• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketepatan KODING Dalam INA CBG.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ketepatan KODING Dalam INA CBG.pdf"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

INA-CBG’s

dalam

(2)

Suatu sistem pengklasifikasian penyakit

yang mengkombinasikan antara sekelompok

penyakit dengan karakteristik klinis serupa

dengan biaya perawatan disuatu rumah sakit

Penyakit dengan karakteristik klinik serupa

biasanya membutuhkan sumber daya yang

hampir sama sehingga biaya perawatan juga

sama

(3)

UTILIZATION

(Resources Use)

Gejala Klinis

similar/sama

CLINICAL

CHARACTERISTIC

Penggunaan

Sumber Daya

homogen

(4)

Dasar Pengelompokan

• Dasar Pengelompokan dengan menggunakan :

ICD – 10 Untuk Diagnosa (14.500 kode)

ICD – 9- CM Untuk Prosedur/Tindakan (8.500 kode)

• Untuk mengkombinasikan kode diagnosa dan prosedur

tidak mungkin dilakukan secara manual, maka diperlukan

yang namanya

“ Grouper “

Casemix Main Group

• Grouper ini menggabungkan sekitar 23.000 kode ke dalam

group -group

• Terdiri dari

23 CMG

(Casemix Main Group)

• Terdiri dari

1077

kode INA-CBG yang terdiri dari 789 kode

untuk rawat inap dan 288 untuk rawat jalan

(5)

Koding adalah memberi kode pada :

Diagnosis utama

Diagnosis Sekunder (komplikasi &

ko-morbiditi)

Prosedur utama

Prosedur Sekunder

menggunakan

ICD-10 (Penyakit) & ICD-9CM

(6)

Pemanfaat

Koding

Di rs.

Sistem Pelaporan

(SIRS)

Sistem Pembayaran

DRGs / CBGs

Registrasi Kanker

Sertifikat Medis

Penyebab Kematian

Database RS

(Penelitian)

(7)

Adalah

diagnosa akhir/final

yang dipilih dokter pada hari

terakhir perawatan dengan criteria

paling banyak

menggunakan sumber daya

atau yang menyebabkan hari

rawatan paling lama

(LOS)

Diagnosis utama selalu ditetapkan pada

akhir

perawatan

seorang pasien.

(established at the end of

the episode of health care)

Jika terdapat lebih dari satu diagnosis maka dipilih satu

diagnosis yg

paling banyak menggunakan resouces

(SDM, bahan pakai habis, peralatan medik, tes

pemeriksaan dan lain2).

(8)

Diagnosis sekunder adalah diagnosis selain dari

diagnosis utama (Komplikasi + Ko-morbiditi)

• Komplikasi adalah diagnosis yang muncul

setelah pasien berada di RS.

Ex: Wound infection, Pneumonia etc.

• Ko-morbiditi adalah diagnosis lain yang sudah

ada sebelum masuk RS.

(9)

Prosedur utama adalah prosedur tindakan

yang

paling banyak menghabiskan

sumber daya

atau yang menyebabkan

hari rawatan paling lama

dan biasanya

berhubungan erat dengan diagnosa

utama

.

Seluruh

signifikan

prosedur tindakan yang

dijalankan pada pasien rawat inap atau

rawat jalan, membutuhkan

peralatan

special

atau dikerjakan oleh

staf terlatih

(10)

DOKTER

menegakkan dan menuliskan diagnosis primer dan diagnosis sekunder

apabila

ada

sesuai

dengan

ICD

10

serta

menulis

seluruh

prosedur/tindakan yang telah dilaksanakan dan membuat resume medis

pasien secara lengkap dan jelas selama pasien dirawat di rumah sakit.

KODER

melakukan kodifikasi dari diagnosis dan prosedur/tindakan yang diisi oleh

dokter yang merawat pasien sesuai dengan ICD 10 untuk diagnosa dan ICD

9 CM untuk prosedur/tindakan

(11)

Tulisan

dr. sulit

dibaca

Diagnosis

tidak

spesifik

Banyak yang

belum di

koding

Singkatan

tidak

standar

HINDARI SINGKATAN

DIAGNOSIS/PROSEDUR

(12)

Ketepatan pengkelasan CBG (CBG grouping) sangat

tergantung kepada ketepatan diagnosis

utama.

Diagnosis utama

akan menentukan

CMG

(Casemix

Main Group) atau

sistem organ yg terlibat

.

Tingkat keparahan penyakit

(severity level )

ditentukan oleh diagnosis sekunder,

prosedur dan umur pasien.

Ketepatan jumlah biaya

rawatan pasien

ditentukan

oleh ketepatan pengkelasan CBG dan

pemilihan diagnosis

(13)

• Mengikuti standar resmi WHO dalam pengkodean

diagnosis (WHO Morbidity Refference Group)

• Mengikuti standar resmi aturan coding ICD-10 dan

ICD-9-CM

• Untuk kasus pasien bayi baru lahir (usia 0-30 hari)

data berat badan lahir dalam gram harus

dimasukkan.

• Gunakan kode P (perinatal) untuk diagnosa utama

jika umur pasien kurang dari 30 hari.

• Prosedur utama harus berkaitan dengan Diagnosa

(14)

CODE CREEP

Code Creep

adalah perubahan dalam pencatatan Rumah

Sakit (rekam medis) yang dilakukan praktisi untuk

meningkatkan penggantian biaya dalam sistem Casemix

(Seinwald dan Dummit, 1989)

Code Creep

sering disebut sebagai

upcoding

, dan apabila

mengacu pada konteks Tagihan Rumah Sakit (hospital

billing) maka disebut

DRG Creep

Penyebab variasi pengkodean

:

- Kurangnya pengetahuan koder

- Pengembangan serta revisi dalam sistem koding

- Kebijakan khusus suatu negara

(15)

• Memahami Diagnosis yang dikenal oleh

DRG Grouping

• Meningkatkan Akurasi Diagnosis

• Mengawasi pekerjaan Coding

(16)

1

A - B

A00 - B99

Penyakit Infeksi & Parasitik Tertentu

2

C

C00 - C48

Neoplasma

3

D

D50 - D89

Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah

4

E

E00 - E96

Peynyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik

5

F

F00 - F99

Gangguan Mental & Perilaku

6

G

G00 - G99

Penyakit Sistem Saraf

7

H

H00 - H59

Penyakit Mata & Adneksa

8

H

H60 - H95

Penyakit Telinga & Pros. Mastoideus

9

I

I00 - I99

Penyakit Sistem Sirkulasi Darah

10

J

J00 - J99

Penyakit Sistem Napas

11

K

K00 - K96

Penyakit Sistem Cerna

12

L

L00 - L99

Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan

13

M

M00 - M99

Penyakit Sistem Muskuloskeletal

14

N

N00 - N99

Penyakit system Kemih

15

O

O00 - O99

Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas

16

P

P00 - P96

Kondisi

– Kondisi Tertentu

17

Q

Q00 - Q99

Kelainan Bawaan

18

R

R00 - R99

Gejala, Tanda (penemuan lab)

