BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian di Indonesia semakin pesat, hal ini ditandai
dengan banyaknya perusahaan perbankan yang beroperasi di Indonesia baik yang
beroperasi secara lokal maupun yang beroperasi berskala internasional. Bank
merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan,
menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Setiap perusahaan membutuhkan karyawan yang menarik serta mampu
bekerja lebih baik dan lebih cepat, sehingga diperlukan karyawan yang
mempunyai job performance yang tinggi (Douglas, 2000). Penampilan dalam
bekerja adalah salah satu faktor penting dalam mendukung performa bagi
karyawan di tempat kerja (Rickieno, 2008). Seperti yang diketahui bahwa
penampilan pegawai bank selama ini dianggap lebih menarik, dibanding
penampilan pegawai di lingkungan kerja lainnya. Maka untuk itu setiap bank
perbankan agar dapat melayani setiap produk perbankan yang ditawarkan secara
cepat, tepat, dan memuaskan.
Bagi karyawan perbankan bukan menjadi rahasia umum lagi ketika
tanggung jawab pekerjaan yang mereka emban menghabiskan sebagian besar
waktu maupun pikiran mereka (Raharjo, 2009). Hal tersebut akan menjadi beda
ketika karyawan yang bersangkutan sudah menikah dan mempunyai keluarga.
Tuntutan tanggung jawab mereka akan menjadi bertambah dengan adanya
kehidupan baru yang mereka miliki. Tuntutan atau harapan berbagai peran yang
dimainkan dapat menyebabkan karyawan mengalami konflik peran (Henslin,
2005). Konflik peran terjadi ketika tuntutan atau harapan berbagai peran muncul
secara bersamaan dan saling bertentangan (Newman & Newman, 2006).
Penjelasan diatas didukung berdasarkan kutipan yang diambil dari hasil
komunikasi interpersonal dengan beberapa karyawan bank:
“ Jumlah jam kerja yang dilakukan karyawan bank seperti kami berbeda
dengan karyawan di tempat lainnya, karena karyawan bank pada
umumnya harus datang pagi-pagi ke kantor untuk melakukan briefing
sebelum melayani nasabah ”.
Selanjutnya dari kutipan komunikasi interpersonal dari karyawan lainnya
didapat hasil:
“ Kami harus bekerja melayani nasabah mulai jam kerja dari pukul
08.00-16.00 Wib. Setelah jam pelayanan dengan nasabah, kami harus
berapa pemasukan yang didapat, jumlah perkreditan yang didapat satu
hari ”.
Mengutip dari laporan yang disampaikan oleh USA Today mengenai
tuntutan karyawan akan pekerjaan yang dijalani seperti diberitakan oleh Armour
(2002) diperoleh laporan bahwa sebanyak 32 % karyawan menginginkan adanya
keseimbangan antara pekerjaan dan kebutuhan untuk kehidupan pribadi mereka.
Untuk keamanan pekerjaan, para karyawan hanya menempatkan sebanyak 22 %
di susul dengan gaji sebanyak 18 %. Dari data tersebut dapat diperoleh informasi
bahwasanya karyawan menempatkan pemenuhan kebutuhan keluarga paling
tinggi dan bahkan melebihi penempatan gaji yang mereka peroleh dalam bekerja.
Selanjutnya, sebuah studi lain yang dilakukan oleh Financial Times yang
menyebutkan bahwa masalah rumah tangga bagi para karyawan di bagian
pelayanan akan menurunkan kinerja mereka dalam memberikan pelayanan kepada
konsumen (Furnham, 2002).
Karyawan juga dituntut untuk menyeimbangkan waktu, tenaga dan pikiran
antara keluarga dan pekerjaan. Belum berhasilnya seseorang dalam
menyelaraskan peran dalam pekerjaan dengan peran dalam keluarga, maka akan
berujung pada terjadinya work family conflict. Work family conflict adalah bentuk
tekanan atau ketidakseimbangan peran antara peran di pekerjaan dengan peran di
dalam keluarga (Greenhaus & Beutell, 1985). Poelmans (2001) menyatakan
bahwa terjadinya work family conflict mengakibatkan beberapa outcomes negatif
stress pekerja dan gangguan kesehatan. Pendapat serupa dikemukakan oleh
Voydanoff (1995) bahwa work family conflict berdampak pada kehidupan
individu yang bersangkutan baik itu secara pribadi (kehidupan rumah tangga)
maupun profesional (pekerjaan).
Selanjutnya Greenhaus dan Beutell (1985) menyatakan bahwa seseorang
yang mengalami work family conflict akan merasakan ketegangan dalam bekerja.
Konflik peran yang dialami bersifat psikologis, gejala yang terlihat pada individu
yang mengalami konflik peran adalah frustasi, rasa bersalah, kegelisahan, dan
keletihan.
