• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul Pengembangan Model Pembelajaran Bl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Judul Pengembangan Model Pembelajaran Bl"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Judul : Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning pada Mata Kuliah TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di Program Studi PGMI IAIN Palopo

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan tonggak kehidupan bangsa. Suatu bangsa akan mengalami kemajuan yang pesat apabila didukung dengan sumber daya manusia yang tinggi dan berkualitas. Dalam upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia tersebut, dapat diwujudkan melalui pendidikan. Dimana pendidikan sebagai usaha terencana yang bertujuan untuk mengoptimalkan keterampilan manusia sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,serta mengamanatkan kepada pemerintah agar mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Lebih lanjut, dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 3 menyebutkan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

(2)

Pendidikan yang menjadi acuan dasar untuk pemenuhan standar minimal pendidikan. Adapun standar minimal pendidikan yang ditentukan oleh PP No.32 Tahun 2013 dalam Pasal 2 ayat 1 terdiri atas: (1) Standar Isi; (2) Standar Proses; (3) Standar Kompetensi Lulusan; (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7) Standar Pembiayaan; (8) Standar Penilaian Pendidikan. Dari beberapa standar tersebut, maka standar minimal dari standar proses harus dipenuhi untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas peserta didik. Terkait dengan peran guru sebagai agen pembelajaran, guru dituntut dapat memberikan pembelajaran secara optimal dengan menggunakan berbagai metode dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa. Wina Sanjaya (2010: 14) menegaskan bahwa seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa, termasuk didalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran.

(3)

diharapkan dapat mengkonstruksikan ide-ide dan pengetahuannya untuk meningkatkan kompetensi.

Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran mata kuliah TIK baik teori maupun praktik telah dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat oleh dosen, namun keterbatasan sarana praktikum merupakan salah satu kendala yang dirasakan oleh dosen, meskipun fasilitas jaringan internet yang ada cukup memadai dilengkapi dengan tersedianya web kampus dan fasilitas e-learning yang terintegrasi namun semua itu belum dioptimalkan dalam penggunaannya, sehingga mau tidak mau dosen harus memikirkan upaya lain untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu cara meningkatkan kompetensi mahasiswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah dengan mengembangkan model pembelajaran, untuk permasalahan ini akan dikembangkan sebuah model pembelajaran yaitu blended learning.

Konsep blended learning adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mencampurkan pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran seperti pencampuran pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online learning atau pencampuran pembelajaran informal dengan pembelajaran formal. yang dimaksud dengan blended learning dalam pengembangan ini adalah pencampuran tatap muka dan online karena pembelajaran online merupakan salah satu kebaruan yang terjadi di dalam pembelajaran dan berdasarkan pada kebutuhan peserta didik.

B. Tujuan Pengembangan

Tujuan pengembangan adalah 1) Mengembangkan model blended learning yang valid untuk mata kuliah TIK pada Program Studi PGMI IAIN Palopo dan 2) Mengembangkan model blended learning yang praktis dan efektif untuk mata kuliah TIK pada Program studi PGMI IAIN Palopo

(4)

KAJIAN TEORITIK

A. Landasan Teori

a. Pengembangan Model Pembelajaran

Pengembangan model pembelajaran merupakan kegiatan mengembangkan model pembelajaran yang telah ada dengan memberikan variasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran ini dilakukan dengan mengembangkan model pembelajaran konvensional menjadi model pembelajaran blended learning. Adapun pengembangan model pembelajaran ini dibatasi pada pengembangan perencanaan pembelajaran dengan model blended learning. Pengembangan model ini dimulai dengan perencanaan yang mencakup kegiatan merencanakan perangkat pembelajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam pembuatan rencana ini dibatasi pada materi pengoperasian perangkat lunak presentasi pokok bahasan editing dan animasi interaktif pada slide presentasi.

