• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hendri Maulana Special Topics in Managem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hendri Maulana Special Topics in Managem"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

“Relevansi Sektor Properti Dengan Bidang Akuntansi Manajemen”

Oleh :

Hendri Maulana

Master of Accounting Program – Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

Jl. Japati 4, Bandung. Indonesia Tel: +62 22-2535172

Email: hendrimaulana27@gmail.com

25th September, 2015

Lecturer : Dr. Harry Suharman, SE,. M.A,. Ak,. CA,. CSRS

I. LATAR BELAKANG

Sektor properti sejak dahulu menjadi selalu primadona investasi selain logam mulia. Para

investor, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman, perorangan hingga korporasi, selalu

menganggap investasi pada sektor properti adalah investasi paling aman dari sejumlah pilihan

investasi. Harga yang cenderung naik (pada nilai tanah) dinilai akan selalu menutupi depresiasi

pada nilai bangunan atau gedung, membuat para investor sangat yakin dan tidak ragu untuk

“bermain” investasi pada sektor properti. Pada makalah ini, penulis coba membahas mengenai

sektor properti dengan berdasarkan regulasi Pemerintah Republik Indonesia.

Pemerintah sebagai regulator, sudah membuat peraturan dan perundangan dengan

seksama yang mengatur tentang agraria, pertanahan, dan properti. Peran Pemerintah sebagai

regulator pun harus aktif dan tegas, tidak hanya sekedar membuat Undang-undang dan Peraturan

akan tetapi tegas memberikan sanksi jika ada pelanggaran yang terkait dengan sektor properti.

Sektor properti dapat dikatakan sebuah “lahan basah” bisnis investasi dari hanya sekedar

memenuhi kebutuhan primer “Papan”. Lebih banyak individu atau perusahaan yang berniat

investasi pada sektor properti daripada berniat untuk menjadikannya tempat tinggal. Pada titik

inilah Pemerintah harus hadir sebagai penyeimbang dan pemberi regulator untuk menjamin

sektor properti tidak dikuasai oleh pihak-pihak yang hanya mengingikan keuntungan semata. Serta menjamin agar semua masyarakat Indonesia terjamin hidupnya secara “Papan” dan memiliki tempat tinggal, tidak terkait fluktuatif harga properti karena supply-demand di Pasar.

(2)

2

penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,

pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.”

Sedangkan Pengertian Rumah Susun menurut UU No.20 tahun 2011 yaitu “adalah

bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam

bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan

merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,

terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan

tanah bersama.”

1.1 Rencana Umum Tata Ruang.

Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan:

 Rencana Umum Tata Ruang; dan

 Rencana Rinci Tata Ruang.

Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud di atas secara berhierarki terdiri atas:

 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan

 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas terdiri atas:

 Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional;

 Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan

(3)

3

Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas disusun sebagai perangkat

operasional rencana umum tata ruang. Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas

disusun apabila:

 Rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau

 Rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum

dioperasionalkan.

Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud di atas dijadikan dasar bagi penyusunan

peraturan zonasi.

1.2 Cakupan Rencana Tata Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana

tata ruang wilayah kabupaten/kota mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk

ruang di dalam bumi.

1.3 Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang

Rencana tata ruang dapat ditinjau kembali. Peninjauan kembali rencana tata ruang

sebagaimana dimaksud dapat menghasilkan rekomendasi berupa:

 Rencana tata ruang yang ada dapat tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya; atau

 Rencana tata ruang yang ada perlu direvisi.

Apabila peninjauan kembali rencana tata ruang menghasilkan rekomendasi sebagaimana

dimaksud di atas, revisi rencana tata ruang dilaksanakan dengan tetap menghormati hak yang

dimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut

mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali rencana tata ruang sebagaimana dimaksud di

(4)

4

1.4 Muatan Rencana Tata Ruang

Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.

Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud meliputi rencana sistem pusat permukiman dan

rencana sistem jaringan prasarana. Hal ini meliputi kawasan lindung dan budi daya.

Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud meliputi

peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan,

dan keamanan. Dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud di atas, dalam

rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari

luas daerah aliran sungai. Penyusunan rencana tata ruang harus memperhatikan keterkaitan antar

wilayah, antarfungsi kawasan, dan antarkegiatan kawasan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata

cara penyusunan rencana tata ruang yang berkaitan dengan fungsi pertahanan dan keamanan

sebagai subsistem rencana tata ruang wilayah diatur dengan peraturan Pemerintah.

1.5 Penetapan Rencana

Penetapan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah

provinsi dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari

Menteri. Penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang

wilayah kabupaten/kota dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan

substansi dari Menteri setelah mendapatkan rekomendasi Gubernur.

Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tata cara penyusunan rencana tata ruang

wilayah provinsi dan penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud di atas diatur dengan peraturan Menteri.

II. REGULASI, PERATURAN, DAN PERUNDANGAN PROPERTI

Pemerintah Republik Indonesia sudah mengatur dengan sangat jelas mengenai sektor

properti, dan menganggapnya sebagai salah satu sektor yang menopang perkembangan

infrastruktur dan ekonomi di Indonesia. Pemerintah juga melakukan kerjasama dan monitoring

teratur dengan organisasi Real Estate Indonesia (REI) terhadap perkembangan dan pengawasan

sektor properti (disamping pengawasan dilakukan oleh Kementerian PU dan Perumahan Rakyat,

(5)

5

Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang pokok-pokok dasar agraria. Dalam pasal 16

berbunyi:

(1) Hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 ialah :

a. hak milik,

b. hak guna usaha,

c. hak guna bangunan,

d. hak pakai,

e. hak sewa,

f. hak membuka tanah,

g. hak memungut hasil hutan,

h. hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan

dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang

disebutkan dalam pasal 53.

Selain UU No.5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria, berikut ini juga merupakan

regulasi-regulasi terkait sesuai penjelasan dari pihak REI (terlampir pada makalah):

 Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1996, tentang kepemilikan properti oleh pihak asing  UU No.24 Tahun 1992, tentang perumahan dan pemukiman.

 UU No.21 Tahun 1997, tentang bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.  UU No.18 Tahun 1999, tentang jasa konstruksi.

 UU No.26 Tahun 2007, tentang penataan tata tuang.

 UU No.28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah (PBB)  UU No.1 Tahun 2011, tentang perumahan dan kawasan pemukiman.  UU No.20 Tahun 2011, tentang rumah susun.

Undang-undang ini diberlakukan untuk mengatur sektor properti. Pemerintah sudah

mengatur sedemikian rupa agar jelas batasan dan aturan mengenai kepemilikan, hak dan

kewajiban, serta terlindunginya semua elemen masyarakat baik perorangan maupun perusahaan.

Sehingga diharapkan dapat terlaksana penyediaan pemukiman merata bagi seluruh rakyat

(6)

6

III. PEMBAHASAN

Perusahaan pengembang (developer) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

bisnis properti, baik pemukiman, perumahan, perkantoran, hingga rumah susun. Banyak pihak

yang belum paham, menganggap pengembang properti itu tidak ada bedanya dengan para

spekulan tanah. Memborong tanah di mana-mana, untuk kemudian menjual kembali dengan

harga berlipat-lipat. Tanah bagi pengembang adalah bagian dari faktor produksi seperti halnya

modal (capital) dan tenaga kerja. Adalah kerugian bagi pengembang menjual tanah sebelum ia

kembangkan menjadi produk lain yang memiliki nilai tambah bagi lingkungan, masyarakat dan

perusahaan tentunya.

Perusahaan pengembang yang memiliki ijin usaha di suatu daerah, sebelum membangun

proyeknya, terlebih dahulu harus memiliki berbagai perizinan. Salah satunya adalahSurat Izin

Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT). Setelah ada SIPPT baru bisa dilakukan perencanaan

pengembangan, disesuaikan dengan aturan perundang-undangan yang ada.

