• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Rd. Vera Farohatul M., 2008 Penggunaan Kunci Determinasi …

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh penggunaan kunci determinasi dalam mengungkap kemampuan keterampilan proses sains siswa. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar observasi untuk menjaring kemunculan keterampilan proses siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, angket untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan kunci determinasi sebagai alat bantu belajar, dan juga soal pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan dan pemahaman konsep siswa. Jenis keterampilan proses sains yang diteliti dalam penelitian ini mencakup keterampilan proses siswa dalam mengobservasi, berkomunikasi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi.

1. Hasil Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Lembar Observasi

Kemampuan keterampilan proses sains siswa yang diteliti pada penelitian ini meliputi keterampilan siswa dalam mengobservasi, berkomunikasi, mengklasifikasi, dan juga menginterpretasi. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui dan mengungkap kemunculan kemampuan keterampilan proses sains siswa tersebut adalah melalui lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan berisi beberapa indikator dari aspek observasi, komunikasi, klasifikasi, dan juga interpretasi. Skor yang diperoleh seluruh

(2)

siswa untuk masing-masing indikator kemudian dipersentasekan dan ditafsirkan berdasarkan cara dari Somantri (1989) dalam Puspitarona (2004).

a.Hasil Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Mengobservasi

Tabel 4.1. Frekuensi Kemunculan KPS Mengobservasi

Indikator Jumlah Siswa % Tiap

KPS Observasi dalam Kelompok Indikator

1 2 3 4 5 6 7

1. Siswa mengamati hewan-hewan dengan

4 3 2 2 4 3 2 57,14%

menggunakan indera mata dan indera

2. Siswa mengamati hewan-hewan hanya 5 5 5 5 5 5 5 100%

dengan menggunakan indera mata saja.

3. Siswa mengamati ciri-ciri morfologi 4 3 2 2 3 3 2 54,29% hewan (misalnya: jumlah kaki, antena, dll).

4. Siswa antusias dalam melakukan 4 3 5 3 4 4 3 74,29%

hewan-hewan.

5. Siswa bersemangat pada saat mengobservasi 5 5 4 3 4 5 5 88,57%

hewan-hewan Arthropoda.

6. Semua siswa dalam kelompok saling 5 3 4 5 4 3 3 77,14%

sama dalam mengobservasi hewan-hewan.

7. Siswa menemukan fakta yang relevan 4 3 4 3 4 3 3 65,71%

sesuai dengan teori.

8. Siswa dalam kelompok mengamati hewan- 5 4 5 4 5 4 4 88,57%

hewan pada saat kegiatan mengobservasi

hewan.

9. Siswa menggunakan lup untuk mengamati 2 2 2 2 2 1 1 34,29%

hewan-hewan.

Rata-rata % Untuk semua indikator 71,11%

Berdasarkan tabel 4.1. kemampuan keterampilan siswa dalam mengobservasi/mengamati muncul bervariasi untuk setiap indikatornya. Pada indikator pertama yaitu siswa mengamati hewan-hewan dengan menggunakan indera mata dan indera peraba,

(3)

dimunculkan dengan baik oleh sebagian besar siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 57,14%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing empat siswa pada kelompok satu dan lima; masing-masing tiga siswa pada kelompok dua dan enam; masing-masing dua siswa pada kelompok tiga, empat, dan tujuh. Untuk indikator kedua yaitu siswa mengamati hewan-hewan hanya dengan menggunakan indera mata saja, dimunculkan dengan baik sekali oleh seluruh siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 100%, dengan jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing lima siswa pada setiap kelompok. Indikator ketiga yaitu siswa mengobservasi ciri-ciri morfologi hewan (misalnya: jumlah kaki, antena, dll), dimunculkan dengan baik oleh sebagian besar siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 54,29%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah empat siswa pada kelompok satu; masing-masing tiga siswa pada kelompok dua, lima, dan enam; dan masing-masing dua siswa pada kelompok tiga, empat, dan tujuh. Kemudian indikator keempat yaitu siswa antusias dalam mengobservasi hewan-hewan, dimunculkan dengan baik oleh sebagian besar siswa dari semua kelompok dengan persentase sebesar 74,29%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing empat siswa pada kelompok satu, lima, dan enam;

(4)

terdapat lima siswa pada kelompok tiga; dan masing-masing tiga siswa pada kelompok dua, empat, dan tujuh.

Pada indikator kelima yaitu siswa bersemangat pada saat mengobservasi hewan-hewan Arthropoda, dimunculkan dengan baik oleh hampir seluruh siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 88,57%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing lima siswa pada kelompok satu, dua, enam, dan tujuh; masing-masing empat siswa pada kelompok tiga dan lima; dan tiga siswa pada empat. Indikator observasi keenam yaitu semua siswa dalam kelompok saling bekerjasama dalam mengobservasi hewan-hewan, dimunculkan dengan baik oleh sebagian besar siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 77,14%, disini jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing lima siswa pada kelompok satu dan empat; masing empat siswa pada kelompok tiga dan lima; dan masing-masing tiga siswa pada kelompok dua, enam, dan tujuh. Indikator observasi ketujuh yaitu siswa menemukan fakta yang relevan sesuai dengan teori, dimunculkan dengan baik oleh sebagian besar siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 65,71%, dengan jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing empat siswa pada kelompok satu, tiga, dan lima; dan masing-masing tiga orang siswa pada kelompok dua, empat, enam, dan tujuh. Indikator observasi kedelapan yaitu siswa dalam kelompok mengamati

(5)

hewan-hewan pada saat kegiatan mengobservasi hewan, dimunculkan dengan baik oleh hampir seluruh siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 88,57%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing lima siswa pada kelompok satu, tiga, dan lima; dan masing-masing empat siswa pada kelompok dua, empat, enam, dan tujuh. Kemudian untuk indikator observasi kesembilan yaitu siswa menggunakan lup untuk mengamati hewan-hewan dimunculkan dengan cukup baik oleh hampir setengah jumlah siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 34,29%. Jumlah siswa yang memuculkan indikator ini adalah masing-masing dua orang siswa pada kelompok satu, dua, tiga, empat, dan lima; dan masing-masing satu siswa pada kelompok enam dan tujuh.

Dengan demikian, pada tabel 4.1. ditunjukkan bahwa rata-rata persentase kemunculan kemampuan siswa dalam mengobservasi yang terungkap pada saat pembelajaran dengan menggunakan kunci determinasi adalah sebesar 71,11%.

(6)

b.Hasil Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Berkomunikasi

Tabel 4.2. Frekuensi Kemunculan KPS Berkomunikasi

Indikator Jumlah Siswa %

KPS Komunikasi dalam Kelompok Tiap

1 2 3 4 5 6 7 indikator

1. Pada saat akan mengobservasi hewan-hewan, 3 3 3 2 3 2 2 51,43%

siswa terlebih dahulu membaca LKS.

2. Pada waktu kegiatan mengobservasi, siswa 3 3 2 2 3 2 2 48,57%

mengamati hewan-hewan sesuai cara kerja

dalam LKS.

3. Siswa mengisi tabel hasil pengamatan 1 2 2 1 2 2 1 31,43%

yang sudah tersedia dalam LKS.

