• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBUDAYAKAN LITERASI MELALUI PENILAIAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEMBUDAYAKAN LITERASI MELALUI PENILAIAN (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBUDAYAKAN LITERASI MELALUI PENILAIAN OTENTIK SESUAI PENERAPAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Oleh:

Yudha Andana Prawira Widyaiswara Madya

20157

Abstract

Education curriculum aims to build the life of the present and future of the nation, which was developed from the heritage value and interpretation of the nation in the past, and later inherited and developed for future life. Dimensions of national life,

past-presentfuture, be a philosophical basis for curriculum development. The curriculum also prepares the next generation not merely competent, but also serves as the inheritance of values and interpretation of the nation in the past.

Curriculum developed at this time in addition to competency-based, also based literacy. High literacy skills that will allow young people of Indonesia to compete with other countries. Based on this, the authors as an observer of the development of national education, want to share efforts to develop skills and cultural literacy learners through implications curriculum 2013 review of aspects of the process and assessment system in accordance with the curriculum 2013. Therefore, in this paper will be presented on efforts to cultivate literacy through the implementation of authentic assessment in the form of project appraisal

Point press the curriculum development in 2013 was the improvement mindset, strengthening governance curriculum, deepening and expansion of the material, reinforcement learning, and learning load adjustment in order to ensure conformity between what is desirable with what is produced. Curriculum development becomes very important in line with the continuity of the progress of science, technology, art and culture as well as changes in society at local, national, regional, and global in the future. Therefore, the implementation of Curriculum 2013 is a strategic move in the face of globalization and future demands of Indonesian society.

Development in Curriculum 2013 carried out on the basis of some key principles. First, competency standards derived from the needs. Second, content standards derived from competency standards through its core competencies-free subjects. Third, all subjects should contribute to the formation of attitudes, skills, and knowledge of learners. Fourth, subjects derived from the competency. Fifth, all subjects are bound by the core competencies. Sixth, the alignment of demands graduates, content, learning, and assessment. The consistent application of these principles to be essential in achieving successful implementation of Curriculum 2013. I hope this paper will be insprition for teacher or observers and educational developers.

A.Pendahuluan

1)Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang Berbasis Literasi

Riuh rendah dan gonjang ganjing tentang kurikulum terbaru di Indonesia yang disebut dengan Kurikulum 2013 mengundang beragam tanggapan dari berbagai pihak. Semua tanggapan terhadap kurikulum 2013 tersebut tentu sangat bergantung pada latar belakang, pendidikan, pekerjaan, bahkan bergantung pada kepentingan dari penanggapnya. Apapun tanggapan yang disampaikan dalam berbagai bentuk media, bukanlah hal yang akan penulis tanggapi pula dalam tulisan ini.

(2)

Kurikulum pendidikan bertujuan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan pretasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum. Kurikulum juga tidak sekedar mempersiapkan generasi mendatang yang kompeten, namun juga berfungsi sebagai pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lalu. Bercermin dari masa lalu memberikan dasar bagi kehidupan bangsa sebagai modal yang digunakan untuk membangun kualitas kehidupan bangsa dalam kehidupan masa kini, dan kemudian dikembangkan untuk keberlanjutan kehidupan bangsa dan warganegara.

Dengan perkembangan yang terjadi saat ini, di Indonesia kurikulum pendidikan di sekolah dan madrasah mengalami pengembangan yang terus menerus dan diharapkan cenderung progresif. Kurikulum tidak boleh stagnan. Kurikulum yang mengalami stagnan akan membawa kemunduran bagi perkembangan suatu bangsa. Berkenaan dengan hal tersebut dalam kurikulum yang dikembangkan saat ini yang dikenal dengan sebutan Kurikulum 2013, mengalami beberapa perkembangan dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Perkembangan tersebut paling tidak menyangkut tiga aspek kurikulum antara lain menyangkut konten kurikulum, proses dan penilaian.

Ketiga aspek ini merupakan paket pengembangan kurikulum. Saat suatu kurikulum mengalami perkembangan, maka akan selalu menyangkut ketiga aspek tersebut. Hal ini pula yang terjadi dalam Kurikulum 2013. Dari aspek konten dapat dicirikan dengan perubahan yang terjadi pada standar isi. Pada standar ini kurikulum 2013 ini yang semula pada kurikulum 2006 berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar minimal yang harus dicapai atau dimiliki peserta didik. Kini berupa kompetensi inti dan kompetensi dasar, yang secara konsep maupun filosofinya berbeda dengan istilah standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Kurikulum yang disusun bertujuan untuk menyesuaikan dgn perkembangan dunia. Termasuk dalam kurikulum 2013 ini ditujukan untuk mengejar perkembangan dunia yang sangat pesat, terutama dalam dunia yang mengglobal ini. Dunia saat ini seakan menjadi semakin sempit dengan perkembangan internet. Negara membutuhkan generasi muda yang melek internet dan memiliki kemampuan dalam kecepatan membaca dengan tingkat pemahaman yang tinggi. Apalagi salah satu rujukan perkembangan kurikulum 2013 ini adalah hasil beberapa penelitian yang berkaitan dengan kemampuan intelegensi dasar manusia, baik dalam matematika maupun berbahasa. Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi di atas peringkat seratusan. Indonesia termasuk negara yang masih sangat rendah posisinya (Depdikbud, 2013).