Pengembang harus mengikuti aturan Pemerintah bahwa luas efektif tanah yang bisa

dikembangkan itu hanya 50% - 60% dari total luas tanah yang dimiliki karena diharuskan

menyediakan fasilitas umum, ruang terbuka hijau, fasilitas sosial, dan lain-lain sesuai dengan

yang tertera pada peraturan perundangan yang berlaku.. Jadi, jika harga beli tanah mentah

sebesar Rp 3.500.000/m2, maka modal tanah berdasarkan luas efektif sebenarnya sudah menjadi

Rp. 7.000.000/m2. Ketika melihat bahwa harga pembelian awal murah, pihak awam akan

langsung mengatakan bahwa pengembang untung besar. Mereka tidak melihat proses panjang

dan potensi resiko yang harus dilalui pengembang. Misalnya, ketika tanah tidak dapat diakuisisi

dengan baik, tanah tidak dapat dikembangkan, akhirnya hanya menjadi investasi mati.

Risiko yang sangat besar, manajemen biaya yang baik, alur supply chain dan value chain,

hingga customers profitability analysis merupakan “pekerjaan” berat bagi akuntan manajemen

pada perusahaan pengembang. Dengan besarnya investasi ekuitas pada perusahaan pengembang

bukan berarti perusahaan akan serta merta mendapatkan laba yang tinggi dengan perputaran

pengembalian investasi yang cepat. Berikut penulis akan coba menganalisis berdasarkan empat

(7)

7

relevant cost, Responsibility center. Jika digambarkan dalam diagram, akan terlihat seperti :

3.1 Customer Profitability Analysis (CPA)

Definisi CPA menurut Hongren et al (2013 : 475) yaitu analisis dan pelaporan

pendapatan yang diperoleh dari pelanggan dan biaya–biaya yang terjadi untuk memperoleh

pendapatan tersebut. Sedangkan menurut Hilton et al (2012:159) adalah pendekatan manajemen

biaya yang mengindentifikasikan biaya dan manfaat dari pelayanan kepada pelanggan atau

kelompok pelanggan tertentu untuk meningkatkan profitabilitas organisasi (perusahaan) secara

keseluruhan.

Customer Profitability Analysis saat ini menghadirkan suatu arah yang penting untuk

akuntansi manajemen. Customer Profitability Analysis menyediakan manajemen dengan cara

menganalisis penjualan ke pelanggan untuk menentukan apakah perusahaan secara keseluruhan

menguntungkan dalam penjualan dengan pelanggan tertentu. Perusahaan menggunakan data

profitabilitas pelanggan untuk memahami kontribusi laba dari hubungan pelanggan, dalam

menandingkan biaya jasa yang meningkat dengan manfaat (Hansen dan Mowen, 2009: 176).

Customer

Profitabilty

Analysis

Cost

Reduction

Relevan Cost

(8)

8

CPA akan menjadi sangat penting sebelum perusahaan pengembang memutuskan untuk

memulai pelaksanaan proyek pembangunan properti di suatu tempat. Teknik CPA akan secara

jelas membuat mapping segmentasi pasar yang ditargetkan, harga pasaran yang diinginkan

konsumen, tingkatan profit yang diperoleh, dan identifikasi biaya-biaya yang timbul untuk

mewujudkan target yang ditetapkan oleh perusahaan pengembang.

3. 2 Cost Reduction

Semakin meningkatnya harga-harga bahan baku, hingga direct labor cost yang

mengerjakan produk properti menjadi tantangan yang luar biasa bagi perusahaan pengembang.

Hal ini, menjadikan perusahaan pengembang mengadaptasi teknik akuntansi manajemen dalam

(9)

9

Sepertinya penekanan pada direct labor cost lebih akan dibahas pada poin relevan cost,

dikarenakan semakin terbatasnya sumber daya manusia yang memang kompeten dalam bidang

ini, maka akan sangat wajar jika terkadang komponen ini besarnya bisa melebihi biaya beban

bahan baku. Direct labor cost untuk level pelaksana mungkin dapat dikurangi, akan tetapi pada

level supervisi (arsitek, ahli teknik sipil, ahli struktur tanah, dll) akan sedikit sulit direduksi.

