• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Mangan (Mn) Dan Seng (Zn) Dalam Air Baku dan Air Reservoir Dengan Metode Kolorimetri di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan Kadar Mangan (Mn) Dan Seng (Zn) Dalam Air Baku dan Air Reservoir Dengan Metode Kolorimetri di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat dialam secara

berlimpah-limpah. Air di muka bumi sekitar 97% merupakan air laut yang tidak dapat

digunakan secara langsung, dan sisanya sekitar 2% diantaranya tersimpan sebagai

gunung es di kutup dan uap air, yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara

langsung, dan air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya o,62%

meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan air tanah, sehingga jika di tinjau

dari segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari

seluruh air yang ada (Effendi, 2003) .

Air juga merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan, sehingga

air merupakan media transport utama bagi zat-zat makanan dan produk

buangan/sampah yang dihasilkan proses kehidupan. oleh karena itu air yang ada

dibumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni, tetapi selalu ada senyawa atau

mineral/unsur lain yang terdapat didalamnya (Achmad, 2004).

Air sangat penting dalam kehidupan kita. Tanpa air kelangsungan hidup

hanya beberapa hari saja. Air merupakan bahan bangunan dari setiap sel,

Kandungan air bagi setiap tubuh sangat bervariasi misalnya jaringan otot sekitar

7,5%, jaringan lemak sekitar 2%, darah sekitar 90%. Air merupakan bahan pelarut

di dalam tubuh dan membantu dalam pelembutan makanan. Suhu tubuh secara

tidak langsung di atur oleh air dengan cara penyerapan melalui paru-paru dan

(2)

(bagi orang dewasa). Setiap individu memerlukan air sekitar 60 liter/hari

(Gabriel, 2001).

Peningkatan kebutuhan manusia, menjadikan beban pengotoran juga

bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai akibatnya saat ini,

sumber air tawar dan air bersih semakin langka. Untuk itu, penetapan kualitas air

bersih di tentukan oleh banyak faktor, seperti ditinjau dari kegunaan air itu

sendiri. Kegunaan air dapat berupa untuk air minum, keperluan rumah tangga,

keperluan industri, irigasi pertanian dan perkebunan, perikanan, rekreasi, dan

lain-lain. Sedangkan kualitas air berdasarkan sumbernya dapat berasal dari air sungai,

air tanah, air hujan, dan sumber air lainnya yang dapat dimanfaatkan

(Situmorang, 2007).

2.1.1 Sumber Air

Jumlah air dialam relatif konstan dan bersirkulasi akibat pengaruh cuaca,

sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologi. Secara umum , siklus

hidrologi diawali dengan air menguap akibat panasnya matahari. Penguapan ini

terjadi pada air permukaan, air yang berada di dalam lapisan tanah bagian atas

(evaporasi), air yang ada didalam tumbuhan (transpirasi), hewan dan manusia

(transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki atmosfer. Didalam atmosfer uap ini

akan menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan

berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan bumi

sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam

permukaan (run off), ada yang meresap kedalam tanah (perkolasi) dan menjadi air

(3)

tumbuhan. Air tanah akan timbul kepermukaan sebagai mata air dan menjadi air

permukaan. Air permukaan bersama-sama dengan air tanah dangkal dan air yang

berada dalam tubuh akan menguap kembali menjadi awan, maka siklus hidrologi

akan kembali terulang (Mulia, 2005).

Sumber air yang umum digunakan pada masyarakat untuk mendapatkan

air bersih:

1. Air Permukaan

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water)

dan air tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai,

danau, waduk, rawa, dan badan air lainnya, yang tidak mengalami infiltrasi ke

bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut

watersheds atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu

badan air disebut limpasan permukaan (surface run off), dan air yang mengalir

disungai menuju laut disebut aliran air sungai (river run off).

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar

bahan-bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya

bersifat asam, dengan nilai pH sekitar 4,2 (Effendi, 2003).

Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama

pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran

industri, dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air

permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan

ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteriologi.

(4)

mengalami suatu proses pembersihan sendiri yakni udara yang mengandung

oksigen atau O2 akan mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air

permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan,

O2 akan meresap kedalam air permukaan (sutrisno dan Susiastuti, 1991).

2. Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke pemukaan bumi yang

kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan kedalam tanah dan mengalami

proses fitrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut,

di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik

dan lebih murni dibandingkan air permukaan.

Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lainnya.

Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami

proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia

sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga

memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding dengan sumber air lainnya.

Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi yang

tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium, logam berat seperti besi

dapat menyebabkan kesadahan air (Chandra, 2006).

Air tanah di bagi menjadi tiga, yaitu:

A. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena proses peresapan air dari permukaan

(5)

tanah akan tetap jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam

terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu

untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah disini berfungsi sebagai

saringan. Di samping penyaringan, pengotoran juga masih berlangsung, terutama

pada air yang dekat dengan permukaan tanah, setelah menemui lapisan rapat air,

air yang akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air ini dimanfaatkan

untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Air tanah dangkal didapat

pada kedalaman 15 meter. Sebagai sumber air minum, air tanah dangkal bila

ditinjau dari segi kualitas agak baik dan kuantitas kurang cukup (Sutrisno dan

Suciastuti,1991).

B. Air Tanah Dalam

Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Dalam

pengambilan air tanah dalam, harus menggunakan bor dan memasukkan pipa

kedalamnya (biasanya antara 100-300m) akan didapat suatu lapis air. Jika tekanan

air tanah ini besar, maka air dapat menyembur keluar, dalam keadaan ini, sumur

ini disebut dengan sumur artetis dan jika tidak dapat keluar dengan sendirinya,

digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air. Kualitas dari air tanah dalam,

umumnya lebih baik dari air dangkal, ini di karenakan penyaringan yang terjadi

lebih sempurna dan bebas dari bakteri (Sutrisno dan Suciastuti,1991).

C. Mata Air

Mata air merupakan air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke

permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, mempunyai kualitas

(6)

3. Air Hujan

Air hujan atau air atmosfer ini didapat dari angkasa karena terjadinya

proses presipitasi dari awan, atmosfir yang mengandung uap air (Azwar,1996).

walau pada saat presipitasi merupakan air bersih, air hujan cenderung mengalami

pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer

dapat di sebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya

karbondioksida, nitrogen, dan ammonia (Chandra, 2006). Maka untuk menjadikan

air hujan sebagai sumber air minum hendaknya saat menampung air hujan jangan

dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.

Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun

bak-bak reservoir, sehingga hal ini mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga

air hujan mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun

(Sutrisno dan Suciastuti, 1991).

2.1.2 Standar Kualitas Air Minum

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan

tidak berbau. Air Minumpun seharusnya tidak mengandung bakteri patogen, tidak

mengandung zat kimia yang mengubah fungsi tubuh, tidak korosif, dan tidak

meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Atas dasar pemikiran

tersebut, dibuatnya standar air minum yaitu peraturan yang memberi petunjuk

tentang konsentrasi berbagai parameter yang diperbolehkan ada dalam air minum

(Slamet, 2013). PERMENKES RI NO.492/MENKES/IV/2010 mengartikan air

(7)

yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Beberapa

parameter wajib yang ada dalam air minum.

1. Parameter Fisika

Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut.

Parameter fisika meliputi kekeruhan, warna, bau dan rasa, padatan total, terlarut,

dan tersuspensi, serta suhu.

1. Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat-zat padat yang tersuspensi, baik yang

bersifat anorganik maupun organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan

batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan tanaman ataupun

hewan (Slamet,2013).

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan

banyaknya cahaya yang diserap dan di pancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat

dalam air. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas. Tingginya nilai

kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas

desinfeksi pada proses penjernihan air (Effendi, 2003).

2. Warna

Warna perairan dapat dikelompokkan menjadi warna sesungguhnya (true

color) yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut. Pada penentuan warna

sesungguhnya, bahan-bahan tersuspensi penyebab kekeruhan sebaiknya

dipisahkan terlebih dahulu, dan warna tampak (apparent color) adalah warna yang

(8)

Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik

seperti ion-ion logam misalnya logam mangan. Oksida logam mangan dalam

perairan dapat menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar

mangan sebanyak 0,05 mg/liter sudah cukup dapat menimbulkan warna pada

perairan (Peavy et al.,1985).

