PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU TERHADAP PENERAPAN MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH DI SMK SALATIGA
Semion Hamba Karenga Humba
Universitas Kristen Satya Wacana Semion. tarimbang@gmail. Com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi penerapan manajemen berbasis sekolah di SMK dan pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif; Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode questioner. Sampel yang digunakan adalah kepala sekolah semua guru yang berjumlah 30 orang. Analisis data dilakukan dengan perhitungan dari statistik dengan Software SPSS (Statistical Program Smart Solution) Ver.22. For Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di SMK berpengaruh positif, gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru berpengaruh positif. Dengan demikian hipotesis kedua dapat diterima, implementasi penerapan MBS dan produktivitas kerja guru secara bersama- sama berpengaruh positif terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Kata kunci: Kepemimpinan, produktivitas kerja, penerapan MBS
I. PENDAHULUAN
Salah satu persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa ini adalah persoalan tentang krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan terutama terjadi di kalangan pejabat pemerintah. Hal tersebut terjadi ketika sebuah kebijakan yang pernah dikeluarkan pemerintah, kecenderungan merupakan hasil dari sebuah kompromi politik. Atas hal tersebut berpengaruh kepada kebijakan yang dicanangkan pemerintah khususnya di lembaga pendidikan. Berbagai usahaa yang di lakukan oleh pemerintah dalam
meingkatkan mutu pendidikan nasional yakni antara lain dilakukannya berbagai pelatihan untuk meningkatkankan kompetensi guru, pengadaan alat pelajaran seperti buku, dan perbaikan prasarana pendidikan serta meningkatkan mutu manajemen sekolah.
faktor yang menyebabkan mutu pendidikan di indonesia mengalami peningkatan secara merata. Yang pertama, penyelenggaraan pendidikan nasional serta kebijakan harus mengunakan pendekatan “educational produktion function” atau input dan output analisis yang tidak dilakukan secara konsekuen. pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendididkan berfungsi sebagai hal yang utama dan merupakan pusat produksi yang apabila di penuhi semua input yang akan di gunakan dalam kegiatan produksi ini, maka yang jelas lembaga akan menghasilkan output yang di inginkan. Pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa pelatihan guru, pengadaan alat pelajaran seperti buku serta perbaikan sarana dan prasarana di sekolah dan lainya harus di penuhi maka mutu pendidikan tentunya secara otomatis akan tercapai. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratis sentralistik, penyelenggaraan pendidikan yang tergantung pada keputusan birokrasi-birokrasi. Kebijakan dan keputusan birokrasi itu sangat panjang dan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Ketiga, kurangnya pemahaman dan peran masyarakat dalam hal ini khususnya orang tua siswa dalam partisipasi penyelenggaraan pendidikan, partisipasi orang tua selama ini dengan sebatas pendukung dana, tetapi tidak dilibatkan dalam proses pendidikan seperti mengambil keputusan, monitoring, evaluasi, akuntabilitas
sehingga sekolah tersebut tidak memiliki beban dan tanggung jawab hasil dari pelaksanaan pendidikan kepada orang tua/ masyarakat sebagai stakeholder yang berkepentingan dengan pendidikan. Keempat, krisis kepemimpinan, dimana kepala sekolah tersebut tidak demokratis sistem “topdown policy” baik dari kepala sekolah sebagai pimpinan terhadap guru, birokrasi di atas kepala sekolah terhadap sekolah. Kepemimpinan yang baik tentunya sangat mempunyai dampak terhadap pencapaian atau tidaknya tujuan organisasi karena pemimpin yang baik tentunya memiliki pengaruh tersendiri terhadap kinerja bawahan yang di pimpinya dalam suatu organisasi itu. Kemampuan untuk mempengaruhi kelompok dalam mencapai suatu tujuan adalah merupakan bagian dari suatu kepemimpinan. Konsep dalam kepemimpinan biasanya erat sekali dengan hubungan antara konsep oleh karena itu, dengan kekuasaanlah pemimpin dapat memperoleh kemampuan untuk mempengaruhi perilaku bawahanya.
Kepemimpinan ialah kemampuan yang mampu meyakinkan orang lain agar mau bekerjasama dibawah pimpinannya menjadi kesatuan dari tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membujuk orang lain supaya masuk dan menjadi anggota timnya dalam memperjuangkan suattu tujuan tertentu (James M. Black 1961). Dari kedua pendapat para ahli tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan meyakinkan sejumlah orang baik pribadi maupun kelompok melalui komunikasi verbal sehingga setuju untuk bekerja sama dalam suatu tim untuk mencapai hasil yang maksimal bagi kepentingan kelompok atau organisasi.
Produktivitas kerja guru berkaitan dengan apakah guru dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar maupun tugas- tugas lain yang berkaitan dengan profesinya tidak sekadar memenuhi tuntutan pekerjaan, akan tetapi memiliki orientasi tugas atau pekerjaan melebihi dari apa yang seharusnya di tugaskan. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah adalah aktivitas kepemimpinan yang terdiri atas orientasi pada tugas dan orientasi pada hubungan-hubungan manusiawi (Timpe, 2002: 111).