(5)

produk hasil pengembangan dapat digunakan dalam pembelajaran. Apakah pengembangan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat dan konsisten (valid), apakah pengguna menyatakan apa yang dikembangkan dapat diterapkan (praktis) dan apakah secara operasional memberikan hasil sesuai dengan harapan (efektif). Jika melakukan pengembangan karena motif keuntungan, memang lebih ditonjolkan pada produktifitas. Jelasnya, jika melakukan pengembangan dalam pembelajaran maka pengukuran yang dilakukan adalah uji validitas, uji praktikalitas dan uji efektifitas.

Selain itu model dikatakan valid, menurut Nieven (1999:127), apabila model itu konsisten, selanjutnya suatu model dikatakan praktis apabila model dianggap dapat digunakan (usable). Kemudian model dikatakan efektif apabila memberikan hasil sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Berkaitan kepraktisan dalam pengembangan, Akker (1999:126) menyatakan kepraktisan mengacu pada pengguna, mempertimbangkan apakah model pembelajaran dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk mengukur kepraktisan, dilakukan dengan melihat apakah produk yang dihasilkan dapat digunakan dan efektif bagi pembelajaran. Sedangkan menurut Akker (1999:126) keefektifan mengacu pada tingkatan pengalaman dan hasil intervensi tujuan yang dimaksud. Ini berarti bahwa keefektifan suatu model pembelajaran dilihat dari kualitas hasil belajar, sikap, dan motivasi peserta didik. Plomp (2007:29) menyatakan bahwa validitas dilakukan melalui penilaian pakar, praktikalitas melalui penilaian pakar dan pengguna dan efektifitas melalui uji coba lapangan. Jadi, validasi dilakukan melalui pertimbangan pakar mencakup validasi komponen model pembelajaran, kepraktisan dapat dinilai dari pengguna tentang komponen model pembelajaran dan keefektifan dilihat dari kualitas hasil belajar, sikap dan motivasi peserta didik melalui percobaan.

(6)

Kata blended learning berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended berarti campuran atau kombinasi, sedangkan learning berarti pembelajaran. Jadi, blended learning bisa berarti pembelajaran campuran. Blended learning, menurut Smaldino (2008:44) ialah pembelajaran hibrid, yaitu mencampurkan dan pengaturan pembelajaran yang divariasikan agar sesuai dan tepat untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Pencampuran tersebut dalam pembelajaran memang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan Smaldino, menurut Graham (2005:5), blended learning adalah sebuah sistem yang mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran berbantuan komputer. Dengan mengintegrasikan penggunaan media berbasis komputer untuk membantu penyampaian materi ajar. Sedangkan Watson (2008) merinci pengertian blended learning sebagai kegiatan pembelajaran yang mengkombinasikan komponen online learning dengan pendidikan tatap muka.

Thorne (2003: 2) dalam Sulihin B.Sjukur (2012) mendefinisikan blended learning sebagai berikut.

it represents an opportunity to integrate the innovative and technologicaladvances offered by online learning with the interaction and participation offered in the best of traditional learning

(7)

pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi secara tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sesuai dengan apa yang dikemukakan Smaldino (2008:44) sebelumnya yang menjelaskan bahwa dalam kegiatan blended learning harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Yaitu ketika peserta didik membutuhkan pembelajaran online, maka dilakukan pembelajaran online. Ketika peserta didik membutuhkan pembelajaran tatap muka, maka dilakukan tatap muka. Dan begitu pula ketika peserta didik membutuhkan pembelajaran online yang dilaksanakan dengan tatap muka atau sebaliknya pembelajaran tatap muka yang membutuhkan online, maka dilakukan pencampuran keduanya. Graham (2005:5) berpendapat bahwa pembelajaran blended merupakan campuran pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran berbantuan komputer. Pengertian Graham ini menunjukkan bahwa pembelajaran tatap muka dilaksanakan dengan bantuan komputer. Sedangkan Watson (2008) menekankan pada online learning, yaitu memperkuat pembelajaran tatap muka dicampurkan dengan pembelajaran online. Jika merujuk pada ketiga pendapat tersebut ada yang beriringan namun ada pula yang berbeda. Misalnya antara Graham dan Watson, yaitu berbantuan komputer dan online. Kedua hal ini secara mendasar hampir sama karena sama-sama berbantuan komputer, namun pembelajaran online lebih menekankan pada pembelajaran yang menggunakan infrastruktur jaringan. Dari perbedaan ini dapat disimpulkan bahwa blended learning merupakan pencampuran tatap muka dengan online learning.