19

S – T

S00 - T98

Cedera & Keracunan

20

V – Y

V01 - Y98

Penyebab Luar

21

Z

Z00 - Z99

Faktor yg mempengaruhi Kesehatan dan kontak dengan pelkes

(17)

A - Z

H65 – H75

H80 – H83

H60 – H62

H90 – H95

BLOKS

3-KARAKTER

4-

KARAKTER

H61

dst

H60

H69

H60.1

dst

H60.0

H60.9

S02.10 S06.21 dst

T14.21

M00.01 M02.22 dst

M99.99

KARAKTER BAB I - 21

5-KARAKTER

THE UNUSED

U

CODES

(18)

Volume 1 dan 3 harus digunakan bersama-sama

untuk menemukan kode yang benar dari setiap kasus

Kategori penyakit khusus memperoleh prioritas di

atas kategori sistem tubuh.

Contoh: Ca. Paru-Paru akan diklasifikasikan dalam

Bab II Neoplasma bukan dalam Bab X Penyakit Sistem

pernafasan

(19)

LANGKAH MENENTUKAN KODE

19

Identifikasi Pernyataan (penyakit,cedera,kondisi lain) yg akan

diberi kode, Pilih bagian yang tepat pada Buku Indeks Volume

3.

Tentukan kata kunci, menggunakan nama penyakit atau

kondisi patologis (

Subdural Hematoma

) >>>

Hematoma

kata

kunci,

subdural

penjelasan

Baca dan ikuti petunjuk dibawah kata kunci

Baca setiap catatan dalam tanda kurung ( )

Ikuti setiap petunjuk rujukan silang

( “see” dan “see also”)

Cek ketepatan kode pada volume 1 (baca penjelasan pada

judul Blok atau Bab).

Labor (

see also

Delivery)

Untuk Kategori 3 karakter dengan .- (point dask) berarti ada

karakter ke 4 pada Volume 1

Baca tuntunan setiap

“Inclusion” dan “Exclusion” dibawah

kode yang dipilih.

(20)

Pasien

Demografi

Diagnosis

Utama &

Sekunder

Prosedur

Utama &

Sekuder

Injury &

External

Cause

Morphology

& Histolgy

Cek & Group

Entry data atau

import data dari

SIM RS

ICD10

Kode Diagnosis

Utama sesuai

resume dengan

memenuhi aturan

coding, kemudian

kode diagnosis

sekunder

ICD9CM

V01-Y98

M8000/0-M9989/1

Jika diagnosis utama

atau diagnosis

sekunder adalah

cedera/injury harus

diikuti dengan

penyebab luar (external

cause) yang relevan

dengan diagnosisnya.

Jika diagnosis utama

atau diagnosis

sekunder adalah

Neoplasma harus

diikuti dengan kode

Morfology untuk

menggambarkan

histology dan

behavior (sifat,

prilaku) nya

Review hasil

pengkodean

dan Grouping

DRGs

Kode Prosedur

Utama yang

berhubungan

dengan Diagnosis

Utama dilanjutkan

dengan mengkode

prosedur-prosedur

lainnya.

(21)

kLAsifikasi operasi &

prosedur

(22)

KLASIFIKASI PROSEDUR ICD-9-CM

Diterbitkan berisi daftar yang tersusun dalam tabel

dan Index Alfabetis

Prosedur bedah dikelompokkan pada bagian 01-86

Prosedur bukan bedah dibatasi pada bagian 87-99

Struktur klasifikasi berdasarkan anatomi

Kode angka

Berdasarkan struktur 2-digit dengan 2 digit desimal

diperlukan

ICD-9-CM 3 Volume

1. Numerical list of disease code

2. Alphabetical index

3. Clasification system for surgical

diagnostic and therapeutic

(23)

Prosedur berdasarkan (ICD-9CM)

Semua prosedur

Termasuk prosedur Operasi dan

pengobatan

Termasuk prosedur non operasi

seperti CT Scan, MRI, USG

Prosedur yang dikoding

Semua prosedur dilakukan didalam

kamar operasi

Semua prosedur melibatkan staf

ahli dan menggunakan alat canggih.

(24)

Prosedur yang tidak termasuk

• Prosedur yang dilakukan oleh perawat

• Prosedur yang tidak memerlukan staf ahli

• Prosedur yang tidak menggukan alat

canggih

Ordinary plain X Ray

Word Catheterization

Cardiopulmonary resuscitation

Cardiac massage

Laboratoriun test

IV Therapy

Pemeriksaan pemulihan (physioteraphy)

(25)

BAB

CODE

PROCEDURE

0

00

Procedures and intervention, not elsewhere clasified

1

01 – 05

Operations on the nervous system

2

06 – 07

Operations on the endocrine system

3

08 – 16

Operations on the eye

4

18 – 20

Operations on the ear

5

21 – 29

Operations on the nose, mouth, and pharynx

6

30 – 34

Operations on the respiratory system

7

35 – 39

Operations on the cardiovascular system

8

40 – 41

Operations on the hemic dan lymphatic system

9

42 – 54

Operations on the digestive system

10

55 – 59

Operations on the urinary system

11

60 – 64

Operations on the male genital organs

12

65 – 71

Operations on the female genital organs

13

72 – 75

Obstetrical procedures

14

76 – 84

Operation on the musculoskeletal system

15

85 – 86

Operations on the integumentary system

16

87 – 99

Miscellaneous diagnostic and therapeutic procedures

(26)

Contoh :

Lead Term

Lead Term

:

Example: Case of Acute Appendicitis with

Appendicectomy

done

Lead term

: Appendicectomy

(with drainage) 47.09

- incidental 47.19

Tabular list : 47 Operations on appendix

Includes

: appendiceal stump

47.0 Appendectomy

Exclude

: incidental

appendectomy,described

laparoscopic (47.11)

other (47.19)

47.1 Incidental appendectomy

47.2 Drainage of appendiceal abscess

Excludes:

that with appendectomy

(47.0)