Maka pada poin cost reduction ini, perusahaan pengembang akan lebih memfokuskan diri

terhadap bahan baku bangunan dengan melakukan cara supply chain vendor management system.

Penerapan supply chain vendor management system akan mereduksi beberapa biaya.

Selain mendapatkan harga yg lebih murah karena memutus mata rantai persediaan, pemilihan

vendor supplier yang baik juga akan sangat berpengaruh besar terhadap reduksi biaya tanpa

mengurangi kualitas. Bahan baku yang berkualitas, efisiensi waktu (karena pengiriman bahan

baku tidak terlambat dan selalu tertangani dengan baik), mendapatkan harga yang lebih murah

karena kerjasama dan pembelian partai besar, akan sangat berpengaruh terhadap reduksi biaya

bahan baku. Adapun pengoptimalan biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung akan

dibahas pada poin relevan cost.

3.3 Relevan Cost

Relevant cost atau biasa disebut juga biaya sesungguhnya adalah semua biaya-biaya yang

sesungguhnya dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah produk. Yang termasuk ke dalam relevan

cost yaitu biaya produksi (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik) dan

biaya non-produksi (biaya pemasaran atau penjualan dan biaya administrasi).Biaya relevan

(relevant cost) adalah biaya yang berbeda diantara beberapa alternatif. Relevant cost identik

dengan avoidable cost . Biaya yang dapat dihindari ( avoidable cost), yaitu biaya yang dalam

analisisnya dapat dikeluarkan dalam jumlah keseluruhan (total) maupun dalam bagian–bagian

yang dianalisis dengan diambilnya suatu alternatif.

Relevant cost selalu terkait pengambilan keputusan jangka pendek. Teknik akuntansi

manajemen yang dilakukan terkait pada poin relevant cost yaitu biasanya melakukan

outsourcing tenaga kerja pembangunan atau menggupah tenaga kerja pembangunan dengan

skema pemborongan. Adapun untuk tenaga ahli sipil, arsitek, ahli tanah, biasanya perusahaan

(10)

10

Sehingga ketika tidak ada penggarapan project yang dilakukan, para tenaga ahli tersebut tidak

mendapatkan upah, sama seperti halnya para tenaga kerja pembangunan. Akan tetapi, biasanya

perusahaan pengembang juga memiliki tenaga ahli tetap untuk menentukan standar dan

melakukan supervisi. Dengan sistem penerapan pekerjaan outsourcing dan perjanjian kontrak

tertentu, maka perusahaan pengembang dapat mengendalikan direct cost dengan efisien.

Selain penerapan kebijakan di atas, perusahaan pengembang juga biasanya menerapkan

sistem agency terhadap para tenaga marketingnya. Dikarenakan penjualannya tidak semudah dan

se-likuid barang manufaktur lain, maka tenaga marketing pada perusahaan pengembang

diperlakukan seperti agen, dimana mereka tidak diwajibkan untuk masuk kantor setiap hari

kerjanya, tidak mendapatkan gaji tetap (sekalipun ada, jumlahnya dapat terbilang kecil) akan

tetapi tenaga marketing tersebut akan mendapatkan insentif yang cukup besar ketika mereka

berhasil menjual atau mencapai targetnya. Skema seperti ini lumrah dilakukan oleh para

perusahaan pengembang untuk menghindari pembayaran gaji kepada tenaga marketing yang

tidak berkinerja baik. Sehingga mendorong para tenaga marketing untuk menjual dan mencapai

targetnya dan tidak bersikap pasif menunggu klien.