Warna pada perairan dapat diamati secara visual (langsung) dengan

membandingkan warna air sampel dengan warna standar. Air yang memiliki nilai

kekeruhan rendah biasanya memiliki nilai warna tampak dan warna sesungguhnya

yang sama dengan standar (Davis dan Cowell, 1991).

3. Bau dan Rasa

Bau dan rasa pada air minum akan mengurangi penerimaan masyarakat

terhadap air. Air minum yang berbau, selain tidak estetis dapat memberi petunjuk

akan kualitas air (Slamet, 2013). Bau dan rasa terjadi oleh adanya bahan-bahan

organik yang membusuk. Bahan-bahan tersebut berasal dari berbagai sumber,

sehingga intensitas bau dan rasa dapat meningkat, bila di lakukan klorinasi pada

air (Sutrisno dan Suciastuti,1991). Air yang tidak tawar dapat menunjukkan

kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa logam, pahit,

asin, dan sebagainya pada air dapat menimbulkan bahaya serta efeknya

bergantung pada penyebab timbulnya rasa tersebut (Slamet, 2013).

4. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi

Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami

evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu. Padatan tersuspensi total adalah

(9)

terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik. Padatan terlarut total

adalah bahan-bahan terlarut yang memiliki diameter < 10-6 mm yang berupa

senyawa-senyawa kimia (Effendi, 2003).

5. Suhu

Temperatur air dapat mempengaruhi reaksi kimia dalam pengelolaan,

terutama apabila temperatur air sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah

100C-150C, tetapi iklim setempat, kedalaman pipa-pipa saluran air, dan jenis dari

sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. temperatur juga

mempengaruhi secara langsung toksisitas banyak bahan kimia pencemar,

pertumbuhan mikroorganisme, dan virus. Pengaruh temperatur pada kelarutan

tergantung pada efek panas dimana jika panas larutan adalah endotherm, maka

kelarutan meningkat dengan meningkatnya temperatur dan jika panas larutan

adalah eksotherm, maka kelarutan menurun dengan naiknya temperatur (Sutrisno

dan Suciastuti, 1991).

2. Parameter kimia

Kandungan bahan–bahan kima di dalam air berpengaruh terhadap kualitas

air. Beberapa parameter kimia secara umum, yaitu pH (derajat keasaman),

kesadahan, dan kandungan bahan organik dan anorganik.

1. pH (derajat keasaman)

Keberadaan ion hidrogen dalam air menggambarkan nilai pH (derajat

keasaman ), dengan persamaan pH = - log [H+]. Dalam penyediaan air, pH

merupakan satu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat

(10)

dilakukan. pH air minum sebaiknya netral, tidak asam ataupun basa. Kualitas air

minum yang melebihi standar pH yakni lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari

9,2 berakibat korosi pada pipa-pipa air, dan dapat menyebabkan beberapa

senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan (Sutrisno dan

Suciastuti, 1991).

2. Kesadahan

Kesadahan air diartikan sebagai gambaran kation logam valensi dua.

Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun

anion-anion yang terdapat didalam air membentuk endapan atau karat pada

peralatan logam. Air sadah biasanya ditemukan pada air tanah dan kesadahan air

ada yang bersifat sementara yang disebabkan oleh adanya kation-kation dari

kalsium dan magnesium dengan anion bikarbonat, juga air sadah yang bersifat

permanen yang terjadi bila terdapat kation-kation dari kalsium dan magnesium

dengan anion sulfat, nitrat, dan klorida.

Menurut Tebbut (1992), nilai kesadahan tidak memiliki implikasi

langsung terhadap kesehatan manusia. Kesadahan yang tinggi dapat menghambat

sifat toksik dari logam berat karena kation-kation penyusun kesadahan (kalsium

dan magnesium) membentuk senyawa kompleks dengan logam berat tersebut. Air

permukaan biasanya memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil dari ada air tanah.

Menurut PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010, batas maksimum

(11)

3. Kandungan bahan organik dan anorganik

Adanya bahan organik dalam air dapat menimbulkan perubahan fisik pada

air seperti warna, bau dan rasa, dan kekeruhan. Standar kekeruhan bahan organik

maksimal dalam air minum yang di perbolehkan adalah 10 mg/L (Sutrisno dan

Suciastuti, 1991).

Senyawa anorganik terdiri atas logam dan logam berat yang pada umumnya

bersifat toksik. Bahan kimia anorganik dalam bentuk asam, garam, dan logam

yang dianggap toksik seperti Pb, Cd, Hg dalam kadar tinggi dapat menyebabkan

air tidak enak untuk diminum (Darmono, 2001). Senyawa anorganik biasanya

berasal dari limbah domestik dan industri (Effendi, 2003).

3. Parameter Mikrobiologi

Parameter mikrobiologi pada air minum yakni air minum yang tidak boleh

mengandung organisme patogen sama sekali seperti bakteri, protozoa, virus,

cacing yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit juga tidak boleh

mengandung bakteri golongan coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan

yaitu 1 coli/100 ml air. Walaupun bakteri coli merupakan bakteri nonpatogen

tetapi bila di temukan diperairan maka air tersebut telah terkontaminasi dan dapat

menyebabkan penyakit dan gangguan kesehatan (Sutrisno dan Suciastuti,1991).

4. Parameter Radioaktif

Parameter selanjutnya yang menentukan kualitas air yaitu parameter

radioaktif. Parameter ini terdiri atas tiga radiasi yakni alpha partikel, beta partikel,

(12)

yang tinggi, pengaruh radioaktif terhadap makhluk hidup bersifat akut, yakni

mengganggu proses pembelahan sel dan mengakibatkan rusaknya kromosom.

Setiap organ tubuh memperlihatkan respon yang berbeda terhadap radioaktif.

Radiasi gamma dapat mengakibatkan defisiensi sel darah putih dalam waktu dua

hari setelah seluruh tubuh mendapat radiasi gamma (Effendi, 2013).

2.2 Logam Berat

Logam adalah elemen dalam larutan yang dapat melepaskan satu atau

lebih elektron dan menjadi kation. Logam berat adalah unsur logam yang

mempunyai densitas > 5gr/cm3. Perbedaan Logam berat dengan logam lainnya

yaitu terletak dari pengaruh yang dihasilkan logam berat bila ini berikatan dan

atau masuk kedalam tubuh organisme hidup. Logam berat biasanya menimbulkan

efek-efek khusus bagi makhluk hidup. Semua logam berat dapat menjadi bahan

racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup. Hal ini terjadi bila sejumlah

logam mencemari lingkungan. Namun demikian, meski logam berat berbahaya

pada makhluk hidup, sebagian dari logam-logam berat tersebut, tetap dibutuhkan

oleh makhluk hidup (Soemirat, 2003).

Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dibagi menjadi dua

jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, dimana keberadaannya dalam

jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme, namun dalam jumlah

berlebihan, logam tersebut bisa menimbulkan efek toksik. Contoh logam berat ini

adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah

logam berat tidak esensial, dimana keberadaannya dalam tubuh masih belum

(13)

Cd, Pb, Cr, dan lain-lain. Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan

terhadap kesehatan manusia, tergantung pada bagian mana logam berat tersebut

yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam

berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh.

(Widowati,dkk.,2008). Terjadinya toksisitas logam dapat melalui pernapasan,

termakan (melalui saluran pencernaan), dan penetrasi melalui kulit (Darmono,

2001).

2.2.1 Mangan (Mn)

Mangan adalah logam berwarna abu-abu keputihan. Mangan merupakan

logam keras, mudah retak, serta mudah teroksidasi. Mangan berada dalam bentuk

manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Pada perairan dengan kondisi anaerob

akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar yang tinggi, Mn4+ senyawa

mangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat larut. Mangan

valensi dua hanya terdapat pada perairan yang memiliki kondisi anaerob. Jika

perairan kembali mendapat cukup aerasi, Mn2+ mengalami reoksidasi membentuk

Mn4+ yang selanjutnya mengalami presipitasi dan mengendap di dasar perairan.