(27)
(28)

ex. INA-CBG CLASSIFICATION

PRINCIPAL DIAGNOSIS O06.1 : UNSPECIFIED ABORTION INCOMPLETE

SECONDARY DIAGNOSIS : O16 : MATERNAL HYPERTENSION

SURGICAL PROCEDURE

69.09 : DILATATION & CURETTAGE

NON-OPERATING ROOM PROCEDURE :

88.78 DIAGNOSTIC ULTRASOUND OF GRAND UTERUS INTRAUTERINE

KODE INACBG :

W-1-11-I

DESKRIPSI : PROSEDUR DILATASI, KURET, INTRAUTERIN & SERVIK RINGAN

RP. 4.860.098,00

28

INACBG :

W-1-11-I

PROSEDUR DILATASI, KURET, INTRAUTERIN & SERVIK RINGAN

INACBG :

W-1-11-II

PROSEDUR DILATASI, KURET, INTRAUTERIN & SERVIK SEDANG

INACBG :

W-1-11-III

PROSEDUR DILATASI, KURET, INTRAUTERIN & SERVIK BERAT

(29)

CBG pasien akut & rawat jalan

E-4-10-iii

CMG

Tipe Kasus (1-9)

Spesifik CBGs

Severity Level

(30)

1. Pencatatan Informasi Diagnosis

Dokter hrs memilih kondisi utama utk dicatat

Diagnosa hrs mempunyai nilai informatif sesuai kategori

ICD yg spesifik :

Acute appendicitis with perforation

Diabetic cataract, insulin-dependent

Meningococcal pericarditis

Antenatal care for pregnancy-induced hypertension

Diplopia due to allergic reaction to antihistamine taken

as prescribed

Osteoarthritis of hip due to an old hip fracture fracture

of neck of femur following a fall at home

(31)

1. Pencatatan Informasi Diagnosis (2)

Diagnosa atau gejala2 yg tak pasti :

Jika tidak ada diagnosa yg pasti, maka gejala,

temuan abnormal dpt dijadikan diagnosa selama

belum dapat ditegakkan.

Datang ke yankes krn alasan selain sakit :

BAB XXI (Z00-Z99) memberikan kategori untuk

klasifikasi keadaan ini :

Monitor kondisi-kondisi yg ditangani

sebelumnya

Imunisasi

Kontrasepsi, perawatan antenatal dan post

partum

Keterangan sehat utk asuransi, pekerjaan, SIM

dll.

(32)

1. Pencatatan Informasi Diagnosis (3)

Kondisi Multiple :

Cidera multiple, Multiple sequelae pd penyakit,

kondisi multiple pd kasus AIDS. Pilih kondisi yg

paling berat & resources lebih besar hrs dicatat

sbg diagnosa utama diikuti oleh daftar kondisi

tsb.

Kondisi Sebab-sebab Eksternal :

Kondisi cedera, keracunan, atau akibat dr sebab

eksternal, harus dicatat utk menggambarkan sifat

& keadaan yg menimbulkannya.

Contoh

: “ Fraktur neck of femur akibat jatuh

terpeleset diatas trotoar yang licin”

(33)

2. Pedoman pemberian kode Kondisi utama

& kondisi lain

K

ondisi utama & Kondisi lain yg relevan harus dicatat

oleh dokter, dan koder memberi kode pd kondisi tsb.

Bila kondisi pencatatan utama sudah tidak konsisten atau

salah dicatat, harus dikembalikan utk penjelasan.

Bila gagal mendapatkan klarifikasi peraturan MB1 s/d

MB5 akan menolong koder.

Sistem dual-klasifikasi

Dagger (†) & Asterisk (*)

Contoh :

Measles pneumonia

= B05.2† J17.1*

Pericarditis

tuberculosis = A18.8† I32.0*

NIDDM karatak

= E10.3† H28.0*

(34)
(35)

2. Pedoman pemberian kode Kondisi

utama & kondisi lain (3)

Symptoms (gejala), Sign dan temuan abnormal

dan situasi yg bukan penyakit :

Hati2 dlm kode diagnosa utama utk BAB XVIII (kode “R”) &

XXI (kode “Z”) utk KASUS RAWAT INAP.

Jika diagnosa yg lbh spesifik (penyakit atau cidera) tidak

dibuat pd akhir rawat inap maka dizinkan memberi kode

“R” atau kode “Z”.

Jika diagnosa utama masih disebut “suspect” dan tdk ada

informasi lebih lanjut atau klarifikasi maka harus di kode

seolah-olah telah ditegakkan.

Kategori Z03.- (

Medical observation and evaluation for

suspected diseases and conditions

) diterapkan pada

“Suspected” yg dapat dikesampingkan seudah

pemeriksaan.

(36)

2. Pedoman pemberian kode Kondisi

utama & kondisi lain (4)

contoh :

Kondisi utama

: Suspected acute Cholecystitis

Kondisi lain

:

-Diberi kode Acute Cholecystitis (K81.0) sebagai diagnosa utama

Kondisi utama

: masuk RS utk pemeriksaan neoplasma ganas cervix

Diberi kode observation for suspected malignant neoplasm (Z03.1) sbg

diagnosa utama.

Kondisi utama

: Suspected myocardial infarction

Kondisi lain

:

-Diberi kode observation for suspected myocardial infarction (Z03.4) sbg

diagnosa utama.

Kondisi utama

: Epitaxis berat

Kondisi lain

:

-Pasien di RS satu hari, tidak ada prosedur atau pemeriksaan yg dilaporkan.

Diberi kode Epitaxis (R04.0), ini dpt diterima krn pasien dng jelas berurusan dng

gawat darurat.

(37)
(38)

38

2. Pedoman pemberian kode Kondisi

utama & kondisi lain (5)

Kode kondisi multiple

Bila terdapat kondisi

“Multiple” tdk ada kondisi

tunggal yg menonjol, diberi kode

“multiple” yg

digunakan & kode sekunder dapat ditambahkan

untuk daftar kondisi individu

Kode ini diterapkan terutama pada yg

berhubungan dng penyakit HIV, Cedera &

Sequelae

(39)

39

2. Pedoman pemberian kode Kondisi

utama & kondisi lain (6)

Kode kategori kombinasi

Kategori kombinasi digunakan apabila diagnosa utama dan

sekunder yg berkaitan dapat digambarkan dalam satu kode

Kondisi utama

: Renal failure

Kondisi lain

: Hypertensive renal disease

Diberi kode hypertensive renal disease with renal failure (I12.0)

Kondisi utama

: Intestinal obstruction

Kondisi lain

: Hernia inguinalis kiri

Diberi kode Unilateral or unspecified inguinal hernia, with obstruction, without

gangren (K40.3)

Kondisi utama

: Katarak, Insulin dependent DM

Kondisi lain

: Hypertensi

Spesialisasi

: Mata

Diberi kode IDDM with opthalmic complication (E10.3+) dan Diabetic cataract

(H28.0*) sebagai kondisi utama

(40)

Coding of combination categories

(41)

41

2. Pedoman pemberian kode Kondisi

utama & kondisi lain (7)

Kode morbiditas penyebab eksternal

Sifat dasar kondisi & keadaan penyebab eksternal harus

diberi kode.