Manajemen berbasis sekolah sebagai proses kerja komunitas sekolah dengan cara menerapkan kaidah-kaidah otonomi,
akuntabilitas, partisipasi dan sustainabilitas untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara bermutu. Secara sederhana MBS didefinisikan sebagai desentralisasi kewenangan pembuatan keputusan pada tingkat sekolah (Sudarwan Danim, 2005:34).
Manajemen berbasis sekolah pada prinsipnya bertumpu pada sekolah dan masyarakat serta jauh dari birokrasi yang sentralistik. MBS berpotensi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang bertumpu pada tingkat sekolah (Nurkholis, 2003:6).
organisasi sekolah kedepan sesuai dengan tujuan dan strategi yang telah di tetapkan oleh sekolah. MBS juga dapat di pandang sebagai suatu pendekatan pengelolaan sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan di mana hal ini dapat memberikan tanggung jawab yang lebih luas kepada sekolah untuk mengambil keputusan mengenai pengelolaan sumber daya pendidikan sekolah yang di dukung dengan partisipasi yang tinggi dari warga sekolah itu sendiri.
1.1 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Implementasi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di SMK?
2. Bagaimanakah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru? 3. Bagaimanakah implementasi
penerapan MBS dan produktivitas kerja guru sama- sama berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah?
1.2 TUJUAN PENELETIAN
1) Mengetahui implementasi penerapan manajemen berbasis sekolah di SMK.
2) Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru. 3) Untuk mengetahui implementasi
penerapan MBS dan produktivitas kerja guru terhadap gaya
kepemimpinan kepala sekolah.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data kuantitatif yang artinya datanya berupa angka-angka yang setelah di analisis akan disimpulkan secara kualitatif dalam bentuk kata-kata, dalam menganalisis data menggunakan model strategi analisis deskriptif analitik. Metode dalam pengambilan data penelitian menggunakan instrument yang berupa Kuesioner/ Angket. Alasan menggunakan angket sebagai alat ukur untuk mengetahui atau memperoleh informasi tentang “Gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dan produktivitas kerja guru terhadap Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Salatiga”. Penggunaan angket lebih memudahkan responden, ukuran di dalam pengisianya, angket dapat dibagikan secara serentak dan dapat diisi oleh responden menurut Pengetahuan masing-masing.
Sampel yang digunakan adalah semua guru di SMK Salatiga yang berjumlah 30 orang. Analisis data menggunakan perhitungan statistik dengan Software SPSS (Statistical Program Smart Solution) Ver.22.0 For Windows.
Independent (X) adalah Gaya kepemimpinan kepala sekolah dan Produktivitas Guru, Sedangkan untuk variabel Dependent (Y) adalah penerapan manajemen berbasis sekolah. Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti pengaruh variable X terhadap Y, dan
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Uji Linearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 38,703 62,703 ,617 ,581
Produktivitas kerja guru ,669 ,487 ,621 1,373 ,263
a. Dependent Variable: penerapan MBS
Dari perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa hasil nya adalah positif, jadi variabel variabel diatas adalah linear.
2. Uji Normalitas
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error Unstandardized
Residual 5 -4,05932 3,26271 ,0000000 2,90017533 -,369 ,913 -,699 2,000 Valid N (listwise) 5
Terlihat bahwa rasio skewness = -0,369/ 0,913 = -0,404; sedang rasio kurtosis = -0,699/ 2,000 = -0,349. Karena rasio skewness dan rasio kurtosis berada di antara –2 hingga +2, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal.
3. Uji Multikolinieritas
Correlations
Control Variables
Gaya Kepemimpinan
kepsek
Produktivitas kerja guru
penerapan MBS Gaya Kepemimpinan kepsek Correlation 1,000 1,000
Significance (2-tailed) . ,000
df 0 2
Produktivitas kerja guru Correlation 1,000 1,000
Significance (2-tailed) ,000 .
Untuk menentukan apakah hubungan antara dua variabel bebas memiliki masalah multikoliniaritas adalah melihat nilai Significance (2-tailed), jika nilainya lebih kecil dari 0,05 (α=5%) maka diindikasikan memiliki gejala Multikolinearitas yang serius. Dari seluruh nilai Significance (2-tailed) di atas, dapat disimpulkan seluruh variabel penjelas tidak terbebas dari masalah Multikolinearitas.
4. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of theEstimate Durbin-Watson
1 ,621a ,386 ,181 3,349 2,419
a. Predictors: (Constant), Produktivitas kerja guru b. Dependent Variable: penerapan MBS
Bila nilai DW lebih besar dari pada nol maka autokorelasi positif. Dapat kita lihat hasil DW pada data diatas adalah 2,419 maka dapat disimpulkan bahwa model ini memiliki gejala autokorelasi positif.
IV. KESIMPULAN
Adapun dengan melihat hasil analisis data yang disajikan, maka dapat diuraikan beberapa kesimpulan, yaitu:
1) Hasil pengujian Implementasi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di SMK berpengaruh positif.
2) Gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru berpengaruh positif. Dengan demikian hipotesis kedua dapat diterima.
3) implementasi penerapan MBS dan produktivitas kerja guru berpengaruh positif terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono (2011). Metode penelitian kuntitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta
Siti Zubaidah (2015). Pengaruh budaya sekolah dan motivasi kerja guru terhadap mutu pendidikan di SMK N 1 Pabelan. Jurnal Bereputasi Surakarta, 21 November 2015 ISBN: 978-979-3456-52-2