• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya saing produk hilir rumput laut indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Daya saing produk hilir rumput laut indonesia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)1. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumput laut merupakan salah satu komoditas utama dalam kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan, bersanding dengan komoditas TTC (Tuna Tongkol Cakalang), udang, bandeng, dan patin. (KKP, 2013). Industrialisasi rumput laut merupakan suatu kegiatan yang terintegrasi antara pengelolaan budidaya, ketersediaan bibit, sosial ekonomi, penanganan pasca panen, permodalan sampai dengan pemasaran. Kegiatan yang berbasiskan pada industri bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah, efisiensi dan skala produksi yang berdaya saing sehingga pada pelaksanaannya melibatkan banyak pihak dan unit kerja, baik pemerintah maupun swasta. Kebijakan industri rumput laut yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan bertujuan meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi budidaya rumput laut untuk dapat memenuhi bahan baku industri pengolahan, meningkatkan pendapatan pembudidaya, menyediakan lapangan kerja serta merevitalisasi usaha budidaya rumput laut baik skala mikro, kecil maupun menengah secara berkelanjutan (KKP, 2012). Rumput laut pantas menjadi komoditas unggulan karena beberapa keunggulannya antara lain karena nilai ekonomi yang tinggi (high value commodity), pohon industri yang lengkap, spektrum penggunaannya sangat luas, daya serap tenaga kerja yang tinggi, teknologi budidaya yang mudah, masa tanam yang pendek (hanya 45 hari) atau quick yield dan biaya unit per produksi sangat murah. Pengembangan industri rumput laut ke depan merupakan program yang sangat tepat dan memiliki prospek yang sangat cerah dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi (pro-growth), peningkatan kesempatan kerja (proemployment) dan pengurangan kemiskinan di tanah air (pro-poor) (Daryanto, 2007). Indonesia memiliki lebih kurang 555 jenis plasma nutfah rumput laut. Jenis rumput laut Indonesia yang bernilai ekonomis dan sudah diperdagangkan sejak dahulu baik untuk dikonsumsi di dalam negeri maupun diekspor yaitu Eucheuma sp, Gracillaria sp, Gelidium sp, Hypnea sp dan Sargassum sp. Jenis-jenis tersebut berguna karena ekstrak hidrokoloid yang dikandungnya banyak digunakan oleh industri makanan, minuman, kosmetik, farmasi, cat, tekstil dan industri lainnya. Jenis yang potensial dan telah dikembangkan secara luas di Indonesia saat ini adalah Eucheuma Cotonii sebagai penghasil kappa karaginan, dan Gracilaria sebagai penghasil agar. Keduanya paling banyak dibudidayakan karena permintaannya yang sangat besar untuk keperluan bahan baku industri baik di dalam maupun di luar negeri. Karena permintaan yang tinggi, Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan produksi budidaya rumput laut, sehingga pada tahun 2011 Indonesia telah menempatkan diri sebagai negara penghasil rumput laut terbesar di dunia dengan produksi sebesar 5,17 juta ton (KKP, 2012). Produksi rumput laut Indonesia tahun 2006 – 2011 disajikan pada Tabel 1..

