• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyelesaikan Darurat. sebagai Prasyarat Pertumbuhan Inklusif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menyelesaikan Darurat. sebagai Prasyarat Pertumbuhan Inklusif"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Arief Anshory Yusuf

Menyelesaikan Darurat

nutrisi anak

sebagai Prasyarat

PertuMbuhan inklusif

Publikasi ikhtisar kebijakan singkat ini merupakan hasil dari aktivitas ‘kebijakan ekonomi di indonesia’ yang dilakukan oleh Centre for strategic and international studies (Csis) dan economic research institute for asean and east asia (eria). kegiatan ini merupakan kontribusi pemikiran dari komunitas penelitian/riset, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan efektivitas kebijakan pemerintah. Dalam kegiatan ini, Csis bersama dengan eria mengundang 16 ahli ekonomi dari berbagai institusi penelitian terkemuka yang kompeten pada bidang keahlian yang spesifik, untuk berdiskusi mengenai tujuh permasalahan strategis ekonomi indonesia (pembangunan infrastruktur, kebijakan daya saing, iklim investasi, kebijakan pangan, kebijakan sektor jasa, kebijakan fiskal, dan kebijakan perlindungan sosial), yang kemudian dikumpulkan dalam rangkaian ikhtisar kebijakan singkat (policy brief) untuk masing-masing topik.

Diseminasi hasil temuan dan rekomendasi yang dihasilkan kegiatan ini dilakukan melalui berbagai jalur. kegiatan ini berusaha untuk melibatkan pejabat pemerintah yang terkait melalui sejumlah Focus Group Discussion (fgD) dan audiensi dengan pengambil kebijakan strategis, yang terkait dengan masing-masing topik di atas. sementara itu, diseminasi kepada publik secara luas juga dilakukan melalui sejumlah seminar Publik mengenai masing-masing topik, serta melalui publikasi ikhtisar kebijakan singkat dan sejumlah multimedia pendukung yang dapat diakses secara online melalui www.paradigmaekonomi.org.

(2)

IndonEsIA: nEgArA bErpEndApATAn mEnEngAh dEngAn sTATus gIzI rEndAh

Membandingkan beberapa indikator kesejahteraan antara indonesia dan kamboja memunculkan beberapa anomali yang cukup menganggu (tabel 1). indonesia adalah negara yang termasuk kelompok pendapatan menengah berdasarkan standar bank Dunia (middle-income countries), sementara kamboja termasuk kelompok negara berpenghasilan rendah (low-income countries). Pendapatan per kapita indonesia jauh lebih tinggi daripada kamboja, hampir 3 kali lipat lebih tinggi. tingkat kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional juga menunjukkan kita relatif lebih sejahtera. akan tetapi, ketika kita membandingkan indikator kesehatan, dalam hal ini malnutrisi anak balita, ternyata indonesia tidak lebih baik. untuk indikator malnutrisi seperti severe wasting (proporsi tinggi-berat badan abnormal), indonesia bisa sampai 3 kali lipat lebih tinggi daripada kamboja. Jika kamboja menjadi pembanding, indikator pendapatan perkapita dan tingkat kemiskinan nasional kita tidak searah dengan indikator malnutrisi.

Tabel 1. perbandingan beberapa indikator kesejahteraan antara Indonesia dan Kamboja

sumber: World bank’s World Development indicator, retreived 17 Januari 2016

lain ceritanya, ketika kita membandingkan tingkat kemiskinan berdasarkan standar internasional, bukan berdasarkan garis kemiskinan nasional. nampak bahwa ternyata kita memang tidak lebih baik daripada kamboja. Di tahun 2012, misalnya, nampak bahwa tingkat kemiskinan moderat kita lebih tinggi daripada kamboja. tingkat kemiskinan moderat adalah proporsi penduduk yang pengeluaran per orang-nya lebih rendah daripada $3.1 (atas dasar Purchasing Power Parity atau PPP). garis kemiskinan $3.1 (PPP) ini ekuivalen dengan sekitar rp 13,000 per hari. Pada garis kemiskinan ini, di tahun 2012, 41.7% orang indonesia tergolong miskin, sementara di kamboja hanya 37%. Dengan demikian dapat disimpulkan, tidak seperti pendapatan per kapita dan kemiskinan standar nasional, indikator kemiskinan standar internasional indonesia, searah dengan indikator malnutrisi.