(8)

bervariasi, sehingga peserta didik bisa belajar kapan saja dan dimana saja. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Smaldino (2007: 181) bahwa online learning is the materials are often accessed through a network, including websites, the internet, intranets, CDs, and DVDs. Munir (2009:95) juga menyebutkan bahwa online learning memerlukan pendidik dan peserta didik yang berkomunikasi secara interaktif dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti media komputer dan internet. Selain itu, Darmansyah (2010:207) juga mengemukan bahwa dengan online learning peserta didik bisa berpartisipasi pada web pembelajaran, menanggapi email dan chatting. Dalam menanggapi web pembelajaran, email dan chatting mutlak menggunakan jaringan. Jadi online learning itu adalah pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer, terkoneksi antara satu komputer dengan komputer lainnya agar terjadi interaksi antara pendidik dengan peserta didik.

Model blended learning dipilih sebagai suplemen pembelajaran dengan pendekatan konstruktif karena model ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: (1) memungkinkan peserta didik (mahasiswa) untuk memperoleh bahan ajar yang up to date; (2) dosen dapat mengontrol penguasaan materi yang dikuasai oleh mahasiswa baik dalam pembelajaran tatap muka maupun online; (3) kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK); (4) menuntaskan pembelajaran yang belum tersampaikan dalam pembelajaran tatap muka.

(9)

tetapkan format on-line learning, (4) lakukan uji terhadap rancangan yang dibuat, (5) selenggarakan blended learning dengan baik, dan (6) siapkan kriteria evaluasi pelaksanaan blended learning (Sjukur, 2012). Pertama, menetapkan macam dan materi bahan ajar. Pendidik harus paham betul bahan ajar yang seperti apa yang relevan diterapkan pada mata kuliah yang sebagian dilakukan secara face to face dan secara online atau web based learning.

Kedua, tetapkan rancangan dari blended learning yang digunakan. Rancangan pembelajaran harus benar-benar dirancang dengan baik dan serius, dan juga harus melibatkan ahli e-learning untuk membantu. Hal ini bertujuan agar rancangan pembelajaran yang dibuat benar-benar relevan dan memudahkan sistem pembelajaran face to face dan online, bukan malah mempersulit siswa ataupun tenaga kependidikan lainnya dalam penyelenggarakan pendidikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan pembelajaran blended learning adalah (a) bagaimana bahan ajar tersebut disajikan, (b) bahan ajar mana yang bersifat wajib dipelajari dan mana yang sifatnya anjuran guna memperkaya pengetahuan, (c) bagaimana siswa bias mengakses dua komponen pembelajaran tersebu, (d) faktor pendukung apa yang diperlukan, misalnya software apa yang digunakan, apakah diperlukan kerja kelompok atau individu saja.

Ketiga, tetapkan format online learning. Apakah bahan ajar tersedia dalam format PDF, video, juga perlu adanya pemberitahuan hosting apa yang dipakai oleh guru, apakah Yahoo, Google, Facebook, atau lainnya.

(10)

Kelima, menyelenggarakan blended learning dengan baik. Sebelumnya sudah ada sosialisasi dari guru atau dosen mengenai system ini. Mulai dari pengenalan tugas masing-masing komponen pendidikan, cara akses terhadap bahan ajar, dan lain-lain. Guru atau dosen disini bertugas sebagai petugas promosi, karena yang mengikuti penyelenggaraan blended learning bias dari pihak sendiri dan bahkan dari pihak lain.

Keenam, menyiapkan kriteria untuk melakukan evaluasi. Contoh evaluasi yang dilakukan adalah dengan (a) Ease to navigate, (b) Content/substance, (c) Layout/format/appearance, (d) Interest, (e) Applicability, (f) Cost-effectiveness/value.

Ease to navigate, seberapa mudah siswa bisa mengakses semua informasi yang disediakan di paket pembelajaran. Kriterianya, makin mudah melakukan akses, makin baik.

