• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SEKSIO SESARIA (SC) DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT URIP SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SEKSIO SESARIA (SC) DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT URIP SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SEKSIO SESARIA(SC) DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT URIP SUMOHARJO BANDAR

LAMPUNG TAHUN 2015

Desi Ari Madi Yanti1, Sumi Anggraeni1, Apri Sulistianingsih1,Lili Maryanti 2

1 Dosen STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

2 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

ABSTRAK

Prevalensi seksio sesaria (SC) meningkat di seluruh dunia, seiring meningkatnya kejadian SC meingkat pula permasalahan yang ditimbulkan. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah kecemasan dalam menghadapi operasi SC. Salah faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah pendidikan, pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara pendidikan pasien dengan kecemasan pasien pre operasi seksio sesaria (SC) di Ruang Kebidanan RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung Tahun 2015.

Desain penelitian menggunakan desain crosss sectional. Tehnik sampling total sampling

sejumlah 42 orang. Analisis menggunakan Chi Square. Hasil analisis bivariat ada hubungan

antara pendidikan pasien dengan kecemasan pasien pre operasi seksio sesaria (SC) di

Ruang Kebidanan RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung Tahun 2015 (p-value = 0,000).

Saran bagi Rumah Sakit diharapkan Rumah Sakit Urip Sumoharjo membuat SOP tindakan pre operasi sehingga dapatmeningkatkan keterampilan petugas dalam melakukan asuhan keperawatan/ pelayanan kepada pasien pre operasi SC sehingga dapat menekan kecemasan pasien dalam menghadapi operasi SC.

Kata Kunci : pendidikan, kecemasan pasien SC

Abstract

Cesarean section prevalence is increasing worldwide, with increasing incidence of cesarean section also increase the problem passed. One impact anxiety in the face of cesarean section operation. One of the factors that influence anxiety is education. Education is needed to get information. Research objectives determine with preoperative patient anxiety cesarean section in obstetrics hospital room Urip Sumoharjo Bandar Lampung year 2015. Design study using cross-sectional design, sampling technique total sampling number of 42 people. Analysis using chi square. The result of the bivariat analysis there is a relationship between the education of patients with preoperative patien anxiety cesarean section in obstetrics hospital room Urip Sumoharjo Bandar Lapung year 2015 (p-value = 0,000). Advise for hospital are expected to make SOP action Urip Sumoharjo preoperative measures so as to improve the skill of officers in conducting nursing/ care for patients with preoperative SC so as to reduce the patient’s anxiety in the face of SC operations.

Keywords: education, patiens anxiety cesarean section LATAR BELAKANG

Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Persalinan bisa saja berjalan normal, namun tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan dengan operasi atau seksio sesaria (SC). Seksio sesaria adalah

proses persalinan dengan melalui pembedahan

dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi)

dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi

(Salfariani, 2012).

Angka seksio sesaria telah meningkat secara signifikan diseluruh dunia selama dekade terakhir tetapi khusus dinegara menengah dan

(2)

berpenghasilan tinggi. Menurut World Health Organization (WHO) angka persalinan dengan metode SC terus mengalami peningkatakan, rata-rata persalinan SC di dunia mencapai 20%, angka ini tidak berbeda jauh pada beberapa negara lain (Chapman dkk, 2009). Di Amerika Serikat angka kejadian SC pada tahun 2006 adalah 31,1%, di Inggris pada tahun 2009 mencapai 24,6%, di Australia pada tahun 1998 sekitar 21% dan pada tahun 2007 telah mencapai 31% (Kealy, 2010).

Di Indonesia, secara umum jumlah persalinan di

rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20-25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30-80% dari total persalinan (Depkes RI, 2010).