Rata-rata % Untuk semua indikator 43,81%

Berdasarkan tabel 4.2. kemampuan keterampilan siswa dalam berkomunikasi muncul bervariasi untuk setiap indikatornya. Pada indikator komunikasi yang pertama yaitu pada saat akan mengobservasi hewan-hewan, siswa terlebih dahulu membaca LKS, dimunculkan dengan baik oleh sebagian besar siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 51,43%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing tiga siswa pada kelompok satu, dua, tiga, dan lima; dan masing-masing dua siswa pada kelompok empat, enam, dan tujuh. Untuk indikator komunikasi kedua yaitu pada waktu kegiatan observasi, siswa mengamati hewan-hewan sesuai cara kerja yang ada dalam LKS, dimunculkan dengan cukup baik oleh hampir setengahnya dari jumlah siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 48,57%, dengan jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah

(7)

masing-masing tiga siswa pada kelompok satu, dua, dan lima; dan masing-masing dua siswa pada kelompok tiga, empat, enam, dan tujuh. Kemudian pada indikator ketiga yaitu siswa mengisi tabel hasil pengamatan yang sudah tersedia dalam LKS, dimunculkan dengan cukup baik oleh hampir setengahnya dari jumlah siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 31,43%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing dua siswa pada kelompok dua, tiga, lima, dan kelompok enam; dan masing-masing satu siswa pada kelompok satu, empat, dan tujuh. Dengan demikian, pada tabel 4.2. ditunjukkan bahwa rata-rata persentase kemunculan kemampuan siswa dalam berkomunikasi yang terungkap pada saat pembelajaran dengan menggunakan kunci deteminasi adalah sebesar 43,81%.

c.Hasil Kemampuan Keterampilan Proses Siswa dalam Mengklasifikasi

Tabel 4.3 Frekuensi Kemunculan KPS Mengklasifikasi

Indikator Jumlah Siswa % Tiap

KPS Klasifikasi dalam Kelompok Indikator

1 2 3 4 5 6 7

1. Siswa mengobservasi ciri-ciri hewan

5 4 4 3 4 3 3 74,29%

secara morfologi sesuai dengan uraian

petunjuk dalam kunci determinasi.

2. Siswa mencari persamaan dan perbedaan 4 3 3 3 4 3 2 62,86%

ciri hewan-hewan yang telah diamati.

3. Siswa mengelompokkan hewan yang telah 4 3 3 3 4 3 2 62,86%

diamati ke dalam kelas-kelasnya sesuai

dengan persamaan dan perbedaan ciri-

cirinya

(8)

Berdasarkan tabel 4.3. kemampuan keterampilan siswa dalam mengklasifikasi muncul bervariasi untuk setiap indikatornya. Pada indikator klasifikasi yang pertama yaitu siswa mengobservasi ciri-ciri hewan secara morfologi sesuai dengan uraian petunjuk pada kunci determinasi, dimunculkan dengan baik oleh sebagian besar siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 74,29%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah lima siswa pada kelompok satu; masing-masing empat siswa pada kelompok dua, tiga, dan lima; dan masing-masing tiga siswa pada kelompok empat, enam, dan tujuh. Untuk indikator klasifikasi kedua yaitu siswa mencari persamaan dan perbedaan ciri hewan-hewan yang telah diamati, dimunculkan dengan baik oleh sebagian besar siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 62,86%, dengan jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing empat siswa pada kelompok satu dan lima; masing-masing tiga siswa pada kelompok dua, tiga, empat, dan enam; dan dua siswa pada kelompok tujuh. Sedangkan untuk indikator klasifikasi ketiga yaitu siswa mengelompokkan hewan yang telah diamati ke dalam kelas-kelasnya sesuai dengan persamaan dan perbedaan cirinya, dimunculkan dengan baik oleh sebagian besar siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 62,86%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing empat siswa pada kelompok satu dan lima; masing-masing tiga siswa pada

(9)

kelompok dua, tiga, empat, dan enam; dan dua siswa pada kelompok tujuh.

Dengan demikian, pada tabel 4.3. ditunjukkan bahwa rata-rata persentase kemunculan kemampuan siswa dalam mengklasifikasi yang terungkap pada saat pembelajaran dengan menggunakan kunci deteminasi adalah sebesar 66,67%.

d.Hasil Kemampuan Keterampilan Proses Siswa dalam Menginterpretasi

Tabel 4.4 Frekuensi Kemunculan KPS Menginterpretasi

Indikator Jumlah Siswa %

KPS Interpretasi dalam Kelompok Tiap

1 2 3 4 5 6 7 Indikator

1. Pada saat kegiatan observasi berlangsung 5 4 4 3 3 4 3 74,29% siswa menemukan hewan yang dimaksud

atau yang diamati sesuai ciri-ciri yang diurai-

kan dalam kunci determinasi.

2. Siswa mengelompokkan hewan-hewan yang 3 2 2 2 2 3 2 45,71%

sudah diamati ke dalam tabel yang ada pada

LKS sesuai dengan persamaan dan

Perbedaan ciri yang ditemukan.

3. Siswa secara berkelompok mendiskusikan 5 5 5 4 4 5 4 91,43%

dan menjawab pertanyaan dalam LKS.

4. Pada saat kegiatan observasi siswa meng-

3 3 3 2 2 2 2 48,57%

amati hewan-hewan dan mencatat hasilnya

ke dalam tabel yang ada dalam LKS.

5. Siswa membuat kesimpulan hasil

2 1 3 1 3 2 2 40%

kegiatan observasi.

Rata-rata % Untuk semua indikator 60%

Berdasarkan tabel 4.4. kemampuan keterampilan siswa dalam menginterpretasi muncul bervariasi untuk setiap indikatornya. Pada indikator interpretasi yang pertama yaitu pada saat kegiatan observasi berlangsung siswa menemukan hewan yang dimaksud/yang diamati sesuai ciri-ciri yang diuraikan dalam kunci determinasi, dimunculkan

(10)

dengan baik oleh siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 74,49%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah lima siswa pada kelompok satu; masing-masing empat siswa pada kelompok dua, tiga, dan enam; dan masing-masing tiga siswa pada kelompok empat, lima, dan tujuh. Untuk indikator interpretasi kedua yaitu siswa mengelompokkan hewan-hewan yang sudah diamati ke dalam tabel yang ada pada LKS sesuai dengan persamaan dan perbedaan ciri yang ditemukan, dimunculkan dengan cukup baik oleh hampir setengahnya dari jumlah siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 45,71%, disini jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing tiga siswa pada kelompok satu dan enam; dan masing-masing dua siswa pada kelompok dua, tiga, empat, lima, dan tujuh. Indikator interpretasi ketiga yaitu siswa secara berkelompok mendiskusikan dan menjawab pertanyaan dalam LKS, dimunculkan dengan baik oleh hampir seluruh siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 91,43%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing lima siswa pada kelompok satu, dua, tiga, dan enam; dan masing-masing empat siswa pada kelompok empat, lima, dan tujuh. Indikator interpretasi keempat yaitu pada saat kegiatan observasi, siswa mengamati hewan-hewan dan mencatat hasilnya ke dalam tabel yang ada dalam LKS, dimunculkan dengan cukup baik oleh hampir setengahnya dari jumlah siswa untuk semua

(11)

kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 48,57%, dengan jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing tiga siswa pada kelompok satu, dua, dan tiga; dan masing-masing dua siswa pada kelompok empat, lima, enam, dan tujuh. Sedangkan indikator interpretasi kelima yaitu siswa membuat kesimpulan hasil kegiatan observasi, dimunculkan dengan cukup baik oleh hampir setengahnya dari jumlah siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 40%. Jumlah siswa yang memunculkan indikator ini adalah masing-masing tiga siswa pada kelompok tiga dan lima; masing-masing dua siswa pada kelompok satu, enam, dan tujuh; dan masing-masing satu siswa pada kelompok dua dan empat.