Content/substance, bagaimana kualitas isi yang dipakai. Misalnya bagaimana petunjuk mempelajari bahan ajar itu disiapkan, dan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan sebagainya. Kriterianya: makin mendekati isi bahan ajar dengan tujuan pembelajaran adalah makin baik.

Layout/format/appearance, paket pembelajaran (bahan, petunjuk, atau informasi lainnya) disajikan secara profesional. Kriterianya: makin baik penyajian bahan ajar adalah makin baik.

Interest, dalam artian sampai seberapa besar paket pembelajaran yang disajikan mampu menimbulkan daya tarik siswa untuk belajar. Kriterianya: siswa semakin tertarik belajar adalah makin baik.

Applicability, seberapa jauh paket pembelajaran yang bisa dipraktekkan secara mudah. Kriterianya: makin mudah adalah makin baik.

(11)

c. Mata Kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Keterampilan Komputer pada mata kuliah TIK yang merupakan mata kuliah dasar wajib di Program Studi PGMI IAIN Palopo dengan menekankan pada penguasaan kompetensi penggunaan aplikasi dasar komputer dari sistem operasi, pengolah kata, pengolah angka dan aplikasi presentasi serta penggunaan internet. Mata kuliah ini disajikan secara teori maupun praktik. Penguasaan kompetensi tersebut menjadi hal yang signifikan dalam pengembangan kompetensi mahasiswa. Setiap kesempatan pembelajaran TIK hendaknya dimulai dengan pengenalan konsep yang dilanjut dengan praktik. Adapun untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan kombinasi pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online dengan mengemas bahan ajar yang sesuai.

B. Rancangan Model a. Syntax

Sintaks merupakan urutan aktivitas pembelajaran. Menurut Joyce, Weil dan Showers (1992:14) sintaks adalah tahap mendeskripsikan model. Misalnya bagaimana memulai atau apa yang terjadi selanjutnya setelah melakukan satu kegiatan. Sintaks perlu dideskripsikan ke dalam rangkaian kegiatan yang disebut dengan tahap-tahap. Oleh karena itu, setiap model memiliki tahap yang jelas dan berbeda agar bisa diterapkan. Begitu juga dengan model blended learning agar dapat diterapkan terlebih dahulu harus memiliki tahap-tahap pelaksanaannya yang jelas

(12)

synthesizing of knowledge. Tahapan seeking of information, mencakup pencarian informasi dari berbagai sumber informasi yang tersedia di TIK, memilih secara kritis diantara sumber penyedia informasi dengan berpatokan pada content of relevantion, content of validity/releability, dan academic clarity. Pengajar berperan sebagai pakar yang dapat memberikan masukan dan nasehat guna membatasi pebelajar dari tumpukan informasi potensial dalam TIK.

Pada tahapan acquisition of information, pembelajar secara individual maupun dalam kelompok kooperatif-kolaboratif berupaya untuk menemukan, memahami, serta mengkonfrontasikannya dengan ide atau gagasan yang telah ada dalam pikiran pembelajar, kemudian menginterprestasikan informasi/pengetahuan dari berbagai sumber yang tersedia, sampai mereka mampu kembali mengkomunikasikan dan menginterpretasikan ide-ide dan hasil interprestasinya menggunakan fasilitas TIK. Tahap terakhir pembelajaran berbasis TIK adalah tahap synthesizing of knowledge adalah mengkonstruksi/merekonstruksi pengetahuan melalui proses asimilasi dan akomodasi bertolak dari hasil analisis, diskusi dan perumusan kesimpulan dari informasi yang diperoleh. Secara lengkap sintaks model blended learning yang akan dikembangkan dirancang sebagai berikut :

Sintaks Peran Dosen

Tahap 1 :

Seeking of information

Pencarian informasi sekaitan dengan materi yang akan dibahas dari berbagai sumber informasi yang tersedia di TIK (online), buku, modul maupun penyampaian/ pendemonstrasian melalui