(2) 2 Tabel 1. Produksi rumput laut basah Indonesia tahun 2006 – 2011 (Ton) JENIS 2006 2007 2008 2009 2010 2011 E. Cottoni 1.341.141 1.485.654 1.937.591 2.791.688 3.399.436 4.539.413 33.321 242.821 207.470 171.868 515.581 630.788 Gracilaria 1.374.462 1.728.475 2.145.061 2.963.556 3.915.017 5.170.201 Sumber : BPS (2012). Produksi rumput laut tersebut terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2012 mencapai 6,2 juta ton. Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produksi rumput laut mencapai 7,5 juta ton pada tahun 2013 dan 10 juta ton pada tahun 2014. Berdasarkan data dari United Nation Commodity Trade Statistics Database, volume ekspor rumput laut Indonesia (HS 121220) tahun 2011 sebesar 159.075 ton menempati urutan pertama diikuti oleh Cile, Cina, Jepang, Korea dan Filipina. Sedangkan nilai ekspor rumput laut Indonesia pada tahun 2011 sebesar US$ 157.586.549 atau sebesar 19,8% dari total nilai ekspor rumput laut di dunia yang mencapai US$ 795.445.318 dengan negara tujuan utama ekspor rumput laut Indonesia meliputi Cina, Filipina, Vietnam, Jerman dan Korea. Pangsa pasar rumput laut dunia tahun 2011 berdasarkan nilai ekspor rumput laut ditunjukkan pada Gambar 1, di mana Indonesia menempati posisi kedua setelah Cina.. Lainnya 22% Filipina 7%. Chile 10%. Cina 24%. Indonesia 20% Korea 17%. Gambar 1. Pangsa pasar rumput laut dunia tahun 2011 Sumber: United Nation Commodity Trade Statistics Database (2013) (diolah). Dari posisi pangsa pasar rumput laut dunia yang ditunjukkan pada Gambar 1, Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Cina. Bahkan nilai penguasaan pangsa pasar Indonesia akan komoditi rumput laut di pasar dunia tahun 2011 menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 20,8%. Padahal sebagai negara penghasil rumput laut terbesar, seharusnya Indonesia dapat juga berlaku sebagai pemimpin pangsa pasar dunia. Hal ini dimungkinkan bahwa hasil budidaya rumput laut Indonesia belum mencapai kualitas prima, sehingga posisi tawar rendah dan harga yang diterima dari ekspor rumput laut menjadi rendah. Apabila dibandingkan dengan beberapa negara eksportir rumput laut terbesar lainnya, harga ekspor rumput laut Indonesia hanya menempati urutan ke tujuh, seperti ditunjukkan pada Tabel 2..

(3) 3 Tabel 2. Volume, nilai dan harga ekspor eksportir rumput laut terbesar tahun 2011 Eksportir Volume Ekspor Nilai Ekspor Harga Ekspor per Ton (Ton) (000 USD) (000 USD) Jepang 1.274 22.185 17,41 Amerika 1.559 18.757 12,03 Cina 36.269 188.692 5,20 Korea 27.879 136.848 4,91 Perancis 2.894 12.597 4,35 Filipina 27.141 56.070 2,07 Cile 67.768 81.160 1,20 Indonesia 159.075 157.586 0,99 Peru 25.257 16.814 0,67 Irlandia 28.833 14.551 0,50 Sumber: United Nation Commodity Trade Statistics Database (2013). Dalam dekade terakhir, tren volume ekspor baik agar-agar maupun karaginan Indonesia menunjukkan penurunan. Pada Gambar 2 dapat dilihat tren volume ekspor agar-agar Indonesia periode 2002-2011 menurun secara signifikan. Begitu pula untuk tren volume ekspor karaginan Indonesia periode 2002-2011 fluktuatif dan cenderung menurun. Penurunan volume ekspor dapat mengindikasikan adanya penurunan produksi, peningkatan konsumsi dalam negeri, atau ketidakmampuan bersaing dengan negara lain di pasar dunia. Di sisi lain, Indonesia mengimpor kedua komoditi tersebut di mana volumenya menunjukkan peningkatan. Volume impor agar-agar sempat meningkat tajam pada tahun 2004 dan cukup stabil di tahun-tahun berikutnya, sedangkan volume impor karaginan menunjukkan tren yang meningkat hingga tiga tahun terakhir. Peningkatan volume impor tersebut dapat mengindikasikan ketidakmampuan industri dalam negeri mengolah potensi bahan baku rumput laut yang sangat besar menjadi produk hilir yang berdaya saing, dalam memenuhi permintaan pasar.. Agar-agar. 6 5 4. Ekspor Impor. 3. Karaginan. 3. 2 1. Volume (Ribu Ton). 2,5 2 1,5 1 Impor Ekspor. 0,5. Tahun. Gambar 2. Tren volume ekspor dan impor agar-agar dan karaginan Indonesia tahun 2002-2011 Sumber: United Nation Commodity Trade Statistics Database (2013) (diolah). 2011. 2010. 2009. 2008. 2007. 2006. 2005. 2004. 2011. 2010. 2009. 2008. 2007. 2006. 2005. 2004. 2003. 2002. Tahun. 2003. 0. 0. 2002. Volume (Ribu Ton). 7.