SC berdampak terhadap perkembangan imunitas atau daya tahan bayi yang dilahirkan. Keputusan ibu hamil untuk melahirkan dengan SC walau tidak memiliki kondisi medis, paling banyak disebabkan oleh adanya ketakutan menghadapi persalinan normal, selain itu juga karena faktor usia dan paritas. Salah satu layanan yang ada di rumah sakit adalah layanan pengobatan melalui operasi. Operasi merupakan tindakan yang banyak menimbulkan kecemasan. Kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam baik fisik maupun psikologisnya misalnya harga diri, gambaran diri dan identitas diri (Stuart & Sundeen, 2005).

Kecemasan merupakan emosi subjektif yang membuat individu tidak nyaman, ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon otonom. Kecemasan juga merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2007; Tomb 2004). Kecemasan pada pasien properasi SC penyebabnya bisa karena takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh. Selain itu pasien juga sering mengalami kecemasan

lain seperti masalah finansial, tanggung jawab terhadap keluarga dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan akan prognosa yang buruk dan probabilitas kecacatan di masa datang. Kecemasan pada pasien preoperasi harus diatasi karena dapat menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis yang akan menghambat dilakukannya tindakan operasi (Smeltzer 2002 ).

Perawatan pre operasi yang efektif dapat mengurangi resiko post operasi, salah satu prioritas keperawatan pada periode ini adalah mengurangi kecemasan pasien. Cemas merupakan reaksi normal terhadap ancaman pembedahan. Orang yang sangat cemas dan mencoba menyesuaikan diri dengan kecemasan sebelum operasi sering kali menderita kesukaran pada pasca operasi. Mereka cenderung banyak marah, kesal, dan bingung. Kecemasan merupakan kondisi emosional yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan-perasaan subyektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran, dan ditandai dengan aktifnya sistem saraf pusat serta ditemukan sekitar 80% pasien yang akan mengalami pembedahan mayor mengalami kecemasan (Cunningham, 2006).

Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien, menurut Prof. Dr. Dadang Hawari (2006) mekanisme terjadinya cemas yaitu imunologi atau psiko-neuro-endrokrinolog. Akan tetapi tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini tergantung pada struktur perkembangan kepribadian diri sesorang tersebut yaitu salah satunya adalah tingkat pendidikan. Pasien yang mengalami pembedahan dengan tingkat pendidikan rendah cenderung menunjukan adanya respon cemas yang berlebihan mengingat keterbatasan mereka dalam memahami proses penyembuhan dari kondisi luka bekas operasi yang dialaminya. Jadi pendidikan menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi

(3)

kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan, pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam penyelesaian proses pembelajaran secara formal. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan pengetahuan dan perilakunya juga semakin baik, karena dengan pendidikan yang makin tinggi, maka informasi dan pengetahuan yang diperoleh juga makin banyak, sehingga perubahan perilaku kearah yang baik diharapkan dapat terjadi (Suryani, 2007).

Penelitian Nyi Dewi Kuraesin (2009) tentang faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien yang akan menjalani operasi, diperoleh data dari 31 responden mengalami kecemasan ringan diantaranya responden yang berpendidikan rendah (26,1%),berpendidikan sedang (17,4%), berpendidikan tinggi (23,9%). Terdapat 12 responden yang tidak mengalami kecemasan terdiri dari responden yang berpendidikan rendah (8,7%), berpendidikan sedang (15,2%), berpendidikan tinggi (2,2%), dan hanya 3 responden yangn mengalami kecemaan sedang yaitu responden yang berpendidikan rendah (6,5%). Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang sangat signifikan terhadap kecemasan pasien ketika menjalani tindakan operasi.

RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung merupakan salah satu rumah sakit swasta yang menerima berbagai jenis tindakan operasi baik operasi besar, operasi kecil dan operasi khusus. Salah satunya adalah operasi SC. Berdasarkan data rekam medik RS Urip Sumoharjo periode Januari-Desember 2014 terdapat 302 pasien bersalin dengan tindakan SC dengan rata-rata 26 pasien operasi SC setiap bulannya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Ruang Kebidanan RS Urip Sumoharjo dengan melakukan observasi dan wawancara pada 5 orang pasien yang akan menjalani operasi SC, didapatkan 3 pasien (60%) berpendidikan tinggi (D3 dan sarjana) sedangkan 2 pasien (40%) berpendidikan SMA. Dari ke 5 pasien yang akan menjalani operasi SC, 80% pasien mengungkapkan kecemasannya terhadap tindakan operasi yang akan dijalaninya, bentuk kecemasan yang mereka tunjukkan seperti, pasien mengatakan takut, nyeri, tidak bisa tidur, dan khawatir jika operasi yang telah dilakukan tidak berhasil. Sebagian dari mereka mengalami peningkatan kecemasan ketika mereka memasuki ruangan penerimaan di ruang Instalasi Bedah. Sedangkan 20% pasien menyatakan siap dengan resiko yang akan dihadapi dalam menjalani operasi SC.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui ubungan pendidikan dengan

kecemasan pasien pre operasi Seksio Sesaria(SC)

di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung tahun 2015.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan desain korelasi

analitik dengan pendekatan crossectional.

Populasi dalam penelitian yaitu semua pasien pre

op SCyang dirawat di Ruang Kebidanan RS Urip

Sumoharjo bulan Januari-Maret 2015 yaitu 68 pasien. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 42

orang dengan teknik sampling quota sampling.

kriteria sampel yaitu ibu yang bersedia menjadi responden dan tidak dalam kondisi gawat darurat. Data ini diperoleh melalui pengukuran variabel yang menggunakan kuesioner, variabel-variabel yang diukur adalah pendidikan dan kecemasan pasien. Penelitian ini menggunakan analisis data

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk

melihat distrubusi frekuensi variabel dependent

dan variabel independent. Analisa univariat menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini mencakup pendidikan dan kecemasan.

Tabel 1. Gambaran Pendidikan Pasien Pre Op SC di Ruang Kebidanan RS Urip Sumoharjo

Bandar Lampung Tahun 2015

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Rendah 9 21,4

Sedang 9 21,4

Tinggi 24 57,2

Jumlah 42 100

Data primer (2015)

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui sebagian besar responden yang akan menjalani operasi SC di Ruang Kebidanan RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung Tahun 2015 memiliki pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 24 orang (57,2%).

Tabel 2. Gambaran kecemasan Pasien Pre Op SC di Ruang Kebidanan RS Urip Sumoharjo

Bandar Lampung Tahun 2015 Tingkat

Kecemasan Frekuensi Persentase (%)

Cemas Sedang 14 33,3

Cemas Ringan 16 38,1

Tidak Cemas 12 28,6

Jumlah 42 100

Data primer (2015)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui sebagian besar responden yang akan menjalani operasi SC di Ruang Kebidanan RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung Tahun 2015 mengalami kecemasan ringan, yaitu sebanyak 16 orang

(38,1%).

Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan pendidikan (variabel independen) dan kecemasan (variabel dependen) dengan

menggunakan uji Chi Square. Dikatakan bermakna

apabila nilai p-value ≤ 0,05 dan tidak bermakna

jika p-value > 0,05. Gambaran hasil analisis bivariat akan disajikan dalam sub bab di bawah ini.

Tabel 3. Hubungan Pendidikan Dengan Kecemasan Pada Pasien Pre Op SC di Ruang

Kebidanan RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung Tahun 2015

P-Value Confident

Interval Coefficient Correlation

0,000 0,327-0,827 0,618

Data primer (2015)

Berdasarkan hasil uji statistik analisis

korelasi spearman rank rho, didapatkan bahwa

nilai p-value 0,000 yang menunjukkan nilai kurang

dari alpha (α=0,005). Hal ini berarti bahwa ada

hubungan pendidikan dengan Kecemasan Pada Pasien Pre Op SC di Ruang Kebidanan RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung Tahun 2015.

Berdasarkan hasil nilai coefisien korelasi yang bernilai 0,618 hal ini berarti terdapat korelasi atau hubungan yang kuat antara pendidikan dengan kecemasan dalam menghadapi operasi seksio sesaria.