 Dosen menyampaikan

kompetensi dan tujuan

(13)

face to face di kelas baik teori maupun praktik (Orientasi)

pembelajaran dengan suplemen TIK (e-learning). Kegiatan eksplorasi konsep dapat dilakukan secara individual maupun kelompok

 Dosen memfasilitasi, membantu, dan mengawasi mahasiswa dalam proses eksplorasi konsep, sehingga informasi yang diperoleh tetap relevan dengan topik yang sedang dibahas, serta diyakini validitas/reliabilitas dan akuntabilitas akademiknya. Tahap 2 :

Acquisition of information Menginterprestasi dan mengelaborasi informasi secara personal maupun komunal

( Organisasi dan investigasi )

 Guru membimbing mahasiswa mengerjakan LK / Modul Praktikum dalam diskusi

kelompok untuk menginventarisasi informasi, menginterpretasi dan mengelaborasi konsep menuju pemahaman terhadap topik yang sedang dibelajarkan.

 Dosen mendorong dan

memfasilitasi mahasiswa untuk mengkomunikasikan hasil

interprestasi dan elaborasi ide-ide secara tatap muka (face to face) maupun menggunakan fasilitas e-learning, secara kelompok

maupun personal.

 Dosen men-scaffolding

(14)

LK Praktikum baik secara personal maupun dalam kelompok

 Dosen menugaskan mahasiswa untuk mengelaborasi penguasaan konsep melalui pemberian tugas individu maupun kelompok yang dapat diakses melalui fasilitas e-learning

Tahap 3 :

Synthesizing of knowledge Merekonstruksi pengetahuan melalui proses asimilasi dan akomodasi bertolak dari hasil informasi yang diperoleh melalui pertemuan tatap muka maupun online learning (Presentasi, analisis dan evaluasi)

 Dosen menjustifikasi hasil

eksplorasi dan desain presentasi mahasiswa dan bersama-sama menyimpulkan

 Guru membantu mahasiswa menyesaikan project kelompok melalui online learning

 Guru mendampingi siswa dalam mengkonstruksi/merekonstruksi konsep materi yang dibelajarkan

b. Sistem pendukung

(15)

mengaplikasikan perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi yang dibutuhkan dalam implementasi model pembelajaran. Administrator jaringan dan e-learning yang siap melakukan update dan maintenance terhadap layanan web e-learning, media pembelajaran berupa modul dalam bentuk hardcopy dan softcopy, serta mahasiswa yang telah dibekali keterampilan menggunakan perangkat pendukung pada saat tatap muka di kelas teori dan praktik.

c. Prinsip Reaksi

Pengembangan model blended learning juga dilihat berdasarkan prinsip reaksi, yaitu bagaimana sikap pendidik terhadap peserta didik. Hal ini hampir sama dengan sistem sosial yaitu kesinkronan dalam melakukan peran masing-masing. Jika sistem sosial menjelaskan peran masing-masing pendidik dan peserta didik maka prinsip reaksi mengatur bagaimana melakukan peran masing-masing. Misalnya, ketika dosen mengucapkan salam saat memasuki kelas, mahasiswa akan menjawab salam tersebut. Dalam model blended learning, ketika dosen menjelaskan materi tertentu maka mahasiswa mendengarkannya dengan seksama; ketika mahasiswa bertanya, dosen menjawab pertanyaan tersebut. Prinsip reaksi model blended terwujud dalam bentuk aturan-aturan perkuliahan. Misalnya, aturan perkuliahan online, aturan perkuliahan tatap muka, bentuk aturan bagi mahasiswa yang menyelesaikan tugas tepat waktu dan yang terlambat, aturan mengenai kesepakatan melakukan diskusi online dan aturan-aturan bagaimana dosen bersikap dalam melakukan setiap langkah dalam blended learning

d. Sistem Sosial

(16)