(4) 4. Nilai ekspor (Juta USD). 180 160 140 120 100 80 60 40 20 -. 2011. 2010. 2009. 2008. 2007. 2006. 2005. 2004. 2003. Rumput laut Agar-agar Karaginan. Tahun. Rumput laut Agar-agar Karaginan. 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011. 180 160 140 120 100 80 60 40 20 2002. Volume (Ribu Ton). Gambar 3 menunjukkan bahwa komoditi rumput laut Indonesia lebih banyak diekspor dalam bentuk rumput laut kering. Pada tahun 2011, jika diasumsikan rata-rata rendemen dari rumput laut kering menjadi produk hilir sebesar 22%, maka hanya sekitar 8% rumput laut yang diekspor dalam bentuk produk hilir sedangkan sisanya diekspor dalam bentuk rumput laut kering. Hal ini mengakibatkan ekspor dalam bentuk produk hilir seperti agar-agar dan karaginan hanya menyumbang devisa dalam jumlah yang kecil.. Tahun. Gambar 3. Tren volume dan nilai ekspor rumput laut, agar-agar dan karaginan Indonesia tahun 2002-2011 Sumber: United Nation Commodity Trade Statistics Database (2013) (diolah). Perumusan Masalah Semakin mengglobalnya suatu negara di dalam perekonomian dunia salah satunya dapat dilihat dari peningkatan perdagangan internasionalnya (ekspor dan impor) yang tercermin antara lain pada peningkatan pangsa ekspornya di pasar global dan peningkatan rasio impor terhadap PDB-nya. Dampak nyata dari globalisasi terhadap perekonomian Indonesia adalah terutama pada dua bagian yang saling mempengaruhi yaitu produksi dalam negeri dan perdagangan luar negeri. Pengaruh negatif globalisasi bisa disebabkan oleh barang impor yang semakin menguasai pasar domestik sehingga mematikan produksi dalam negeri atau menurunkan ekspor Indonesia karena daya saingnya rendah. Sebaliknya, jika Indonesia mempunyai daya saing yang baik, maka liberalisasi perdagangan dunia membuka peluang yang besar bagi ekspor Indonesia, yang berarti ekspor meningkat dan selanjutnya mendorong pertumbuhan dan memperluas diversifikasi produksi di dalam negeri (Zaim, 2010). Berkaitan dengan informasi sebelumnya, dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki daya saing komparatif yang tinggi pada komoditi rumput laut. Hal tersebut dapat dilihat dari produksi dan volume ekspor rumput laut Indonesia sebagai yang terbesar di dunia. Produksi rumput laut tersebut ditargetkan akan terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri maupun dunia yang juga terus meningkat. Meski demikian, nilai ekspor yang diterima tidak.

(5) 5 sebanding dengan volume ekspor dan kalah jauh dibandingkan dengan negaranegara eksportir rumput laut lainnya. Hal ini mengakibatkan pangsa rumput laut Indonesia di pasar dunia berada di posisi kedua setelah Cina, sedangkan harga rumput laut berada di posisi ke tujuh setelah Jepang, Amerika, Cina, Korea, Perancis, Filipina dan Cile. Di samping itu, produk hilir rumput laut Indonesia hanya memberikan sumbangan yang kecil terhadap devisa negara, karena rumput laut lebih banyak diekspor dalam bentuk kering sebagai bahan baku industri. Untuk menampung produksi rumput laut yang terus meningkat, KKP mencanangkan program hilirisasi rumput laut sebagai salah satu bagian dari kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan. Program ini juga dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah melalui kegiatan pengolahan, sehingga rumput laut tidak hanya diekspor dalam bentuk rumput laut kering. Produk hilir rumput laut yang telah diekspor Indonesia antara lain adalah agaragar dan karaginan di mana dalam dekade terakhir trennya cenderung menurun. Di sisi lain, Indonesia mengimpor produk hilir rumput laut dengan tren yang semakin meningkat. Seharusnya, dengan potensi bahan baku yang sangat besar, Indonesia mampu mengolah dan memenuhi kebutuhan produk hilir rumput laut tersebut dari industri dalam negeri sekaligus meningkatkan pangsa di pasar dunia. Seiring dengan peningkatan permintaan dunia yang semakin besar, produksi rumput laut dunia dan juga produk hilirnya juga mengalami peningkatan cukup baik setiap tahunnya. Beberapa negara produsen mulai bersaing untuk menghasilkan produk hilir rumput laut dalam kuantitas besar dengan kualitas terbaik. Globalisasi ekonomi memberikan pengaruh dan tantangan yang semakin besar terhadap agribisnis di seluruh dunia. Dewasa ini agribisnis tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk dapat bersaing di pasar lokal, tetapi juga harus mampu berkompetisi di pasar luar. Perdagangan internasional mengharuskan setiap negara memiliki spesialisasi dan juga kemampuan untuk dapat bersaing memperebutkan pasar yang ada. Untuk dapat menentukan prioritas strategi yang tepat dalam meningkatkan pangsa ekspor produk hilir rumput laut Indonesia di pasar dunia, maka perlu dilakukan pengkajian daya saing produk hilir rumput laut tersebut. Diketahuinya posisi dan tingkat kinerja daya saing akan dapat membantu dalam perumusan kebijakan dalam peningkatan daya saing industri rumput laut secara umum. Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan peran rumput laut terutama produk hilirnya sebagai komoditas ekspor yang berperan besar dalam menyumbang devisa negara, maka perlu diketahui tingkat kinerja daya saing produk hilir rumput laut Indonesia dan faktor-faktor determinan daya saing yang perlu ditingkatkan kinerjanya. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana keunggulan komparatif produk hilir rumput laut Indonesia? 2. Bagaimana keunggulan kompetitif produk hilir rumput laut Indonesia? 3. Apa yang menjadi prioritas perbaikan dalam mendukung peningkatan daya saing produk hilir rumput laut Indonesia?.

