MAKALAH
DESAIN PENELITIAN KUANTITATIF DESKRIPTIF
Dosen Pengampu Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M.Pd
Oleh:
1. MIRA INTANSARI (17070855413)
2. RATNA DWI HERWIYANTI (17070855416)
3. ARIF RISKA NURCAHYO (17070855421)
4. MUKHAMMAD ALFAN KHAKIM (17070855433)
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN DASAR PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2018
Menurut Sugiyono (2013: 13) metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Menurut Wallace dalam Susanti (2013: 135) penelitian kuantitatif adalah penelitan yang melibatkan lima komponen informasi ilmiah, yaitu
teori, hipotesis, observasi, generalisasi empiris, dan penerimaan atau penolakan hipotesis. Selain itu, mengandalkan adanya populasi dan teknik penarikan sampel, menggunakan kuesioner untuk pengumpulan datanya,
mengemukakan variabel-variabel penelitian dalam analisis datanya, dan berupaya menghasilkan kesimpulan secara umum, baik yang berlau untuk
populasi dan/ atau sampel yang diteliti.
Adapun pengertian deskriptif menurut Sugiyono (2013: 29) adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku umum.
Menurut Arikunto (2010) penelitian deskriptif tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol hal-hal yang sementara terjadi, dan hanya dapat
gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan.
Scott W. Vanderstoep and Deirdre D. Johnston (2009) menyatakan,
kendati bervariasi, pendekatan penelitian dapat dikelompokkan ke dalam 2 bagian besar: Pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan pada penilaian numerik atas fenomena yang
dipelajari. Pendekatan kualitatif menekankan pada pembangunan naratif atau deskripsi tekstual atas fenomena yang diteliti. Ringkasan perbedaan kedua
pendekatan penelitian ini sebagai berikut.
Mark R. Leary (1995) membagi studi perilaku ke dalam 4 kategori besar
yaitu: (1) Penelitian deskriptif; (2) Penelitian korelasional; (3) Penelitian eksperimental; dan (4) Penelitian kuasi-eksperimental. Penelitian deskriptif menggambarkan perilaku, pemikiran, atau perasaan suatu kelompok atau individu.
Contoh umum dari penelitian deskriptif adalah jajak pendapat, yang menggambarkan sikap suatu kelompok orang. Dalam Penelitian Deskriptif,
variabel lainnya ataupun menguji atau menjelaskan penyebab sistematisnya.
Seperti namannya, Penelitian Deskriptif hanya mendeskripsikan.
Tujuan Penelitian Deskriptif adalah menggambarkan karakteristik atau
perilaku suatu populasi dengan cara yang sistematis dan akurat. Biasanya, Penelitian deskriptif tidak didesain untuk menguji hipotesis, tetapi lebih pada upaya menyediakan informasi seputar karakter fisik, sosial, perilaku, ekonomi,
atau psikologi dari sekelompok orang.
Jenis Penelitian deskriptif yang biasa diterapkan adalah: (1) Penelitian
survey, (2) Penelitian demografis, dan (3) Penelitian epidemiologis. B. Tahap-tahap Penelitian Kuantitatif Deskriptif
Menurut Sutinah (2013) Penelitian kuantitatif dapat dilakukan dalam lima
tahap. Tahap-tahap tersebut dilakukan secara konsisten. 1 Pemaparan latar belakang
2 Perumusan masalah penelitian 3 Mengemukakan tujuan penelitian
4 Mengemukakan teori yang digunakan dalam penelitian
5 Mengemukakan metodologi penelitian yang digunakan
Menurut Suryabrata (2014) langkah-langkah pokok pada penelitian
deskriptif adalah sebagai berikut.
1 Defnisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai. Fakta-fakta dan sifat-sifat apa yang perlu diketemukan?
2 Rancangkan cara pendekatannya! Bagaimana kiranya data akan dikumpulkan? Bagaimana caranya menentukkan sampelnya untuk
observasi apa yang tersedia atau perlu dibuat? Apakah metode
pengumpulan data itu perlu di-tryout-kan? Apakah para pengumpul data perlu dilatih terlebih dahulu?
3 Kumpulkan data 4 Susun laporan
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian kuantitatif deskriptif
mempunyai tahap-tahap yaitu, (1) Pemaparan latar belakang, (2) Perumusan masalah penelitian, (3) Mengemukakan tujuan penelitian, (4) Mengemukakan
teori penelitian, (5) Mengemukakan metodologi penelitian yang digunakan, (6) Kumpulkan data, (7) Susun laporan dengan cara menggambarkan karakteristik atau perilaku suatu populasi dengan cara yang sistematis dan akurat.