pergaulan antara dosen dan mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dimensi interaksi sosial jika dikaitkan dengan interaksi dalam pembelajaran adalah hubungan dosen dengan mahasiswa. Unsur-unsur interaksi sosial adalah bahwa hubungan dosen dan mahasiswa adalah pekerjaan. Pendidik mengajar, membimbing dan mengarahkan peserta didik sedangkan peserta didik belajar, sehingga dalam proses pembelajaran menunjukkan suatu hubungan sosial antara keduanya. Kemudian untuk mencapai interaksi sosial yang terjadi di dalam proses pembelajaran didasarkan pada kepentingan, terutama kepentingan peserta didik untuk belajar dan membantu peserta didik mencapai kompetensi setelah melakukan interaksi sesama mahasiswa, dosen, materi ajar dan lingkungan pembelajaran yang terjadi pada proses pembelajaran. Sistem sosial, menurut Joyce, Weil dan Showers (1992:14), dalam sebuah model pembelajaran digambarkan peranan dosen dan mahasiswa, hubungan dan jenis-jenis norma yang dianjurkan. Peranan dosen dalam setiap model berbeda satu sama lainnya.

e. Aplikasi

(17)

model dalam mencapai tujuan pembelajaran. Implementasi model ini direncanakan selama 2 kali pertemuan

f. Dampak Instruksional

Model pembelajaran blended learning ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan pembelajaran yang terbatas oleh waktu tatap muka di kelas serta keterbatasan sarana praktikum di kampus. Model ini juga dapat membantu mahasiswa belajar mandiri baik secara teori maupun praktik, mahasiswa dapat melakukan proses belajar tanpa tergantung pada waktu perkuliahan, mereka dapat mengakses bahan ajar dan berkonsultasi dengan dosen kapan dan dimana saja dengan bantuan akses internet melalui layanan e-learning kampus. Model ini juga dapat mengasah keterampilan mahasiswa dalam menggunakan perangkat TIK yang secara tidak langsung membantu ketercapaian tujuan pembelajaran.

C. Perangkat Model

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Berikut ini adalah salah satu rancangan pelaksanaan pembelajaran yang akan diaplikasikan dalam pengembangan model blended learning ini :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Identitas Mata Kuliah

Mata Kuliah : Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Semester : II / Genap

Fak/Prodi : FKIP / PGMI

(18)

Standar

Kompetensi : Mengoperasikan Software Komputer Kompetensi Dasar : Mengoperasikan software presentasi

B. Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa diharapkan mampu dan terampil melakukan editing hyperlink sederhana

2. Mahasiswa diharapkan mampu dan terampil melakukan editing animasi mutimedia (Insert gambar, diagram, suara dan video) 3. Mahasiswa diharapkan mampu dan terampil melakukan editing

animasi multimedia (insert suara dan video)

4. Mahasiswa diharapkan mampu dan terampil melakukan editing animasi slide dan presentasi yang menarik

C. MATERI

Editing sederhana untuk presentasi berupa : operasi hyperlink, memasukkan media gambar, diagram, suara dan video

D. METODE PEMBELAJARAN

Model pembelajaran blended learning dengan pendekatan konstruktif

1. Pembelajaran Synchronous :

a. Tatap muka : ceramah, demontrasi, praktik dan presentasi) dan

b. Online : Chatting melalui layanan E-learning 2. Pembelajaran Asynchromous :

a. Belajar mandiri (Online) : Menggunakan modul dan contoh dalam format pdf, pptx,flv dan htm)

b. Belajar Kolaboratif (Online) : Forum Diskusi Online

E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

No Kegiatan Deskripsi Ket

1 Kegiatan Pendahuluan Orientasi

 Menyampaikan tujuan pembelajaran

 Apersepsi tentang cara mengaktifkan software presentasi

 Motivasi tentang

pentingnya mempelajari materi editing pada presentasi

Pembelajar an tatap muka

2 Kegiatan Inti Orientasi

 Dosen menjelaskan cara mengakses materi melalui layanan e-learning

kampus

 Dosen mengenalkan dan

(19)

memberi contoh materi tentang tentang editing sederhana pada slide presentasi meliputi hyperlink, gambar dan diagram serta suara dan video berikut animasi slide dan presentasi  Dosen membimbing

mahasiswa mendapatkan informasi dan

mengemukakan pendapat tentang informasi yang didapatkan melalui materi online

Pembelajar an online

Organisasi  Dosen memberi tugas pada mahasiswa untuk membuat produk presentasi yang

melibatkan pengunaan hyperlink, gambar,

diagram, suara dan video serta efek animasi slide dan presentasi dengan bantuan modul dan contoh pada materi online