Pembahasan

Pendidikan juga mempengaruhi proses persalinan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin cepat memahami tentang resiko persalinan yang akan dihadapi. Pada penelitian ini yang paling banyak responden berpendidikan tinggi D3/sarjana sehingga besar kemungkinan bagi mereka untuk dapat

(5)

mengantisipasi resiko pada persalinan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah baginya untuk mengerti dan memahami tentang resiko-resiko yang akan di alami pada proses persalinan yang akan dihadapi, dengan demikian mereka akan cepat pergi ke pelayanan kesehatan seperti Puskesmas atau Rumah Sakit (Prawirohardjo, 2009).

Pendidikan adalah sesuatu yang dapat membawa seseorang untuk memiliki ataupun meraih wawasan dan pengetahuan seluas-luasnya. Orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih rendah (Notoatmojo, 2003).

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian dari Nyi Dewi Kuraesin (2009) sebagian besar berpendidikan rendah (SMP kebawah) 19 responden (41,3%). Sedangkan dalam penelitian ini mayoritas pendidikan responden dalam kategori tinggi (D3/ sarjana).

Kecemasan adalah ketegangan atau perasaan tidak aman dan dikuatirkan yang timbul karena dirasa akan terjadi sesuatu hal yang tidak menyenangkan, tetapi gambarannya sebagaian besar tidak diketahui (Maramis, 2005). Cemas adalah rasa takut terhadap sesuatu yang tidak kita ketahui atau rasa takut pada apa yang akan terjadi. Cemas ini bersifat samar, tidak menyenangkan, dan disertai gejala fisik (Kandouw, 2006). Tanda-tanda yang sering muncul pada responden diantaranya sering bangun pada malam hari, denyut nadi meningkat, gemetar, merasa takut terhadap ruang operasi, peralatan dan takut operasinya gagal.

Hal ini dikarenakan respon cemas seseorang tergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi tantanganm harga diri dan mekanisme koping yang digunakan

(Stuart, 2007) dan juga mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi kecemasannya antara lain dengan menekan konflik, implu-implus yang tidak dapat diterima dengan secara sadar, tak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya (supresi).

Hal ini sejalan dengan penelitian dari Nyi Dewi Kuraesin (2009) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi mayor elektif Di Ruang Rawat Bedah Rsup Fatmawati-Jakarta Selatan, seagian besar dalam kategori kecemasan ringan yaitu sebanyak 31 (67,4%). Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari Kusmarjathi (2011) hasil dari penelitian ini ditemukan sebagian besar responden yaitu sebanyak 22 orang (73,3 %) mengalami kecemasan sedang.

Berdasarkan pengamatan peneliti usia pasien yang akan menjalani operasi SC di ruang Kebidanan RS Urip Sumoharjo yang sebagian besar adalah usia 26-35 (usia dewasa), yaitu sebanyak 26 orang (61,9%) memiliki andil dalam tingkat kecemasan pasien, hal ini sesuai dengan teori dari Stuart (2007) yang menyatakan bahwa usia muda lebih mudah cemas dibandingkan individu dengan usia yang lebih tua.

Selain itu pendidikan yang tinggi (D3/ Sarjana) juga memiliki andil dalam tingkat kecemasan responden, hal ini sesuai dengan teori dari Stuart (2007) dan Tomb (2004) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi baru. Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam menguraikan masalah baru.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Misanah (2007) dengan judul analisa

(6)

faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi elektif di Ruang Kenanga BRSU Dr. H. Soewondo Kendal diperoleh kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi elektif dengan nila p-value 0,005.