Dengan demikian, pada tabel 4.4. ditunjukkan bahwa rata-rata persentase kemunculan kemampuan siswa dalam menginterpretasi yang terungkap pada saat pembelajaran dengan menggunakan kunci deteminasi adalah sebesar 60%.

Dari uraian diatas, dapat diketahui frekuensi rata-rata kemunculan kemampuan keterampilan proses sains siswa dari setiap aspek. Berikut adalah tabel 4.5. yang menunjukkan rekapitulasi rata-rata kemunculan keterampilan proses sains siswa.

(12)

Tabel 4.5. Rekapitulasi Rata-rata Kemunculan Keterampilan Proses Sains Siswa

2. Hasil Respon Siswa Melalui Angket

Data tanggapan atau respon siswa terhadap pembelajaran Keanekaragaman Arthropoda dengan menggunakan kunci determinasi dijaring dengan menggunakan angket. Data yang diperoleh diolah dengan mempresentasekan jumlah siswa yang menjawab pada masing-masing pilihan jawaban pada setiap nomor pernyataan. Kemudian data tersebut diolah kembali dengan mengelompokkan nomor-nomor pernyataan yang memiliki kesamaan aspek dan menghitung nilai rata-rata persentase pada setiap aspek.

Pada pernyataan dengan aspek yang berhubungan dengan kesenangan, cara belajar, dan hal-hal yang diketahui tentang pelajaran biologi, siswa yang menjawab “ya” sebesar 33,33%; dan yang menjawab dengan jawaban lainnya yaitu sebesar 66,66%. Pernyataan dengan aspek berhubungan dengan peranan, kesenangan, dan pengalaman siswa dalam praktikum, siswa yang menjawab “ya” sebesar 83,33%; dan yang menjawab “tidak” sebesar 12,12%, dan jawaban lainnya sebesar 4,55%. Untuk pernyataan dengan aspek berhubungan dengan penggunaan alat

No Aspek KPS % Keterangan Kemunculan 1 Observasi 71,11% Tinggi 2 Komunikasi 43,81% Rendah 3 Klasifikasi 66,67% Sedang 4 Interpretasi 60% Sedang

(13)

bantu belajar (LKS dan Kunci Determinasi), siswa yang menjawab “ya” sebesar 70,08%; dan yang menjawab “tidak’ sebesar 29,93%. Pernyataan dengan aspek yang berhubungan dengan hal-hal yang diketahui tentang kegiatan observasi dan klasifikasi dalam praktikum dan pelajaran biologi, siswa yang menjawab “ya” sebesar 43,25%; yang menjawab “tidak” sebesar 20,93%; dan yang menjawab dengan jawaban lainnya sebesar 22,31%. Kemudian pernyataan dengan aspek berhubungan dengan pemahaman konsep siswa tentang Keanekaragaman Arthropoda, siswa yang menjawab “ya” sebesar 52,53%; yang menjawab “tidak” sebesar 14,14%; dan yang menjawab dengan jawaban lainnya sebesar 33,33%. Berikut adalah tabel rekapitulasi persentase jawaban angket pada setiap aspek.

Tabel 4.6. Rekapitulasi Persentase Jawaban Angket pada Setiap Aspek

No Aspek No.

Rata-rata Persentase (%)

Pernyataan Ya Tidak Lainnya

1 Berhubungan dengan kesenangan, 1, 2, 3 33,33 - 66,66

cara belajar, dan hal-hal yang diketahui

tentang pelajaran biologi.

2 Berhubungan dengan peranan, 4, 5, 6, 7 83,33 12,12 4,55

kesenangan dan pengamalan praktikum.

3 Berhubungan dengan penggunaan alat 10, 11, 12, 70,08 29,93 -

bantu belajar (LKS dan Kunci Determinasi). 13, 14, 15,

4 Berhubungan dengan hal-hal yang diketahui 8, 9, 20, 43,25 20,93 22,31

tentang kegiatan observasi dan klasifikasi 21, 22,

dalam pelajaran biologi. 24, 25

5 Berhubungan dengan pemahaman konsep 18, 19, 52,53 14,14 33,33

siswa tentang Keanekaragaman Arthropoda. 23

Jumlah 282,22 77,12 126,85

(14)

3. Hasil Penguasaan Konsep Siswa Melalui Tes Kognitif

Pada penelitian ini diberikan tes kognitif kepada siswa untuk menjaring penguasaan konsep siswa sebagai data tambahan (data penunjang). Tes yang diberikan kepada siswa berupa soal pilihan ganda sebanyak 25 soal dengan empat pilihan jawaban, dan tes ini diberikan setelah pembelajaran dilaksanakan. Skor dan nilai yang diperoleh dari tes ini dapat dilihat pada tabel 4.7, dimana diketahui bahwa nilai yang paling tinggi adalah 92, dan yang terendah adalah 32, dengan nilai rata-rata 61,21.

Untuk mengetahui hubungan antara penguasaan konsep siswa dengan kemampuan KPS siswa melalui penggunaan kunci determinasi, maka dilakukan pengujian normalitas terlebih dahulu pada skor pilihan ganda penguasaan konsep siswa.

Berdasarkan perhitungan yang terlampir pada lampiran 3D, nilai penguasaan konsep siswa berdistribusi normal karena X² hit < X² tab. Karena nilai penguasaan konsep siswa berdistribusi normal maka untuk mengetahui hubungan antara kemampuan KPS siswa melalui penggunaan kunci determinasi dengan penguasaan konsep siswa yaitu dengan menggunakan statistik parametrik.

Uji statistik parametrik yang digunakan adalah dengan uji Z. Nilai Z yang diperoleh adalah sebesar 1,95, dimana nilai Z ini lebih besar dari nilai Z tabel , yang berarti Z hitung berada di luar penerimaan H0 yang dibatasi dengan nilai ± 1,68.

(15)

Berikut ini adalah tabel 4.7, mengenai rekapitulasi nilai penguasaan konsep siswa melalui tes kognitif.