3.3 Responsibilty Center

Responsibilty center menurut Hansen & Mowen (2005:116) adalah Pusat

pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab

terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu. Perusahaan pengembang menerapkan

responsibility center hampir mirip dengan kebanyakan perusahaan pada umumnya. Kantor pusat

berstatus sebagai profit center dan investment center. Sedangkan cabang-cabang disetiap daerah

atau kota hanya sebagai revenue center. Cabang di setiap kota biasanya disebut kantor

(11)

11

Setiap cabang pemasaran diisi oleh kepala cabang pemasaran yang dinilai kinerjanya dari

revenue penjualan mereka, beberapa staf administrasi, tenaga marketing dengan sistem kontrak

tertentu. Kantor cabang pemasaran ini bebannya ditanggung oleh Kantor pusat. Demikian juga

apabila ada pembangunan proyek, semua dikelola oleh pusat walaupun terdapat pada daerah

tertentu. Kantor pusat mengelola biaya semua kantor cabang pemasaran, sedangkan apabila

penjualan ditangani oleh agen properti maka komisi penjualan pun menjadi beban kantor pusat.

IV. KASUS-KASUS PADA SEKTOR PROPERTI

Kasus-kasus pada bidang properti dapat dikatakan sangat beragam dan banyak. Dari

mulai sengketa lahan, investasi bodong, hingga kerugian nilai jual yang tidak sebesar nilai beli.

Ini menunjukan bahwa sektor properti masih menjadi primadona dalam investasi, walaupun tidak

semua rakyat merata dapat memiliki tempat tinggal, dan banyak diantaranya dikuasai oleh para

spekulan dengan harga yang sangat mahal. Tingkat kenaikan tanah setiap tahunnya sangat tinggi

dan cenderung tidak dapat dikendalikan, dengan atas dasar inilah banyak orang atau perusahaan

berbondong-bondong berinvestasi dalam bidang properti. Kasus-kasus bidang properti pasti tidak

akan lepas dari sektor perbankan, asuransi, perusahaan pengembang, dan pemerintah sebagai

pemberi regulator. Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang terjadinya bubble property di

Amerika pada tahun 2008 yang ditengarai sebagai salah satu penyebab memperburuknya

keadaan ekonomi Amerika serikat yang berimbas menjadi krisis ekonomi dunia.

“Sejak tahun 1925, di Amerika Serikat (AS) sudah ada Undang-undang Mortgage, yaitu peraturan yang berkaitan dengan sektor properti, termasuk kredit pemilikan rumah. Semua warga

AS asalkan memenuhi syarat tertentu bisa mendapatkan kemudahan kredit kepemilikan properti,

seperti KPR. Sebelum krisis, Alan Greenspan, selaku Ketua The Fed, bank sentral Amerika

Serikat, menerapkan suku bunga rendah pada kisaran 1 hingga 2 persen.

Kemudahan pemberian kredit terjadi ketika harga properti di AS sedang naik. Kegairahan

pasar properti membuat spekulasi di sektor ini meningkat. Para penyedia kredit properti

memberikan suku bunga tetap selama tiga tahun. Hal itu membuat banyak orang membeli rumah

dan berharap bisa menjual dalam tiga tahun sebelum suku bunga disesuaikan. Permasalahannya,

banyak lembaga keuangan pemberi kredit properti di Amerika Serikat menyalurkan kredit

(12)

12

dengan latar belakang non-income non-job non-activity (NINJA) yang tidak mempunyai

kekuatan ekonomi untuk menyelesaikan tanggungan kredit yang mereka pinjam.

Bubble lifecycle graphic

Pada saat suku bunga KPR berubah pada akhir tahun kedua menjadi adjustable rate

(suku bunga penyesuaian/dinaikkan) dari 1-2 persen menjadi 5 persen, kewajiban pembayaran

bulanan konsumen meningkat secara drastis. Hal tersebut menyebabkan konsumen yang

memang kurang layak mendapatkan kredit, mengalami kesulitan membayar cicilan KPR

sehingga banyak kasus gagal bayar terjadi.