Dari hasil analisis tersebut, kurikulum yang dikembangkan saat ini selain berbasis kompetensi, juga berbasis literasi. Karena kemampuan literasi yang tinggi akan memudahkan generasi muda Indonesia untuk bersaing dan berkompetisi dengan negara lain. Berdasarkan hal tersebut, penulis sebagai pemerhati perkembangan pendidikan nasional, ingin berbagi upaya mengembangkan kemampuan dan budaya literasi peserta didik melalui implikasi kurikulum 2013 ditinjau dari aspek proses dan sistem penilaian sesuai dengan kurikulum 2013 ini. Karena itu, dalam tulisan ini akan dikemukakan tentang upaya membudayakan literasi melalui pelaksaan penilaian otentik dalam bentuk penilaian proyek.

2)Perubahan yang terjadi dalam Kurikulum 2013

(3)

Ketiga aspek ini merupakan paket pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum akan selalu menyangkut ketiga aspek tersebut. Hal ini pula yang terjadi dalam Kurikulum 2013. Dari aspek konten dapat dicirikan dengan perubahan yang terjadi pada standar isi. Pada standar ini kurikulum 2013 ini yang semula pada kurikulum 2006 berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar minimal yang harus dicapai atau dimiliki peserta didik. Kini berupa kompetensi inti dan kompetensi dasar, yang secara konsep maupun filosofinya berbeda dengan istilah standar kompetensi dan kompetensi dasar (Prawira, 2013).

Kompetensi Inti merupakan gambaran tentang kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti juga berperan sebagai pengikat semua mata pelajaran dalam satu tingkat pada suatu jenjang pendidikan. Semua mata pelajaran yan diajarkan pada satu tingkat kelas memiliki kompetensi inti yang sama. Dengan demikian semua mata pelajaran yang telah menuntaskan semua kompetensi dasarnya akan mencapai ranah kompetensi yang sama, baik dari aspek sikap, pengetahuan, maupun keterampilan.

Dari segi konten kurikulum, kompetensi inti ini merupakan terobosan yang sangat besar dalam kurikulum pendidikan nasional. Kompetensi ini yang membedakannya dari kurikulum sebelumnya. Pencapaian kompetensi inti yang baik akan memberikan dampak yang luar biasa bagi peserta didik. Mengingat kompetensi inti ini tertuang secara tersurat dalam standar isi maka peserta didik akan memiliki aspek/ranah pendidikan yang lengkap, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karena itu, bisa juga disebutkan bahwa kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif. Hal ini pula yang memengaruhi pengembangan aspek berikutnya dalam kurikulum 2013.

Sementara itu, pada bagian kompetensi dasar dari standar isi untuk kurikulum 2013 mengarah pada pendekatan literasi. Pendekatan literasi ini secara singkatnya merupakan pendekatan yang sangat aplikatif, karena semua kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai peserta didik memiliki unsur aplikasi yang lebih besar. Sehingga kompetensi yang disampaikan harus mengacu pada kemampuan penerapan kompetensi tersebut pada kehidupan sehari-hari peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, peserta didik langsung dihadapkan pada dunia nyata. Hal ini akan lebih nampak pada penjelasan bagian standar proses.

Selanjutnya yang berkenaan dengan pengembangan kurikulum 2013 adalah standar proses. Standar proses yang dikemukakan dalam kurikulum 2013 ini merupakan pengembangan dari standar proses pada kurikulum-kurikulum sebelumnya. Standar proses yang diberlakukan pada kurikulum 2013 ini menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan ini merupakan inti sari dari langkah-langkah metode ilmiah. Dalam pendekatan saintifk, secara ringkasnya dikemukakan lima tahapan proses pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik. Kelima langkah tersebut antara lain mengamati, menanyakan/bertanya, mengumpulkan informasi, mengolah hasil informasi, dan mengomunikasikannya.