Hasil riset yang dilakukan Stuart & Sundden (2007) menunjukkan responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu menggunakan pemahaman mereka dalam merespon kejadian operasi secara adaptif dibandingkan dengan kelompok responden yang berpendidikan rendah. Kondisi ini menunjukkan respon cemas berat cenderung dapat kita temukan pada responden yang berpendidikan rendah karena rendahnya pemahaman mereka terhadap tindakan operasi sehingga membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam merespon kejadaian operasi.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan, peneliti berpendapat bahwa pendidikan sangatlah berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi operasi SC, hal ini dibuktikan dari table 4.3 diperoleh dari dari 9 responden yang berpendidikan rendah dan sedang hanya ada sebanyak 1 (11,1%) yang tidak mengalami kecemasan sedangakn dari 24 responden yang berpendidikan tinggi didapatkan sebanyak 10 orang (41,7%) tidak mengalami kecemasan. Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah sesuatu yang dapat membawa seseorang untuk memiliki ataupun meraih wawasan dan pengetahuan seluas-luasnya. Orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas jika di bandingkan dengan orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih rendah. Sehingga orang yang berpendidikan tinggi akan cenderung bisa menekan tingkat kecemasannya.

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka peneliti menyarankan kepada pihak Manajemen RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung lebih meningkatkan lagi dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang SC secara berkala dan berkesinambungan sehingga pasien dapat mengerti tentang pentingnya dan manfaat dari tindakan SC sehingga hal ini dapat mempengaruhi pasien untuk segera melakukan pengobatan dan diharapkan dengan bertambahnya pengetahuan pasien maupun keluarga dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi operasi SC.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, f. garry dkk. 2006. Obstetric Williams Edisi 2. Jakarta: EGC

Depkes RI. 2010. Laporan Hasil Riset Dasar (RISKESDAS) Indonesia Tahun 2010. Jakarta: Balitbangkes Depkes RI

Hawari, D. 2008. Manajemen stres, cemas, dan

depresi. Jakarta: FKUI

Kandouw. 2006. Anda Terganggu Dengan Cemas?

http://www.medicastore.com/med/ berita.php?id. Diakses tanggal 10 Maret 2015

Kealy, MA, Small RE, Lamputtong P.Recovery after caesarean birth : a qualitative study of women’s accounts in Victoria, Australia. BMC Pregnancy and Childbirth.2010; 10: 47

Misanah. 2007. Analisa Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Elektif Di Ruang Kenanga BRSU Dr. H. Soewondo Kendal. Diakses tanggal 10 Maret 2015

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan perilaku

(7)

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nyi Dewi, K. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Yang Akan Menjalani Operasi Mayor Elektif Di Ruang Rawat Bedah Rsup Fatmawati-Jakarta Selatan. FIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Salfariani. 2012. Faktor Pemeilihan Persalianan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis Di RSU Bunda Thamrin Medan. http: //jurnal. usus. ac.id

Smeltzer S.C & Bare B. G. 2002. Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.

Jakarta: EGC

Stuart . 2005. Principle and Practice of Psychiatric

Nursing. London : Mosby

Stuart, g. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.

Edisi5. Jakarta: EGC

Yani, I. 2008. Pengaruh Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperasi Hernia di RSUD Sragen. FIK Universitas Muhammadiyah Surakarta

(8)

Gambar

Tabel 1. Gambaran Pendidikan Pasien Pre Op  SC di Ruang Kebidanan RS Urip Sumoharjo

Referensi

Dokumen terkait

Studi kasus yang diangkat hanya mengenai struktur bawah abutment dan pilar dengan tujuan mendapatkan besarnya kekuatan terhadap beban kerja yang terjadi, besarnya kebutuhan

[r]

Garis pantai yang dihasilkan dari citra bersesuaian dengan garis pantai dari Peta Laut dan navigasi pada daerah- daerah yang relatif tidak berubah dan tidak bersesuaian

Evaluasi teknis dilakukan terhadap penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan

Ramanda (2014) melakukan penelitian tentang daya serap tanaman semusim jagung di Desa Gumelem Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara.Tanaman jagung dan tanaman lainnya

[r]

Berdasarkan keseluruhan analisis rasio keuangan dapat disimpulkan bahwa PT Pakuwon Jati Tbk mampu mengelola aktiva modal untuk meningkatkan penjualan dan laba

Data pada Tabel 4 tampak bahwa dengan adanya suplementasi daun gamal dan dedak padi pada ternak sapi yang digembalakan pada musim kemarau dapat