Penurunan pertumbuhan sektor perumahan yang sudah mulai terlihat sejak awal 2006

yang ditandai peningkatan harga rumah dan suku bunga kredit properti juga dipengaruhi oleh

predatory lending practice (kecurangan dalam penyaluran kredit) oleh penyalur kredit properti.

Banyak konsumen yang tidak layak menerima kredit dibujuk dengan bermacam taktik dengan

harapan jika terjadi gagal bayar, maka agunan akan dieksekusi dan penyalur KPR mendapat

keuntungan dari penjualan rumah kembali sehingga para lembaga penyalur kredit properti

(13)

13

bervariasi tanpa mengenal secara mendalam karakterisktik risiko serta melunakkan ketentuan

mendapatkan kredit properti.

Di sisi lain, ketika kredit perumahan disekuritisasi (diperjualbelikan antar lembaga

keuangan di pasar modal) menjadi produk instrumen investasi derivatif bertingkat, maka

gelembung likuiditas makin besar, sehingga turut mempengaruhi banyak lembaga keuangan dari

berbagai penjuru dunia.

Sementara di sisi lain, untuk memberikan kredit, lembaga-lembaga itu umumnya

meminjam dana jangka pendek dari pihak lain, termasuk lembaga keuangan. Perusahaan

pembiayaan kredit rumah juga menjual surat utang (mirip subprime mortgage securities) kepada

lembaga- lembaga investasi dan investor di berbagai negara. Beberapa perusahaan pembiayaan

kredit rumah, contohnya Fannie Mae & Freddie Mac mendapatkan dana dengan menjual surat

utang ke bank komersial, bank devisa, atau perusahaan asuransi, diantaranya Lehman Brothers

atau AIG. Ketika terjadi kredit macet di sektor properti, surat utang yang ditopang oleh jaminan

debitur berkemampuan pembayaran KPR rendah itu, mengalami penurunan harga, sehingga

mempengaruhi likuiditas keuangan pasar modal dan sistem perbankan (kredit macet). Setelah itu,

terjadi pengeringan likuiditas lembaga-lembaga keuangan akibat tidak memiliki dana aktiva

untuk membayar kewajiban yang ada. Ketidakmampuan membayar kewajiban tersebut membuat

lembaga keuangan lain yang memberikan pinjaman juga terancam bangkrut Kondisi yang

dihadapi lembaga-lembaga keuangan besar di Amerika Serikat juga mempengaruhi likuiditas

lembaga keuangan lain, yang berasal dari Amerika Serikat maupun di luar Amerika Serikat.

Terutama lembaga yang menginvestasikan uangnya melalui instrumen lembaga keuangan besar

di Amerika Serikat. Pada saat inilah krisis keuangan global mulai terjadi.

Masalah subprime mortgage di Amerika Serikat sudah diprediksi akan menjadi

gelembung subprime (bubble), akan tetapi pemerintah Amerika Serikat terus mengucurkan uang

dan menurunkan suku bunga untuk mengangkat sektor industri teknologi yang mengalami

penurunan. Usaha Pemerintah AS dengan memberikan dana talangan pemerintah sebesar USD

700, hanya bersifat sementara untuk dapat meredam gejolak pasar. Hal ini disebabkan mayoritas

investor di seluruh dunia terpaksa menjual portofolio saham yang dimiliki secara besar-besaran

untuk menutupi kebutuhan likuiditas sehingga mengakibatkan terguncangnya pasar modal dunia.

(14)

14

saham jatuh 777.7 poin akibat penolakan bailout oleh House of Representative, ikut juga menjual

portofolio yang ditanam di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Burs-bursa dunia mengalami

koreksi yang besar.” (Tanti Novianti, 2010, “Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Perekonomian Indonesia”, Jurnal ilmiah IPB)