C. Ciri-Ciri Penelitian Kuantitatif Deskriptif
Menurut Purwanto (2012) pendekatan kuantitatif dalam ilmu psikologi dan
pendidikan mempunyai beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut. 1 Pengaruh metode penelitian alam
2 Bersifat behavioristik-mekanistik-empirik
3 Memberikan perhatian pada hasil (produk)
4 Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan aturan umum, hokum atau
prinsip yang bersifat umum 5 Kualitas diubah menjadi kuantitas 6 Konfirmasi teori
7 Menjunjung tinggi objektivitas
Menurut Suryabrata (2014) penelitian deskriptif mempunyai beberapa
ciri-ciri sebagai berikut.
1 Tidak menerangkan saling hubungan , mentest hipotesis, membuat
ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi. 2 Mencari informasi faktual yang mendetail
3 Untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang
berlangsung
4 Untuk membuat komparasi dan evaluasi
Menurut Furchan (2004) bahwa penelitian deskriptif mempunyai karakteristik menggambarkan suatu fenomena yang ada dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat.
Selain itu, tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, serta tidak adanya uji hipotesis.
D. Jenis-jenis Penelitian Deskriptif
Furchan (2004: 448-465) menjelaskan beberapa jenis penelitian deskriptif sebagai berikut.
1. Survey Pendidikan
a. Mengungkap jawaban pertanyaan tentang apa, bagaimana, berapa dan bukan pertanyaan mengapa. Jumlah siswa, guru, pendapat, persepsi, sikap, prestasi, motivasi dan lain sebagainya.
kebijakan pendidikan dan bukan untuk pengembangan ilmu
pendidikan.
c. Perumusan masalah dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian dan bukan hipotesis penelitian.
d. Umumnya meneliti variabel-variabel lepas.
e. Dilakukan terhadap sekelompok subyek/obyek penelitian dalam jumlah yang relatif besar dalam waktu yang bersamaan sensus.
f. Data yang dikumpulkan relatif terbatas.
g. Umumnya menggunakan instrumen penelitian teknik angket. h. Teknik pengolahan data umumnya persentase
2. Studi Kasus
a. Penelaahan secara intensif terhadap seorang/sekelompok individu yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misal: ATG yang
mampu mengingat berita dengan cepat; kesurupan masal, gagal dalam belajar, tidak bersosialisasi, siswa yang paling disukai teman-temannya atau sebaliknya, self-concept ATG dan
sebagainya.
b. Analisisnya mendalam (mengungkap semua variabel yang
menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang mempengaruhi kasus.
c. Tekanannya pada pertanyaan mengapa individu berperilaku
hipotesis namun dapat menghasilkan hipotesis yang dapat diuji
lebih lanjut.
d. Perumusan masalah dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
e. Data diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan kasus yang diteliti.
f. Teknik pengumpulan data sangat komprehensif observasi,
wawancara, analisis dokumenter, dan atau tes terhadap sampel penelitian bersifat purposif.
g. Mengisyaratkan pada penelitian kualitatif analisis kualitatif.
3. Studi Perkembangan.
Dalam penelitian studi perkembangan yaitu kita mempelajari karakteristik individu (seorang atau sekelompok) dan bagaimana
karakteristik itu berubah dalam pertumbuhannya dalam kurun waktu tertentu.
Misalnya: perkembangan kognitif, emosi, sosial, bahasa, dan
kepribadian individu. Ada dua teknik yang dapat digunakan yaitu studi longitudinal dan studi cross sectional. Studi Longitudinal adalah
Metode jangka panjang yang menggunakan subyek yang tetap untuk mengetahui perkembangannya dalam kurun waktu yang relatif lama. Peneliti harus mengetahui kondisi awal subyek terlebih dahulu.
a. Peneliti mengukur keterampilan berbahasa siswa SD kelas 1pada
sekolah tertentu untuk mengetahui kondisi awal.
b. Peneliti mempelajari keterampilan tersebut dan keterampilan
tersebut diukur kembali setiap tahun di kelas-kelas berikutnya untuk melihat perkembangan pada subyek penelitian.
c. Sehingga peneliti dapat melihat perubahan dan perkembangan
keterampilan dalam jangka waktu tertentu untuk kelompok tertentu
4. Studi cross sectional
Dilaksanakan dalam jangka waktu yang relatif pendek untuk mempelajari individu yang berbeda taraf umurnya dalam titik waktu
yang sama. Misal: mempelajari keterampilan berbahasa pada siswa SD yang dilakukan pada siswa di setiap kelas (1 -6) dan pada titik dan
kurun waktu tertentu diukur keterampilannya. Kemudian hasil pengukuran dibandingkan untuk setiap kelas yang berbeda tadi. Perbedaan dari subyek tiap kelas merupakan dasar dalam menarik
kesimpulan tentang pertumbuhan dan perkembangan keterampilan tersebut
5. Studi Tindak Lanjut
Penelitian yang diarahkan untuk menindak lanjuti hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan sebagai umpan balik.