Pembelajar an online

Investigasi  Mahasiswa login ke layanan e-learning untuk mengakses modul dan contoh sesuai materi  Mahasiswa dapat

berkolaborasi antar mahasiswa dan dosen untuk menggali informasi materi

 Mahasiswa menggali informasi tentang materi melalui sumber belajar media e-learning

 Mahasiswa

mempraktikkan materi modul dan contoh yang didapatkan secara online  Dosen membimbing dan

menjelaskan apabila masih ada materi yang

Pembelajar an online

(20)

kurang dipahami

 Mahasiswa mengerjakan tugas yang telah diberikan Presentasi  Mahasiswa

mengembangkan produknya

 Dosen mempersilahkan mahasiswa yang akan memperesentasikan produknya

 Mahasiswa lain dapat menanggapi dan atau memberi saran

Pembelajar an tatap muka

Analisis  Dosen dan mahasiswa merefleksi hasil

investigasi dan produk mahasiswa yang telah dipresentasikan

 Dosen memberi

kesempatan kesempatan pada mahasiswa yang belum memahami materi

Pembelajar an tatap muka

Evaluasi  Dosen menyimpulkan materi pembelajaran  Dosen menugaskan

membuat tugas mandiri melalui forum diskusi online

Pembelajar an tatap muka

Pembelajar an online

F. ALAT, SUMBER DAN BAHAN

1. Modul teori dan praktikum mata kuliah TIK Program Studi PGMI IAIN Palopo

2. Sumber belajar lain yang mendukung

3. Materi yang tersedia pada layanan e-learning kampus yang terdiri dari modul, video tutorial dan contoh presentasi.

b. LK (Lembar kerja)

(21)

BAB III PENUTUP

Pengembangan model pembelajaran blended learning yang direncanakan ini diharapkan dapat mengatasi permasalah pembelajaran yang selama ini terjadi pada mata kuliah TIK di Program Studi PGMI IAIN Palopo. Selain itu juga pelaksanaannya dapat mengoptimalkan fasilitas web dan layanan e-learning yang selama ini belum dilakukan. Dukungan dari stakeholder kampus juga sangat diharapkan sehingga implementasi model ini dapat berjalan sesuai dengan harapan.

DAFTAR PUSTAKA

(22)

Grant Ramsay. 2001. Teaching and Learning With Information and Communication Technology: Succes Through a Whole School Approach. National Educational Computing Conference, July 25-27. Chicago.

Graham, Charles R. 2005. The Handbook of Blended Learning. Bloomington: Indiana University.

Joyce, Bruce. Weil, Massha. & Showers, Beverly. 1992. Models of Teaching (4th). United Stated of America: Person Education, Inc. Rahmi, Ulfia. 2013. Pengembangan Model Blended Learning pada Mata

Kuliah Desain Pembelajaran Berbasis Komputer (DPBK) di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Negeri Padang. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Pascasarjana UNP.

Referensi

Dokumen terkait

kalau yang muncul dalam pikiran, dalam ingatan itu yang kotor, yang jelek, yang membuat kita tidak senang....

Masyarakat Jawa memang tak lepas dari tradisi warisan leluhur, salah satunya adalah tradisi ruwatan anak-anak Dieng yang berambut gimbal atau gembel (sebutan

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Stock split Terhadap

This action opens the standard Format Cells dialog box, where you can use the options on its six tabs (Number, Alignment, Font, Border, Fill, and Protection) to select all

Seseorang memiliki tujuan mengapa mereka memposting sebuah konten di sosial media, diantaranya adalah 66,67% mengaku sebagai bentuk ekspresi emosi mereka, 14.29% diantara

[r]

Berdasarkan pengamatan peneliti usia pasien yang akan menjalani operasi SC di ruang Kebidanan RS Urip Sumoharjo yang sebagian besar adalah usia 26-35 (usia dewasa), yaitu sebanyak