Berdasarkan contoh kasus yang terjadi di atas, dapat dikatakan bahwa lack of control

terhadap sektor properti dapat membawa dampak yang sistemik terhadap perekonomian secara

keseluruhan. Peran akuntan manajemen sangat vital ketika diharuskan memitigasi risiko dari

perusahaan pengembang properti, melakukan Customers profitablity analysis, aktif memberikan

masukan dan saran kepada pemangku keputusan, efisiensi dalam pengelolaan biaya produksi dan

tenaga kerja, sehingga perusahaan pengembang dapat going concern. Peran pemerintah sebagai

regulator, OJK sebagai regulator sektor perbankan dan asuransi pun sangat penting. Sehingga

terjadi sinergi, tidak merugikan salah satu pihak, dan membuat sektor properti menjadi bisnis

yang sehat sekaligus sebagai pemenuhan kebutuhan primer yang bisa memenuhi kebutuhan

masyarakat

V. KESIMPULAN

Sektor Properti memang menjadi hal yang sangat menjanjikan baik sebagai pemenuh

kebutuhan primer, maupun sebagai salah satu bentuk investasi. Pemerintah sudah mengatur

dengan cukup ketat untuk sektor properti, walaupun tidak dapat dipungkiri masih banyak hal

yang harus dibenahi agar sektor properti dapat menjadi bisnis yang lebih baik lagi.

Akuntansi manajemen memberikan peranan yang sangat penting, dimana banyak sekali

konsep dan teori yang diimplementasikan pada sektor properti. Konsep customer profitability

analysis, cost reduction, cost management, value chain vendor management, hingga

responsibility center sudah lumrah digunakan dalam perusahaan pengembang sektor properti.

Bahkan konsep untuk memitigasi risiko secara akuntasi dan manajemen pun diterapkan untuk

menghindari dan meminimalisir risiko-risiko yang ada, salah satunya yaitu bubble property

seperti yang terjadi di Amerika pada tahun 2006-2008.

Diharapkan, dengan adanya peran dari disiplin ilmu akuntansi manajemen dalam sektor

properti dapat bersinergi dengan regulasi dari pemerintah dan tidak merugikan para pengusaha

(15)

15

DAFTAR PUSTAKA

Afsah, Y. 2008. Impact of Financial Crisis Industrial Growth and Enviromental Performance in

Indonesia.http://www.p2pays.org/ref/22/21735.pdf

Hongren, et al. 2013. Cost Accounting : a Managerial Emphasis. 14th Edition. Pearson

Education, New Jersey.

International Monetary Fund. 2008. World Economic Outlook: Financial Stress, Downturns,

and Recoveries. Washington, DC: IMF.

Indonesian Institute for Infrastructure Studies, PerencanaanTata Ruang dan Umum.

http://www.penataanruang.com

Novianti, T. 2010, “Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Perekonomian Indonesia”,

Jurnal ilmiah IPB http://www.agrimedia.ipb.ac.id

Website Resmi Real Estate Indonesia, Organisasi Perusahaan Pengembang Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Perangkat lunak pertama yaitu perangkat lunak assembler-51 yang digunakan untuk mengoperasikan mikrokontroler AT89S51 sebagai CPU pada sistem minimum guna mengendalikan

3. UKOM terdiri dari ujian utama dan ujian susulan. Peserta didik yang tidak dapat mengikuti ujian utama, dengan alasan sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan

Ada beberapa argument yang menolak poligami salah satu diantaranya adalah, kemampuan untuk bersikap adil, buruknya perlakuan para suami yang berpoligami terhadap

Solyali (2015), Kim (2015) mengembangkan sebuah penelitian dalam tantangan menangani ketidakpastian permintaan dalam permasalahan yang ada di management

Hal i ni merujuk pada hasil wawancara dengan beberapa pelaku UMKM dimana sebagian besar menjawab sudah puas dengan keadaan sekarang, “ ngeten niki pun payu kok ” (seperti ini

Fokus penggunaan dana desa dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat desa telah sesuai dengan prioritas penggunaan dana desa tahun 2016 dan 2017, yaitu mengutamakan

Pada penelitian ini menggunakan panel surya 50 wp yang telah didesain oleh peneliti sehingga dapat menganalisa pengaruh efek suhu terhadap kinerja panel

Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya