dari garik 5.11 tersebut terlihat bahwa karakter distribusi semprotan pada biodiesel murni (100%BD) dan campurannya masih terdapat perbedaan yang cukup signifikan, dimana persentase

Kinerja jaringan umumnya ditentukan dari berapa rata-rata dan persentase terjadinya tundaan (delay) terhadap aplikasi, jenis pembawa (carriers), laju bit

Dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata, dilakukan dengan melalui tahapan dengan menggunakan analisa