Tabel 4.7. Rekapitulasi Nilai Penguasaan Konsep Siswa No Nama Skor Nilai

Mentah 1 ABDEA 18 72 2 ADNDS 22 88 3 ALDHA 23 92 4 ANGEL 19 76 5 ANNDA 15 60 6 BIAND 14 56 7 DEVMN 16 64 8 DONER 13 52 9 ERIAN 17 68 10 FASYA 15 60 11 GHINR 14 56 12 GIYR2 13 52 13 ICHFS 10 40 14 IRMN2 11 44 15 MAUDI 21 84 16 MFKRI 10 40 17 NBILA 13 52 18 PARID 8 32 19 RMIRV 23 92 20 RANIA 13 52 21 RNJIA 19 76 22 RSTYL 13 52 23 RIANS 12 48 24 RICAD 14 56 25 RIOWN 12 48 26 SPTPP 14 56 27 SPTWR 14 56 28 SHOFN 22 88 29 TRIRS 20 80 30 ZIKRA 18 72 31 RISKN 12 48 32 MFAIZ 17 68 33 AMIRA 10 40 Rata-rata 61,21 SD 4,15

(16)

Berikut ini adalah tabel 4.8. mengenai rekapitulasi hasil uji Z dari tes kognitif.

Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Uji Z

Zscore Ztabel Hipotesis (Penerimaan H0 )

Kesimpulan

1,95 1,68 Z score > Z tabel Siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar (Wardhani & Roswanjaya, 2003) melalui pengembangan kemampuan KPSnya pada pembelajaran konsep Keanekaragaman Arthropoda dengan

menggunakan kunci determinasi sebagai alat bantu belajar.

B. Pembahasan

1. Keterampilan Proses Sains Siswa

Berdasarkan hasil perhitungan dari lembar observasi KPS siswa yang telah diolah, diketahui bahwa KPS yang dimunculkan oleh siswa bervariasi. Keterampilan Proses Sains siswa ini muncul secara alami. Siswa tidak diperlakukan berbeda ataupun dipaksakan untuk memunculkan kemampuan keterampilan prosesnya, hanya saja disini siswa diberikan pengarahan untuk melakukan observasi (pengamatan) dan mengklasifikasi objek-objek yang telah disediakan (hewan-hewan Arthropoda) melalui petunjuk-petunjuk/uraian-uraian dari kunci determinasi.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dibahas mengenai frekuensi kemunculan kemampuan KPS siswa dari setiap aspek yang dimunculkan oleh siswa pada saat kegiatan mengobservasi dan mengklasifikasi

(17)

hewan-hewan dengan menggunakan kunci determinasi pada konsep Keanekaragaman Arthropoda yang terungkap dibawah ini:

a. Keterampilan Proses Observasi

Keterampilan proses observasi merupakan keterampilan proses yang paling mendasar dalam IPA, dan penting untuk dapat mengembangkan berbagai keterampilan proses yang lainnya seperti menafsirkan, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan, meramalkan, dan juga mengklasifikasikan (Subiyanto, 1988). Dalam penelitian ini, keterampilan proses mengobservasi merupakan keterampilan proses yang persentase kemunculannya “tinggi” yaitu 71,11% (Tabel 4.1.). Pada saat kegiatan observasi, semua siswa mengobservasi hewan-hewan dengan menggunakan indera mata saja (indikator kedua muncul 100%). Sebagian besar siswa dalam kelompoknya mengobservasi hewan-hewan pada saat kegiatan observasi dilakukan (indikator kedelapan muncul 88,57%). Pada awal kegiatan observasi, siswa terlihat bersemangat dalam mengobservasi hewan-hewan (indikator kelima muncul 88,57%). Karena mempunyai rasa ingin tahu yang besar mengenai Keanekaragaman Arthropoda, ketika pembelajaran dilakukan di laboratorium semua siswa pada setiap kelompok terlihat antusias mengobservasi hewan-hewan yang ada di meja masing-masing kelompok (indikator keempat muncul 74,29%), dan sebagian siswa mulai mengobservasi (mengamati) hewan-hewan dengan menggunakan indera mata dan indera peraba (indikator pertama

(18)

muncul 57,14%), disini sebagian siswa mengamati ciri-ciri hewan secara morfologi (indikator ketiga muncul 54,29%) misalnya jumlah kaki, jumlah antena, bagian-bagian tubuh hewan, dan sebagainya. Siswa pun menggunakan lup (indikator kesembilan muncul 34,29%) sebagai alat bantu untuk mengamati struktur morfologi hewan yang kurang jelas bila dijangkau dengan kasat mata. Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengobservasi, siswa tidak hanya menggunakan satu indera (penglihatan) saja, akan tetapi juga menggunakan indera yang lain yaitu indera peraba. Usman (2001) mengungkapkan, bahwa mengamati tidak sama dengan melihat, karena dalam mengobservasi digunakan seluruh alat indera (penglihatan, peraba, pendengaran, penciuman, dan pengecapan) yang dimiliki untuk mengetahui objek atau gejala-gejala alam. Tingginya persentase kemunculan keterampilan proses mengobservasi oleh siswa dapat disebabkan karena objek yang diamati oleh siswa tidak begitu sulit, sudah dikenal baik oleh siswa, dan membuat siswa menjadi lebih ingin tahu tentang objek yang diamatinya ketika membaca ciri-ciri yang diuraikan pada kunci determinasi, selain itu juga pada dasarnya siswa sudah mempunyai kemampuan mengobservasi. Seperti yang telah dikemukakan oleh Semiawan et al., (1985), bahwa pada dasarnya keterampilan proses telah dimiliki oleh siswa meskipun masih dalam wujud potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas.

(19)

Kegiatan observasi yang dilakukan oleh siswa dilakukan di laboratorium dimana siswa mengamati hewan-hewan dengan menggunakan kunci determinasi sebagai alat bantu belajar. Penggunaan kunci determinasi ini digunakan untuk membantu memudahkan siswa dalam mengenali hewan dan ciri-cirinya, karena pada kunci determinasi diuraikan/dipertelakan ciri-ciri hewan secara morfologi. Dalam kegiatan observasi ini siswa bekerjasama satu tim dengan kelompoknya masing-masing dalam mengamati hewan-hewan (indikator keenam muncul 77,14%), sehingga siswa dapat menemukan dan mengetahui fakta yang relevan mengenai hewan-hewan yang diamati sesuai dengan teori (indikator ketujuh muncul 65,71%). Dari uraian pembahasan tersebut, jika digambarkan dalam bentuk grafik, adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Grafik Kemunculan Keterampilan Proses Siswa dalam Mengobservasi untuk Setiap Indikator

Selain itu observasi dengan menggunakan kunci determinasi berarti siswa belajar mencari dan menemukan ciri-ciri yang dipertelakan pada kunci determinasi dengan objek yang diamati secara nyata. Kunci

(20)

determinasi digunakan dalam pembelajaran sebagai alat bantu belajar, untuk memudahkan siswa dalam mempelajari, mengenali, menentukan juga mengelompokkan makhluk hidup (Syamsuri et al., 2007: 34). Dengan demikian siswa harus dilatih untuk memiliki dan memunculkan kemampuan keterampilan proses observasi dengan menggunakan kunci determinasi, supaya siswa dapat lebih memahami suatu materi yang berkaitan dengan makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari.

b. Keterampilan Proses Komunikasi

Pada penelitian ini keterampilan proses siswa dalam berkomunikasi juga dijaring melalui lembar observasi, seperti indikator siswa membaca LKS, mencatat hasil observasi ke dalam LKS dalam bentuk tabel ataupun gambar. Kemampuan berkomunikasi siswa dalam kelompok merupakan salah satu aspek keterampilan proses sains. Menurut Widodo (1994), kemampuan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan menyampaikan informasi kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.