Konflik keluarga dan pekerjaan dapat terjadi pada saat seseorang berusaha
memenuhi tuntutan perannya dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi
oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya
(Frone, 1992). Usaha pekerja dalam memenuhi tuntutan dan keterlibatan terhadap
pekerjaan dipengaruhi oleh job characteristic (Aldag & Wayne, 2000).
Hackman dan Oldham (1980) menjelaskan job characteristic sebagai
aspek internal dari suatu pekerjaan yang mengacu pada isi dan kondisi pekerjaan.
Suatu pekerjaan yang memiliki karakteristik yang menarik bagi karyawan dan
menyenangkan untuk dikerjakan dapat menimbulkan motivasi bagi karyawan
tersebut. Suatu pekerjaan juga dapat di desain sedemikian rupa supaya dapat
memberi motivasi, menghasilkan kepuasan kerja dan produktif bagi karyawan
yang mengerjakannya (Sigit, 2003). Job characteristic juga digunakan sebagai
mereka, kondisi tugas tersebut meliputi skill variety, task identity, task
significance, autonomy dan feedback (Hackman & Oldham, 1976).
Hackman dan Oldham (1980) dengan kelima dimensi kerja dari job
Characteristic, karyawan akan termotivasi untuk menampilkan kerja yang
berkualitas tinggi, puas dengan pekerjaannya, mempunyai tingkat kemangkiran
yang rendah dan angka turnover yang rendah pula. Selanjutnya, Hackman dan
Oldham (1980) menempatkan skill variety, task identity, task significance secara
bersama-sama dapat menciptakan pengalaman kerja yang bermakna. Artinya, jika
ketiga karakteristik ini ada dalam suatu pekerjaan, maka pemegang pekerjaan itu
akan memandang pekerjaan itu sebagai hal yang penting, berharga, dan ada
gunanya untuk dikerjakan. Autonomy memberikan karyawan suatu perasaan
tanggung jawab pribadi untuk hasil kerja yang didapat. Feedback digunakan
karyawan dalam menghasilkan pengetahuan mengenai seberapa efektif ia bekerja.
Kelima inti dari Job characteristic juga efektif dalam menggambarkan
perilaku seseorang, yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi (Robbins,
2002). Ketika pekerja mempunyai kebutuhan prestasi yang tinggi maka tuntutan
terhadap pekerjaan akan semakin besar. Waktu dan upaya yang berlebihan dipakai
untuk bekerja mengakibatkan kurangnya waktu dan energi yang bisa digunakan
untuk melakukan aktivitas-aktivitas keluarga. Pekerja yang tidak mampu
membagi waktu kerja dengan dengan tuntutan keluarga akan memunculkan
family conflict. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk
meneliti hubungan antara job characteristic dengan work family conflict pada
karyawan sektor perbankan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Apakah terdapat hubungan antara job characteristic dengan work family conflict
pada karyawan sektor perbankan?
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui hubungan antara job characteristic
dengan work family conflict pada karyawan sektor perbankan.
2. Mengetahui hubungan antara dimensi job characteristic: skill variety, task
identity, task significance, autonomy dan feedback dengan work family
conflict pada karyawan sektor perbankan.
3. Mengetahui deskripsi mengenai subjek penelitian dan tingkatan job
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan
dan perluasan teori untuk ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi industri
dan organisasi yang berfokus pada hubungan job characteristic dengan work
family conflict pada karyawan sektor perbankan. Dapat memperkaya wawasan
mengenai job characteristic, work family conflict dan bagaimana hubungan antara
keduanya. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi
baru untuk bahan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat
menjadi bahan masukan yang bermanfaat untuk bisa lebih mengerti mengenai
hubungan job characteristic dengan work family conflict pada karyawan yang
bekerja pada sektor perbankan. Selain itu dapat diperoleh mengenai tingkat dari
job charcteristic dan tingkat work family conflict yang dapat disampaikan pada
pihak managemen.
E. Sitematika Penelitian
Bab I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang permasalahan, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sitematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang
menjadi objek penelitian, meliputi landasan teori dari work family
conflict dan job characteristic
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisikan identifikasi variabel-variabel yang diteliti, definisi
operasional, subjek penelitian, alat ukur yang digunakan, metode
pengambilan sampel, dan metode analisis data.
Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisikan gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian,
dan pembahasan hasil penelitian yang merupakan perbandingan
hipotesis dengan teori-teori atau hasil penelitian terdahulu.
Bab V : Kesimpulan dan Saran.
Pada bagian ini akan membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian
dan saran yang diberikan oleh peneliti baik itu untuk penyempurnaan
penelitian ataupun untuk penelitian yang berhubungan dengan apa yang