• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keberlanjutan Usaha Budidaya Rumput Laut pada Penerima Paket Bantuan Langsung Masyarakat di Kabupaten Muna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Keberlanjutan Usaha Budidaya Rumput Laut pada Penerima Paket Bantuan Langsung Masyarakat di Kabupaten Muna"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)42768.pdf. TU GAS AKHIR PROGRAM MAGISTER (TAPM). ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT PADA PENERIMA PAKET BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DI KABUPATEN MUNA. TAPM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Ilmu kelautan Bidang Minat Manajemen Perikanan. Disusun Oleh :. MUHAMAD NIZAR NIM. 014915878. PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS TERBUKA JAKARTA. 2015. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(2) 42768.pdf. ABSTRACT ANALYSIS OF SUSTAINABILITY SEAWEED FARMING ON THE RECEIVING COMMUNITY GRANTS PACKAGE IN MUNA DISTRICT. Muhamad Nizar nzr mfr@yahoo.com Graduate Studies Program Indonesia Open University Seaweed cultivation is public and government expectations of Muna District which targeting an increase in production of fisheries sector. However, coastal communities in Muna faced with lack of capital constraints, fluctuations in the price of seaweed which continues to suppress low, and the effect on motivation to undertake the cultivation of seaweed. This condition requires attention, given the potential Muna waters are very suitable for carrying out the cultivation of seaweed. As is known, that to maintain the sustainability of the business, the need for the establishment of business systems in synergism with one another, which can be built by the presence of: (1) production and income, (2) economic, (3) marketing, (4) the role of the business environment social, (5) government policy. The fifth factor is expected synergy with one another in building a good business climate. Effort is not enough just to encouraging one factor alone such as land, facilities and production units, in the absence of clarity capital strength either private capital or other capital sources (banks, cooperatives), as well as a good market mechanism. Therefore, community grant package is only a stimulus alone for business community, which further expected that the strong participation of the above five factors in building a good business climate, especially venture capital, and marketing which is able to depress prices to a price that can provide income good for the community. So it can be said to move to four factors, fifth factor is the government that is a factor that plays an important role in moving (managerial) the four factors mentioned above in addition to the companion role in nurturing and motivating farmers and spirit itself. Keywords: community grant package, seaweed culivation, sustainabilty efforts.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(3) 42768.pdf. ABSTRAK ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT PADA PENERIMA P AKET BANTU AN LANGSUNG MASY ARAKAT DI KABUPATENMUNA. Muhamad Nizar nzr mfr@yahoo.com Program Pascasarjana Universitas Terbuka. Budidaya rumput laut merupakan harapan masyarakat maupun pemerintah Kabupaten Muna yang mentargetkan ada peningkatan produksi di bidang perikanan. Namun masyarakat pesisir di Kabupaten Muna dihadapkan pada kendala modal usaha yang minim, fluktuasi harga rumput laut yang semakin rendah, dan hal ini berpengaruh pada motivasi para pembudidaya untuk melakukan usaha budidaya rumput laut. Kondisi ini perlu perhatian, mengingat potensi perairan Kabupaten Muna sangat sesuai untuk melakukan usaha budidaya rumput laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menjaga keberlanjutan usaha, perlu ada pembentukan sistem usaha yang bersinergis satu dan lainnya yang dapat dibangun oleh keberadaan : ( 1) produksi dan pendapatan, (2) ekonomi, (3) pemasaran, (4) peran lingkungan usaha terhadap sosial masyarakat, dan (5) kebijakan pemerintah. Kelima faktor tersebut sangat diharapkan bersinergis satu sama lain dalam membangun iklim usaha yang baik. Usaha tidak cukup hanya dengan mendorong salah satu faktor saja misalnya lahan, sarana dan satuan produksi, tanpa adanya kejelasan kekuatan modal baik itu modal pribadi atau sumber modal lainnya (bank, koperasi), serta mekanisme pasar yang baik. Oleh karena itu bantuan langsung masyarakat hanya berupa stimulus saja bagi usaha masyarakat, yang selanjutnya diharapkan adanya peran serta yang kuat kelima faktor tersebut diatas dalam membangun iklim usaha yang baik, terutama modal usaha, serta pemasaran yang mampu menekan harga ke harga yang mampu memberikan pendapatan yang baik bagi masyarakat. Untuk menggerakan ke empat faktor tersebut faktor kelima, yakni faktor pemerintahlah yang sangat berperan penting dalam menggerakan (manajerial) keempat faktor tersebut diatas disamping peran pendamping dalam membina dan memotivasi pembudidaya serta adanya kemauan dan semangat pembudidaya itu sendiri untuk bisa mandiri.. Kata Kunci: bantuan lansung masyarakat, budidaya rumput laut, kerberlanjutan us aha.. ii Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(4) 42768.pdf. UNIVERSITAS TERBUKA PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PERIKANAN. PERNYATAAN. TAPM yang berjudul. "Analisis Keberlanjutan Usaha Budidaya Rumput Laut Pada Penerima Paket Bantuan Langsung Masyarakat di Kabupaten Muna". Adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. apabila dikemudian hari temyata ditemukan adanya penjiplakan (plagiat), maka saya bersedia menerima sangsi akademik. Jakarta, Oktober 2014 Yang Menyatak MltrEMI T~MPEL. ". f'.t/Ar "!E.~IUNGf','l')JNIOSJ~. TGl-. 20. Muhamad Nizar NIM.014915878. iii. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(5) 42768.pdf. .Judul TAPM "" Analisis Keberlanjutan lisaha Budidaya Rumput Laut Pada Penerima Paket Bantuan Langsung Masyarakat di Kabupaten Muna". NAMA. MllHAMAD NIZAR. NIM. 014915878. PROGRAM STllDl. MAGISTER MANAJEMEN PERIKANAN. Pembimbing II,. Pembimbing 1,. Dr. Ir. Edward Danakusumah NIP. 19481211 197904 2 001. Dr. Lina \:Varlina, M.Ed NIP. 19610107 198601 2 001. Sc. M engetah ui,. Ketua Bi dang Ilm u/Program Magister llmu Kelautan,. Direktur Program Pascasarjana. Dr. Ir. Nurhasanah, M.Si NIP. 19631111 198803 2 002. Suciati, M.Sc., Ph.D NIP. 19520213 198503 2 001. iii. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(6) 42768.pdf. PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI ILMU KELA UT AN BIDANG MINAT MANAJEMEN PERIKANAN. PENGESAHAN. Nama NIM Program Studi Judul TAPM. : MUHAMAD NIZAR : 01495878 : Magister Ilmu Kelautan Bidang Minat Manajemen Perikanan : Analisis Keberlanjutan Usaha Budidaya Rumput Laut Pada Penerima Paket Bantuan Langsung Masyarakat di Kabupaten Muna.. Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Penguj i T APM Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Kelautan Bidang Minat Magister Manajemen Perikanan, Universitas Terbuka pada: Hari/Tanggal Waktu. : Sabtu/20 Desember 2014 : 08.00 - 10.00 WIB. Dan telah dinyatakan : LULUS PANITIA PENGU JI T APM. Ketua Komisi Penguji. Ir. Adi Winata, M.Si. Penguji Ahli. Dr. Ir. Chandra Nainggolan M.Sc. Pembimbing I. Dr. Ir. Edward Danakusumah M.Sc. Pembimbing II. Dr. Lina Warlina, M.Ed. IV. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(7) 42768.pdf. KATA PENGANTAR. Alhamdulillahi Rabbil'alamin atas Rahrnat dan Karunia Allah SWT, sehingga penulisan Tugas Akhir Program. Magister. (TAPM). ini. dapat. diselesaikan. TAPM ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Magister Ilmu Kelautan Bidang Minat Manajemen Perikanan Universitas Terbuka. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Suciati, MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Terbuka. 2. Dr. Nurhasanah, MSi. selaku. Ka bid MIP A. yang. mengelola. Program. Studi Magister Ilmu Kelautan Bidang Minat Manajemen Perikanan. 3. Dr. Ir. Edward Danakusumah, MSc, selaku Pembimbing I, dan Dr. Lina Warlina, M.Ed selaku pembimbing II, yang dengan ikhlas meluangkan waktu, dan. pikiran dalam. membimbing penulis. sehingga TAPM. ini. dapat. terselesaikan. 4. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna beserta staf, dan Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak Budidaya Perikanan Kabupaten Muna yang telah mendampingi dan membantu penulis dalam proses penyelesaian TAPM ini.. vii Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(8) 42768.pdf. 5. Dosen Universitas Terbuka dan segenap jajarannya atas segala dukungan dan motivasi dan kemudahan-kemudahan yang diberikan. 6. Semua pihak yang telah banyak membantu studi maupun penyelesaiaan tulisan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 7. Terkhusus dan tak pemah terlupakan adalah istri dan anak-anak tercinta, terima kasih atas doa dan dukungannya yang selalu diberikan kepada penulis baik dalam. keadaan suka maupun duka dalam perjalanan studi maupun selama. penulisan dan penyelesaian T APM ini. Dalam penulisan TAPM ini penulis merasa masih banyak kekurangan, baik dalam teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan T APM ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah. Amiin .. Y aa Rabbal 'Alamiin.. Jakarta, April 2015. Penulis. viii Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(9) 42768.pdf. RIWAYATHIDUP Nama NIM Program Studi Tempat/Tgl Lahir. Muhamad Nizar 014915878 Magister Ilmu Kelautan bidang Minat Manajemen Padang, 7 Januari 1964. Riwayat Pendidikan. Lulus SD Fransiskus, Bukittinggi pada tahun 1977 Lulus SMP 1 negeri, Bukittinggi pada tahun 1980 Lulus SMA 3 negeri, Bukittinggi pada tahun 1983 Lulus Akademi Usaha Perikanan Jakarta pada tahun. 1986 Lulus USNI Jakarta pada tahun 1995 Riwayat Pekerjaan. Proyek Udang Nasional tahun 1986 - 1990 Direktorat Sumber Hayati, Direktorat. Jenderal. Perikanan, Tahun 1990-1999. Direktorat Kesehatan lkan dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, tahun 2000 - 2009 . Direktorat Usaha, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Alamat rumah Pedurenan, Telepon Email. T ahun 2010 sampai sekarang . Jln. Ampera Raya, RT/RW. 001/004. No. 92,. Cilandak Timur, Jakarta Selatan . 0816860283 nzr mfr@yahoo.com. Jakarta, April 2015 Muhamad Nizar NIM. 014915878. ix Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(10) 42768.pdf. DAFTARISI Halaman Abstrak .......................... . Pemyataan Be bas Plagiasi .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 111. Lem bar Layak Uji . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. IV. Lembar Pengesahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. v. Persetujuan TAPM .. .... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. VI. Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. vu I. Riwayat Hidup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. IX. Daftar Isi. . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..... . . . . . . . ............................. x. Daftar Tabel............................... ............................................................. xin. Daftar Garn bar............................................................................ xiv. Daftar Lampiran..................................................................... .... xv. BAB .I. PENDAHULUAN.......................................................... 1. A. Latar Belakang .............................................................. . B. Rumusan Masalah.................................................... ..... 4. C. Tujuan Penelitian..................... .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. 4. D. Manfaat Penelitian......... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 4. E. Batasan Masalah..................................................... ...... 5. F. Kerangka Pikir. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... 5. G. Hipotesis......................................................... .. . . . . . . ... 7. BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 8 A. Rumput Laut . . . . . . .. ............... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 8. B. Konsep Agribisnis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 10. C. Konsep Pengembangan Usaha.. ..................................... 