Kadar mangan pada kerak bumi sekitar 950 mg/kg. sumber alami mangan

adalah pyrolusite (MnO2), rhodocrosite (MnCO3), managnite (MnO3.H2O). logam

mangan biasa digunakan dalam industri baja, baterai, gelas, keramik, cat, dan

bahan celupan. Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/liter atau

kurang, sedangkan kadar mangan pada perairan air tawar sangat bervariasi, antara

0.002 mg/liter hingga lebih dari 4.0 mg/liter, dan pada air minum, kadar mangan

(14)

Meskipun tidak bersifat toksik, mangan dapat mengendalikan kadar unsur

toksik di perairan, misalnya logam berat. Jika dibiarkan di udara terbuka dan

mendapat cukup oksigen, air dengan kadar mangan (Mn2+) tinggi (lebih dari 0.01

mg/liter) akan membentuk koloid karena terjadinya proses oksidasi Mn2+ menjadi

Mn4+. Koloid ini mengalami presipitasi membentuk warna coklat gelap sehingga

air menjadi keruh (Effendi,2003).

Sifat Logam Mangan (Mn)

Mangan adalah logam putih abu-abu, yang penampilannya serupa

besi-tuang. Ia melebur pada kira-kira 12500C. Logam mangan bereaksi dengan air

hangat membentuk mangan (II) hidroksida dan hydrogen:

Mn + 2H2O Mn(OH)2 + H2

Endapan putih

Kation mangan (II) diturunkan dari mangan (II) oksida. Ia membentuk

garam-garam tak berwarna, dan terdapat dalam larutan, warnanya agak merah

jambu, ini disebabkan oleh adanya ion heksakuomanganat, [Mn(H2O)6]2+.

Endapan mangan (II) hidroksida, yang mula-mula berwarna putih:

Mn2+ + 2OH- Mn(OH)2

Endapan putih

Endapan dengan cepat teroksidasi bila terkena udara, menjadi coklat, ketika

terbentuk mangan dioksida berhidrat, MnO(OH)2:

Mn(OH)2 + O2 + H2O MnO(OH)2 + 2OH- (Vogel, 1979).

Mangan (II) dengan mudah teroksidasi menjadi Mn (IV) dalam larutan basa.

(15)

Pengaruh Mangan Pada Manusia

Adanya logam mangan dalam perairan menyebabkan endapan MnO2 akan

memberikan noda-noda pada bahan/benda-benda yang berwarna putih. Adanya

unsur ini dapat menimbulkan bau dan rasa pada minuman. Konsentrasi Mn yang

lebih besar dari 0,5 mg/l, selain dapat menyebabkan rasa pada minuman, juga

meninggalkan warna coklat-kecoklatan pada pakaian cucian. Konsentrasi standar

maksimum yang ditetapkan Dep.Kes.R.I. untuk mangan adalah 0.05 – 0.5 mg/l.

0.05 mg/l merupakan batas konsentrasi maksimal yang dianjurkan, dan 0.5 mg/l

adalah batas konsentrasi maksimal yang diperbolehkan (Sutrisno dan suciastuti,

1991).

Walau mangan merupakan logam berat esensial, namun jika dikonsumsi

dan atau terpapar dalam dosis tinggi akan bersifat toksik. Paparan mangan dalam

debu atau asap maupun gas tidak boleh melebihi 5 mg/m3 karena dalam waktu

singkat akan menimbulkan toksisitas dengan gejala yang ditunjukkan berupa

penggumpalan darah, gangguan kulit, perubahan warna rambut, gangguan sistem

saraf, dan sebagainya. Defisiensi mangan jarang terjadi pada manusia karena

selain kebutuhan mangan yang kecil juga banyak terdapat pada berbagai jenis

pangan nabati. Defisiensi mangan dapat menunjukkan gejala kehilangan berat

badan, gangguan pertumbuhan kuku atau rambut dan lain sebagainya.

(Widowati,dkk., 2008)

2.2.2 Seng (Zn)

Seng adalah komponen alam yang terdapat di kerak bumi. Zn adalah

(16)

bila terkena uap udara, dan terbakar bila terkena udara dengan api hijau terang.