rendahnya status gizi balita secara nasional yang tidak konsisten dengan pencapaian agregat seperti pendapatan per kapita dan relatif rendahnya tingkat kemiskinan resmi pemerintah setidaknya menunjukkan

inDOnesia

gni per capita, PPP (constant 2011 international $) gni per capita, atlas method (current us$)

Poverty headcount ratio at national poverty lines (% of pop.) Poverty headcount ratio at $1.90 a day (2011 PPP) (% of pop.) Poverty headcount ratio at $3.10 a day (2011 PPP) (% of pop.) Prevalence of stunting, height for age (% of children under 5) Prevalence of severe wasting (% of children under 5) Prevalence of wasting (% of children under 5)

CaMbODia

gni per capita, PPP (constant 2011 international $) gni per capita, atlas method (current us$)

Poverty headcount ratio at national poverty lines (% of pop.) Poverty headcount ratio at $1.90 a day (2011 PPP) (% of pop.) Poverty headcount ratio at $3.10 a day (2011 PPP) (% of pop.) Prevalence of stunting, height for age (% of children under 5) Prevalence of severe wasting (% of children under 5) Prevalence of wasting (% of children under 5)

2010 8,234 2,530 13.3 15.9 46.3 39.2 5.4 12.3 2010 2,397 750 22.1 10.0 42.4 40.9 2.8 10.8 2011 9,017 3,580 12.0 41.7 2012 2,647 880 17.7 6.2 37.0 2012 9,394 3,740 11.4 36.4 6.7 13.5 2013 2,777 960 2013 9,725 3,630 11.3 2014 2,924 1,020 32.4 2.3 9.6

(3)

dua hal. Pertama, garis kemiskinan yang digunakan pemerintah terlalu rendah. hal ini, misalnya dikemukakan baru-baru ini oleh Chris hoy (2016) yang menunjukkan bahwa garis kemiskinan resmi indonesia saat ini hanya sedikit lebih tinggi dari garis kemiskinan 15 negara termiskin. kedua, ketimpangan pendapatan di indonesia yang cukup tinggi. selama satu dekade terakhir, indonesia memang mengalami peningkatan ketimpangan yang sangat tinggi, salah satu peningkatan tercepat yang dialami negara-negara berkembang (yusuf dkk, 2014).

KuAlITAs KEsEhATAn AnAK dAn pArAdIgmA KEAdIlAn unTuK pErTumbuhAn

Jarang yang menyadari sepenuhnya bahwa kualitas kesehatan anak, terutama di kalangan tak mampu, dapat membahayakan kelanjutan pertumbuhan ekonomi. rendahnya kualitas kesehatan anak adalah sinyal tidak meratanya distribusi modal manusia (human capital) dan ini akan akan searah dengan ketimpangan pendapatan secara umum. studi-studi terbaru justru menunjukkan bahwa negara-negara yang timpang justu identik dengan negara-negara yang pertumbuhan ekonominya rendah.1 ini terjadi karena

negara-negara yang pendapatannya timpang cenderung identik dengan difusi human capital yang rendah sehingga berdampak pada rendahnya potensi inovasi, pendorong utama pertumbuhan ekonomi modern. sebuah konsep yang sudah lama diutarakan dalam teori pertumbuhan ekonomi baru (new growth theory).

Dengan demikian, keadilan sosial, justru harus menjadi prasyarat pertumbuhan ekonomi. indikator keadilan sosial yang paling dapat diterima dalam spektrum politik yang luas adalah pemerataan kesempatan terutama dalam kesempatan peningkatan modal manusia (human capital) dimana akses terhadap kesehatan dan gizi pada masa pertumbuhan adalah yang terpenting2

(gambar 1). Disinilah negara mempunyai peran utama karena akses terhadap kedua jasa dasar itu sangat tergantung dari initial condition. kita tidak bisa memilih dimana kita dilahirkan.

gambar 1. paradigma keadilan untuk pertumbuhan (sumber: adaptasi penulis)

selain tentunya banyak hal lain yang mesti dilakukan, jelas bahwa salah satu yang mendesak adalah menyelesaikan segera masalah gizi buruk anak-anak indonesia. Di kala pertumbuhan ekonomi kita relatif cukup tinggi,