Kelima langkah tersebut merupakan pengembangan dari standar proses pada kurikulum 2006, yang dikenal dengan tiga langkah pembelajaran yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada hakekatnya, kedua langkah-langkah pembelajaran tersebut mengacu pada arah yang sama. Kedua jenis lankah pembelajaran ini merupakan inti sari langkah-langkah keterampilan proses. Keterampilan proses ini pernah diungkapkan dan dikembangkan pada kurikulum yang dilaksanakan pada tahun 1984. Saat itu, pendekatan yang digunakan adalah strategi cara belajar siswa aktif. Pada kurikulum 2006 menggunakan istilah PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Dengan demikian, yang dikembangkan pada kurikulum 2013 ini dengan pendekatan saintifik, embrionya sudah dikenalkan semenjak kurikulum 1984. Semoga dengan masa inkubasi yang sangat panjang sekitar 30 tahun dapat menghasilkan prroses pembelajaran yang sangat mumpuni.

(4)

Mengingat hasil dari proses pelaksanaan kurikulum yang berupaya menyampaikan standar isi baru akan terlihat dampaknya setelah melalui tahap penilaian atau evaluasi. Standar penilaian ini dapat juga disebut sebagai gerbang akhir pelaksanaan kurikulum.

Pada kurikulum 2013 ini, standar penilaian yang dilaksanakan menggunakan pendekatan penilaian otentik. Secara bahasa otentik dapat diartikan sebagai sahih/valid, original, sesuai realita, atau rekam data yang nyata. Penilaian otentik yang dimaksud dalam kurikulum 2013 ini merupakan penilaian yang menuntut otentifikasi seluruh kegiatan penilaian mulai persiapan, proses pembelajaran, proses penilaian, hingga hasil pembelajaran. Penilaian otentik juga menuntut tercatatnya ketiga ranah pendidikan yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa penilaian otentik yang dilaksanakan dalam kurikulum 2013 ini merupakan penilaian yang mendekati paripurna.

Penilaian otentik disebut sebagai penilaian paripurna karena selain mencakup tiga ranah pencapaian pendidikan (sikap, pengetahuan, keterampilan), juga mencakup pada seluruh Kompetensi inti dan sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik. Penilaian otentik sangat penting dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Karena itu, dalam tulisan ini akan dikemukakan tentang pencapaian penerapan kurikulum 2013 yang berbasis literasi melalui pelaksanaan penilaian otentik.

3)Kurikulum Berbasis Literasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia menjadi sangat penting dalam pengembangan kurikulum dan pelaksanaannya. Hal ini mengingat selain kurikulum 2013 ini berbasis literasi, juga karena bahasa merupakan salah satu ciri kemampuaan dasar dalam intelengensi manusia. Sangat tepat jika mata pelajaran bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing menjadi salah satu mata pelajaran yang diujian-nasionalkan.

Banyak pihak yang mengkhawatirkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. Alasannya bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia belum mencerminkan ke arah kompetensi bahasa yang menuju literasi. Dalam kurikulum tahun 2006/KTSP, disebutkan bahwa untuk peserta didik tingkat SMA diwajibkan membaca buku cerita sebanayak 12 buku cerita selama tiga tahun. Hal ini sudah bagus walaupun dibandingkan dengan negara-negara maju, siswa SMA di Amerika, Belanda, dan Prancis diwajibkan membaca 30 buku sastra (Depdiknas, 2006).

Misalnya, untuk tingkat sekolah menengah pertama juga jenis teks yang diajarkan untuk perserta didik dengan jumlah setidaknya 15 jenis teks, namun dengan dua bentuk teks yaitu lisan dan tulis untuk setiap jenis teks. Jenis-jenis teks tersebut adalah laponran observasi, tanggapan deskripsi, eksposisi, eksplanasi kompleks, serta pendek, fabel/moral, ulasan, diskusi, prosedur, biografi, eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan persuasi.

Peran guru bahasa Indonesia untuk menuntun peserta didik dalam mengasah kemampuan ke-literasiannya sangat besar. Guru yang memiliki kompetensi literasi yang baik akan membawa lingkungan literasi yang baik pula untuk peserta didik selama proses pembelajaran. Lingkungan pembelajaran literasi pada peserta didik memberikan pengaruh psikologis yang akan tertanam dalam ingatan peserta didik. Kegiatan seperti ini yang dilakukan terus menerus dan dilakukan pada populasi seluruh peserta didik di Indonesia, diharapkan akan membentuk dan menjadi budaya literasi bagi generasi penerus bangsa ini (Prawira, 2014).