(6) 6 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis keunggulan komparatif produk hilir rumput laut Indonesia. 2. Menganalisis keunggulan kompetitif produk hilir rumput laut Indonesia. 3. Merumuskan prioritas perbaikan yang dapat mendukung peningkatan daya saing produk hilir rumput laut Indonesia. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada stakeholder terkait mengenai kondisi daya saing produk hilir rumput laut Indonesia dan prioritas perbaikan dalam meningkatkan daya saing produk hilir rumput laut Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat pada umumnya, serta bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis untuk dikembangkan lebih lanjut dan lebih rinci pada masa yang akan datang. Sementara bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu memperdalam kompetensi sesuai bidang ilmu yang dikaji dalam penelitian ini.. Ruang Lingkup Penelitian ini membahas tentang analisis daya saing produk hilir rumput laut Indonesia berupa agar-agar dan karaginan, dimana komoditi tersebut merupakan produk hilir rumput laut yang sudah dikembangkan secara luas di Indonesia. Data angka yang digunakan sebagai input pengolahan data ialah berdasarkan pada standar Harmonized System (HS) tahun 1996 dengan kode HS 6 digit 130231 (Agar-agar) serta 130239 (Mucilages and thickeners nes) di mana karaginan dan alginat termasuk di dalamnya. Komposisi ekspor karaginan Indonesia pada kelompok komoditi tersebut periode 2009-2011 menempati kelompok komoditi ini dengan komposisi rata-rata sebesar 77%, sedangkan sisanya adalah alginat dan lainnya..

(7) Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB.

(8)

Gambar

Gambar 2. Tren volume ekspor dan impor agar-agar dan karaginan Indonesia  tahun 2002-2011
Gambar  3  menunjukkan  bahwa  komoditi  rumput  laut  Indonesia  lebih  banyak  diekspor  dalam  bentuk  rumput  laut  kering

Referensi

Dokumen terkait

Munasabah ayat: Dalam ayat ini (S. Baqarah 2:136) Allah memerintahkan kita beriman kepada-Nya, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami (nabi), dan kepada apa yang

We have developed a methodological framework which utilizes Fuzzy Set theory to capture and describe the effect of urban features upon urban growth and applies

Dengan cara yang sama, setiap orang yang bekerja dalam media atau pada teks media tertentu butuh berhubungan kepada lebih dari satu institusi, lebih dari

Kaya naman naging mabisa at mahalagang ritwal ito para na rin sa mga dayuhan gaya ng mga Kastila nang dumating sila dito sa Filipinas noong siglo 16.. Marami sa kanilang mga

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada hasil uji t terlihat semua variabel bebas yaitu Pengabdian Profesi, Kewajiban Sosial, Kebutuhan Untuk Mandirian, Keyakinan Profesi,

Hasil kegiatan PPM ini, yaitu: (1) Kegiatan pelatihan tahap dan II dapat terlaksana dengan baik pada para guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar

Meskipun, Pemda Kabupaten Kediri telah menganggap final Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Timur Nomor 188 Tentang Penegasan Batas Wilayah yang menyebutkan