Dalam kegiatan observasi yang dilakukan di laboratorium dengan menggunakan kunci determinasi sebagai alat bantu belajar, siswa tidak hanya mengobservasi atau mengamati kemudian mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang telah siswa itu ketahui. Tetapi juga apa yang telah ditemukan harus diberitahukan kepada orang lain baik

(21)

secara lisan maupun tulisan, agar dapat diketahui dan dipahami oleh orang lain (Shuter, 1984).

Persentase kemunculan keterampilan proses berkomunikasi yang dimunculkan oleh siswa dalam penelitian ini “rendah” yaitu sebesar 43,81% (Tabel 4.2.). Perolehan persentase untuk setiap indikator keterampilan proses berkomunikasi yang dimunculkan oleh siswa dari setiap kelompok dapat dilihat pada lampiran 3A. Pada saat siswa akan mengobservasi hewan-hewan, sebagian siswa dari setiap kelompok membaca LKS terlebih dahulu (indikator pertama), persentase kemunculan dari indikator ini sebesar 51,43%, hal ini disebabkan karena hanya sebagian siswa yang berantusias dalam mengobservasi hewan-hewan yang ada. Pada waktu kegiatan observasi, siswa mengamati hewan-hewan sesuai cara kerja yang ada dalam LKS (indikator kedua), muncul dengan persentase 48,57%. Indikator kedua tersebut muncul hanya sedikit, karena hanya sebagian siswa yang melakukan observasi hewan-hewan yang sesuai petunjuk-petunjuk yang ada, baik itu dari LKS maupun pengarahan dari peneliti sebelum kegiatan dilakukan. Setelah siswa menemukan hewan-hewan yang dimaksud, siswa mengisi tabel hasil pengamatan yang ada dalam LKS (indikator ketiga). Persentase kemunculan indikator tersebut sebesar 31,43%, hampir setengahnya dari jumlah siswa dari semua kelompok yang memunculkan, karena siswa dalam kelompok sudah mempunyai tugasnya masing-masing, sebagian bertugas mencatat

(22)

hasil, dan sebagian lagi mengobservasi hewan-hewan sesuai petunjuk LKS dan kunci determinasi. Dari uraian pembahasan diatas, jika digambarkan dalam bentuk grafik, adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2. Grafik Kemunculan Keterampilan Proses Siswa dalam Berkomunikasi untuk Setiap Indikator

Dari data yang terlampir pada lampiran 3A, menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam berkomunikasi masih dirasakan kurang memuaskan, dalam hal ini masing-masing siswa masih memerlukan latihan mengenai prosedur dari pelaksanan kegiatan mengobservasi sehingga kemampuan siswa dalam berkomunikasi menjadi lebih teratur dan berkesinambungan. Sama seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2004), bahwa pada kemampuan berkomunikasi diperlukan latihan yang terus-menerus, dan juga teratur, tidak hanya satu kali dalam penerapan pembelajaran. Hasil tersebut mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Rustaman et al., (2003) bahwa hendaknya guru memberikan banyak kesempatan pada siswa untuk melatih dan mengembagkan kemampuannya dalam berkomunikasi.

(23)

c. Keterampilan Proses Klasifikasi

Menurut Semiawan et al. (1985), bahwa keterampilan mengelompokkan (klasifikasi) merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dalam kerja ilmiah. Sejalan dengan pernyataan tersebut, klasifikasi adalah salah satu keterampilan untuk menyusun/mengatur/mendistribusikan objek-objek, kejadian-kejadian atau informasi ke dalam golongan dengan menggunakan cara atau sistem tertentu (Gega, 1977). Pada pelaksanaan kegiatan observasi yang berlangsung di laboratorium, keterampilan proses sains siswa dalam mengklasifikasi termasuk kategori “sedang” muncul dengan persentase sebesar 66,67%. Tinggi dan rendahnya kemunculan aspek KPS siswa ini tidak lepas dari tinggi rendahnya keterampilan mengobservasi. Seperti yang diungkapkan oleh Rustaman et al., (2003), bahwa penguasaan keterampilan proses klasifikasi didasari oleh keterampilan observasi.

Indikator keterampilan proses klasifikasi yang diamati pada penelitian ini yaitu siswa mengobservasi ciri-ciri morfologi hewan-hewan sesuai dengan petunjuk yang diuraikan pada kunci determinasi (indikator kesatu), muncul dengan persentase 74,29%. Hanya sebagian besar siswa dari semua kelompok yang memunculkan indikator ini, karena pada kegiatan observasi ini hanya sebagian siswa yang mengobservasi morfologi hewan-hewan dengan menggunakan indera mata dan indera peraba dan yang menggunakan lup (sesuai indikator keterampilan

(24)

mengobservasi yang muncul). Setelah siswa menemukan ciri-ciri morfologi hewan, kemudian siswa mencari persamaan dan perbedaan ciri antara hewan yang satu dan yang lain (indikator kedua), muncul dengan persentase sebesar 62,86%, yakni sebagian besar siswa dari semua kelompok memunculkan indikator ini. Hal ini berarti dalam klasifikasi, siswa berusaha menemukan keteraturan di dalam suatu objek, peristiwa, makhluk hidup, dan sebagainya dengan memperhatikan adanya hubungan satu sama lainnya sehingga diperoleh persamaan dan perbedaan (Subiyanto, 1988). Kemudian dalam kegiatan observasi dengan menggunakan kunci determinasi sebagai alat bantu belajar siswa, kemampuan siswa dalam aspek mengklasifikasi terlihat pada saat siswa mengelompokkan hewan ke dalam kelasnya sesuai dengan persamaan dan perbedaan ciri yang telah ditemukan (indikator ketiga), muncul dengan persentase sebesar 62,86%, yakni sebagian besar siswa dari semua kelompok yang memunculkan indikator ini. Hal ini menunjukkan bahwa dalam membuat klasifikasi memang diperlukan dasar-dasar untuk mengklasifikasi suatu objek (Semiawan et al., 1985). Siswa dapat mengelompokkan objek-objek berdasarkan sifat dan ciri-ciri tertentu, karena siswa teliti dalam menyelidiki sesuatu.

Dari uraian pembahasan di atas, jika digambarkan dalam bentuk grafik, adalah sebagai berikut:

(25)

Gambar 4.3. Grafik Kemunculan Keterampilan Proses Siswa dalam Mengklasifikasi untuk Setiap Indikator

Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat keterkaitan antara tingginya keterampilan proses mengobservasi dengan penguasaan keterampilan proses siswa dalam mengklasifikasi dengan menggunakan kunci determinasi. Kemungkinan lain yang diperoleh yang menyebabkan persentase kemunculan yang “sedang” pada aspek keterampilan proses mengklasifikasi adalah sikap siswa terhadap apa yang dipelajari. Berdasarkan angket dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa menyatakan merasa senang dan tidak merasa kesulitan ketika mengelompokkan hewan-hewan dengan menggunakan kunci determinasi. Selain itu juga sebagian besar siswa merasa terbantu dalam pengenalan dan pengelompokkan hewan-hewan melalui kunci determinasi. Pernyataan yang dikemukakan oleh siswa tersebut menunjukkan sikap-sikap positif dari siswa terhadap manfaat kunci determinasi pada saat mengklasifikasi dapat mendorong siswa untuk lebih baik lagi melakukan pengamatan atau observasi, termasuk didalamnya melakukan pengelompokkan dengan baik pula.

(26)

Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya siswa sudah bisa melakukan klasifikasi, misalnya mengklasifikasikan mobil berdasarkan mereknya, mengklasifikasikan handphone berdasarkan mereknya, mengklasifikasikan topi berdasarkan bentuknya, dan sebagainya. Selain itu pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari pun juga dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengklasifikasi. Faktor lain selanjutnya yang dapat menyebabkan tinggi dan rendahnya kemampuan siswa dalam mengklasifikasi ialah karena siswa SMP kelas VII sudah termasuk usia operasional konkret, bahkan ada yang termasuk usia operasional formal (Rustaman, 1990). Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa pada usia operasional konkret, siswa telah dapat melakukan klasifikasi dengan baik (Dahar, 1985).

d. Keterampilan Proses Interpretasi

Dalam setiap proses metode ilmiah yang dilakukan, ketika telah didapatkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menafsirkan hasil tersebut menjadi suatu teori atau kesimpulan yang dapat dipahami oleh orang lain dengan alasan yang didasarkan pada fenomena hasil penelitian yang didapat. Berdasarkan tabel 4.4. persentase KPS siswa dalam menginterpretasi termasuk kategori “sedang” yaitu sebesar 60%, yang dimunculkan oleh sebagian besar siswa dari semua kelompok. Hasil tersebut menggambarkan bahwa keterampilan proses menginterpretasi yang dimiliki oleh siswa tergolong cukup baik. Dari hasil yang diperoleh,

(27)

hal ini disebabkan karena siswa telah mampu melakukan observasi dan komunikasi dengan cukup baik. Seperti yang telah diungkapkan oleh Dahar (1985), bahwa untuk melakukan interpretasi, terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh, mulai dari hasil pencatatan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan menemukan pola dalam suatu seri pengamatan, untuk kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan.

Pada aspek keterampilan menginterpretasi ini, ada lima indikator yang diamati. Pada saat kegiatan observasi hewan berlangsung, siswa menemukan hewan yang dimaksud/diamati sesuai dengan ciri-ciri yang terurai pada kunci determinasi (indikator kesatu), dimunculkan oleh sebagian besar siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 74,29%. Setelah siswa berhasil menemukan hewan-hewan yang diamati kemudian siswa mencoba mengelompokkannya berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-ciri yang ditemukan (indikator kedua), dimunculkan oleh hampir setengahnya dari jumlah siswa dari semua kelompok yaitu dengan persentase kemunculan sebesar 45,71%. Hasil yang diperoleh siswa dari kegiatan pengamatannya dicatat oleh siswa sesuai petunjuk kunci determinasi (indikator keempat), dimunculkan oleh hampir setengahnya dari jumlah siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 48,57%. Kemudian setelah kegiatan pengamatan dan pengelompokkan selesai, semua siswa mendiskusikan dan kemudian menjawab semua pertanyaan yang ada dalam LKS

(28)

(indikator ketiga ), dimunculkan oleh hampir seluruh siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 91,43%. Setelah kegiatan pengamatan, pengelompokkan, mendiskusikan pertanyaan, akhirnya siswa diarahkan untuk membuat kesimpulan dari kegiatan pengamatan yang telah dilakukan (indikator kelimat), yang dimunculkan oleh hampir setengahnya dari jumlah siswa dari semua kelompok dengan persentase kemunculan sebesar 40%.

Dari uraian pembahasan di atas, jika digambarkan dalam bentuk grafik, adalah sebagai berikut:

Gambar 4.4. Grafik Kemunculan Keterampilan Proses Siswa dalam Interpretasi untuk Setiap Indikator

Berdasarkan data yang ada pada tabel 4.4. dengan melakukan observasi menggunakan kunci determinasi, siswa berusaha mengumpulkan informasi atau data yang menunjang, lalu dengan kemampuan keterampilan komunikasinya, siswa dapat menggambarkan data tersebut ke dalam bentuk tabel. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa, keterampilan menginterpretasi saling berhubungan dengan keterampilan mengobservasi.

(29)

2. Respon Siswa Terhadap Penggunaan Kunci Determinasi pada Pembelajaran Keanekaragaman Arthropoda

Angket yang diberikan kepada siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran konsep Keanekaragaman Arthropoda, dengan menggunakan kunci determinasi yang terdiri dari 25 pernyataan dengan pilihan jawaban yang bervariasi tergantung dari jenis pernyataan yang diajukan. Jawaban respon siswa yang diperoleh dari angket tersebut dihitung dari setiap pernyataannya kemudian dipersentasekan dengan menggunakan rumus yang diutarakan oleh Ridwan (2008).

Tabel 4.6. menunjukkan data respon siswa secara umum dari hasil pengolahan angket yang terlampir pada lampiran 3B yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan aspek pernyataan, persentase respon siswa yang ada pada tabel tersebut merupakan persentase rata-rata dari setiap aspek pernyataan. Pada tabel 4.6. setiap jawaban pernyataan untuk setiap aspek dibagi menjadi tiga pilihan jawaban, yaitu jawaban “ya”, “tidak”, dan “lainnya”. Jawaban lainnya disini mencakup jawaban selain “ya dan tidak” yang tergantung jenis pernyataan yang diajukan, dan jawaban lain yang dikemukakan oleh siswa. Seperti yang tertera pada tabel 4.6. secara umum pernyataan-pernyataan yang diajukan dibagi menjadi lima aspek dengan persentase jawaban yang muncul berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya lagi akan dibahas mengenai hasil pengolahan angket berdasarkan rekapitulasi hasil angket yang ada pada tabel 4.6. dan lampiran 3B, yaitu sebagai berikut:

(30)

1. Pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan kesenangan, cara belajar, dan hal-hal yang diketahui siswa tentang pelajaran biologi pada tabel 4.6. yang mencakup pernyataan nomor satu, dua, dan tiga pada lampiran 3B. Berdasarkan tabel 4.6. persentase rata-rata jawaban pernyataan siswa pada aspek ini yang menjawab “ya” sebesar 33,33% dan siswa yang menjawab jawaban lainnya sebesar 66,66%. Berdasarkan hasil pengolahan angket siswa yang terlampir pada lampiran 3B, diperoleh informasi bahwa 100% siswa menyatakan senang dengan pelajaran biologi; 15,15% siswa menyatakan yang mereka ketahui tentang pelajaran biologi adalah banyaknya hapalan; 9,08% menyatakan bahwa materi-materi pada pelajaran biologi tidak menarik; 18,18% siswa menyatakan pada pelajaran biologi banyak terdapat istilah latin; dan 57,58% siswa menjawab dengan jawaban yang bermacam-macam diantaranya ada yang menyatakan bahwa guru-guru biologi baik-baik, dalam pelajaran biologi sering dilakukan pengamatan, materi yang menarik dan banyak praktikum, dan masih banyak lagi. Pada pernyataan mengenai cara belajar biologi yang biasa dilakukan, 9,09% siswa berpendapat cara belajar biologi yang biasa dilakukan yaitu dengan mendengarkan materi yang disampaikan guru; 9,09% siswa berpendapat dengan mencatat semua materi yang diterangkan; dan 63,64% siswa menyatakan dengan melakukan praktikum. Dari informasi di atas, diketahui bahwa meskipun siswa menyatakan pendapat yang berbeda tentang pelajaran biologi, namun

(31)

pada dasarnya sebagian besar siswa menyukai pelajaran biologi apalagi dengan kegiatan praktikum dalam pelajaran tersebut. Hal ini pun terlihat pada saat pembelajaran kegiatan mengobservasi hewan-hewan Arthropoda, sebagian besar siswa terlihat antusias melakukan kegiatan tersebut.

2. Pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan peranan, kesenangan, dan juga pengalaman siswa dalam praktikum pada tabel 4.6. mencakup pernyataan nomor empat, lima, enam, dan tujuh pada lampiran 3B. Berdasarkan tabel 4.6. persentase jawaban pernyataan siswa pada aspek ini yang menjawab ‘ya” sebesar 83,33%, jawaban “tidak” sebesar 12,12%, dan jawaban lainnya sebesar 4,55%. Pada aspek ini, berdasarkan hasil pengolahan angket siswa yang terlampir pada lampiran 3B, diperoleh informasi bahwa 72,73% siswa pernah melakukan praktikum, sebanyak 69,69% siswa menyatakan bahwa praktikum berperan penting dalam pelajaran biologi; kemudian 100% siswa menyatakan senang dengan kegiatan praktikum dalam pelajaran biologi dan sebanyak 90,91% siswa menyatakan sudah mengetahui tujuan dari praktikum yang akan mereka lakukan. Hal tersebut juga terlihat pada saat kegiatan mengobservasi yang dilakukan, siswa terlihat bersemangat dan berantusias dalam kegiatan praktikum dilakukan. Dari informasi di atas, diketahui bahwa sebagian besar siswa pernah dan senang melakukan praktikum, karena dengan begitu mereka bisa memperoleh pengalaman baru dalam belajar.

(32)

3. Pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan penggunaan alat bantu belajar (LKS dan Kunci determinasi) pada tabel 4.6, mencakup pernyataan nomor 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17 pada lampiran 3B. Berdasarkan tabel 4.6. persentase jawaban siswa pada aspek ini yang menjawab “ya” sebesar 70,08% dan 29,93% menjawab”tidak”. Pada aspek ini, berdasarkan hasil pengolahan angket siswa yang terlampir pada lampiran 3B, diperoleh informasi mengenai peranan LKS dalam praktikum yaitu bahwa 36,36% siswa menyatakan selalu menggunakan LKS apabila melakukan praktikum, kemudian sebanyak 78,79% siswa menyatakan bahwa LKS membantu mereka dalam melakukan praktikum, dan 51,52% menyatakan tidak merasakan kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS, karena sebagian besar dari mereka bisa mengetahui jawabannya dari pengamatan yang telah mereka lakukan dan juga mereka dapat mendiskusikannya dengan teman satu kelompoknya. Selanjutnya diperoleh informasi mengenai peranan kunci determinasi dalam mengelompokkan makhluk hidup yaitu bahwa 87,88% siswa menyatakan pernah menggunakan kunci determinasi, sebanyak 93,94% siswa menyatakan bahwa kunci determinasi membantu memudahkan mereka dalam mengelompokkan makhluk hidup, dan 72,73% siswa menyatakan tidak merasa kesulitan saat mengelompokkan hewan-hewan Arthropoda dengan kunci determinasi. Diperoleh informasi juga bahwa 90,91% siswa menyatakan mereka senang ketika mengelompokkan hewan-hewan

(33)

Arthropoda dengan menggunakan kunci determinasi, 96,97% siswa berpendapat bahwa kunci determinasi perlu digunakan untuk mengamati dan mengelompokkan hewan atau tumbuhan. Dari informasi di atas, diketahui bahwa sebagian besar siswa berpendapat bahwa siswa memerlukan alat bantu belajar yaitu LKS dan kunci determinasi untuk membantu memudahkan mereka pada saat mengamati dan mengelompokkan hewan-hewan Arthropoda. Hal ini sesuai dengan kegiatan siswa ketika mengobservasi hewan-hewan sesuai petunjuk LKS dan kunci determinasi pada saat kegiatan observasi berlangsung.

4. Pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan hal-hal yang diketahui oleh siswa tentang kegiatan observasi dan klasifikasi dalam pelajaran biologi pada tabel 4.6. mencakup pernyataan nomor 8, 9, 20, 21, 22, 24, dan 25 pada lampiran 3B. Berdasarkan tabel 4.6. persentase jawaban siswa pada aspek ini yang menjawab “ya” sebesar 43,25% siswa, kemudian 20,93% siswa menjawab “tidak”, dan 23,31% siswa menjawab dengan jawaban lain yang bervariasi. Pada aspek ini, berdasarkan hasil pengolahan angket siswa yang terlampir pada lampiran 3B, diperoleh informasi bahwa 60,61% siswa menyatakan mengetahui arti dari observasi dalam praktikum biologi, sebanyak 54,55% siswa menyatakan bahwa observasi dalam praktikum biologi merupakan pengamatan dengan menggunakan seluruh panca indera, kemudian 3,03% siswa menyatakan observasi dalam praktikum biologi

(34)

merupakan pengamatan dengan menggunakan mata dan hidung, dan 3,03% siswa menyatakan observasi dalam praktikum biologi merupakan pengamatan dengan menggunakan mata dan telinga; sebanyak 60,61% siswa menyatakan mereka senang dengan kegiatan observasi atau pengamatan dalam pelajaran biologi; karena itu sebanyak 57,56% siswa menyatakan bahwa yang menyenangkan dari kegiatan observasi adalah melihat objek secara nyata dan langsung pada saat pembelajaran, dan 3,05% siswa menyatakan dengan melihat objek yang berupa gambar. Selanjutnya informasi yang diperoleh dari angket yaitu bahwa sebagian besar siswa menyatakan mengetahui arti klasifikasi dalam praktikum biologi yaitu sebanyak 69,69%, sebagian kecil siswa yaitu sebanyak 15,15% siswa menyatakan menyatakan arti klasifikasi dalam praktikum biologi adalah mengelompokkan menurut jenisnya, dan 54,55% siswa menyatakan bahwa arti klasifikasi dalam praktikum biologi adalah mengelompokkan menurut ciri-cirinya. Sebelum kegiatan observasi hewan-hewan dimulai 39,39% siswa menyatakan siap, dan saat kegiatan observasi dan klasifikasi ciri-ciri hewan-hewan Arthropoda berlangsung, sebanyak 69,69% siswa menyatakan tidak merasakan kesulitan, 66,67% siswa berpendapat bahwa waktu yang diberikan oleh guru untuk mengobservasi dan mengklasifikasi sudah cukup, kemudian sebanyak 93,94% siswa menyatakan bahwa dengan mengobservasi ciri-ciri hewan pada kegiatan pengamatan hewan-hewan Arthropoda memudahkan mereka

(35)

untuk mengelompokkannya. Dari informasi-informasi tersebut di atas, diketahui bahwa sebagian besar siswa menyukai kegiatan observasi dan klasifikasi dalam pelajaran biologi khususnya ketika mereka melakukan pengamatan terhadap hewan-hewan Arthropoda, mereka terlihat antusias dan mereka merasa kegiatan mengamati hewan-hewan dari segi ciri-ciri morfologinya memudahkan mereka untuk dapat mengelompokkan hewan-hewan yang telah diamati. Kemudian informasi lainnya yang diperoleh yaitu setelah mereka melakukan observasi dan klasifikasi hewan-hewan Arthropoda, sebanyak 54,55% siswa menyatakan mereka mempunyai keinginan untuk dapat mengobservasi dan mengelompokkan objek yang lain, misalnya tumbuhan dan hewan-hewan yang lain seperti katak, ikan, dan sebagainya. Kegiatan observasi dan klasifikasi menjadikan para siswa mempunyai keinginan yang besar untuk mengetahui hal-hal lain yang berkaitan dengan alam khususnya makhluk hidup.

5. Pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan pemahaman konsep siswa tentang Keanekaragaman Arthropoda pada tabel 4.6. yang mencakup pernyataan nomor 18, 19, dan 23 pada lampiran 3B. Berdasarkan tabel 4.6. persentase jawaban siswa pada aspek ini yang menjawab “ya” sebanyak 52,23%, yang menjawab “tidak” sebanyak 14,14%, dan 33,33% menjawab dengan jawaban yang lainnya yang berbeda-beda. Pada aspek ini, berdasarkan hasil pengolahan angket siswa yang terlampir pada lampiran 3B, diperoleh informasi bahwa

(36)

42,42% siswa menyatakan lebih memahami konsep Keanekaragaman Arthropoda setelah melakukan praktikum mengamati hewan-hewan, dan 48,48% siswa menyatakan bahwa mereka terkadang paham dengan konsep yang dipelajari setelah praktikum. Hal ini bisa saja terjadi, mungkin dikarenakan karena daya ingat dan tingkat pemahaman setiap siswa yang berbeda-beda. Setelah kegiatan pengamatan dan pengelompokkan oleh semua kelompok selesai, peneliti memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan ternyata hanya sebagian besar siswa dapat memahami mengenai konsep yang telah dipelajari. Karena pada saat siswa diberikan soal-soal yang berkaitan dengan hal-hal yang telah mereka lakukan (pada saat pengamatan dan pengelompokkan), sebanyak 60,61% siswa merasakan kesulitan ketika mengerjakan soal-soal tersebut, dan 39,39% siswa menyatakan bahwa mereka tidak merasa kesulitan saat mengerjakan soal-soal tersebut. Hal ini mungkin disebabkan pada saat kegiatan pengamatan dan pengelompokkan, siswa yang memang benar-benar serius dalam kegiatan tersebut hanya beberapa orang saja pada setiap kelompoknya. Dengan kegiatan belajar yang telah dilakukan tersebut (kegiatan observasi dan klasifikasi), beberapa siswa yaitu 96,97% siswa menyatakan bahwa mereka memperoleh berbagai manfaat setelah mereka bekerja dalam kegiatan belajar tersebut. Mereka menyatakan menjadi lebih memahami materi yang mereka pelajari, mereka bisa mengetahui nama hewan-hewan

(37)

yang mereka pelajari, dan mereka juga bisa lebih mengenal hewan-hewan yang ada disekitar. Jika digambarkan dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut:

Gambar 4.5. Diagram Perbandingan Rata-rata Persentase Respon Siswa terhadap Pembelajaran

3. Tes Kognitif

Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa rata-rata nilai tes kognitif siswa adalah 61,21. yang berarti sebagian besar siswa cukup memahami konsep Keanekaragaman Arthropoda setelah pembelajaran atau observasi dengan menggunakan kunci determinasi. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan uji hipotesis dengan nilai Zscore yang diperoleh sebesar 1,95, yang diketahui bahwa pembelajaran yang sudah dilaksanakan telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar (Zscore > Ztabel).

Ketuntasan belajar yang diperoleh siswa dalam konsep Keanekaragaman Arthropoda mungkin dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, diantaranya: pembelajaran yang diikuti siswa menyenangkan, fasilitas yang mendukung, alat bantu belajar yang efektif, minat belajar siswa, perhatian dan juga motivasi belajar siswa yang cukup besar.

(38)

Adanya peningkatan pemahaman dan ketuntasan belajar siswa ini juga disebabkan oleh adanya minat, keterlibatan dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar. Siswa dilibatkan langsung untuk mengamati dan menemukan hewan-hewan sesuai ciri-ciri yang diuraikan pada kunci determinasi dan kemudian mengelompokkannya sesuai persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki oleh hewan tersebut melalui bimbingan guru. Sebagai contoh, setelah mereka menemukan ciri-ciri hewan-hewan yang diamati, mereka dituntut untuk dapat mengelompokkan hewan-hewan tersebut ke dalam kelas-kelasnya.

Minat siswa terhadap belajar memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hamalik (2003) mengemukakan bahwa minat siswa terhadap belajar akan mempengaruhi motivasinya untuk belajar terhadap suatu mata pelajaran.

Gambar

tabel  ,  yang  berarti  Z  hitung  berada  di  luar  penerimaan  H 0  yang  dibatasi  dengan nilai  ±  1,68
Tabel  4.6.  menunjukkan  data  respon  siswa  secara  umum  dari  hasil  pengolahan angket yang terlampir pada lampiran 3B yang dikelompokkan  berdasarkan kesamaan aspek pernyataan, persentase respon siswa yang ada  pada  tabel  tersebut  merupakan  perse

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan nilai pada mahasiswa terhadap pelaksanaan Praktik pengalaman Lapangan (PPL) yang telah dijalankan, kemudian menyerahkan nilai tersebut kepada Dosen Pembimbing

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik dan termotivasi untuk lebih mengembangkan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu

Asumsi selama ini yang bertahan di dalam masyarakat adalah Arjuna sebagai satria Pandawa yang mahir menggunakan panah dan merupakan pemanah terhebat di Marcapada. Bahkan,

Untuk mengawali bikin sabun cair cukup mudah dengan mengetahui sifat dan fungsi masing-masing bahan sabun cair dan cukup dengan modal awal 100.000 rupiah bisa

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak indikator makroekonomi (suku bunga SBI, nilai tukar, inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia dan

Secara umum, pengujian sistem yang telah dibuat akan mengamati pada tiga hal, yaitu kinerja perangkat lunak ladder, kinerja perangkat keras sensor level air, serta

Dengan demikian hipotesis H4 ditolak, yang menyatakan bahwa Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja (secara bersama) tidak memoderasi pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap

cabang ilmu dan/atau rumpun ilmu yang dibina program studi yang akan diakreditasi diperlukan kajian yang komprehensif mencakup jumlah program studi yang masuk dalam cabang