(5)

Peningkatan kemampuan literasi dalam belajar sejalan dengan tujuan pendidikan, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003). Pemerolehan tujuan ini dapat dilakukan siswa jika mereka telah menjadi sosok literat.

Proses pengembangan kemampuan berbahasa dan bersastra dilaksanakan dengan cara mengembangkan kemampuan kognitif, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi melalui suatu kajian langsung terhadap kondisi sosial dengan menggunakan kemampuan berpikir cermat dan kritis. Proses pemahaman peserta didik terhadap fenomena sosial dengan pengenalan secara langsung akan lebih memudahkan bagi pembelajar dalam mengembangkan kompetensinya. Peserta didik harus terbiasa dengan membaca berbagai informasi dan mengakses informasi dari media elektronis maupun media tertulis. Selain itu, ia perlu mengikuti perkembangan peradaban yang sedang terjadi secara faktual. Karena itu, dalam mengembangkan kompetensi berbahasa dan bersastra berbasis literasi perlu didukung oleh ketersediaan fasilitas dalam membangun insan literat. Aktivitas pendidik dalam kelas ketika melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis literasi lebih ringan, yaitu (1) mengarahkan aktivitas peserta didik; (2) memilih dan menyiapkan bahan pembelajaran; (3) memerika hasil kerja peserta didik; (4) mengarahkan sistem berkomunikasi keilmuan; (5) berkoordinasi dalam menyiapkan latar kelas

B. Penilaian Otentik dalam Pengembangan Kurikulum 2013

1. Penilaian otentik [masukan juga tentang karakteristik dan prinsip2 otentik]

Evaluasi dalam pendidikan disinonimkan dengan istirlah penilaian. Karena itu, untuk selanjutnya penulis mengistilahkan sebagai penilaian. Penilaian dapat memiliki dua pemahaman pelaksanaan, yaitu pengujian dan pengukuran (assesment). Dalam kurikulum 2013 dikenal dengan istilah penilaian otentik. Istilah otentik sendiri bersinonim dengan asli, valid, reliabel, dan realistik. Hal ini dapat diartikan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara valid, asli, realiabel baik yang berupa pengukuran maupun pengujian terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Dalam kaitan dengan kurikulum 2013 ini, maka pemahaman penilaian otentik memiliki pengertian yang lebih komprehensif. Hal ini sebagaimana dikutip dari American Librabry Association penilaian otentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran (Depdikbud,2013).

Ada empat macam kegiatan penilaian otentik yang ditawarkan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini, antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, dan penilaian tertulis. Masing-masing jenis penilaian otentik ini memiliki kelebihan. Kelebihan ini yang bisa dioptimalkan dengan cara menyesuaikan dengan kompetensi dasarnya. Karena setiap kompetensi dasar ini memiliki karakteristik yang berbeda dan membutuhkan intrumen penilaian yang berbeda pula.

2. Fungsi otentifikasi dalam penilaian

(6)

Hal ini pula yang membedakan penilaian hasil belajar yang tradisional dengan penilaian otentik. Penilaian tradisional yang dimaksud adalah penilaian yang mengacu pada standar norma maupun standar patokan. Penilaian tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan kemampuan berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran.

Dengan mencatat seluruh aktivitas belajar siswa akan memperkaya akuntabilitas penilaian. Sehingga makna validitas dan reliabilitas yang terintegrasi dalam penilaian otentik tetap terjaga. Hasil pencatatan penilaian ini ketika akan digunakan guru sebagai dasar penentuan nilai akhir untuk laporan pada orang tua peserta didik, barulah dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisis ini tentunya sesuai dengan kebutuhan akhir penilaian itu sendiri. Sebagai contoh analisis kualitatif dari data penilaian otentik yaitu dengan menerapkan rubrik skor atau daftar cek untuk menilai aktivitas peserta didik terhadap kriteria dalam kisaran tiga atau empat tingkat kemahiran.

3. Pedoman dalam Penilaian Otentik

Dalam penilaian otentik selain kepada proses pembelajaran dan proses penilaian juga tetap mengacu penilaian hasil belajar. Penialain ini dilakukan pendidik untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Fungsi Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi:

a. formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta didik digunakan untuk memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya; dan b. sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester, satu tahun

pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta didik (Permendikbud Nomor 104 tahun 2014).

Beberapa prinsip Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup Sahih, Objektif, Adil, Terpadu, Terbuka, holistik dan berkesinambungan, Sistematis, akuntabel, dan edukatif. Sementara itu prinsip khusunya meliputi Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum, Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran, Berkaitan dengan kemampuan peserta didik, Berbasis kinerja peserta didik, Memotivasi belajar peserta didik, dan Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik.