Seng dapat bereaksi dengan asam, basa, dan senyawa non logam. Zn memiliki

nomor atom 30 dan memiliki titik lebur 419,730C. seng di alam tidak berada

dalam keadaan bebas, tetapi dalam bentuk terikat dengan unsur lain berupa

mineral. sumber Zn bisa berupa mineral sphalerit (ZnS), kalamian (silikat), dan

zinkit (ZnO). Logam Zn digunakan dalam berbagai jenis industri, seperti cat,

produk karet, baterai, tektil, obat-obatan, kosmetik dan sebagainya.

(Widowati,dkk., 2008)

Kadar seng pada perairan alami < 0.05 mg/liter. Seng termasuk unsur yang

penting dan berguna dalam metabolisme, dengan kebutuhan perhari 10 – 15 mg.

Dalam jumlah kecil merupakan unsur yang penting dalam metabolisme, karena

kekurangan Zn dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak. Dalam

jumlah besar unsur ini dapat menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum.

Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan oleh Dep.Kes. R. I untuk Zn ini

adalah sebesar 1.0 mg/l untuk batas maksimum yang dianjurkan, dan sebesar 15.0

mg/l sebagai batas maksimal yang di perbolehkan. (Sutrisno dan Suciastuti, 1991)

Sifat Logam Seng (Zn)

Zink adalah logam putih kebiruan, logam ini mudah ditempa dan liat pada

110-1500C. Zink melebur pada 4100C dan mendidih pada 9060C (Vogel, 1979).

Senyawa-senyawa yang mengandung ion Zn2+ biasanya tidak berwarna dan

banyak yang larut dalam air, larutan berair mengandung ion kompleks tidak

berwarna Zn(H2O)42+, yang bisa terhidrolisis dengan kuat. Persamaannya:

(17)

Pengaruh Seng Pada Manusia

Seng merupakan unsur esensial untuk pertumbuhan manusia, hewan,

maupun tanaman. Logam seng sebenarnya tidak toksik, tetapi dalam keadaan

sebagai ion, Zn bebas, memiliki toksisitas tinggi. Meskipun Zn merupakan unsur

esensial bagi tubuh, tetapi dalam dosis tinggi Zn dapat berbahaya dan bersifat

toksik. Pengkonsumsian Zn berlebih dalam jangka waktu yang lama bisa

mengakibatkan defisiensi mineral lain seperti Cu. Toksisitas Zn jarang terjadi

karena konsumsi Zn dari makanan. Hal tersebut biasanya terjadi karena gangguan

pada alat pencernaan dan diare yang diakibatkan oleh minuman atau makanan

yang terkontaminasi oleh peralatan yang dilapisi Zn. Gejala defisiensi Zn antara

lain, pertumbuhan terhambat, rambut rontok, dan sebagainya (Widowati,dkk.,

2008).

2.3 Kolorimetri

Menurut ahli kimia variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya

konsentrasi suatu komponen, membentuk dasar yang disebut analisis kolorimetrik.

Warna biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna dengan

ditambahkannya reagensia yang tepat, atau warna itu dapat melekat dalam

penyusun yang diinginkan itu sendiri. Intensitas warna kemudian dapat

dibandingkan dengan yang diperoleh dengan menangani kuantitas yang diketahui

dari zat itu dengan cara yang sama.

Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan

mengukur absorpsi relatif cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat

(18)

kolorimetri fotolistrik. Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun

buatan umumnya digunakan sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya

dilakukan dengan suatu instrument sederhana yang disebut kolorimeter atau

pembanding warna. Sedangkan kolorimetri fotolistrik biasanya digunakan dengan

cahaya yang dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relative sempit

dengan melewatkan cahaya putih melalui filter – filter, yakni, bahan dalam bentuk

lempengan berwarna yang terbuat dari kaca, gelatin, dan sebagainya, yang

meneruskan hanya daerah spektral terbatas.