Biasanya sifat dasar pd BAB XIX (S00-T98) & penyebab

external pd BAB XX (V01-Y98) sbg kode tambahan

contoh :

Kondisi utama

: Fraktur colum femoris karena jatuh tersandung pd

trotoar yang tidak rata.

Diberi kode

Fracture of neck of femur

(S72.0) sbg kode utama. Kode penyebab

eksternal pada

fall on the same level from slipping, tripping or stumbing on

street or hagway

(W01.4) sbg kode sekunder

(42)

Fracture of neck of f emur caused by fall due to tripping on

uneven pavement S72.0 dan W01.4

(43)

43

2. Pedoman pemberian kode Kondisi

utama & kondisi lain (8)

Kode sequelae pada kondisi tertentu

“Sequelae of …”(B90-B94, E64-E68, G09, I69, O97, T90-T98,

Y85-Y89) digunakan untuk kondisi yg sudah tdk ada lagi

saat ini (telah diobati/diperiksa).

kode utamanya adalah sifat dasar sequelae itu sendiri,

kode “sequelae of ..” (old; no longer present) sbg kode

sekunder optional.

contoh :

Kondisi utama

: Dysphasia dari old cerebral infarction

Diberi kode

Dysphasia (R47.0)

sbg kode utama. Kode untuk

sequelae cerebral

infarction

(I69.3) sbg kode sekunder.

Kondisi utama

: Late effect dari poliomyelitis

Kondisi lain

:

-Diberi kode Sequelae poliomyelitis (B91) sbg kode utama krn tdk ada informasi

lain.

(44)

44

2. Pedoman pemberian kode Kondisi

utama & kondisi lain (9)

Kode kondisi Akut & Kronis

Kondisi utama akut & kronis dijumpai kategori yg terpisah,

tetapi bg kombinasi kode kondisi akut digunakan sbg

kondisi utama yg harus dipilih.

contoh :

Kondisi utama

: Cholecystitis akut & kronis

kondisi lain

:

-Diberi kode acute cholecystitis (K81.0) sbg kode utama dan chronic

cholecystitis (K81.1) digunakan sbg kode sekunder

Kondisi utama

: Acute exacerbation of chronic bronchitis

Kondisi lain

:

-Diberi kode Chronic obstructive pulmonary disease with acute exacerbation

(J44.1) sbg kode utama krn ICD memberikan kode yg tepat utk kombinasi

(45)

45

2. Pedoman pemberian kode Kondisi

utama & kondisi lain (10)

Kode kondisi & komplikasi post prosedur

Bab XIX (T80-T88) utk komplikasi yg berhubungan dng

pembedahan & tindakan lain.

mis : Infeksi luka, komplikasi mekanis dr implant, shock dll.

contoh :

Kondisi utama

: Hypothyroidism karena thyroidektomi satu tahun lalu

kondisi lain

:

-Diberi kode postsurgical hypothyroidism (E89.0) sbg kode utama

Kondisi utama

: Haemorrhage hebat setelah cabut gigi

Kondisi lain

: Nyeri

Spesilaisasi

: Gimul

(46)

46

3. Peraturan reseleksi diagnosa utama

salah dicatat

Pada keadaan adanya informasi yg dpt

menunjukan bahwa dokter salah tidak mengikuti

prosedur ICD yg benar :

Klarifikasi (minta penjelasan) dr dokter yg

merawat.

Jika tidak mungkin gunakan peraturan

(47)

RULE MB1

Kondisi minor direkam sebagai “Kondisi utama” (

main

condition

), kondisi yang lebih bermakna direkam sebagai

“kondisi lain” (

other condition

)

Kondisi utama adalah kondisi yang relevan bagi perawatan

yang terjadi, dan jenis spesialis yang mengasuh.

pilih kondisi yang relevan sebagai “Kondisi utama”

Contoh:

K. utama :

Dyspepsi

Kondisi lain:

Acute appendicitis

Acute abdominal pain

Prosedur:

Appendectomy

Spesialis:

Bedah digesti

Maka reseleksi: Acute appendicitis sebagai kondisi utama.

(48)

RULE MB2

Beberapa Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama

Beberapa kondisi tidak bisa digabung untuk dapat dicode bersama

dan direkam semua sebagai kondisi utama,

dan salah satu kondisi

lain pada rekaman menunjuk sebagai kondisi utama, maka pilih ini

sebagai kondisi utama, bila tidak ada maka pilih yang pertama

disebut.

Contoh:1.

K. Ut.

Osteoporosis

Candida bronchopneumonia

Rheumatism

K. lain:

-Bidang spesialisasi: Peny.Paru

Reseleksi K. Ut. Candida bronchopneumonia

2.

K.Ut.

KPD, letak lintang dan anemia

K.lain:

-Partus spontan

Reseleksi K. ut. Premature rupture of membrane

(49)

RULE MB3

Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama

menggambarkan suatu gejala yang timbul akibat suatu

diagnosa atau kondisi yang ditangani

Jika kondisi terkait diberi code yang ditemukan di Bab XVIII

(R.-), dan di rekam medis ada terekam kondisi lain yang lebih

menggambarkan diagnosis pasien dan kepada kondisi ini

terapi diberikan

maka reseleksi kondisi akhir tersebut

sebagai kondisi utama.

Contoh:

K. ut. Hematemesis

K. lain: Varices esophagus

Cirrhosis hepatis

Bidang spesialis: Penyakit Dalam konsul ke Bedah

Reseleksi kondisi utama: Varices esophagus pada

cirrhosis hepatis (K74.-! I98.2*)

(50)

RULE MB4

Spesialisitas

Bila diagnosis yang terekam sebagai kondisi utama adalah istilah yang

umum, dan ada istilah lain yang memberi informasi lebih tepat tentang

lokasi tubuh atau sifat dasar suatu kondisi, maka reseleksi kondisi terakhir

sebagai kondisi utama.

Contoh:

K.Ut.