C. Penilaian Proyek dalam Pembelajaran Literasi

Tugas utama guru dalam proses penilaian pembelajaran perlu memahami dahulu yang berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses (Depdikbud, 2013).

(7)

kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat mengobservasinya dalam kegiatan seperti berpidato, berdeklamasi, dan wawancara. Pengamatan tersebut akan memerhatikan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Namun untuk menjaga objetivitas penilaian, guru sebaiknya juga membuat lembar pengamatan yang reliabel dan ajeg.

Penilaian otentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Pelibatan peserta didik dalam penilaian proyek dapat dimulaidari perencanaan pembelajaran. Bahkan untuk tingkat sekolah dasar karena menggunakan pembelajaran tematik, penilaian proyek ini menjadi lebih bermakna.

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik baik secara mandiri maupun kelompok. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Proses pelaksanaan proyek peserta didik ini sudah pula sejalan dengan langkah-langkah pembelajaran saintifik sebagaimana yang diharapkan kurikulum 2013.

Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni atau sastra. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.

Berikut penulis ilustrasikan penilaian otentik dengan jenis penilaian proyek untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam contoh ini penulis mengambil standar isi untuk tingkat sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Standar isi yang dianalisis adalah dari Permendikbud Nomor 58 tahun 2014.

Langkah pertama adalah menganalisis kompetensi dasar yang sekiranya bisa menggunakan penilaian proyek. Hal ini karena tidak semua kompetensi dasar yang disampaikan kepada peserta didik bisa dioptimalkan dengan penilaian otentik dengan jenis penilaian proyek. Ada kompetensi dasar yang tepat dengan menggunakan penilaian tulis, misalnya kompetensi dasar yang berkenaan, kompetensi kognitif. Dalam standar isi untuk bahasa Indonesia dari kurikulum 2013 adalah kompetensi 3.1 hingga 3.4.

Sementara ada juga kompetensi dasar yang lebih optimal jika menggunakan penilaian kinerja, seperti kompetensi dasar yang berkenaan dengan aspek keterampilan untuk pengembangan keterampilan berbicara. Misalnya kompetensi dasar 4.2 yaitu menyusun teks hasil observasi sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat secara lisan (Depdikbud, 2014:39). Ada juga kompetensi dasar yang lebih tepat dan optimal jika menggunakan penilaian portofolio. Misalnya kompetensi dasar yang berkenaan dengan menelaah dan merevisi, yaitu kompetensi dasar 4.3 menelaah dan merevisi teks eksplanasi sesuai dengan struktur dan kaidah teks secara tulis (Depdikbud, 2014:39).

Kompetensi dasar yang lebih memungkinkan menggunakan penilaian proyek untuk tingkat SMP/MTs ini misalnya menyusun teks cerita biografi sesuai dengan karakteristik teks yang akan baik dibuat secara lisan maupun tulis (Depdikbud, 2014:40). Jika menganalisis kompetensi dasar ini peserta didik dituntut untuk melakukan banyak hal, baik yang dilakukan di dalam kelas maupun kegiatan di luar kelas. Kegiatan di dalam kelas berkenaan dengan pengetahuan tentang cerita biografi. Sementara untuk kegiatan di luar kelas, ketika peserta didik

(8)

Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan. Oleh karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013

Bibliografi

Ibrahim, M dan Nur. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press

Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan Kementerian

Pendidikan Nasional. 2013. Bahan Diklat Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Depdiknas

Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. USA: Allyn & Bacon

Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS

dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)

Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo

Padilla, M., Cronin, L., & Twiest, M. (1985). The Development and Validation of the Test of Basic

Process Skills. Paper Presented at the Annual meeting of the National Association for

Research in Science Teaching, French Lick, IN

Referensi

Dokumen terkait

Thaha, dr., PhD., Sp.PD, K-GH yang telah bersedia menerima dan memberi kesempatan mengikuti pendidikan spesilisasi;  Ketua dan Sekretaris Program Studi Departemen – SMF Ilmu

Jawaban tabel 2, menunjukkan bahwa dari 60 responden yang menyatakan rasa suka terhadap seni dapat mempengaruhi minat belajar pada mata pelajaran seni budaya sebesar 70

Selain itu juga, berlandaskan pada penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2011) dengan judul Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Listrik Dinamis Kelas X SMA

KEPOLISIAN DAERAH BENGKULU DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM.. SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN  ( BIAYA

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Customer Relationship Management tidak berpengaruh terhadap Kepuasan Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Standar Harga Satuan di Lingkungan Pemerintah Desa di

Hidroterapi rendam air hangat merupakan salah satu jenis terapi alamiah yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi edema, meningkatkan relaksasi