11. D. Manajemen Agribisnis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. 13. E. Faktor-Faktor Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 15. 1. Faktor Ketersediaan Lahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 16. 2. Faktor Ketersediaan Tenaga Kerja. .. . .. . .. .. . ... . .. .. . .. . ........ 16. 3. Faktor Ketersediaan Modal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 17. F. Biaya Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 18. G. Pendapatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 19. H. Analisa Kelayakan lnvestasi........................ .. . . . .. . . . . . . . . . . . .. 22. x Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(11) 42768.pdf. I. Konsep Pemasaran... .. . ... . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. .. . . .. . . . . . .. 26. J. Fungsi-Fungsi Pemasaran. .. . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . .. . .......... ... . .. 30. K. Efisiensi Pemasaran... .. . . . . .. . . . . . . . .. . . . . ... . . . . . . . . . . . .. .. .. ... . . . . .. 35. L. Saluran Pemasaran....................................................... 36. BAB. III. METODE PENELITIAN .. .. .. .. . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ... 40. A. Tempat dan Waktu Penelitian . . ........................ .. . . . . . . ..... 40. B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel . . . .. . . . . . . . . . . . . .... ... 40. C. Sumber Data.......................................................... 40. D. Rancangan Penelitian.................................. .. . . . . . ....... 41. E. Analisa Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ........ 41. F. Definisi Operasional................................................. 43. BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................... 45. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . .. 45. 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 45. 2. lklim dan Curah Hujan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . .. 46. 3. Keadaan Umum Perikanan. .. .. . . .. . .. .. . . . . .. . . . . . . . .. . . ...... .... 46. B. Karakteristik Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 48. 1. Umur Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 48. 2. Tingkat Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 50. 3 Pengalaman Berusaha . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 51. 4. Anggota Rumah Tangga Responden ... .. . . . . .. . . .. .. . . . . . . . . . . . ... 53. C. Profil Daerah Usaha................................................ .. . .. 55. D. Analisis Faktor Pendapatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 56. 1. Proses Budidaya Rum put Laut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 57. 2. Parameter Usaha Budidaya Rumput Laut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 58. 3. Produksi Harga dan Penerimaan Usaha Budidaya Rumput Laut .................................................................. .. 60. E. Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Rumput Laut.................. 62. F. Biaya Operasional (Biaya Tidak Tetap)....................... ....... 63. G. Biaya Investasi (Biaya Tetap)................................... ....... 65. H. Biaya Penyusutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 66. I. Analisis Finansial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 67. 1. Net Present Value (NPV)... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 67. 2. Proyek2. Proyeksi Laba Rugi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. 68. xi Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(12) 42768.pdf. 3. Proyeksi Ams Kas dan Kelayakan Usaha................. ... . ... 68. 4. Analisis Sensitifitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 69. K. Analisis Faktor Pemasaran............................................ 70. 1. Permintaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 71. 2. Penawaran......... .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . ... . .. . . . . .. . .. . .. . ........ 71. 3. Saluran Pemasaran Rumput Laut................................. L. Analisis Peran Lingkungan Usaha Terhadap Sosial Masyarakat 1. Pendapatan Responden Dari Hasil Budidaya Rumput Laut. 72 74 74. 2. Terbentuknya Lapangan Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..... 75. M. Analisis Faktor Kebijakan Pemerintah....................... ..... ... 75. N. Analisis Skor Semua Faktor-Faktor Keberlanjutan Usaha.. ....... 77. BAB.V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................... A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. Saran..................................................................... 83 83 84. DAFTARPUSTAKA ................................................................. 85. LAMPI RAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 88. xii Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(13) 42768.pdf. DAFTAR TABEL. Nomor. 4.1. Halaman. Sebaran Pembudidaya Rumput Laut Berdasarkan Umur... ....... .. ...... 49. 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga . . . . . . ..... 54. 4.3. Parameter Usaha Budidaya Rumput Laut................................... 58. 4.4. Produksi, Harga dan Pendapatan Usaha Budidaya Rumput Laut....... 60. 4.5. Rata-rata Biaya Inventasi pada 42 Responden .. .. .. . .. . . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. ... 65. 4.6. Nilai Penyusutan Komponen lnvestasi Per Tahun........................... 66. 4.7. Rata-Rata Penerimaan Per Tahunnya untuk 42 Responden.............. .... 69. 4.8. Analisis Keberadaan Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan............. 77. 4.9. Analisis Ekonomi Usaha............................................ ................ 78. 4.10 Analisis Pemasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 79. 4.11. Analisis Skor Peran Usaha terhadap Sosial Masyarakat .. .. . .. . .. . . . . .. ... 80. 4.12 Analisis Kebijakan Pemerintah .. . .. .. .. .. .. .. . .. . .. . .. . .. .. . .. . .. .. .. .. .. . .... 80. 4.13. 81. Analisis Kelayakan U saha Berdasarkan Tabel Skor .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . ... xiii Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(14) 42768.pdf. DAFTAR GAMBAR Nomor. Halaman. 1.1. Kerangka Pikir Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. 6. 2.2. Saluran Tata Niaga Hasil Rumput Laut....................................... 39. 4.3. Perkembangan Produksi Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Muna pada Tahun 2006-2010 ................................................................. 47. 4.4. Distribusi Tingkat Pendidikan Formal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 50. 4.5. Rata-Rata Biaya Operasional Per Tahun (2005-2011) .. .. .. .. .. .. . ....... 64. 4.6. Skema Saluran Pemasaran Rumput Laut di Kabupaten Muna . . . . . . . . . ... 73. 4.7. Skema Keberlanjutan Usaha Budidaya Rumput Laut..................... 82. xiv Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(15) 42768.pdf. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran. Halaman. 1.. Kuesioner Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 88. 2.. ldentitas Data Responden Pembudidaya Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Wabintingi, Desa Lakarinta dan Desa Bonea Kabupaten Muna. 91. 3.. Total Produksi Rumput Laut Responden di Desa Wabintingi, Desa Lakarinta dan Desa Bonea Kabupaten Muna .............................. ... 92. 4.. Total Penerimaan Hasil Usaha Rumput Laut Responden di Desa Wabintingi, Desa Lakarinta dan Desa Bonea Kabupaten Muna .......... .. 93. 5.. Total Biaya Operasional Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Wabintingi, Desa Lakarinta dan Desa Bonea Kabupaten Muna ........... .. 94. 6.. Biaya Investasi Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Wabintingi, Desa Lakarinta dan Desa Bonea Kabupaten Muna ........................ .. 95. 7.. Total Penyusutan Investasi Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Wabintingi, Desa Lakarinta dan Desa Bonea Kabupaten Muna ......... ... 97. 8.. Total Biaya Produksi Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Wabintingi, Lakarinta dan Desa Bonea Kabupaten Muna ................. .. 98. 9.. Perhitungan NPV 12 % Budidaya Rumput Laut............................ xv Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka. 100.

(16) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(17) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(18) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(19) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(20) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(21) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(22) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(23) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(24) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(25) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(26) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(27) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(28) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(29) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(30) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(31) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(32) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(33) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(34) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(35) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(36) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(37) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(38) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(39) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(40) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(41) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(42) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(43) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(44) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(45) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(46) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(47) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(48) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(49) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(50) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(51) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(52) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(53) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(54) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(55) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(56) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(57) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(58) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(59) 42768.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(60) 42768.pdf. 45. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran umum lokasi mencakup profil daerah, letak geografis dan batas wilayah, luas wilayah. Iklim dan curah hujan. Semua aspek tersebut penting untuk menjadi informasi penjelas dalam penelitian ini.. 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Muna terletak dibagian Selatan Khatulistiwa pada lintang 122°,15' - 123°,00' BT dan 4°,15' - 4°,30'LS. lbukota Kabupaten Muna adalah Raha, dengan luas wilayah Kabupaten Muna 296.397 ha atau 2.963,97 km 2. .. Secara administrasi Kabupaten Muna dibagi menjadi 33 wilayah kecamatan termasuk pulau-pulau yang tersebar yaitu Pulau Tobea Kecil, Pulau Tobea Besar, Pulau Wataitonga, Pulau Bakealu dan Kepulauan Tiworo disebelah selatan. Kabupaten Muna berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Spelman - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton - Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Tiworo Secara geografis posisi Kabupaten Muna mempunyai ketinggian daratan bervariasi antara 0 - > 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Namun sebagian besar dari luas daratan Kabupaten Muna berada pada ketinggian 25-100 m dpl, yaitu sebesar 33, 13% dari luas daratan Kabupaten Muna.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka. Luas daratan yang.

(61) 42768.pdf. 46. mempunyai ketinggian > 1000 m dpl hanya sekitar 0,02% dari luas keseluruhan daratan Kabupaten Muna. Kabupaten Muna dikelilingi perairan laut seluas 3.937,5 km2 dengan 2. panjang garis pantai 519 km memiliki 185 pulau kecil (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna 2010). Dengan demikian posisi Kabupaten Muna sangat potensial dalam pengembangan budidaya rumput laut yang menjadi salah satu komoditas andalan dalam pembangunan perikanana di Kabupaten Muna.. 2. lklim dan Curah Hujan Kabupaten Muna mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata sekitar 25°C - 27°C. Demikian juga dengan musim mengikuti perubahan putaran 2 iklim yaitu, musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan dimulai pada bulan November clan diakhiri pada bulan Juni, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Juli dan bulan Oktober. Khusus pada bulan April di Kabupaten Muna seperti halnya daerah Sulawesi Tenggara pada umumnya angin bertiup dengan arah yang tidak menentu, yang berakibat pada curah hujan yang tidak menentu dan keadaan ini dikenal sebagai musim pancaroba. Selama tahun 2008 terjadi hari hujan selama 122 hari dengan curah hujan sebesar 4.648 mm, sedangkan tahun 2009 terjadi hujan selama 98 dengan curah hujan 3.407 mm, kondisi cuaca ini relatif lebih kering dari tahun 2008 (BMKG Provinsi Sulawesi Tenggara 2010).. 3. Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Muna memiliki potensi dan kekayaan alam yang cukup besar terutama potensi perikanan dan kelautan, namun semuanya masih memerlukan. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(62) 42768.pdf. 47. penanganan serta usaha untuk memanfaatkan secara optimal. Pendayagunaan potensi alam ini diharapkan tetap memperhatikan daya dukung alam, keterampilan penduduk setempat serta kelestarian sumber daya alam dan lingkungan (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna, 2011). Produksi perikanan di Kabupaten Muna didominasi oleh perikanan tangkap sebesar 24.718,22 ton dan produksi rumput laut sebesar 32.238,6 ton. Produksi rumput laut terbanyak terdapat pada Kecamatan Tiworo, disusul Kecamatan Maginti dan Kecamatan Towea. Adapun perkembangan produksi rumput laut di Kabupaten Muna dari Tahun 2005 sampai Tahun 2009 dapat dilihat sebagai berikut: 40000. T----~----. ------------ ---- --· ------ --- - - --. 35000 +-. produksi. 30000 25000 20000. +. T. 15000 10000 5000 0. -- ---- --- · - - ----------. ------. --·1· - ---------- .-.. --- ---. Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Muna pada Tahun 2006 - 2010. Perkembangan produksi budidaya rumput laut di Kabupaten Muna dari tahun 2006 sampai tahun 2010 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 ke tahun 2007 peningkatan tidak begitu pesat, tetapi tahun 2008 sampai tahun 2010 terus mengalami peningkatan yang signifikan.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(63) 42768.pdf. 48. Berkaitan dengan perkembangan budidaya. rumput. laut tersebut. maka. usaha rurnput laut ke depan memiliki prospek untuk ditingkatkan. Hal ini karena usaha budidaya rumput laut menjadi usaha rurnah tangga masyarakat pesisir di Kabupaten Muna. Dalam usaha ini, peran perempuan cukup terlihat, walaupun. keputusan. untuk menanam, memanen dan menjual hasil panen. terdapat pada laki-laki sebagai kepala keluarga. Produksi rumput laut tahun 2010 sebanyak 7.998 ton yang diperoleh dari Kecamatan Kusambi 1.806 ton, Towea 4.644 ton dan Duruka 1.548 ton. B. Karakteristik Responden. Responden dalam penelitian ini terdiri dari pembudidaya rumput laut sebanyak 42 orang. Dalam kajian ini terdapat beberapa elemen penting yang turut mempengaruhi terhadap kemampuan bisnis budidaya rumput laut yang mencakup umur, tingkat pengalaman berusaha. se~ain. pendidikan,. jumlah. tanggungan. keluarga. dan. aspek-aspek yang menjadi tujuan penelitian ini.. 1. Umur Responden. Tingkat umur sangat berpengaruh terhadap kemampuan fisik maupun cara berfikir dan bertindak. Pembudidaya budidaya rumput laut yang berusia lanjut kemampuan fisiknya cenderung menurun dan mengalami kesulitan dalam menerima inovasi barn karena selalu berpihak pada pengalaman masa lalunya. Berbeda halnya dengan pembudidaya budidaya rumput laut yang umumya masih muda, disamping kemampuan fisiknya masih kuat, juga lebih muda menerima. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(64) 42768.pdf. 49. inovasi baru yang sesuai dengan perkembangan teknologi pertanian dan berani menanggung resiko karena pengalaman bertani dan berbisnis masih kurang. Soeharjo dan Patong (1984) mengemukakan bahwa urnur dikelompokkan berdasarkan kelompok produktif dan non produktif. Kelompok umur produktif berada pada kisaran antara 15-54 tahun, sedangkan kelompok umur non produktif berada pada kisaran 0-14 tahun dan 54 tahun ke atas. Berdasarkan faktor tersebut maka umur produktif dan tidak produktif responden terlihat pada Tabel 1. Tabel 4.1. Sebaran Pembudidaya Rumput Laut Berdasarkan Umur Persentase (%). No. Umur (Tahun). Jumlah Responden (Orang). 1. Umur 15-54. 39. 93. 2. Umur 54-60. 3. 7. 42. 100. Jumlah. Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah pada kisaran umur produktif yaitu 15-54 tahun .. Hal ini berarti bahwa kelompok umur pelaku bisnis usaha budidaya rumput laut mudah mengadopsi inovasi teknologi serta cenderung masih memiliki tingkat produktifitas yang cukup tinggi apabila ditinjau dari kemampuan fisik yang mereka miliki. Berdasarkan umur produktif responden, secara umum dapat dikatakan masih sangat produktif, bahkan fakta yang ada mereka terns berusaha untuk melakukan usaha budidaya rumput laut, walaupun terkadang usaha mereka terganggu oleh kondisi cuaca juga harga yang berfluktuasi.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka. Untuk mengisi.

(65) 42768.pdf. 50. kekosongan waktu yang tidak mengizinkan untuk melakukan usaha budidaya rumput laut, maka responden rata-rata melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan uang, baik itu kegiatan bertani, berdagang kegiatan sosial masayarakat desa, dan lainnya.. 2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seorang pembudidaya rumput laut atau pelaku agribisnis turut berpengaruh terhadap cara pengambilan keputusan dalam usaha agribisnis. Tingkat pendidikan yang dimiliki responden pembudidaya rumput laut akan memberikan kemudahan dalam mengadopsi teknologi dan terampil dalam mengelola usaha perikanan agribisnis. Sebaliknya, pendidikan yang rendah akan menyulitkan responden dalam membentuk karakter atau mental usaha, baik itu manajemen keuangan usaha, manajemen budidaya maupun pemasaran yang profesional. Pendidikan responden di daerah penelitian diklasifikasikan sebagai berikut: Jumlah Responden. 25 20. 15 10 5 0. SD. 5MP. 5MA. PT. Gambar 4. 4. Distribusi Tingkat Pendidikan Formal. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(66) 42768.pdf. 51. Berdasarkan Gambar 4,4 terlihat bahwa tingkat pendidikan yang sempat ditempuh responden di daerah penelitian bervariasi mulai dari SD sampai Sarjana. Responden 100% pemah mengikuti pendidikan formal, seorang responden mencapai pendidikan tertinggi sampai tingkat Perguruan Tinggi atau sekitar 5 orang atau 12%, dan lebih didominasi tamatan SD sebanyak 21 orang atau 50%, tingkat SMP sebanyak 7 orang atau 17%, tingkat SMA sebanyak 9 orang atau 21 %.. sedangkan pendidikan. Menurut Padangaran (2008), bahwa. pendidikan produsen pada tingkat tamatan SLTP dan SLTA adalah sudah termasuk tinggi. Hal ini diharapkan sangat mendukung dalam menyerap berbagai informasi tentang kegiatan yang terkait dengan bidang usaha maupun pemasaran. Kondisi pendidikan yang dominan tamatan Sekolah Dasar (SD) bagi responden, dianggap masih rendah untuk mengakses pengetahuan baik itu teknologi. maupun pengetahuan manajemen keuangan,. penyediaan. faktor. produksi, dan pemasaran. Rata-rata responden masih sangat tradisional dalam menyikapi hal tersebut. Pemyatan ini didasari dengan bukti bahwa dalam membangun jaringan usaha rumput laut, sebagian anggota responden hanya berharap penuh terhadap ketua kelompok mereka, terkait hubungan komunikasi baik pemasaran maupun komunikasi terhadap pemerintah.. 3. Pengalaman Berusaha Pengalaman berusaha seorang pelaku bisnis merupakan proses pendidikan yang diperoleh di luar bangku sekolah yang dapat membawa perubahan bagi orang tersebut dalam mengelola bisnis yang dijalankan. Seseorang dengan. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(67) 42768.pdf. 52. pengalaman yang banyak diharapkan dapat memilih dan menentukan altematif yang lebih baik bagi perkembangan usaha yang dijalani. Adapun yang dimaksud dengan pengalaman berusaha dalam penelitian ialah lamanya berusaha. Y aitu mulai dari pertama kali melakukan bisnis usaha budidaya rumput laut sampai dengan saat penelitian ini dilaksanakan dan mungkin akan terns berlanjut di masa-masa yang akan datang. Untuk mengetahui pengalaman seorang pembudidaya dalam berusaha dapat dilihat dari lamanya usaha tersebut dilakukan. Seorang agribisnis yang telah lama melaksanakan kegiatan usahanya, maka akan semakin matang dalam mengambil keputusan dalam kaitannya dengan bisnis yang dijalankan. Pengelompokan pengalaman berusaha dapat dilakukan berdasarkan · pendapat Soehardjo dan Patong (1984) bahwa kategori kurang berpengalaman apabila bidang pekerjaannya kurang dari lima tahun, tidak berpengalaman apabila 1-4 tahun, cukup berpengalaman apabila 5-9 tahun, dan berpengalaman apabila 10 tahun. Pada umumnya setiap responden mempunyai pengalaman melakukan budidaya rumput laut antara 5- 9 tahun. Dalam hal ini menunjukan bahwa responden tergolong tidak ada yang kategori kurang berpengalaman dan dapat dikatakan 100%. cukup berpengalaman berdasarkan. kategori waktu yang di. tetapkan sebagai kategori berpengalaman. Responden rata-rata telah mengetahui teknik budidaya maupun menguasai musim yang tepat untuk melakukan budidaya.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(68) 42768.pdf. 53. Namun usaha budidaya masyarakat sangat ditunjang oleh kondisi alam yaitu, ombak yang keras dan musim penghujan. Musim ombak yang keras dapat mematahkan dan menghanyutkan rumput laut yang di budidaya, sedangkan di musim penghujan juga menyebabkan terjadinya serangan lumut pada rumput laut yang dibudidayakan.. 4. Anggota Rumah Tangga Responden Jumlah anggota rumah tangga adalah banyaknya orang dalam satu rumah tangga yang dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit pengelolaan.. Jumlah anggota keluarga juga mempengaruhi aktifitas ekonomi. keluarga karena berhubungan dengan biaya hidup yang ditanggung pembudidaya atau usaha tani. Jumlah anggota keluarga diklasifikasikan berdasarkan pembagian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasioanal yakni keluarga kecil dengan jumlah tanggungan keluarga. kurang dari 4 orang,. keluarga sedang dengan. jumlah tanggungan keluarga 4-5 orang dan keluarga besar dengan jumlah tanggungan keluarga 2 6 orang. Jumlah anggota rumah tangga responden sangat berpengaruh dalam ha! pengeluaran responden yang dibiayai oleh responden dari penerimaan yang diperoleh dari usaha. Makin besar jumlah tanggungan keluarga makin besar pula pengeluaran individu, yang akan mengganggu kestabilan keuangan usaha bagi pembudidaya rumput laut. Berdasarkan. persediaan. tenaga. kerja,. jumlah. anggota. keluarga. mempunyai konstribusi yang cukup besar terhadap kegiatan usaha budidaya rumput laut, karena sumber tenaga kerja utama adalah tenaga kerja keluarga dengan syarat. Tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja aktif dan produktif,. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(69) 42768.pdf. 54. sehingga memberikan sumbangan yang positif terhadap modal usaha budidaya. Keadaan anggota keluarga usaha budidaya rumput laut di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Responden Anggota Keluarga (Jiwa) 1-3. Orang. %. 37. 88. 4-6. 5. 12. Jumlah. 42. 100. Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki jumlah anggota keluarga dengan jumlah tanggungan 1-3 jiwa adalah 37 orang atau 88%, jumlah tanggungan 4-6 adalah 5 orang atau 12%. Anggota keluarga yang ada diharapkan menjadi sumber tenaga kerja untuk membantu responden dalam mengelola usahanya.. Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo (2008) bahwa. dengan semakin banyaknya anggota keluarga dalam suatu rumah tangga, maka hal tersebut menggambarkan adanya ketersediaan tenaga kerja. Oleh karena itu dengan ketersediaan tenaga kerja yang cukup dalam suatu rumah tangga, maka dalam suatu kegiatan usaha tidak memungkinkan adanya penyewaan tenaga kerja di luar keluarga. Pada umumnya istri, orang tua atau mertua yang menjadi tanggungan pembudidaya di daerah penelitian merupakan tenaga produktif dalam kegiatan usaha tani, adik dan sebagian anak-anak dapat membantu kegiatan panen dan penjualan.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(70) 42768.pdf. 55. Jumlah tanggungan tertinggi pada responden yaitu 1-3 orang, atau kategori keluarga kecil. Kecilnya jumlah tanggungan sangat memberi peluang bagi responden akan tekanan biaya hidup sehingga diharapkan tidak terlalu mengganggu manajemen modal usaha budidaya rumput laut.. C. Profil Daerah Usaha. Desa Wabintingi, Desa Wabintingi, Kecamatan Lohia dan Desa Bonea Kecamatan Lasalepa merupakan wilayah I dalam konsep pembangunan daerah. Ketiga desa tersebut merupakan desa yang mengembangkan rumput laut di Kabupaten Muna, Ketiga desa tersebut memiliki potensi perairan yang sangat mendukung kegiatan budidaya rumput laut. Khusus untuk perairan Desa Wabintingi dan Desa Wabintingi posisi perairannya merupakan teluk Bau-Bau, yang memang dijadikan sebagai lokasi budidaya rumput laut oleh masyarakat setempat. Kedua lokasi perairan merupakan arus lalulintas penyeberangan laut antar pulau di Sulawesi Tenggara. Jarak dari lokasi penanaman rumput laut dengan arus penyebrangan sekitar 500 meter lebih. Hal ini diharapkan bahwa pertumbuhan rumput laut membutuhkan ams perairan yang mendukung yaitu memiliki arus yang cukup, ha! ini tentunya untuk memudahkan penyerapan nutrien terhadap thallus rumput laut. Sebaliknya arus yang lemah akan menghambat pergerakan air untuk membawa nurtien yang akan di serap oleh thallus rumput laut untuk menunjang pertumbuhan rumput laut. Selain itu lokasi budidaya pada kedua perairan tersebut. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(71) 42768.pdf. 56. jauh dari aktifitas atau limbah rumah tangga, sehingga lokasi dapat dikatakan aman dari pencemaran lingkungan. Usaha budidaya rumput laut merupakan usaha yang dijalani sudah sekitar 5 sampai 7 tahun. Namun usaha rumput laut para responden tidak luput dari masalah yang timbul akibat kondisi alam, misalnya musim penghujan atau musim ombak yang keras. Biasanya musim ini terkadang bersamaan, dalam artian musim penghujan dan angin yang kencang membentuk pergerakan air yang kuat. Hal tersebut dapat mematahkan bahkan melepas rumput laut dari tali rentang, juga dapat memutuskan atau merusak posisi tali yang telah dikonstruksi sesuai dengan jarak tanam, sehingga dapat menimbulkan tanaman tumpang tindih dan hancur. Jumlah tanggungan yang terbilang keluarga kecil tidak menjadikan para responden luput dari kekurangan modal usaha, hal ini juga dapat diakibatkan oleh pola hidup responden yang cukup mengikuti perkembangan, baik mengikuti perkembangan hidup keseharian maupun perkembangan minat menyekolahkan anak sampai ke tingkat perguruan tinggi. Untuk mempertahankan pengembangan usaha mereka, para responden selain menggunakan bantuan dari pemerintah, juga mereka menggunakan modal pribadi yang mereka peroleh dari kegiatan selain usaha budidaya rumput laut. D. Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan. Usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Muna terdiri dari 1 jenis kegiatan usaha yakni pembesaran rumput laut saja sedangkan kebun bibit rumput laut di seputaran lokasi tersebut belum ada. Pola penanaman rumput laut yaitu metode penanaman long line. Kategori usaha yang ada adalah kategori tradisional. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(72) 42768.pdf. 57. dengan kriteria sebagai berikut: (1) jumlah tali rentang yang terbilang 1-8 ikatan, (2) jumlah tenaga kerja 5-6 orang (3) sumber bi bit yang tidak menentu, (4) lama pemeliharaan 45 hari (Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak Kabupaten Muna). Pemilihan tingkat teknologi dan besaran tali bentang, baik itu pengadaan tali bentang disaat pengadaan awal maupun pergantian tali yang sudah rusak, serta pengadaan bibit rumput laut dalam proses produksi rumput laut sangat ditentukan oleh kekuatan modal usaha. Demikian halnya yang didapatkan pada pembudidaya rumput laut yang merupakan responden, pasang surut usaha mereka sangat ditentukan oleh modal usaha dalam berproduksi baik itu di awal usaha, maupun di akhir usaha, atau proses penjualan hasil panen. 1. Proses Budidaya Rumput Laut. Proses penanaman rumput laut responden menggunakan metode long line, karena metode ini sangat sesuai dengan kondisi perairan di Kabupaten Muna, sehingga dapat mendukung pertumbuhan rumput laut dengan baik. Metode ini adalah menggunakan tali sepanjang 50 - 100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, setiap 25 meter diberi pelampung utama yang terbuat dari drum plastik atau styrofoam. Pada setiap jarak 5 meter diberi pelampung berupa potongan styrofoam/karet sandal atau botol aqua bekas 500 ml. Bi bit rumput laut sebanyak 50 - 100 gram diikatkan pada sepanjang tali dengan jarak antar titik lebih kurang 25 cm. Jarak antara tali satu dalam satu blok 0,5 m dan jarak antar blok 1 m dengan mempertimbangkan kondisi arus dan gelombang setempat. Panen dilakukan setelah rumput laut mencapai umur 45 hari.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(73) 42768.pdf. 58. Mulai dari jarak tanam, bahan-bahan produksi semuanya dapat dikatakan terpenuhi, namun dari Tabel Lampiran 3, jumlah bibit yang digunakan baru sampai pada 1000 kg. sedangkan, bagi pembudidaya skala intensif jumlah penanaman adalah di atas 1000 kg. Usaha ini merupakan skala individu dan berbasis masyarakat yang sifatnya penghasilan tambahan bukan pekerjaan utama. Para pembudidaya ini. dalam pengembangannya sangat membutuhkan perhatian. penuh dari pemerintah, terutama modal dan pemasaran. Hal itulah yang diperkirakan membedakan dengan skala intensif yang biasa dilakukan oleh pembudidaya skala besar yang memang pekerjaan utamanya budidaya rumput laut dan biasanya mendapat bantuan modal dari pengusaha. 2. Parameter Usaha Budidaya Rumput Laut Analisis keuangan suatu usaha mengharuskan ketepatan parameter yang digunakan. didasarkan pada kenyataan dilapangan. Parameter yang digunakan. dalam analisis keuangan ini disajikan sebagai berikut: 'Tabel 4.3. Parameter Usaha Budidaya Rumput Laut. No. Uraian. Satuan. Jumlah. Keterangan. 1 2. periode usaha Pola dan skala usaha. bulan tradisional. 1. 45 hari sudah panen Budidaya rumput laut. a. jenis usaha. Budidaya. b. metode. Long line. c. luas lahan 3. Lokasi perairan. 4. Kualitas air a.parameter fisika - kecerahan. mL. ± 75x50. Perairan terbuka. cmL. 25-30. - suhu. uc. 26-30. - salinitas. Ppt. 15-30. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(74) 42768.pdf. 59. Lanjutan Tabel 4.3. Parameter Usaha Budidaya Rumput Laut No. Satuan. Jumlah. -pH. pH. 7,5-8,5. -DO. Ppm. 4-8. - ammonia (NH3). Ppm. <0,1. - Nitrat. Ppm. 200. - Nitrit. Ppm. 0,5. Uraian. Keterangan. b.parameter kimia. 5. Jumlah bibit. Kg. 1000. 6. Harga bibit. Kg. 3500-5000. Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan 2011. Periode waktu usaha budidaya rumput laut terkait daya dukung lahan adalah 4-5 tahun, sesuai dengan lamanya waktu jika lahan disewakan dan daya dukung lahan saat digunakan. Pemeliharaan rumput laut biasanya berlangsung 45 hari, ini menunjukkan potensi perairan pada Kecamatan Lohia dan Lasalepa, Kabupaten Muna, memiliki daya dukung kualitas air yang baik. Proses budidaya rumput laut berdasarkan jumlah bibit dan jumlah tali rentang, keberadannya dibawah rata-rata pembudidaya intensif. Kondisi responden ketika memiliki cukup modal terkendala pada ketersediaan tali rentang dan ketika masih memiliki ketersediaan tali rentang masyarakat tidak memiliki kecukupan uang untuk modal pengadaan bibit. Harga bibit ditingkat pembudidaya selama data tujuh tahun adalah pada kisaran harga Rp 1500.- 5000, sedangkan harga jual hasil produksi ditingkat pasar adalah Rp 6.000 pada tahun 2005-2007 dan Rp 10.000- 20.000/kg berat kering pada tahun 2007-2011.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(75) 42768.pdf. 60. 3. Produksi, Harga dan Penerimaan Usaha Budidaya Rumput Laut Hasil produksi budidaya rumput laut merupakan sumber penerimaan utama bagi usaha responden. Besar kecilnya penerimaan yang diperoleh sangat tergantung pada jumlah produksi rumput laut yang dihasilkan dan harga hasil produksi rumput laut yang berlaku di pasaran. Namun jumlah produksi selain sangat ditentukan oleh besarnya modai usaha juga sangat dipengaruhi oleh besarnya kondisi alam berupa ombak dan musim penglumut. Jumlah produksi usaha budidaya rumput laut, harga dan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 4.4.. Tabel 4.4. Produksi, Harga dan Pendapatan Usaha Budidaya Rumput Laut Tahun. Jumlah produksi (kg/tahun). Harga /kg (Rp). Pendapatan (Rp). 2005. 1.062. 1.500 - 2.500. 2.142.857. 2006. 993. 2.000 - 5.000. 3.569.048. 2007. 1.060. 4.000 - 7.000. 6.314.286. 2008. 4.479. 7.000 - 20.000. 61.482.690. 2009. 1.129. 7.000 - 10.000. 9.658.024. 2010. 1.048. 7.300 - 10.000. 7.820.262. 2011. 590. 6.000 - 7.300. 4.055.833. Sumber : Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna (2011). Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah produksi berkisar dari 1.048 kg 4.479 kg. sedangkan produksi tertinggi terdapat pada tahun 2008, yakni produksi mencapai 4.479 karena produksi yang didapatkan terjadi empat siklus penanaman rumput laut. Untuk pendapatan tertinggi terdapat pada tahun 2008 adalah. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(76) 42768.pdf. 61. 61.482.690. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh mus1m tanam yang mendukung dan harga rumput laut yang baik bagi responden. Harga yang baik adalah pada tahun 2008, yaitu mencapai Rp.20.000 sedangkan tahun 2009 bukan hanya tidak memberikan harga yang baik tetapi pembeli atau penampung rumput laut lokal tidak ada, sehingga sebagian pembudidaya selain menyimpan juga melakukan penjualan ke Kota Bau-Bau dengan harga Rp 7000. Sedangkan harga paling rendah yaitu tahun 2005 dengan kisaran harga Rp 1500 - Rp 2500. Untuk tahun 2011, harga lokal adalah Rp 6.500 - Rp 7.300, harga dipasaran Kota Bau Bau harga adalah Rp. 7.900 dan harga dari Rp. 7.900 menjadi Rp. 7.300, harga menurun hanya dalam waktu 5 hari. Mengantisipasi hal tersebut pembudidaya yang memiliki kekuatan modal melakukan penjualan sampai ke Kendari, beda halnya dengan penampung yang mumi berprofesi sebagai pedagang mereka mengejar harga sampai mencapai penjualan di Kota Makasar bahkan sampai Surabaya. Hal ini tentu berbeda dengan para responden yang mumi pembudidaya rumput laut yang melakukan aktifitas pemasaran hanya pada pasar lokal kabupaten ataupun Provinsi Sulawesi Tenggara saja. Berkaitan dengan proses penanganan pasca panen jika dilaksanakan dengan proses yang tepat dan higienis mampu memberikan harga yang berbeda dengan harga rumput laut tidak melakukan proses higienis sesuai standar. Faktanya tidak ada perbedaan harga berkaitan dengan proses penanganan pasca panen rumput laut.. Kenyataan harganya sama untuk rumput laut yang proses. penjemurannya yang baik dan kurang baik (dihampar di atas pasir/batu). Hal ini menyebabkan masyarakat terkadang tidak begitu mau mengeluarkan biaya. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(77) 42768.pdf. 62. investasi untuk penjemuran karena hasil produksi mereka tetap dihargai dengan nilai harga yang sama dengan perlakuan penjemuran di atas batu dan hal tersebut akan di bahas pada pembahasan analisis pemasaran.. E. Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Rumput Laut Responden dalam berbudidaya rumput laut memiliki sumber modal yang tidak tetap. Mengenai akses kredit, pihak bank tetap membuka kesempatan secara umum bagi usaha masyarakat kecil, tetapi sesuai persyaratan atau agunan untuk mendapatkan bantuan usaha, misalnya dana KUR, masyarakat setempat rata-rata tidak bisa masuk dalam seleksi tersebut. Dengan demikian, terkait modal usaha budidaya rumput laut, masyarakat semata-mata. mengharapkan bantuan Dinas. Kelautan dan Perikanan. Sumber biaya usaha. responden adalah pribadi serta. bantuan pemerintah yang disalurkan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan berupa pemenuhan satuan produksi, sarana dan prasarana usaha. Dengan tidak masuknya responden pada akses permodalan pada perbankan dan koperasi membuat usaha budidaya rumput laut di Desa Wabintingi, Desa Lakarinta dan Desa Bonea, tidak berjalan sesuai dengan harapan pemerintah dan responden. Hal ini terjadi bila terdapat gaga! panen karena kondisi alam, maka dengan tidak adanya sumber modal yang tetap, akan berdampak pembudidaya kesusahan terkait modal untuk memenuhi satuan produksi selanjutnya. Dengan demikian, sumber modal sangat mempengaruhi keberlanjutan usaha pembudidaya.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(78) 42768.pdf. 63. Biaya produksi usaha budidaya rumput laut yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan responden dalam melakukan proses produksi. Biaya tersebut terdiri atas biaya tenaga kerja yang juga masuk sebagai biaya operasional serta biaya investasi dan penyusutannya. Adapun biaya operasional pada tenaga kerja meliputi biaya pemasangan tali rentang, pengadaan bibit, pengikatan bibit, pemasangan tali bibit ke tali rentang, pengontrolan rumput laut, panen, penjemuran dan biaya tenaga pemasaran. Biaya operasional lainya dalam pengadaan satuan produksi meliputi pengadaan tali no. 1.5, tali nilon no. 10, tali nilon no.5, pelampung jerigen, pelampug aqua, pemberat tali rentang, bibit, sedangkan yang masuk dalam biaya investasi dan penyusutan adalah bodi batang, perahu, terpal, waring, karung. Semua biaya tersebut terakmulasi dalam total anggaran usaha budidaya rumput laut. Perlu dijelaskan bahwa pada kenyataannya masyarakat tradisional menggunakan tenaga sendiri. Responden dalam memanajemen modal usahanya pada setiap tahunnya hanya menghitung hasil penjualan dan mengurangkan biaya pengadaan satuan produksi tanpa memperhitungkan keseluruhan biaya tenaga kerja dan investasi. Namun dalam penelitian ini tetap menggabungkan seluruh biaya usaha budidaya rumput laut, mulai dari keseluruhan biaya operasional dan biaya investasi. Selain itu ada biaya pengangkutan ke tempat penjualan baik itu biaya pengangkutan satuan produksi maupun hasil produksi responden. 1. Biaya Operasional (Biaya Tidak Tetap). Biaya operasional merupakan biaya rutin yang dikeluarkan oleh pembudidaya rumput laut untuk keperluan kegiatan operasional usaha. Total data. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(79) 42768.pdf. 64. mengenai nnc1an biaya operasional yang dikeluarkan untuk usaha budidaya rumput laut pada tiap tahunnya, di Desa lakarinta, Desa Wabintingi serta Desa Bonea, pada Gambar 4, dapat diuraikan bahwa pada tahun 2008 ada peningkatan biaya operasional hal ini karena adanya rangsangan harga yang mendukung dan musim tanam yang mendukung untuk melakukan usaha budidaya rumput laut. Antusias dari para responden sangat tinggi untuk melakukan penanaman rumput laut, sebagaimana hal tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 terjadi kenaikan biaya produksi rumput laut karena adanya 4 kali penanaman dan panen.. Biaya Operasional. '·~···. 160.000.000,00 140.000.000,00 120.000.000,00 100.000.000,00 80.000.000,00. • Rata-rata. 60.000.000,00 40.000.000,00 20.000.000,00 2011. Gambar 4.5. Rata-Rata Biaya Operasional Per Tahun (2005-2011) Gambar 4.5 memperlihatkan bahwa rata rata biaya keseluruhan operasional tiap tahun adalah Rp 148.762 /th 2005 - 5.161.659. 357/th 2008, dimana tahun 2005 tersebut responden mengalami kegagalan diakibatkan cuaca yang tidak mendukung untuk melakukan budidaya rumput laut. Sehingga biaya operasional saat itu hanya untuk satu siklus budidaya saja.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(80) 42768.pdf. 65. Adanya 4 siklus budidaya pada masing-masing pembudidaya untuk tahun 2008 hal tersebut karena musim dan harga yang mendukung untuk melakukan aktifitas budidaya rumput laut. Selanjutnya di akhir tahun 2008, harga mulai menurun bahkan untuk yang membeli lokal saat itu tidak ada, sehingga penjualan dilakukan ke Bau-Bau. Karena harga yang jatuh dibanding tahun 2008, yaitu tahun 2010-2011, siklus budidaya kembali hanya terjadi satu siklus saja, dan harga juga terus bermain sampai dengan Rp 6000 - Rp 7300 saja.. 2. Biaya Investasi (Biaya Tetap) Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi usaha sebelum usaha tersebut beroperasi, misalnya untuk pembelian bodi batang, perahu, terpal, waring, karung. dan lain-lain. Tabel biaya investasi pada 42 orang responden dapat dilihat dalam Tabel 5.. Tabel 4.5 .. Rata Rata Biaya lnvestasi pada 42 Orang Responden Tahun. Jumlah Investasi (Rp.). 2005. 7.005.600,00. Total. 7.005.600,00. Berdasarkan data pada Tabel 4.5 terlihat bahwa, biaya investasi terdapat pada tahun 2005 karena awal memulai usaha budidaya rumput laut adalah pada tahun 2005. Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa rata-rata biaya investasi adalah sebesar Rp 7.005.600,00 Komponen investasi usaha budidaya rumput laut yang dimiliki responden berupa bodi batang, perahu, terpal,waring serta karung.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(81) 42768.pdf. 66. Khusus bodi batang tidak semua responden memiliki, tetapi mereka saling bantu membantu dalam hal ini saling meminjamkan. Biaya investasi terbesar adalah biaya pengadaan bodi batang yaitu Rp 5000.000, dan biaya terendah adalah biaya karung sebesar Rp 1000/lembar. Hampir semua bahan yang masuk dalam investasi tersebut terpenuhi dengan baik pada responden. 3. Biaya Penyusutan. Metode yang digunakan untuk menghitung besamya biaya penyusutan peralatan pada biaya investasi yang dimiliki oleh para responden adalah metode garis lurus. Penyusutan masing-masing variabel investasi usaha terbesar terdapat pada komponen karung yaitu sampai mencapai nilai susut Rp 350. Namun secara umum, semua komponen investasi daya dukungnya adalah menurun. Hal ini sesuai dengan daya dukung yang diperkirakan adalah hanya 5 tahun saja. Sehingga didapatkan tahun penyusutan terbesar adalah di tahun 2011. Tabel 4.6. Nilai Penyusutan Komponen Investasi per Tahun Persentase (%). 2006. Rata- Rata Penyusutan (Rp.) 3.031.000. 2007. 2.767.500. 20. 2008. 2.410.000. 18. 2009. 1.944.000. 14. 2010. 1.770.000. 13. 2011. 1.630.000. 12. 13.552.500. 100. Tahun. Total Penyusutan. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka. 23.

(82) 42768.pdf. 67. Tabel 4.6 menunjukan adanya rata-rata penyusutan mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011. Didapatkan bahwa tahun 2006 terjadi besaran nilai penyusutan sampai Rp. 3.031.000 atau 23 %, tahun 2007 biaya investasi tinggal menjadi 2.767.500 atau 20%. tahun 2008 rata-rata penyusutan biaya investasi sampai dengan 2.410.000 atau 18%, tahun 2009 rata-rata penyusutan biaya investasi sampai dengan 1.944.000 atau 14%, tahun 2010 rata-rata penyusutan biaya investasi 1.770.000 atau 13%, tahun 2011 didapatkan 1.630.000 atau 12%. Dari data tersebut terlihat sesuai dengan masa investasi baik keuangan maupun daya dukung bahan-bahan budidaya rumput laut adalah tepatnya sampai dengan lima tahun.. 4. Analisis Finansial Kriteria yang digunakan pada penilaian keberlanjutan investasi usaha budidaya rumput laut di Desa Wabintingi, Desa Lakarinta serta Desa Bonea adalah Net Present Value (NPV) atau nilai penerimaan bersih. Untuk Net Benefit Cost Rasia (NBCR) atau perbandingan bersih penerimaan dan biaya, serta internal Rate of Return (IRR) atau tingkat kemampuan pengembalian modal yang. diinvestasikan secara analisis finansialnya tidak dilanjutkan karena pada perhitungan NPV 12% sudah tidak mencapai NPV positif. 1. Net present Value (NPV). Berdasarkan hasil analisis Net Present Value (NPV), nilai yang diperoleh pada discount faktor 12% adalah sebesar Rp -1.150.052,33 setelah produksi budidaya rumput laut selama 5 tahun. Dengan demikian berdasarkan kriteria Net Present Value (NPV), yaitu apabila NPV bemilai negatif maka usaha. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(83) 42768.pdf. 68. pembudidayaan rumput laut tidak layak untuk dilanjutkan sebab tidak memperoleh keuntungan, karena nilai NPV yang diperoleh negatif atau lebih kecil dari nol (0).. 2.. Proyeksi Laba Rugi Studi ini menunjukkan bahwa usaha budidaya rumput laut pada usaha. responden memberikan keuntungan, apabila perhitungan hanya memasukan sebagian saja biaya-biaya usaha, misalnya dengan melepas biaya tenaga kerja karena menggunakan biaya tenaga kerja sendiri. Kebiasaan masyarakat setempat tidak memperhitungan biaya tersebut saat mendapatkan penerimaan dari hasil usahanya. Namun apabila dilakukan analisis finansial sejak tahun 2005 sampai dengan 2011, pendapatan para responden apabila dianalisis finansial dengan memperhitungkan semua biaya-biaya usaha termasuk biaya tenaga kerja, yang tentunya sesuai dengan standar bakunya usaha intensif, maka pembudidaya budidaya rumput laut adalah kategori rugi. Oleh karena itu pada masyarakat yang tidak masuk dalam responden akan mengalami gulung tikar terhadap usahanya atau tidak dapat berlanjut dengan baik.. 3. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha Usaha budidaya rumput laut responden yang ada di di Desa Wabintingi, Desa Lakarinta dan Desa Bonea, menghasilkan NPV sebesar Rp -1.150. 052,3 3 sehingga hal tersebut tidak dapat dilangsungkan pada perhitungan NBCR dan IRR karena dalam perhitungan NPV tidak mampu mencapai NPV positif pada standar suku bunga yang berlaku yaitu 12%, dan masa usaha 5 tahun. Angka terse but juga menyatakan bahwa penerimaan dari usaha rumput laut lebih kecil dari biaya yang. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(84) 42768.pdf. 69. di keluarkan. Masa pengembalian investasi adalah 5 tahun sesuai dengan masa waktu yang ditetapkan yaitu 5 tahun. Dengan demikian usaha ini dari segi finansial tidak layak untuk dilaksanakan. Namun untuk sebagian kelompok sekitar 11 orang baru mendapatkan bantuan usaha di tahun 2011. Adanya musim ombak yang keras kembali menghantam usaha mereka. Akan tetapi responden menyatakan, bahwa modal usaha yang ada masih tersimpan untuk menunggu musim yang baik untuk melakukan penanaman. 4. Analisis Sensitifitas. Analisis sensitifitas digunakan untuk menguji sensitifitas usaha budidaya rumput laut terhadap perubahan lingkungan yang berdampak pada penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional. Simulasi digunakan untuk melihat dampak penurunan pendapatan, peningkatan biaya operasional terhadap indikator penilaian investasi. NPV sebesar Rp -1.150.052,33 tidak membuat pembudidaya rumput laut kehilangan semangat usahanya. Apabila ada peluang untuk melakukan penanaman bibit rumput laut, baik itu peluang harga maupun kondisi lingkungan yang mendukung mereka melakukan penanaman, maka responden melakukan budidaya.. Tabel 4.7. Rata Rata Penerimaan Pertahun 42 Responden Rata-Rata Penerimaan Rata-Rata Penerimaan Tahun Responden (Rp) Responden (Rp) 2005 2.142.857 2009 9.658.024 3.569.048 2010 7.820.262 2006 2011 6.314.286 4.055.833 2007 61.482.690 2008 Sumber Data : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna (2011) Tahun. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(85) 42768.pdf. 70. Penerimaan setiap tahun dari data pada Tabel 4.7 sangat berfluktuasi. Hal ini karena harga tidak menentu yang terjadi di tingkat pembudidaya. Hingga saat ini harga rumput laut ditingkat pembudidaya terus berfluktuasi. Responden tidak mengetahui hal ini mengapa bisa terjadi. Namun berdasarkan wawancara, dengan penampung di Kabupaten Muna mengatakan bahwa harga yang terjadi di tingkat responden tergantung harga yang terjadi di tingkat penampung besar, baik itu penampung rumput laut Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Kota Bau-Bau, Makasar maupun Surabaya. Untuk mendapatkan harga yang baik disaat harga tidak mendukung di tingkat responden, sebagian responden membawa hasil produksinya langsung ke Kota Bau-Bau yang tentunya hal ini menambah biaya pemasaran berupa biaya pengangkutan. Namun sampai sekarang responden tetap bertahan menjalankan usahanya. Dengan terns berharap pada bantuan pemerintah baik daerah maupun pemerintah pusat.. F. Analisis Faktor Pemasaran Pemasaran rumput laut. membentuk alur berantai. atau lebih tepat. dikatakan untuk tiba ke pembeli akhir yakni Kendari, Bau-bau, Makasar dan Surabaya, melalui rantai pemasaran lokal yakni penampung hasil produksi rumput laut.. Harga yang diperoleh oleh responden didapatkan berfluktuasi. Hingga. sekarang, responden tidak mengetahui faktor yang mempengaruhi harga, tetapi masyarakat hanya mengetahui bahwa harga naik disebabkan harga di tempat penjualan akhir juga naik. Terjadinya fluktuasi harga ditingkat penjualan akhir tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Sehingga harga rumput laut di. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(86) 42768.pdf. 71. Kabupaten Muna tidak bisa diprediksi, karena terkadang harga yang didapatkan membaik, dan terkadang harga anjlok sampai Rp 5000. Untuk melakukan pergeseran pasar, atau menjual ke pusat penampungan besar misalnya Kota BauBau, responden membutuhkan biaya pengangkutan, yang tentunya hal tersebut tidak dapat dipenuhi oleh pembudidaya yang bermodal kecil. 1. Permintaan. Permintaan rumput laut tingkat nasional maupun tingkat dunia terus meningkat, hal ini didasarkan banyak manfaat dan kegunaan rumput laut, baik dari dunia kesehatan, rumah tangga, kecantikan dan lainnya.. Besamya. permintaan rumput laut pada tingkat responden tidak terbatas tergantung kemampuan budidaya responden. Makin banyak hasil produksi maka responden makin giat untuk mencari pemasaran hasil produksinya, karena produksi yang kecil tidak memungkinkan untuk melakukan pergerakan mencari pasar luar. Hal tersebut menghadirkan biaya pengangkutan. Namun untuk melakukan penanaman yang menghasilkan berat kering yang banyak tentunya juga membutuhkan modal yang besar pula. 2. Penawaran Penawaran rumput laut di Desa Wabintingi, Desa Lakarinta dan Desa Bonea,. Kabupaten Muna,. didapatkan berbeda tiap tahunnya tergantung. kemampuan dan keberhasilan budidaya para responden.. Penawaran yang ada. yaitu berbanding lurus dengan hasil produksi yang ada, tentunya dalam proses budidaya rumput laut penawarannya tidak terbatas, karena kebutuhan atau permintaan rumput laut terus membaik, namun tidak demikian dengan harganya.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(87) 42768.pdf. 72. Dalam. proses. budidaya,. apabila. mengalami. gangguan. yang. mengakibatkan budidaya rumput laut mati, baik itu akibat serangan hama maupun ombak, biasanya pembudidaya mengantisipasi kegagalan dengan melakukan panen sebelum waktunya. Sehingga terkadang apabila terjadi gangguan seperti yang terjadi di tahun 2005-2007, masyarakat hanya mengambil sisa dari yang rusak yang biasanya jumlah berat basahnya sama dengan jumlah total bibit yang digunakan. Hal tersebut tentunya adalah tindakan antisipasi kerugian untuk mencapai keuntungan. T erkadang kelimpahan produksi juga menyebabkan harga berfluktuasi, dan untuk menanggapi hal tersebut responden mengakali dengan terus melakukan penjeni.uran untuk mendapatkan kekeringan yang baik, sehingga mampu bertahan sampai dengan harga yang baik didapatkan. 3. Saluran Pemasaran Rumput Laut. Karmila (2011) menyatakan bahwa pemasaran rumput laut untuk dapat sampai. ke. eksportir. melibatkan. beberapa. lembaga. pemasaran yaitu:. (1) Pedagang pengumpul desa (lokal), (2) Pedagang antar pulau dan (3) Pedagang besar. Sistem distribusi atau saluran pemasaran rumput laut dari pembudidaya sampai ke tingkat eksportir di Kabupaten Muna, melalui 3 saluran pemasaran, (1) Pembudidaya menjual ke pedagang pengumpul lokal, kemudian pedagang pengumpul lokal menjual ke pedagang antar pulau selanjutnya menjual pedagang besar, lalu pedagang besar mengirim ke Surabaya atau Makassar. (2) Pembudidaya menjual ke pedagang pengumpul lokal, selanjutnya pedagang pengumpul lokal menjual langsung menjual ke pedagang besar, dan (3). Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(88) 42768.pdf. 73. Pembudidaya menjual kepengumpul antar pulau, lalu pengumpul antar pulau menjual ke pedagang besar.. Pembudidaya Rumput. Pedagang Pengumpul Lokal. Pedagang Antar Pulau. Eksportir. Gambar. 4.6 Skema Saluran Pemasaran Rumput Laut di Kabupaten Muna. Gambar 4.6 menunjukkan bahwa, dari 3 saluran pemasaran rumput laut di Kabupaten Muna, mata rantai yang paling panjang adalah pada saluran pemasaran lokal. Para pembudidaya rumput laut lebih banyak yang menjual langsung hasil panennya kepada pedagang pengumpul lokal dengan alasan lebih cepat menerima uang tunai. Pedagang pengumpul lokal dalam memperoleh komoditas dagangannya adalah menerima penjualan langsung dari para pembudidaya yang langsung menjual kepada mereka tetapi yang paling banyak dengan sistem "menjemput bola". Apalagi pada saat bulan-bulan subur untuk produksi rumput laut. Momen semacam itu terjadi pada musim timur biasanya diikuti dengan permintaan yang tinggi dari pedagang atau penampung rumput laut. Para pedagang antar pulau dalam upaya memperoleh komoditas rumput laut,. memperoleh pasokan dari. pembudidaya dan pedagang pengumpul lokal yang langsung datang ke tempat mereka. Biasanya pedagang pengumpul lokal merupakan mitra dari pedagang. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(89) 42768.pdf. 74. antar pulau, yaitu adanya jaminan harga yang selalu diinformasikan dan tidak jarang pedagang antar pulau memberikan bantuan modal dagang kepada pengumpul lokal (Karmila, 2011). G. Analisis Peran Lingkungan Usaha Terhadap Sosial Masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan bahwa usaha budidaya rumput laut Desa Wabintingi, Desa Lakarinta dan Desa Bonea, Kabupaten Muna, apabila. dikaji. dari. seg1. sosial. ekonominya. adalah. mereka. berusaha. mempertahankan usaha mereka. Namun ada juga individu yang berhenti dari usahanya (Tabel Lampiran 3). Pada penerimaan untuk tahun 2011, ada beberapa responden yang tidak melakukan usahanya saat itu. 1. Pendapatan Responden dari Hasil Usaha Budidaya Rumput Laut. Pada tahun 2007 akhir dan tahun 2008 responden mendapatkan harga yang baik terhadap hasil budidaya rumput laut mereka. Hal tersebut sebagaimana terlihat pada pembahasan penerimaan (Tabel 4.3). Tentunya hal tersebut karena adanya daya dukung dari segi ketersediaan modal, musim yang mendukung untuk melakukan penanaman bibit rumput laut, dan harga yang dapat memberikan penerimaan yang baik bagi responden. Pendapatan yang didapatkan rata-rata responden adalah sekitar Rp 2.142.857/th 2005 sampai dengan Rp 4.055.833/th 2011, sedangkan total pendapatan untuk keseluruhan responden adalah Rp 90.000.000/th 2005 sampai dengan Rp.170.345.000/tahun 2011.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(90) 42768.pdf. 75. 2. Terbentuknya Lapangan Kerja Dengan adanya usaha budidaya rumput laut, maka dengan sendirinya menghadirkan lapangan kerja baik untuk pribadi, kerabat dan keluarga responden, laki-laki maupun perempuan. Usaha ini sangat diharapkan oleh responden terlihat dari usaha yang sampai dengan saat ini terns mereka jalankan, walaupun usaha yang mereka geluti terkadang harus tidak dijalankan, karena kurangnya modal maupun jatuhnya harga rumput laut, saat ingin menjalankan kembali usaha mereka. Namun seperti dikatakan sebelumnya usaha ini terus mereka jalankan disaat adanya modal kebali, juga cuaca terkait musim tanam yang mendukung, serta harga rumput laut yang menjanjikan. Dari kondisi tersebut sangat jelas bahwa responden tetap berkeinginan mempertahankan dan mengembangkan usaha mereka, usaha ini merupakan usaha sampingan bagi responden. Oleh karena itu lapangan kerja pada usaha budidaya rumput laut juga bersifat musiman. Sehingga sangat diharapkan usaha ini terus dapat berjalan dengan baik, dan dapat menjadikan kegiatan budidaya rumput laut sebagai pekerjaan sampingan mereka, walaupun bersifat musiman.. H. Analisis Faktor Kebijakan Pemerintah Berdasarkan hasil penelitian bahwa usaha ini sebelumnya sudah berjalan sejak tahun 2004, sedangkan kebijakan pemerintah berupa bantuan satuan produksi pada tahun 2005. Selanjutnya bantuan serupa juga diberikan pada tahun 2008. Dan di tahun 2011-2012 adanya bantuan satuan produksi oleh anggaran PUMP-PB. Antara tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, adanya kemacetan. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(91) 42768.pdf. 76. usaha karena turun drastisnya harga, selain itu juga adanya gangguan proses produksi rurnput laut yaitu berupa lumut dan gangguan ombak besar. Gangguan lumut pada perairan budidaya hampir berjalan sampai satu tahun yaitu tahun 2009, dimana secara umum perairan Kabupaten Muna terserang lumut yang dapat mematikan dan merusak struktur thallus rumput laut.. Pada. tahun 2011-2012, masyarakat di desa tersebut kembali mendapatkan perhatian pemerintah lewat pemenuhan satuan produksi dengan mengarahkan bantuan PUMP-PB Kabupaten Muna di desa tersebut. Pemenuhan satuan produksi berupa pengadaan bodi batang, perahu, tali bentang, tali pengikat, pemberat, pelampung utama dan pelampung antara, serta pemberat. Mengenai kondisi pemasaran hasil rumput laut di Kabupaten Muna berjalan. dengan sendirinya dan belum mendapatkan sentuhan pasti dari. pemerintah. Selain itu tidak adanya kebun bibit di Kabupaten Muna hal ini juga menyulitkan responden dalam memperoleh bibit rumput laut. Selanjutnya harga terus berfluktuasi dan harga terus bermain dan menekan rendah tanpa ada pemantauan dari pemerintah, sehingga hasil produksi terjual ke Pulau Bau-Bau terkadang tanpa adanya pendataan hasil produksi oleh pemerintah. Hal ini yang menyebabkan data rumput laut Kabupaten Muna rendah dibanding Bau-Bau, yang menjadi pusat penampung rumput laut. Selain itu harga yang baik didapatkan ada perbedaan antara penjualan di Pulau Muna dan Kota Bau-Bau. Bantuan pemerintah terhadap responden adalah berupa satuan produksi di tahun 2005, 2008, 2011 dan 2012. Bantuan satuan produksi tidak bersifat serempak dalam waktu pemberiannya hal ini terkait anggaran yang terbatas.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(92) 42768.pdf. 77. I. Analisis Skor Semua Faktor-Faktor Keberlanjutan Usaha Dari data penelitian yang diperoleh dan analisis yang digunakan terhadap keberadaan apek-aspek pengembangan usaha pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sesuai dengan penilaian yang diberikan berupa skor penilaian dari faktor-faktor yang ditetapkan terhadap keberlanjutan usaha yaitu angka (1) tidak prospektif, (2) kurang. prospektif, (3) cukup prospektif, (4). prospektif, (5) sangat prospektif. Penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.4.. Tabel 4.8. Analisis Keberadaan Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Faktor Produksi, dan Pendapatan. Tradisional. Intensif. Skor. Jumlah tali Bentang. 200m x 4 tali bentang. 200m x I 0 tali bentang. 3. Jumlah Bibit. 1000 kg. 3000 - 5000 kg. 1. JumlahTenaga Kerja. 4 org. 10 orang. 4. Kesediaan para-para. 1 buah ( 2x2m/ org). 4x5m/org. 3. Hasil Produksi. 1.060 - 4.479 kg be rat 10-25 ton kering Rp 2.142.857- 61.482.690 Rp 60 juta-100 juta. Pendapatan. Jumlah Skor Rata-rata. 2 1 2,3. Dari analisis Tabel 4.8 terlihat bahwa sesungguhnya kondisi usaha responden jika dibandingkan dengan skala usaha intensif dapat dikategorikan usaha tersebut kurang perspektif. Mulai dari keberadaan jumlah tali bentang, jumlah bibit, penggunaan tenaga kerja, tersedianya media penjemuran hasil produksi, serta hasil produksi dan pendapatan sangat terlihat berada dibawah usaha skala intensif.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

(93) 42768.pdf. 78. Tabel 4. 9 Analisis Ekonomi Usaha Faktor Ekonomi. Tradisional. In tens if. Skor. Sumber Modal. Pribadi dan BLM. Pribadi dan Bank. 2. 148.762 - 14.453.333/org. 10. 000. 000-5 0. 000. 000. 2. Rata-rata 7.005.600,00 /org 20.000.000 Biaya Investasi Analisis Finansial Hanya mampu mencapai Mampu mencapai NPV (-)di Df 12 % perhitungan normal. 2. Proyeksi Laba Rugi. Usaha mampu berlaku normal dalam pengembangannya baik itu apabila dianalisis secara financial.. 0. Berfluktuasi tergantung dari kondisi budidaya tetapi tidak saJa, dipengaruhi oleh minimnya modal usaha. 3. Rata-rata Biaya Operasional. Analisis Senstifitas. Dengan day a dukung sarana usaha selama 5 th, maka analisis us aha didapatkan tidak layak, hanya untuk memenuhi kebutuhan hari-hari Analisis yang tidak layak tidak menyurutkan semangat us aha responden. 0. 1.5. Jumlah rata- rata skor. Dari analisis Tabel 4.9 dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata 1.5 adalah nilai yang dapat dikategorikan sebagai skor yang tidak prospektif dimana sumber modal, biaya investasi, dan biaya operasional adalah mencapai skor 2 berdasarkan keputusan peneliti setelah membandingkan dengan usaha intensif, dimana menjadi patokan usaha secara semestinya. Analisis finansial dan analisis laba rugi sangat berkategori di bawah skor yang ditetapkan karena analisis tidak dapat dilanjutkan karena NPV pada suku bunga 12%. tidak mampu mencapai NPV positif.. Selanjutnya analisis sensitifitas dikatakan cukup prospektif atau mencapai skor 3 karena dengan analisis yang tidak layak tidak menyurutkan semangat usaha yang terbukti sampai dengan saat ini dijalankannya.. Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka.

Gambar

Gambar 4.3.  Perkembangan  Produksi  Budidaya Rumput Laut  di  Kabupaten  Muna pada  Tahun 2006 - 2010
Tabel 4.1.  Sebaran Pembudidaya Rumput Laut Berdasarkan Umur
Gambar 4.  4.  Distribusi Tingkat Pendidikan Formal
Tabel 4.2.  Distribusi Responden  Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga  Responden  Anggota Keluarga  Orang  %  (Jiwa)  1-3  37  88  4-6  5  12  Jumlah  42  100
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lalu saya diberikan tugas untuk bekerja di Semarang selama kurang lebih 1 bulan untuk mencari tahu masalah mengenai ACS di PT Infomedia oleh Telkom Indonesia di Semarang,

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap proses Procurement, proses Materials Management, dan kinerja dengan menggunakan IT Balanced Scorecard serta analisa biaya dan manfaat pada

Fuzzy Logic dapat diterapkan dalam penentuan nilai MD berdasarkan nilai MB yang didapat dari pakar kemudian dari kedua nilai tersebut digunakan pada perhitungan

Pihak Terkait (Partai Politik) menyampaikan dan menjelaskan kontra alat bukti terkait dengan permohonan yang diajukan oleh Pemohon (Partai Politik) hanya pada DAPIL yang

Dari analisis bivariat diketahui bahwa hanya faktor risiko jenis kendaraan dan kebiasaan olah raga yang mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian low back pain pada operator

Hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai tukar untuk beberapa negara bukan merupakan faktor yang paling memengaruhi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa Persepsi Mahasiswa Program Studi PPKn Universitas Lampung terhadap Program

Data pendaftar dan penerima PPA dan BBM yang dilakukan manual oleh pihak dari masing-masing fakultas dan data penerima menggunakan seleksi sistem beasiswa pada