CVA

K. lain-lain:

Stroke

Hemiplegia

Cerebral haemorrhage

Reseleksi: Kondisi utama: Stroke cerebral

hemorhage

K.Ut.

DM tanpa terapi insulin

K. lain-lain:

Cataract mata bilateral

Spesialisasi: Ophthalmologist

Reseleksi: Kondisi Utama: NIDDM cataract.

(51)

RULE MB5

Alternatif diagnoses utama

Suatu tanda/gejala direkam sebagai kondisi utama, dengan

indikasi kondisi terkait adalah suatu kondisi atau kondisi lain,

reseleksi gejala tersebut sebagai “kondisi utama”.

Bila ada 2 atau > dari 2 kondisi direkam sebagai pilihan diagnostik

sebagai kondisi utama, pilih yang pertama disebut.

Contoh:

1.

K. ut. Sakit kepala mungkin krn sinusitis atau stres.

Reseleksi: Sakit kepala

2.

K.ut.

Kolekistitis akut atau gastritis

Reseleksi: kolekistitis akut

3.

K. ut. GE akibat infeksi atau keracunan makanan

Reseleksi: Infectious GE.

(52)

KHUSUS UNTUK BAYI PERINATAL:

• Apabila bayi lahir sehat maka tidak memiliki code

diagnosis penyakit (P)

hanya perlu kode bahwa ia

lahir hidup di lokasi persalinan, tunggal atau multiple

(Z38)

• Apabila lahir ada masalah/gangguan. cari kode P.

termasuk bayi lahir sehat tetapi dipengaruhi oleh faktor

ibunya : komplikasi saat hamil & melahirkan

P00 s/d P04

(contoh : hamil dengan hypertensi O10.0)

(53)

B20-B24 : HIV

53

Kondisi Utama penyakit HIV disertai beberapa penyakit, HARUS

dipilih subkategori 7. yg tepat dari B20-B22.

Sub kategori B22.7 dbila tdp dua (2) kategori atau lebih dari B20-B22,

diikuti kode tambahan utk menentukan daftar kondisi individua dapat

digunakan B20-B24

Contoh :

1. KU

: Penyakit AIDS dan Sarcoma Kaposi

K.Lain

:

-Diberi kode HIV disease resulting in Kaposi’s sarcoma (B21.0)

2. KU : Toxoplasmosis dan Cryptococcosis pd pasien HIV

K. Lain

:

-Diberi kode HIV multiple infection (B20.7), B20.8 dan B20.5 dapat

digunakan sbg kode tambahan

(54)

B20-B24 : HIV

54

Contoh :

3. KU

: Penyakit HIV dng Pneumocytis cariini pneumonia,

Burkitt’s lymphoma dan Kandidiasis mulut.

K.Lain

:

-Diberi kode HIV multiple disease (B22.7), B20.6 , B21.1 dan B20.4

digunakan sbg kode tambahan

(55)

Code to HIV disease resulting in multiple diseases (

B22.7). Additional codes B20.6

(HIV disease resulting in Pneumocystis carinii pneumonia), B21.1 (HIV disease

resulting in Burkitt's lymphoma) and B20.4 (HIV disease resulting in candidiasis)

may be used, if desired.

(56)

B90-B94 : Sequelae penyakit infeksi & parasit

56

Kode ini tidak digunakan kode kondisi utama jika dicatat

sifat kondisi residual .

Bila kode utk kondisi residula tersebut , B90-B94 dapat

digunakan sbg kode tambahan.

(57)

B95-B97 : Bakteri,Virus & Infetiuos agent yg

lain

57

Kode ini tidak digunakan kode kondisi utama.

Kategori tsb diberikan bg penggunaan optional sbg kode tambahan

utk identifikasi kuman penyebab infeksi.

Contoh :

1. K.Utama : Cystitis akut karena E.Coli

K.lain

:

-Diberi kode Cystitis acute (N30.0) dan B96.2 penyebab penyakit

sbg kode tambahan.

2. K.Utama : Infeksi bakteri

K.lain

:

-Diberi kode Bacterial infection, unspesified (A49.9) sbg kode

utama , tidak pada kode B95-B97

(58)

NEOPLASMA

58

Neoplasma primer atau metastase yg merupakan fokus perawatan,

harus dicatat dan diberi kode sbg “Kondisi utama”

Contoh :

1. K.Utama : Ca. prostat

K.lain

: Bronchitis kronis

Prosedure : Prostatektomi

Diberi kode Ca. Prostat (C61) sbg kondisi utama

2. K.Utama : Ca Mamae direseksi 2 tahun lalu

K.lain

: Ca sekunder paru

Prosedur

: Bronkoskopi dng biopsi

Diberi kode secondary Ca paru (C78.0) sbg kode utama , Z85.3

(personal history Ca.breast ) digunakan sbg kode tambahan

(59)

E10-E14 DIABETES MELLITUS

59

Subkategori .7 digunakan kode utama bila komplikasi multiple pada

DM. diikuti kode komplikasi yg terdaftar dapat ditambahkan sbg

kode tambahan.

Contoh :

1. K.Utama : Renal failure krn diabetic glumenulonephrosis

Diberi kode E14.2+ dan N08.3*

2. K.Utama : IDDM dng Nephropathy, Gangrene & Cataracts

Diberi kode utama IDDM with multiple complication (E10.7)

dan E10.2+ N08.3* IDDM dng nephropathy, E10.5 NIDDM

with Gangrene, E10.3+ H28.0* IDDM with cataract

(60)
(61)

O80

O84 PERSALINAN dlm CBGs

61

Semua persalinan bila terdapat penyulit dan

penyulit atao komplikasinya tersebut

memang resourse terbesar maka PENYULIT

menjadi kode diagnosis utama

(62)

INACCURATE

ICD

Principle diagnose : HYPERTENSI I10

Secondary diagnose : ANEMI

D64.9

Procedure :

-Department

` : OBGYN

ACCURATE

ICD

Principle diagnose : HYPERTENSI

O16

Secondary diagnose : ANEMI

O99.0

Procedure :

-Department

: OBGYN

(63)

Gunakan kode O820, O821, O828 dan O829 sebagai diagnosa

utama jika terdapat prosedur tindakan bedah Caesar (caesarian

section)

(64)

Ketentuan lain

SE Sesdirjen BUK no

HK.03.03/X/1185/2015 ttg Pedoman

Penyelesaian Permasalahan Klaim INA

CBG dlm Penyelenggaraan JKN

(65)

Lampiran I SE Sesdirjen

utama

Sekunder

Prosedur

1 HIV

Candidiasis

Pada kasus-kasus HIV ditambahkan kode candidiasis (B.37)

Hipertensi

Beberapa hal yang disalahgunakan:

(I10-I15)

1. Koding Hipertensi disertai dengan kode CHF

2. Koding Hipertensi disertai kode CRF

dampak: Peningkatan severity level

3 Thalasemia

Penagihan Top Up obat kelasi/ Thalasemia (Deferipron Deferoxsamin)

dalam sebulan lebih dari 1x

Hiperglikemia

Hiperglikemia dicoding terpisah dengan diagnosis utama seperti DM

R739

Dampak : secara nilai klaim tidak ada, kecuai dibalik menjjadi diagnosis

primer

NO

Kode Diagnosis-Prosedur

Perihal

2

4

Kesepakatan

Pada kasus HIV dikoding dengan kode kombinasi, tidak dapat dikoding sendiri-sendiri/terpisah.

(yang seharusnya B20.4 dan B.37 tidak dicoding)

Diagnosis hipertensi dan gagal jantung atau dan gagal ginjal hanya dapat dikoding dengan satu

koding kombinasi tanpa mengentri gagal jantung/gagal ginjalnya ( Permenkes no. 27 )

Top up klaim obat kelasi (sebagai klaim rawat inap) hanya dapat dikoding 1x sebulan (sesuai

Permenkes No.59 tahun 2014)

(66)

utama Sekunder Prosedur

Tonsilektomi selalu dikoding dengan kauter faring

Dampak: peningkatan biaya akibat perubahan grouping

6

Appendectomy dengan laparotomi (47.0+54.1)

Tindakan operasi yang membuka lapisan perut dikoding terpisah dengan kode tindakan utama

7

Herniotomi dengan laparotomi (53.9+54.1)

Dampak: Meningkatkan biaya, hasil grouping berbeda atau bertambah

Tindakan operasi dikoding terpisah-pisah misalnya SC/appendectomy dengan insisi peritoneum

Dampak: meningkatkan biaya,hasil grouping berbeda atau bertambah

Persalinan normal sering dikoding dengan lacerasi perineum dengan tindakan repair perineum (75.69)

Dampak: entri tindakan repair perineum (75.69) akan menyebabkan perubahan grouper menjadi O-6-12I dengan biaya klaim yang lebih tinggi dari grouper persalinan normal

NO Kode Diagnosis-Prosedur Perihal

8 5 Tonsilektomi dengan Kauter Faring (28.2 dan 29.39) Insisi Peritoneum 9 Repair Perineum (7569)

Prosedur yang merupakan bagian dari prosedur utama tidak dapat dikoding

Prosedur yang merupakan bagian dari prosedur utama tidak dapat dikoding

Repair pada rutin episiotomy saat persalinan normal dikoding dengan 73.6 (bukan kode 75.69)

Kesepakatan

(67)

utama Sekunder Prosedur

USG pada Kehamilan

Penggunaan kode 88.76 atau 88.79 pada koding USG kehamilan, biasanya pada kasus rawat jalan

88.76/88.79

Dampak: biaya klaim kode 88.76/88.79 lebih tinggi dibandingkan kode 88.78

pada kasus-kasus dengan pemasangan WSD (34.04) sering disalahgunakan dengan menambah koding puncture of lung (33.93) Dampak: peningkatan biaya karena koding 33.93 akan merubah hasil grouper menjadfi lebih tinggi

12 Endotrakeal Tube

Pada operasi atau tindakan yang perlu pemasangan endotracheal tube dikoding terpisah

Educational therapy pada konsultasi ke dokter (misalnya dokter gizi) pada klaim rawat jalan

NO Kode Diagnosis-Prosedur Perihal

10

11 WSD dan puncture of lung

13 Skingraft Skin graft ditagihkan pada kasus kelloid, sellulitis, dll

Prosedur yang merupakan bagian dari prosedur utama tidak dapat dikoding

Tidak bisa dijamin pada yang berhubungan dengan kosmetik

catatan: perhatian penggunaan koding graft, pastikan tindakan graft wajar dilakukan pada pasien (misalnya pada luka/injury yang luas dan dalam), jika hanya luka kecil dikoding skin graft perlu dikonfirmasi

Educational Therapy (93.82)

Koding USG pada kehamilan dapat dikoding menggunakan kode 88.78 dan bila terbukti melakukan tindakan USG

koding tindakan WSD adalah 34.04

Kesepakatan

14

1. episode sesuai dengan aturan episode rawat jalan, educational therapy bukan untuk konsultasi gizi

(68)

utama Sekunder Prosedur

15 Collar Neck

Penggunaan Collar neck dikode Insertion Other Spinal Device (84.59) karena langsung dikode oleh dr. Sp.OT

16

DHF pada pasien hamil

Pasien hamil dirawat dr. Sp.PD dengan kasus penyakit dalam (Contoh DHF). Diagnosis sekundernya bagaimana??

17

Kelas rawat

Peserta yang dirawat inap di ruangan IGD atau ruang non kelas seperti ruang observasi/peralihan/ruangan kemoterapi, klaim ditagihkan sesuai hak kelas peserta (kelas 1-3)

Leukositosis dengan penambahan kode D728 sebagai diagnosis sekunder, sering disalahgunakan saat hasil laboratorium leukosit meningkat walaupun tidak mengikat dan tidak ada terapi spesifik. Dampak: peningkatan severity level menjadi II

Anemia sebagai diagnosis sekunder adalah anemia yang disebabkan oleh:

1.Komplikasi penyakit utamanya ( dimana terapi anemia berbeda dengan terapi utamanya, contoh : pasien kanker payudara yg diradioterapi , pada perjalanannnya timbul anemia maka anemia tersebut dapat dimasukkan diagnosa sekunder dan stadium lanjut, dll) yang memerlukan transfusi darah dan eritropoetin harus dimasukkan memerlukan transfusi darah sebelum radioterapi selanjutnya

Penggunaan Anemia sebagai diagnosis sekunder pada beberapa diagnosa utama seperti : persalinan, gagal Ginjal, dll. Menyebabkan peningkatan biaya klaim.

Dampak : Peningkatan Severity Level menjadi II

2. jika terdapat bukti klinis (lab) anemia tetap dicoding

Anemia pada persalinan: NO Kode Diagnosis-Prosedur Perihal

19 Leukositosis Anemia 18

Collar neck tidak perlu dikoding karena termasuk alat kesehatan yang ditanggung terpisah sesuai dengan Permenkes no. 27 tahun 2014 . Kode 84.59 bukan kode untuk collar neck

Kesepakatan

Jika Sp.PD yang merawat : koding diagnosis utama: kode DHF, sedangkan diagnosis sekunder adalah kode "O"

Kelas klaim dibayarkan setara dengan kelas 3

1. Standar Diagnosis Anemia dapat menggunakan standar WHO

2. Anemia gravis ( dibawah 8 ) pada penyakit kronik ( gagal ginjal kronik, kanker) menjadi diagnosa sekunder karena memerlukan pengobatan khusus yg berbeda dari penyakit dasarnya.

Leukositosis yang dimasukkan sebagai diagnosis sekunder bukanlah leukositosis yang disebabkan karena infeksi atau karena pemberian obat-obatan (GCSF, Steroid) dan myeloproliferatif neoplasma (MPN)

(69)

utama Sekunder Prosedur

20

Malnutrisi Penggunaan Malnutrisi dan Kaheksia sebagai diagnosa sekunder

Dampak: peningkatan severity level menjadi III

kode Agranulositosis sebagai diagnosis sekunder, biasanya disalahgunakan pada hasil laboratorium leukosit yang menurun tetapi tidak bermakna (misalnya pada pasien-pasien kemoterapi juga dikoding D70 karena leukopeni)

Dampak: peningkatan severity level menjadi III

Penggunaan Gas Gangrene sebagai diagnosis sekunder , biasanya didiagnosis gangrene dikoding gas gangrene

Dampak: peningkatan severity level menjadi III

1. Terjadi peningkatan/penurunan kadar kreatinin serum sebanyak ≥0,3 mg/dl

Kecuali pada kanker stadium lanjut dimasukkan sebagai diagnosa sekunder karena memerlukan penatalaksanaan khusus

1. Dalam penegakan diagnosis perlu mencantumkan bukti medis (hasil lab) Diagnosis menyertakan bukti klinis (IMT,dll)

NO Kode Diagnosis-Prosedur Perihal

22 Gagal Ginjal Akut/AKI (N17) 21

Kaheksia

2. Diagnosis leukopenia pada pasien kanker adalah jumlah leukosit dibawah 3000 dan harus dituliskan diluar diagnosa kankernya karena hal ini berdampak pada pemberian GCSF pasca kemoterapi sampai leukosit diatas atau sama dengan 5000

1. Penegakan diagnosis Gas Gangrene : pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya krepitasi dibawah kulit dan mukosa atau pada foto rontgen didapatkan adanya gas dilokasi gangren 24 Gas Gangrene (A48.0) Leukopenia-Agranulositosis (D70) Kesepakatan 23

Kriteria Diagnosis Gagal Ginjal Akut:

2. Terjadi penurunan jumlah urin ≤0,5ml/Kg/Jam dalam 6 jam AKI sebagai diagnosis sekunder, biasanya sering disalahgunakan pada

hasil laboratorium ureum kreatinin yang meningkat tidak bermakna

2. Sesuai kaidah ICD Gas Gangrene dikode A48.0 dan gangrene DM diberi kode E10-E14 (sesuai dengan jenis DM) dengan digit terakhir .5 (contoh Gangrene DM Tipe 2 di kode E11.5). Jika tidak Jelas Tipe DM, maka gangrene DM dapat dikode E14.5

(70)

utama Sekunder Prosedur

Penggunaan Efusi Pleura sebagai Diagnosa sekunder menyebabkan peningkatan biaya klaim

Dampak: peningkatan severity level menjadi III

Penggunaan Respiratory Arrest sebagai diagnosis sekunder terutama pada kasus yang meninggal

Penggunaan Pneumonia sebagai diagnosis sekunder tanpa hasil rontgen atau tanda klinis

dampak: meningkat severity level II

Penambahan kode TB Paru sebagai sekunder pada pasien dengan TB Paru yang sedang pengobatan OAT rutin

Dampak: peningkatan severity level menjadi II

NO Kode Diagnosis-Prosedur Perihal

TB Paru tetap ditulis sebagai diagnosis sekunder apapun diagnosis primernya karena merupakan komorbid yang harus tetap dipantau selama perawatan

25 Efusi Pleura (J90-J91)

28 TB Paru (A15) 27

Respiratory arrest dapat ditegakkan sebagai diagnosis sekunder bila:

Pneumonia/ Bronkopneumonia

Kesepakatan

26 Respiratory Arrest

(R09) (1). Terdapat usaha resusitasi dan/atau pemakaian alat bantu nafas (2). Terkait dengan diagnosis primer

(3). Merupakan perjalanan penyakit primer Dampak: peningkatan severity level menjadi III

Pneumonia dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan imaging minimal foto thoraks dan berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan batuk produktif yang disertai dengan perubahan warna sputum (purulensi) dan dari pemeriksaan fisik didapatkan suara nafas tambahan berupa ronki atau suara nafas bronkial

Efusi Pleura dapat didiagnosis sekunder bila hasil pemeriksaan imaging (foto thoraks/ USG/CT scan) menunjukkan gambaran efusi atau/dan bila dilakukan proof punksi keluar cairan

(71)

utama Sekunder Prosedur

Penambahan kode TB Paru sebagai sekunder pada pasien dengan TB Paru yang sedang pengobatan OAT rutin

Dampak: peningkatan severity level menjadi II Disfagia pada kasus tonsilitis, tonsilektomi, dll

Penggunaan Kejang sebagai Diagnosa sekunder menyebabkan peningkatan biaya klaim

Dampak: peningkatan severity level menjadi II

Penambahan diagnosa hemiplegia/Hemiparese sebagai Diagnosa utama maupun sekunder menyebabkan peningkatan biaya klaim Dampak: Sebagai diagnosis sekunder peningkatan severity level menjadi II, sebagai diagnosis utama atau ditukar dengan stroke akan

meningkatkan biaya dan severity level III

NO Kode Diagnosis-Prosedur Perihal

TB Paru tetap ditulis sebagai diagnosis sekunder apapun diagnosis primernya karena merupakan komorbid yang harus tetap dipantau selama perawatan

28 TB Paru (A15) 29 Disfagia (R13) Kesepakatan Hemiparese/ Hemiplegia 32 Vertigo 30 Kejang 31

Vertigo dirawat inapkan

Tidak ada masalah sebagai diagnosis sekunder jika memang di rekam medis pada catatan perawatan dituliskan klinis Hemiparesis karena hemiparesis memang memiliki konsekuensi terhadap terapi dan tindakan rehabilitasi.

Indikasi vertigo yang dirawatinapkan:

1.Vertigo sentral dengan etiologinya : Stroke (iskemik, hemoragik), infeksi akut dan kronik, trauma kepala, tumor intraserebral dg peningkatan tekanan intra kranial

2.Vertigo perifer dengan muntah-muntah hebat sehingga dapat menyebabkan terjadi hiponatremia/ hipokalemia/hipoglikemia/insufisiensi renal

(2). Terdapat gizi kurang akibat gangguan menelan dimana berat badan kurang dibanding usia Diagnosis sekunder Disfagia dapat dikoding bersama dengan Prosedur Tonsilektomi dengan Syarat sebagai berikut:

(1). Pasien Anak Dampak: peningkatan severity level menjadi II

jika diagnosis disertai hasil pemeriksaan penunjang (EEG) atau terapi yang sesuai (diazepam, fenitoin, atau valproat) maka dapat di coding

(72)

utama Sekunder Prosedur

Penatalaksanaan kasus penderita katarak dan pterigium umumnya dilakukan rawat inap

Operasi Katarak dengan Teknik

Phacoemulsification: Untuk operasi katarak dengan Phacoemulsification (insisi ±3 mm) dilakukan di rawat jalan bila pasien katarak tanpa penyulit

Indikasi Secara Umum Rawat Inap Pada Operasi katarak:

Operasi Katarak dengan Teknik SICS (Small Incicion Cataract Surgery): Untuk operasi katarak dengan SICS (insisi ± 6 mm) maka dilakukan di rawat jalan

a. Memakai Teknik ECCE ( Ekstra Capsular Cataract Extraction )

Pasien dengan tindakan Phacoemulsification atau SICS dilakukan rawat inap apabila:

b. Katarak Pediatrik (anak – anak: kongenital, juvenil)

a. Ada komplikasi selama operasi (during operation) yang memerlukan pemantauan intensif setelah operasi

c. Katarak Hipermatur b.Operasi dilakukan pada salah satu mata pasien

dimana mata yang lain visusnya sudah 0 (buta) atau one eyes.

d. Katarak dengan gangguan pendengaran, kelainan jiwa/cacat mental dan dengan penyakit sistemik( HHD, Decomp, hipertensi, Diabetes mellitus, HBsAg+)

c. Jika ada underlying disease seperti : hipertensi, DM, HbsAG(+), dll

e. Kepatuhan pemakaian Obat Operasi Katarak dengan Teknik ECCE (Ekstra

Capsular Cataract Extraction), ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction)

f. Katarak dengan komplikasi penyakit mata ( contoh: Uveitis, glaukoma )

Indikasi rawat inap Jika:

g. Luksasi lentis/subluksasi lentis, katarak dengan iridodialisis,

a. Insisi dilakukan lebih kurang 9 mm

h. Katarak dengan sikatrik kornea b. Waktu operasi lebih lama dibandingkan

operasi dengan teknik Phaco

i. Zonulysis c. Untuk menghindari / meminimalkan resiko

infeksi, prolaps isi bola mata (iris, vitreous) paska operasi

j. Sinekia anterior/posterior lebih dari 180 derajat>2 quadran

k. Katarak dengan komplikasi intra operatif l. Fiksasi Sclera , IOL Sekunder, Capsulorexis Cataract secunder M. Katarak Grade 5 (Brunescent) N. Katarak + Glaukoma O. Katarak Post Vitrektomi P. Katarak Post Uveitis Q. Katarak Pada High Myopia R. KatarakTraumatika S. Komplikasi Post operatif T. Katarak + Ablatio Retina U. Katarak Polaris Posterior V. Pasien2 yang memerlukan pemeriksaan tambahan Khusus

W. Pasien tidak kooperatif , baik krn usia muda maupun keadaan psikologis pasien, cemas dll

X. Domisili jauh dari RS dan/ atau sulit transportasi.

NO Kode Diagnosis-Prosedur Perihal Kesepakatan

33

(73)

utama

Sekunder

Prosedur

Rawat Inap:

Pterigium grade IV

Rawat jalan: Pterygium yang non graft (Bare scale)

Chalazion di rawat inapkan

Rawat jalan kecuali pada anak-anak yang belum

kooperatif/ memerlukan Anestesi Umum (GA)

Dampak: peningkatan biaya akibat rawat inap

36

Injeksi Intravitreal bukan merupakan Indikasi

Rawat Inap. Injeksi Intravitreal bisa dilakukan

rawat inap tetapi bukan indikasi dari pasien

harus dirawat inap karena akan mendapatkan

tindakan injeksi intravitreal

Pasien Schizoprenia yang dalam pengobatan selalu ditambahkan koding

Extrapiramidal Syndrom (G25)

1. Skala penilaian Gejala Ekstrapiramidal syndrom

yang ditetapkan oleh Perhimpunan Dokter

Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (terlampir

pada Lampiran II) digunakan sebagai panduan

diagnosis Ekstrapiramidal Syndrom untuk dokter

Dampak: peningkatan severity level menjadi II

2. Skala penilaian gejala Ekstrapiramidal syndrom

yang di tetapkan oleh Perhimpunan Dokter

Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (terlampir

NO

Kode Diagnosis-Prosedur

Perihal

Kesepakatan

35

Chalazion

(H001)

Pterigium

penatalaksanaan kasus penderita katarak dan pterigium umumnya

dilakukan rawat inap

34

37

Extrapiramidal

Syndrom

(74)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa dalam materi sistem persamaan linear dua variabel dapat dilihat dari indikator yang dapat dipenuhi oleh siswa

Yaitu pencurian yang telah diterangkan dalam pasal 367 KUHP yakni, Jika dia adalah suami/istri yang terpisah meja dan tempat tidur atau terpisah harta kekayaan atau

Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri dari dua fasa cairan yang tidak saling terampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi tetesan-tetesan

Pada tabel 4, Ini terdapat actor admin sebagai penguji system dan terdapat 7 tahapan pengujian dalam black box ini dari melakukan aksi login sebagai admin, melihat data

akses utama ke dalam tapak terdapat dibagian barat laut tapak, dikarenakan bagian sisi tapak yang berbatasan langsung dengan jalan utama, hanya diperuntukan untuk

The increas ing inter ac tion among cultural groups due to the impact of glob al- iza tion has not only made the rela tion ship between conflict and culture more inter de pend ent

(lima belas juta rupiah) bagi peternak yang pedetnya sudah ber SLBI (Sertifikat Layak Bibit Indonesia) yang dikeluarkan oleh kepala dinas peternakan di masing –

Ada dua pendekatan dalam penelitian, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitaif. Metode atau pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang mengkuantifikasi temuan-temuan