Mempelajari perkembangan dan perubahan subyek setelah subyek diberi perlakuan tertentu dalam kurun waktu tertentu sampai selesai.
kemudian dilanjutkan bagaimana pengaruhnya terhadap
perkembangan subyek. Contoh Studi Tindak Lanjut:
a. Sebelumnya subyek diberikan pengajaran dengan sistem modul selama kurun waktu tertentu sampai selesai.
b. Pada tahun berikutnya subyek diukur kemampuan cara belajar dan
hasil atau kemampuan tertentu yang diharapkan dari pengajaran modul tersebut (kemampuan belajar mandiri).
c. Hasilnya dibandingkan dengan siswa yang lain yang tidak memperoleh pengajaran modul, maka perbedaan yang ditunjukkan merupakan efek atau akibat perlakuan pengajaran modul
6. Studi Kecenderungan
Bersifat prediktif dan meramalkan keadaan masa depan
berdasarkan keadaan, gejala yang ada pada masa lalu dan saat sekarang. Merupakan perpaduan antara metode sejarah, dokumenter, dan survey. Digunakan untuk memperkirakan kemungkinan
munculnya suatu gejala berdasarkan gejala lain yang sudah muncul dan diketahui sebelumnya. Dapat digunakan untuk membuat
perencanaan tertentu dalam PLB. Misalnya: Memperkirakan kemungkinan keberhasilan siswa dalam bidang studi tertentu berdasarkan pada hasil tes inteligensi yang diperoleh siswa yang
bersangkutan.
Cenderung menggunakan pendekatan longitudinal:
estimasi. Sebagaimana teknik korelasi, prediksi penafsiran hasil
analisis statistik didasarkan pada koefisien yang diperoleh yaitu untuk mengetahui apakah munculnya suatu gejala itu ada hubungannya
dengan gejala lain, dan sampai seberapa besar derajat hubungan itu. Dalam bidang Psikologi dan Pendidikan digunakan terutama untuk:
a. Membuat perkiraan suatu atribut (sifat-ciri) dari atribut lain. Misalnya memperkirakan munculnya tindakan kriminal dari
tingkat pengetahuan remaja tentang seks.
b. Membuat perkiraan terhadap suatu pengukuran dari satu atribut. Misalnya memperkirakan hasil yang akan dicapai oleh seseorang
atau sekelompok siswa pada suatu bidang tertentu dari status ekonomi sosial siswa yang bersangkutan.
c. Membuat perkiraan terhadap pengukuran dari pengukuran. Misalnya memperkirakan skor tes hasil belajar dari skor tes bakat 7. Studi Korelasional
Mempelajari hubungan dua variabel atau lebih yaitu sejauh mana variabel yang satu berhubungan dengan variabel yang lainnya.
Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam indeks “koefisien korelasi yaitu bilangan biasa yang bergerak antara -1 sampai dengan +1 yang tidak dapat ditafsirkan menjadi persen. Studi
ini menuntut adanya hipotesis yang mana peneliti menduga dan mengharapkan terdapatnya hubungan diantara variabel-variabel yang
E. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian Kuantitatif Deskriptif
Menurut Purwanto (2012) penelitian kuantitatif mempunyai kekuatan
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat hasil dari proses yang dihentikan, namun tidak efektif digunakan dalam penelitian yang mempersoalkan tentang proses yang berjalan, dinamika, dan interaksi. Penelitian
kuantitatif mempunyai kebenaran yang diterima secara sepakat oleh para pengamat, sehingga kesimpulan yang dicapainya kuat. Adapun kelemahannya
adalah perlakuannya pada manusia sebagai makhluk biologis yang pasif dan dapat dikendalikan oleh alam, sehingga perilakunya dapat dimanipulasi dengan memanipulasi lingkungannya.
Savela (2017) menjelaskan bahwa penelitian pendekatan kuantitatif berbeda dengan pendekatan kualitatif, mereka gagal dalam detail. Tidak dapat
disangkal bahwa. Setiap item hanya dapat diperiksa sampai batas tertentu, hanya menyediakan jenis informasi tertentu yang berlaku untuk semua item. Karena item harus disisipkan ke dalam sejumlah kategori terbatas, perbedaan halus antara item
dalam kategori tersebut tidak dapat diatasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif dapat menjelaskan tren dan pola penting, sesuatu yang tidak dapat dilakukan
pendekatan kualitatif, pendekatan kuantitatif dapat memberikan gambaran luas dan melindungi penelitian dari generalisasi yang salah. Selain itu, pendekatan kuantitatif mungkin juga bahkan menjadi prasyarat dalam penelitian LL.