Keuntungan utama metode kolorimetri adalah metode ini memberikan cara

sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Kebanyakan

pengukuran kolorimetri terdiri dari pembandingan warna yang dihasilkan oleh zat

dalam kuantitas yang tak diketahui dengan warna yang sama yang dihasilkan oleh

kuantitas yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan tersebut.

2.3.1 Hukum yang mendasari

Metode kolorimetri yang digunakan untuk penentuan kuantitatif suatu zat

warna dari kemampuannya untuk mengabsorpsi cahaya. Hukum yang mengatur

absorpsi itu biasanya dikenal dengan hukum Lambert dan hukum Beer, dan

dikenal sebagai hukum Beer-lambert.

Hukum Lambert. Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik

melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya

ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan

menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara

(19)

dengan menyatakan bahwa lapisan dari manapun dari medium itu yang tebalnya

sama akan menyerap cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama. Hukum

ini dapat dinyatakan oleh persamaan diferensial:

T =

= 10

–al

A = log = al

Dimana: Io = intensitas cahaya yang masuk pada larutan

I = intensitas cahaya yang diteruskan larutan

l = tebal medium

a = konstanta untuk partikel larutan

T = transmitansi dari larutan

100T = persentase transmisi dari larutan

A = absorbansi

Hukum Beer. Hukum ini menyatakan bahwa intensitas cahaya monokromatrik

berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap

secara linear. Ini dapat ditulis dalam bentuk :

T =

= 10 -a’c

A = log = a’c

Dengan c adalah konsentrasi dan a’ adalah ketetapan. Dengan penggabungan

(20)

T =

= 10 -a’cl

A = log = a’cl

Ini adalah persamaan fundamental dari kolorimetri. Nilai a akan bergantung pada

cara menyatakan konsentrasi. Jika c dinyatakan mol dm-3 dan I dalam sentimeter,

maka a’ disebut koefisien absorpsi molar (Basset,1994).

2.3.2 Kriteria untuk analisis kolorimetri

1. Kespesifikan reaksi warna

Reaksi sangat selektif, sebab sangat sedikit reaksi yang khas untuk suatu zat

warna tertentu tetapi banyak reaksi yang menghasilkan warna yang sehubungan

saja. Sehingga mengubah keadaan kondisi dan pengendalian pH, dapat dicapai

pendekatan kespesifikan.

2. Kestabilan warna

Reaksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup stabil, sebab

periode warna maksimum cukup panjang untuk memungkinkan pengambilan

pembacaan yang tepat. Dalam hal ini pengaruh zat-zat lain dan kondisi

eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui.

3.Kedapat ulangan

Prosedur kolorimetri harus memberikan hasil yang dapat diulang pada kondisi

(21)

5. Kejernihan larutan

Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan

maupun menyerap cahaya

6. Kepekaan tinggi

Diperlukan reaksi warna yang sangat peka apabila ditetapkan zat kuantitas

Referensi

Dokumen terkait

tanggal 01 Juli 2013 maka dengan ini maka dengan ini kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Kantor.. SAR Kelas A Semarang mengumumkan pemenang untuk Pekerjaan Pembangunan

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Pekerjaan Jasa Konsultansi Perencanaan Renovasi Atap

Karakter baik, yang ditandai dengan nilai-nilai moral (akhlak mulia) yang kuat sangat diperlukan oleh individu maupun keluarga/masyarakat. Tentu saja, nilai-nilai

Sintesis dan Karakterisasi Bahan Magnet Barium Hexaferit (BaFe12O19) Menggunakan Bahan Dasar Barium Karbonat (BaCO3) dan Pasir Besi Dari Daerah Pesisir Selatan

P enelitia n ya ng penulis la kuka n bera wa l da r i a da nya ma sa la h ba hwa belum terwujudnya pelayanan yang optimal oleh UPTD Pemadam Kebakaran dan Peralatan

The Rainforest Alliance works to conserve biodiversity and ensure sustainable livelihoods by transforming land-use practices, business practices and consumer behavior. The

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis korelasional.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif

Sumbangan perhatian orangtua ter- hadap prestasi belajar mata pelajaran ket- rampilan menjahit pada siswa kelas VIII di SMP N 2 Mojogedang menunjukkan nilai sumbangan