1 Misalkan berg dkk (2012),

2 selain tentunya akses terhadap pendidikan

PenDiDikan MODal Manusia PrODuktivitas PertuMbuhan tinggi kesehatan/nutrisi PeMerataan keseMPatan negara PerlinDungan sOsial keaDilan lingkungan PenDukung in O v asi

(4)

selama kurun waktu 2007 ke 2013 stunting justru mengalami peningkatan.3

indikator rendah gizi seperti stunting dan wasting tentunya sangat berkorelasi dengan asupan gizi termasuk protein yang vital dalam pertumbuhan otak anak. Dengan konsekuensinya terhadap kualitas intelegensi di usia dewasa, maka mobilitas sosial akan menjadi terhambat. kemiskinan akan diwariskan secara turun-temurun.

James heckman, ekonom pemegang hadiah nobel dari universitas Chicago, menjelaskan dengan gamblang sedemikian pentingnya melakukan investasi modal manusia pada usia dini (0-3 tahun). Return on investment-nya lebih tinggi dibandingkan investasi-investasi yang menargetkan anak di usia yang lebih tua atau dewasa (lihat gambar 2).

gambar 2. pentingnya investasi sdm di usia dini (sumber heckmanequation.org)

alasan utamanya sederhana, usia 0-3 tahun adalah usia yang sangat sensitif dalam perkembangan otak anak (gambar 2), baik itu terkait dengan hal-hal kognitif seperti pemahaman angka, simbol, maupun social skills. tanpa asupan gizi yang baik, anak-anak indonesia yang orang tuanya miskin tidak akan punya kesempatan dalam memperbaiki status ekonominya ketika dewasa. Data susenas bulan Maret 2015 menunjukkan bahwa masih terdapat 29.9% penduduk indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan internasional (PPP$3.1 per hari) sebesar rp 450 ribu per bulan per orang.4 artinya kira-kira

setidaknya ada sekitar 20an juta keluarga yang anak-anaknya rentan terhadap kekurangan gizi. anak-anak ini diselamatkan masa depannya.

rendahnya cakupan gizi anak indonesia ini sangat mungkin juga berkontribusi terhadap rendahnya kualitas kognitif siswa-siswa sekolah di indonesia. Dalam evaluasi Pisa score (dalam bidang matematika, sains dan membaca) yang dilakukan oleh OeCD terhadap banyak negara, anak-anak indonesia selalu menjadi hampir juru kunci (tahun 2012 kedua terendah dari 64 negara yang dievaluasi). tanpa intervensi negara segera, kesempatan kita mempunyai generasi yang akan datang yang inovatif, penyumbang pertumbuhan ekonomi, hilang sudah.

urgEnsI pEnguATAn InTErvEnsI gIzI AnAK-AnAK TAK mAmpu

hal-hal diatas cukup gamblang menunjukkan bahwa kita sangat tertinggal dalam kualitas nutrisi secara nasional, apalagi dikalangan keluarga tak mampu. Masalahnya mungkin lebih serius dari statistik semata mengingat sepertiga dari penduduk indonesia masih miskin. Parahnya kondisi ini bukan hanya

3 rencana strategis kemenkes 2014-2019

(5)

mengganggu aspek keadilan tetapi juga membahayakan pemerataan kesempatan dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi itu sendiri. intervensi negara yang sudah ada selama ini perlu dievaluasi kembali efektivitasnya karena terbukti tidak memberikan perbaikan yang berarti. internvensi peningkatan nutrisi anak pra-sekolah di kalangan masyarakat tak mampu, misalnya, harus segera dioptimalkan. anggaran yang dikeluarkan jika diperlukan harus diperbesar mengingat anggaran kesehatan kita relatif rendah dibandingkan dengan pengeluaran lain, seperti pendidikan dan infrastruktur. efektivitas program seperti ini tidak perlu diragukan efektivitasnya.

literatur menunjukkan bahwa secara ilmiah, program intervensi gizi untuk anak-anak miskin (dan hampir miskin) ini sudah terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. salah satu studi yang meyakinkan (karena sifat studinya yang longitudinal selama hampir 30 tahun) di guatamala menunjukkan bahwa intervensi asupan protein terhadap anak-anak miskin terbukti meningkatkan penghasilan mereka ketika dewasa sebanyak 46% (alderman dkk, 2006).5 Dengan demikian intervensi perbaikan nutrisi

untuk anak-anak miskin dan hampir miskin akan membantu mereka dalam meningkatkan peluang dalam memperoleh manfaat dari mobilitas sosial. ketimpangan ekonomi akan berkurang demikian juga pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif akan tercapai.

bukan berarti program-program seperti itu tidak ada di indonesia, yang menjadi masalah adalah seberapa besar cakupan dan efektivitasnya. Di indonesia, misalnya, salah satu program yang bertujuan mengurangi prevalensi stunting adalah Program keluarga harapan (Pkh). Pkh adalah program yang ditargetkan kepada 3.2 juta keluarga sangat miskin. Program ini mentransfer sejumlah uang kepada keluarga penerima tetapi mensyaratkan ibu hamil untuk datang ke Puskesmas dan anak pra-sekolah untuk dimonitor dan diberikan suplemen nutrisi. studi menunjukkan bahwa sebagai dampak program ini, severe stunting berkurang sebesar 2.7%. akan tetapi mengingat jumlah orang miskin dan hampir miskin kita cukup besar (lebih dari 70an juta orang), maka supaya berdampak positif, scaling-up untuk program seperti ini perlu segera dipikirkan, demikian juga evaluasi program-program yang sudah ada dan inovasi-inovasi program baru harus direncanakan dan diimplementasikan. tidak ada kata menunggu. semakin lama kita menunggu, kesejahteraan anak-anak kita di usia dewasanya menjadi taruhannya. respon kita terhadap kondisi darurat nutrisi anak ini akan menjadi bagian pertanggunjawaban kita untuk generasi yang akan datang.

5 studi mengambil subjek 1424 individu di guatamala (berumur antara 25–42 tahun) antara 2002 and 2004 dimana 60% of the 2392 anak (berumur 0–7 tahun) diberi asupan nutrisi kaya proten pada intervensi yang dilakukan pada tahun 1969–77.

(6)

RefeRensi

Alderman, Harold, John Hoddinott, and Bill Kinsey. “Long term consequences of early childhood malnutrition.” Oxford economic papers 58.3 (2006): 450-474.

Hoy, C. (2016) Projecting national poverty to 2030. London: ODI

Yusuf, A.A., Sumner, A. and Rum, I.A. (2014). Twenty years of expenditure inequality in Indonesia, 1993–2013. bulletin of indonesian economic studies, 50(2), pp.243-254.

Berg, Andrew, Jonathan D. Ostry, and Jeromin Zettelmeyer. “What makes growth sustained?.” Journal of Development economics 98.2 (2012): 149-166.

Gambar

Tabel 1. perbandingan beberapa indikator kesejahteraan antara Indonesia dan Kamboja
gambar 1. paradigma keadilan untuk pertumbuhan (sumber: adaptasi penulis)
gambar 2. pentingnya investasi sdm di usia dini (sumber heckmanequation.org)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ujang Jakardi (Ketua Adat Desa Pulo Geto) 60 bahwa kecelakaan lalu lintas bukanlah unsur kesengajaan dari pelaku, tetapi merupakan unsur dari kelalaian,

Klaim residu berarti bahwa pemegang saham adalah pemilik klaim terakhir atas asset dan pendapatan korporat.jika aset perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham

Tabel 2: Berat ovarium, jumlah korpus luteum, resorbsi, dan jumlah fetus mencit setelah dicekok dengan daun tapak dara sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.. Berdasarkan i

[r]

Sebagian besar anak yang menderita TB paru adalah anak yang memiliki status gizi yang tidak normal dan terdapat pengaruh yang signifikan antara status gizi

Tujuan penyaringan adalah mengurangi banyaknya gagasan dengan mencari dan menghilangkan gagasan buruk sedini mungkin.... Analisis usaha ( business

Weisbord (1993) mengemukakan 6 indikator pengukuran kinerja organisasi publik, yang meliputi tujuan, struktur, reward, mekanisme tata kerja, tata hubungan dan

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu model persediaan multi item dengan mempertimbangkan faktor kadaluarsa barang dan faktor diskon dengan jenis diskon yaitu