2. Pada studi tertentu hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan dalam meramalkan situasi mendatang.
3. Menuntut ketajaman berpikir dalam menjelaskan fenomena.
4. Umumnya hasil penelitian hanya berlaku pada saat ini dan belum tentu berlaku pada masa yang akan datang.
5. Untuk jenis studi tertentu memerlukan waktu yang relatif lama, konsekuensinya biaya dan tenaga akan lebih besar.
Penelitian deskriptif tidak hanya mencari kebenaran namun lebih kepada
pemahan subyek terhadap dunia sekitar. Hal yang dominan dalam penelitian deskriptif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa
kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi akurasi hasil penelitian. Menurut Patton dalam Sutopo (2006: 92) triangulasi
merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling umum digunakan. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Pemeriksaan keabsahan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Furchan, A. (2004). Pengantar penelitian dalam pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Leary, M. R., Tambor, E. S., Terdal, S. K., & Downs, D. L. (1995). Self-esteem as an interpersonal monitor: The sociometer hypothesis. Journal of personality and social psychology, 68 (3), 518.
Purwanto. 2012. Metodologi penelitian kuantitatif untuk psikologi dan pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Savela, T. (2017). The advantages and disadvantages of quantitative methods in
schoolscape research. An International Research Journal (Linguistics and Education), 649, 11 doi: 10.1016/j.linged.2017.09.004
Scott W. VanderStoep and Deirdre J. Johnston, Research Methods for Everyday Life: Blending Qualitative and Quantitative Approaches (San Fransisco: John Wiley & Sons, 2009)
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.CV
Sumanto. (2014). Teori dan aplikasi metode penelitian. Yogyakarta: CAPS Suryabrata, S. (2014). Metodologi penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Susanti, E. (2013). Penelitian kualitatif. Metode penelitian sosial. Jakarta:
Kencana
Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Negeri
Lampiran :
Contoh Penelitian Deskriptif 1. Judul Penelitian:
KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA KELAS V SDIT DAARUL MUTTAQIEN SURABAYA
2. Penulis: Amrina Hidayatur Rohmah (2016) 3. Ruang Lingkup Masalah:
Adanya kesalahan berbahasa pada karangan siswa kelas V SDIT Daarul Muttaqien Surabaya.
4. Batasan Masalah:
a. Kesalahan ejaan : penggunaan tanda baca, kesalahan penulisan kata dan kesalahan penulisan huruf berupa kesalahan penulisan yang meliputi
perubahan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, penulisan huruf miring dan penggunaan huruf kapital.
b. Kesalahan pembentukan kata : kesalahan pengimbuhan, pengulangan dan pemajemukan.
c. Kesalahan penyusunan kalimat efektif : -5. Rumusan Masalah
1) Masalah Umum
Bagaimana kesalahan berbahasa pada karangan siswa kelas V SDIT Daarul Muttaqien Surabaya?
2) Masalah Khusus
a. Bagaimana kesalahan penggunaan ejaan pada karangan siswa kelas
V SDIT Daarul Muttaqien Surabaya?
b. Bagaimana kesalahan pembentukan kata pada karangan siswa kelas
V SDIT Daarul Muttaqien Surabaya?
6. Subjek Penelitian: siswa kelas V SDIT Daarul Muttaqien Surabaya, 18 siswa :
12 siswa, 6 siswi
7. Pendekatan Penelitian: Kualitatif 8. Jenis Penelitian: Penelitian Deskriptif 9. Prosedur Penelitian:
a. Peneliti berkoordinasi dengan pengajar untuk memberikan tes kepada subjek.
b. Tes yang diberikan kepada subjek harus diselesaikan dengan baik, yakni membuat karangan dengan topic ‘Liburan Sekolah”.
c. Peneliti mengumpulkan hasil tes yang telash dikejakan oleh subjek d. Peneliti memilah beberapa data hasil tes subjek berdasarkan data yang
dibutuhkan.
10. Data: berupa kata atau kalimat dalam karangan subjek yang mengalami kesalahan ejaan, pembentukan kata dan penyusunan kalimat efektif yang terdapat dalam karangan siswa.
11. Sumber Data: tes membuat karangan dengan topik ‘Liburan Sekolah’ yang
diberikan pengajar kepada subjek. 12. Instrumen Pengumpulan Data:
Lembar petunjuk penulisan karangan 13. Teknik Penganalisisan Data:
Menggunakan metode agih : metode yang beralat penentu bagian bahasa yang
bersangkutan.
14. Instrumen Penganalisaan Data: