• Tidak ada hasil yang ditemukan

AYAT AYAT TENTANG RISALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AYAT AYAT TENTANG RISALAH"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

AYAT-AYAT TENTANG RISALAH

BY Moh Fuad Zaenul A.

I. PENDAHULUAN

Rasul merupakan utusan tuhan untuk mendamaikan bumi ini tanpa utusan maka bumi ini dipastikan dalam keadaaan binasa. Rasul tidak hanya dibutuhkan umat banyak tapi juga seluruh umat manusia seluruhnya sehingga mereka mendapankan kepastian dan tuntunan dalam hidupnya.

Dalam dunia yang serba kacau seperti sekarang terutama dalam memahami agama semisal munculnya ajaran-ajaran yang menyesatkan itu perlu perhatian khusus bagi umat islam agar tidak salah dalam memilih jalan hidup sehingga kita tidak tersesat yang mengakibatkan masuk dalam jaring syetan kamudian kita menjadi pengikutnya masuk dalam neraka.

Dengan mempelajari "ayat-ayat tentang risalah" kita akan tahu tujuan Allah menurunkan utusan, dan juga akan tahu apakah ajaran-ajaran yang timbul sekarang ini itu termasuk ajaran yang benar datang dari Allah swt. Dalam pembahasan ini akan dijelaskan bagaimana cara Allah menyampaikan wahyunya pada manusia pilihannya sehingga kita akan paham benar apakah ajaran yang kita temui itu datang dari Allah ataukah datang dari syetan. Dengan mengingat kembali janjisyetan kepada tuhan bahwa ia akan menggoda manusia sampai akhir jaman. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dalam makalah ini.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian risalah

(2)

III. PEMBAHASAN

1. Pengertian risalah

Al risalah adalah bagian wahyu yang bersifat subjektif (dzaty).1 Risalah

juga bisa diartikan yaitu suatu ajaran atau modus yang dapat memberikan suatu gambaran atau guide line yang dengannya manusia bisa mencapai kebahagian dan menjauhkannya dari kesengsaraan dan kejahatan. Risalah tersebut terdapat dalam Al-Qurán dalam berbagai ayat dengan istilah Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.2

Di dalam al-Qur'an tidak kurang dari 431 kali kata rasul baik dalam bentuk jamak (plural) maupun tunggal (singular) disebut telah dinyatakan dalam hadis bahwa jumlah rasul ada 124.000 orang. Karena itulah kita harus beriman kepada semua rasul yang dibangkit di India, Cina, Mesir, Afrika, Eropa dan di negeri-negeri lainnya di dunia. Akan tetapi kita tidak dapat memastikan seseorang di luar daftar para rasul yang nama-namanya tercantum dalam al-Qur'an, apakah dia seorang rasul atau bukan, sebab kita tidak diberi tahu secara pasti tentang dia. tidak pula kita diizinkan mengatakan penolakan terhadap orang-orang suci dari agama-agama lain. Sangat dimungkinkan bahwa sebagian dari mereka adalah para rasul Allah, dan para pengikut merekalah yang

menyelewengkan ajaran-ajaran mereka setelah tiada, seperti halnya para pengikut Musa dan Isa.

Allah mengutus mereka pada setiap kaum dan bahwa semuanya telah membawa agama yang sama seperti islam. Al-Qur'an memandang kerasulan ini sebagai sebuah fenomena yang bersifat universal. Di pelosok dunia ini pernah tampil seorang rasul Allah, baik yang disebut maupun yang tidak disebut didalam al-Qur'an.

Mereka itu adalah manusia-manusia luar biasa yang karena kepekaan dan ketabahannya, serta karena wahyu allah yang mereka terima dan kamudian menyampaikannya kepada manusia denganulet tanpa mengenal takut, dapat mengalihkan hati nurani ummat manusia dari ketenangan tradisional dan tensi

1 Dr.Ir. MuhammadShahruh.PrinsipdanDasarHermeneutikaAl-QuranKontemporer, cet 1,

(Jogjakarta: ElsakPress. 2004), hlm. Hal134

(3)

hipomoral ke dalam suatu kawasan sehingga mereka dapat menyaksikan Tuhan sebagai Tuhan dan syetan sebagai syetan.3

Isi atau kandungan Risalah itu terbagi pada 3 bagian pokok yaitu

1. Iman kepada Allah SWT. Yang intinya iman kepada kekusaan dan keMaha Mampuan Allah. Juga meyakini bahwa Allah yang mengatur segala yang ada dialam ini. Buah dari iman seperti diatas akan mampun untuk membebaskan seseoang dari kungkungan tuhan-tuhan yang palsu. Dalam waktu yang sama akan membebaskan kemampuan intelktual, pisikal dan spiritualnya. Kemudian akan digunakanya untuk mengexloitir alam ini untuk kesejahtraan kehidupan manusia didunia dan dikhirat.

2. Amar ma’ruf. Inti dari amar ma'ruf adalah megajak agar Manusia bisa seirama dengan Sunnat-sunnat Allah dan ketentun-Nya serta undang-undang-Nya dalam wujud ini. Karena dengan adanya keserasian seperti itu, maka manusia akan langgeng kehormatannya dan mulia.

3. Nahi Munkar. Nahi mungkar atau melarang yang munkar intinya adalah memberikan peringatan jangan sampai sesorang itu berbuat sesuatu yang berbenturan denga sunnat-sunnat Allah, ketentuan dan undang-undang-Nya dalam kehidupan didunia ini. Karena adanya pembenturan akan menghancurkan kelestarian manusia, dan menjatuhkan martabatnya didunia dan dikhirat.

2. Surat al-Baqarah ayat 136

اوُلوُق

Katakanlah, "kami beriman kepada allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya'kub, dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada musa dan isa sera kepada apa yang dinerikan kepada nabi-nabi dari tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya."( QS. Al-Baqarah: 136)

(4)

Allah membimbing hamba-hambanya yang beriman supaya

mempercayai secara rinci apa yang diturunkan kepada mereka melalui rasulullah Muhammad. Dan mempercayai secara global apa yang diturunkan kepada para nabi terdahulu. Allah memerintahkan supaya tidak membeda-bedakan seorang rasul pun diantara mereka, namun harus iman kepada seluruhnya dan tidak termasuk menjadi orang yang diterangkan Allah dengan, "sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud

memperbedakan antara Allah dan rasul-rasul-Nya. Allah mengeksplisitkan individu rasul tertentu dan megglobalkan cerita para nabi lainnya. Dengan mengatakan, kami beriman kepada sebagian (dari rasul-rsul itu), dan kami kafir terhadap sebagian yang lain, 'serta bermaksud (dengan perkatan itu) mengambil jalan (yang lain) diantara yang demikian yaitu iman atau kafir merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.4

Ayat ini berisi pengajaran Allah terhadap nabi kaum muslimin menyangkut apa yang mereka harus ucapkan dan laksanakan. Yaitu:

Pertama, orang-orang mukmin hendaknya beriman kepada Allah tuhan Yang Maha Esa, pemelihara alam raya. Kedua, dan hendaknya beriman terhadap apa yang diturunkan kepada para nabi yaitu ayat-ayat al-Qur'an maupun

tuntunan ilahi lainnya yang disampaikan oleh Nabi Muhammad. Ketiga, beriman terhadap wahyu yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya. Keempat, percaya pada apa yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Isa as. Oleh Allah swt, baik berupa kitab suci maupun mukjizat-mukjizatnya serta apa yang diberikan pada nabi yang bersumber dari tuhan mereka.5

Abul-Aliyah, Rabi', dan Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud al-asbath ialah anak yakub yang berjumlah 12 orang yang masing-masing

melahirkan umat manusia. Oleh karena itu, mereka disebut asbat. Yang

dimaksud asbat dalam ayat ini ialah keturunan bani israil.firman Allah, "kepada apa yang diturunkan," maksudnya wahyu yang diturunkan kepada para nabi dari kalangan bani Israil, sebagaimana musa berkata kepada mereka," ingatlah akan nikmat Allah yang diberikan kepdamu tatkala dia mejadikan para nabi dari kalanganmu dan menjadikan sebagianmu penguasa."

(5)

Munasabah ayat: Dalam ayat ini (S. Baqarah 2:136) Allah memerintahkan kita beriman kepada-Nya, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami (nabi), dan kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dan Nabi Ishaq dan Nabi Ya`qub serta anak-anaknya, dan juga kepada apa yang diberikan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa, dan kepada apa yang diberikan kepada Nabi-nabi dari Tuhan mereka; serta allah melarang kami membeda-bedakan antara seseorang dari pada mereka."

Sedangkan dalam Qura'an surat Ali-'Imraan 3:2-3 Allah Yang Tetap Hidup, Yang Kekal selama-lamanya. Ia yang menurunkan Kitab-kitab Taurat dan Injil. Sebagai pertunjuk bagi umat manusia. Jadi hubungan antar ayat keduanya ialah kita diperintahkan untuk beriman kepada para nabi dan beriman terhadap apa yang diturunkannya.6

Asbabun nuzul: ayat ini tidak ada ababun nuzulnya. 3. Al-Baqarah ayat 213

َناَك

"Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para Nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang diberi (kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai pada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah SWT memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah SWT memberi patunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki kejalan yang lurus”.(QS. Al-Baqarah: 213)

Manusia itu adalah umat yang satu. setelah timbul perselisihan maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi

6 http://anakjesus.blogspot.com/2007/11/apa-yang-diajar-oleh-al-quran-mengenai.html

(6)

peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan benar untuk memberi putusan di antara manusia tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka

keterangan-keterangan yang nyata karena kedengkian antara mereka sendiri. Maka, Allah memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

ada juga yang berpendapat bahwa sejak dahulu hingga kini manusia adalah satu umat. Allah mencitakan mereka sebagai makhluk dodial yang saling berkaitan dan saling membutuhkan. Mereka sejak dahulu hingga kini baru dapat hidup jika saling membantu sebagai satu umat, yalni kelompok yang memiliki persamaan dan berbeda-beda dalam profesi dan kecendrungan ini karena

kepentingan mereka banyak, sehingga dengan perbedaan tersebut, yang ini dapat menyiapkan satu jenis kebutuhan yang lain untuk dirinya dan orang lain.

Tetapi manusia tidak mengetahui sepenuhnya, bagaimana cara

memperoleh kemaslahatan mereka, tidak juga bagaimana mengatur hubungan antar mereka, atau bagaimana menyelesaikan perselisihan mereka. Di sisi lain, manusia memiliki sifat egoisme yang dapat muncul sewaktu-waktu sehingga dapat menimbulkan perselisihan. Karena itu, maka Allah mengutus para nabi untuk menjelaskan ketentuan-ketentuan Allah dan menyampaikan petunjuknya itu dan pemberi peringatan bagi yng enggan mengikuti.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, "manusia antara Adam hingga Nuh selama sepuluh abad dan semuanya memegang syarat kepada Ibrahim, Ismail, Ashak, dan Yakub serta anak cucunya, jika kamu tidan

mengerjakan kebaikan, karena bagi mereka dan bagi kamu amalmu.7

"Dan kamu tidak akan diminta tanggung jawab terhadap apa yang telah mereka kerjakan." Oleh karena dalam atsar dikatakan; barang siapa yang lambat dalam beramalnya, maka tidak akan cepat keterlaitan dengan keturunannya."

Munasabah ayat:

Ayat ini mewajibkan kita beriman kepada kitab kitab yang tidak disebutkan nama. Dan kita tidak boleh menisbahkan mana mana kitab kepada Allah Azza wa Jalla kecuali kitab kitab yang Allah nisbahkan kepada Nya sendiri di dalam al-Qur'an.8

7 Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Tafsir Ibnu Katsir.Ibid, hlm. 237

(7)

kewajiban kita beriman bahwa kitab kitab yang diturunkan itu membawa kebenaran, cahaya yang menerang dan membawa hidayah, mengesakan Allah pada Rububiyyah Nya, Uluhiyyah Nya, nama nama Nya dan sifat

sifatNya.sedangkan nama kitab Allah disebutkan dalam fitmannya Al Ma' idah: 46 yaitu:

"Dan Kami iringkan jejak nabi nabi Bani Israil dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya yaitu al Taurah. Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa bin Maryam) kitab al Injil sedang di

dalamnya ada petunjuk dan cahaya dan membenarkan kitab yang sebelumnya iaitu al Taurah, dan menjadi petunjuk serta pengajaran bagi orang orang yang bertaqwa."

Asbabun nuzul: tidak ada asbabun nuzul. 4. An-Nahl ayat 36

ْدَقَلَو

"Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan):" sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu", maka diantara mereka itu ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantara mereka yang atasnya kesesatan. Maka berjalanlah di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan para mendustakan." (QS. An-Nahl: 36)

Ayat ini bertujuan untuk menghibur nabi Muhammad saw. Dalam menghadapi para pembangkang dari kaum beliau. Seakan-akan ayat ini menyatakan allah pun telah mengutusmu, aka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang. dan keadaan yng engkau alami itu sama juga dengan yang dialami oleh para rasul sebelummu karena sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada setiap umat sebelum kami mengutusmu, lalu mereka menyampikan kepada kaum mereka masing-masing. Yaitu sembahlah alah dan jauhilah thagut.9

Diantara mereka yaitu umat para rasul ada orang-orang yan hatinya terbuka dan fikirannya jernih sehingga allah menyambutnya dan diberi petunjuk.

(8)

Dan diantara mereka ada juga yang keras kepala. Lagi bejat hatinya sehingga mereka menolak ajaran rasul mereka dan dengan demikian menjadi pasti atasnya sanksi keesatan yang mereka pilih sendiri.

Kata (َتوُغاّطلا) thaghut terambil dari kata thagha yang berarti melampaui batas. Ia bisa juga dipahami dalam arti berhal-berhala, karena penyembahan berhala adalah sesuatu yang buruk dan melampaui batas. Dalam artu yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang melmpaui batas seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran, san kesewenang-sewenangan terhadap manusia.

Hidayah (petunjuk) yang dimaksud ialah hidayah khusus dalam bidang agama yang dianugerahkan Allah kepada mereka yang hatinya cenderung untuk beriman dan berupaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. dalam surat al-Falah Allah menganugerahkan dua macam hidayah:

1. Pertama, hidayah menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Dalam al-Qur'an banyak ayat-ayat yang menggunakan kata hidayah yang mengandung makna ini, misal:

اّمَأَو

"Adapun kaum tsamud maka kami telah memberi mereka hidayah, tetapi nereka lebih senang kebutaan (kesesatan) dari pada hidayah." (QS. Fushilat [41]:17)

2. kedua, hidayah (petunjuk) serta kemampuan untuk melaksanakan isi higayah itu sendiri. Ini tidak dapat dilakukan kecuali oleh Allah swt. Karena itu Allah menegaskan:

"sesungguhnya engkau (Hai Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk (walaupun) orang yang egkau cintai, tetapi Allah memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya. (QS.al-Qashash [28]: 56)

(9)

Dapat disimpulkan bahwa bila berbicara tentang kesesatan, bukan Allah yang menghendaki, tetapi kehendaknya itu terlaksana setelah yang bersangkutan sendiri tersesat.10

Munasabah ayat: ayat ini menjelaskan tugas Rasul untuk memerintahkan umat islam menyembah Allah swt. jauhilah thagut itu.

Sedangkan dalam surat Al-Fushilat ayat 50 menjelaskan bahwa penjaga jahanam akan bertanya pada manusia yang akan masuk dalam Neraka; "Apakah rasul-rasul belum datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata?" mereka menjawab, "Benar, sudah datang." Penjaga-penjaga jahannam berkata, "Berdo'alah kamu sendiri." Padahal do'a

Asbabun nuzul: ayat ini tidak ada asbabun nuzulnya

5. Asy-Syura ayat 51.

اَمَو

َناَك

ٍر َشَبِل

ْنَأ

ُهَمّلَكُي

ُهّللا

ّلِإ

ًايْحَو

ْو

َأ

ْنِم

ِءا َرَو

ٍباَجِح

ْو

َأ

َلِس ْرُي

ً لوُسَر

َيِحوُيَف

ِهِنْذِإِب

اَم

ُءا َشَي

ُهّنِإ

ّيِلَع

ٌَميِكَح

Artinya:

"Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizing-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya Dia maha tinggi lagi maha bijaksana". (QS. Asy-Syura: 51)

Ayat ini menjelaskan bagaiman cara Allah menyampaikan wahyu-Nya kepada para nabi. Bahwa Allah tidak mungkin berbicara pada seorang manusia (memberi informasi) kecuali dengan wahyu yakni pecampaan informasi secara cepat kedalam kalbunya tanpa perantaraan, atau mengutus malaikat yang dapat dilihat atau dirasakan kehadirannya dan didengar suaranya lalu malaikat itu mewahyukan setiap saat, secara cepat dan dengan izin Allah11

10Ibid, hlm. 225

(10)

Kalimat (

ُهّللا

ُهَمّلَكُي

) 'diajak berbicara oleh Allah', tidak boleh dipahami arti percakapan seperti halnya makhluk ciptaannya. Para ulama berbeda penafsiran tentang maksud dari kata "kalam Allah". Mesipun demikian mereka memilliki kesamaan bahwa antara kalam Allah dengan kalam manusia

ataupun makhluk tidaklah sama, karena tidak ada yang serupa dengan-Nya. Kita boleh menyimpulkan bahwa yang dimaksud percakapan disini ialah "

dipahaminya apa yang hendak disampaikan Allah oleh obyek yang diplih-Nya." Ayat ini mengemukakan ada tiga cara Allah menyampaikan wahyu-Nya pada para nabi. Yang pertama langsung tanpa menyebutkan satu kondisi atau syarat. yang Kedua disetai dengan satu kondisi, atau syarat yaitu "dibelakang hijab", dan yang ketiga berupa kehadiran utusan untuk menyampaikan wahyu.

Kata (ًايْحَو) wahyan/wahyu dalam ayat diatas, menurut al-Biqa,i mencakup pemberian informasi tanpa perantara dan dengan cara yang

tersembunyi. Bisa berupa ilham, mimpi atau juga dengan cara yang lain. Allah menganugerahkan wahyu tersebut kepada penerimanya dapat melalui

kemampuan pendengaran (ini adalah peringkat tertinggi), baik disertai

pandangan maupun tidak. Seperti contoh; "wahyu-Nya" kepada ibu nabi Musa as (lihat QS. Al-Qashash [28]: 7) atau kepada lebah (QS. An-Nahl [16]: 68), atau kepada langit (QS. Fushshilat [41]: 12).

Al-Biqa,i juga mengutip pendapat sufi besar Syihabuddin As-Suhrawardi yang mengatakan bahwa pengetahuan yang bersifat ladunny yang terdapat dalam kalbu orang-orang yang mengkonsentrasikan dirinya kepada Allah adalah bagian dari mukalamah / pembicaraan12

Kata (ِءا َرَو) wara' artinya di luar sesuatu, bukanya yang dimaksud arti dari kata di belakang yaitu antonim dari depan. Arti ini serupa dengan kalimat

wa Allah min wara'ihim muhith (طحم مه ءارو نم هللا و) yang terjemahan harfiahnya ialah Allah Di Belakang Mereka Maha Mengetahui.

Karena Allah tidak membutuhkan tempat, sehingga tidak ada bagi-Nya sifat-sifat ruang, atas atau bawah, depan atau belakang.

Kalimat (ٌميِكَح ّيِلَع ُهّنِإ) Innahu Aliyyun Hakim / Sesungguhnya Dia Maha Tinggi Lagi Maha Bijaksana, merupakan penjelasan kandungan uraian tentang ayat diatas, karena Allah maha tinggi percakapan-Nya tidak sama

(11)

dengan percakapan makhluk-Nya. Dia juga maha bijaksana, sehingga Dia memilih yang terbaik untuk diajak berbicara, serta informasi dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah yang sangat sesuai dengan kemaslahatan.

Cara yang ketiga merupakan cara yang paling sering diterima oleh para nabi. Nabi Muhammad saw., menggambarkan pengalaman beliau bahwa wahyu yang disampaikan malaikat itu terkadang datang disertai dengan suara bagikan suara lonceng, dan ini adalah yang terberat. Terkadang juga wahyu itu beliau terima diseratai dengan suara lebah. Dan tidak pula malaikat menampakkan dirinya dalam bentuk manusia, baik dikenal maupun tidak.

Asbabun nuzul: ayat ini tidak ada asbabun nuzulnya

6. Surat as-saba' ayat: 34

اَمَو

اَنْلَس ْرَأ

يِف

ٍةَي ْرَق

ْنِم

ٍريِذَن

ّلِإ

َلاَق

اَهوُف َرْتُم

اّنِإ

اَمِب

َْمُتْلِس ْرُأ

ِهِب

َنو ُرِفاَك

Artinya:

"Dan setiap kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, "kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan."(QS. As-Saba': 34)

Ayat ini menerangkan tentang keadaan umat manusia disaat Allah menurunkan utusannya kemuka bumi. Allah menjelaskan bahwa ia tidak akan mengutus seorang uturan melainkan umatnya dalam keadaan hidup mewah gan berfoya-foya. Sehingga mereka pada utusan Allah: "sesungguhnya kami

termasuk orang-orang yang ingkar (kafir)". Dengan bangga dan angkuh ia berkata: " kami memiliki banyak harta dan anak dari pada kamu orang-orang yang beriman dan kami sekali-sekali tidak akan disiksa seandainya kiamat itu ternyata ada, karena tuhan mencintai kami. Cinta-Nya terbukti dengan banyaknya harta dan pengikut kami."

Logika kaum musrikin yang mengatakan: "kami lebih banyak harta dan anak-anak, dan kami tidak akan disiksa. Masih sering diduga benar oleh

(12)

tersebut, mencakup bidang material dan spiritual, tetapi juka hanya bidang saja, itu sama sekali tidak menunjukkan ridha-Nya, bahkan boleh jadi ia adalah istidraj yajni penyuluhan ilahi agar maasyarakat berlanjut dalam kelengahan dan kedurhakaan sehingga siksanya pun menjadi lebih besar.

Thaba thabai mengemukakan tentang dugaan para pendurhaka bahwa mereka tidak akan tersiksa menurutnya dugaan itu lahir akibat para pendurhaka bahwa mereka tidak akan tersiksa menurutnya dugaan itu lahir akibat para pendurhaka tersebut tenggelam dalam keni9kmatan serta keter biasan dalam berfoya-foya. Sehingga hati mereka hanya terpaut dengan kesenangan, serta memandang kebahagiaan hanya padanya, mereka itu tidak menafikan adanya siksa itu melainka hanya lengah dan berpaling dari apapun selain harta dan anak-anak. Hal itulah yang mereka percaya sebagai kebahagiaan dan keberuntungan, maka kesengsaraan adalah ketidaan keduanya dan sebaliknya tiada siksa dengan keberadaannya.

Asbabun nuzul

Ibnu Mundzir dan Ibnu Abu Hakim keduanya telah mengetengahkan sebuah hadits melalui jalur Sufyan yang ia terima dari Ashim dan Ashim menerimanya dari Ibnu Ruzain yang telah menceritakan kepadaku, bahwa ada dua orang lelaki yang berserikat dalam usaha. Lalu salah seorang diantaranya berangkat menuju ke negeri Syam. Sedangkan yang lainnya tetap ditempat tinggalnya. Ketika nabi Muhammad saw. Diutus oleh Allah, kemudian teman yang berada di negeri Syam itu berkirim surat kepada temannya yang berada di mekkah menanyakan tentang apa yang terjadi dan apa yang dilakukan oleh utusan yang baru itu. Teman yang verada di tempatnya menjawab. Bahkan dia hanya diikuti oleh orang-orang rendah dan orang-orang miskin kabilah

Quraisy.13

Lalu teman yang sedang berniaga di negeri Syam itu meninggalkan dagangannya dan langsung berangkat menemui temannya yang berada di Mekkah. Setelah sampai di Mekkah ia berkata kepada temannya: "tunjukkanlah aku dimana ia berada." Orang yang datang dari Syam itu dapat membaca kitab-kitab dahulu. Lalu ia mendatangi Nabi saw. Dan langsung bertanya: "Apakah yang kamu serukan?" Nabi saw, menjawabnya dengan jawaban yang terinci

(13)

lelaki itu berkata: "aku bersaksi, bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah." Nabi saw, bertanya: "apakah gerangan yang membuat kamu mengerti hal ini?" lelaki itu menjawab, "sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun malainkan ia hanya diikuti oleh orang-orang rendahan dan orang-orang miskin." maka turunlah ayat ini.

IV. ANALISIS

Risalah itu adalah merupakan keperluan social rohani (inward). Maka bangsa-bangsa yang membawa suatu risalah, dapat menjaga kesatuannya, dan menyelematkan masyarakatnya dari terbagi-bagi, terpecah dan dari pertarungan demi kepentingan-kepentingan tertentu, atau kepanatikan yang sempit.

Hal itu karena risalah itu dapat menyatukan anggota ummat dan kelompok-kelompoknya dibawah satu bendera dan tujuan yang agung. Dimana bendera dan tujuan itu dapat mengexploitir energi dan kegiatan-kegiatan mereka, maka tentunya perpecahan dan pertarungan didalam akan terhindari.

Adapun pada saat risalah itu terbenam, maka ummat akan terpecah-pecah oleh tujuan-tujuan individu, dan kepentingan serta ‘ta’sub’ atau kefanatikan. Maka akibatnya tumbuhlah aliansi-aliansi kepartaian, kefanatikan, serta menyebarnya fitnah. Akhirnya ummat akan pecah menjadi kelompok-kelompok yang saling betengkar dan bertarung.

Dari sini mengapa para shahabat dahulu kalau mau berpisah setelah suatu pertumuan, suka membaca surat ‘al’asri’. Karena surat intinya adalah untuk saling mengingatkan akan ‘risalah’ yang mereka harus selalu pikul dan menjaganya.

Dalam kehidupan sekarang ini sangat dibutuhkan seorang utusan untuk meluruskan akidah umat, dikarenakan banyaknya fenomena yang terjadi dikalangan masyarakat yaitu munculnya aliran-aliran sesat ada yang mengaku sebadai nabi yang diberi wahyu oleh Allah swt. Bahkan ada yang sampai mengaku sebagai jelmaan Nabi Isa, Siti Maryam, ruhhul kudus. Yang lebih elstrim lagi mengaku sebagai tuhan Allah (tuhan islam), Allah (tuhan kristen), budha. Itulah mengapa seorang utusan sangat dinanti dalam kehidupan sekarang ini. Sehingga umat manusia tidak tersesat kejalan yang salah.

(14)

Seperti yang dipaparkan diatas bahwa Manusia itu dahulunya satu umat. kemudian Allah mengutus para Nabi untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang diberi kitab, setelah bukti-bukti yang nyata sampai pada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka Allah SWT memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah SWT memberi patunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki kejalan yang lurus

Allah telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan umat manusia agar menyembah Allah (saja), dan menjauhi thagut, maka diantara mereka itu ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantara mereka yang atasnya kesesatan.

Dan tidak mungkin bagi seorang manusia bisa berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan malaikat lalu diwahyukan kepadanya dengan seizing-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya Dia maha tinggi lagi maha bijaksana.

Setiap Allah mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, di negeri itu orang-orang yang hidup mewah berkata, mereka mengingkari apa yang disampaikan utusan.

VI. PENUTUP

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, kami sadar dalam makalah ini banyak banyak sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang

Referensi

Dokumen terkait

rukun iman yang ketiga adalah beriman kepada ..... diturunkan

bertoleransi dalam masalah aqidah dan syari’ah kepada orang kafir bahkan di ayat itu juga, secara tidak langsung Allah melalui Nabi-Nya menyuruh ummatnya agar menyebut mereka

Maka pada ayat-ayat ini Allah menerangkan kepada Nabi Muhammad SAW kisah para nabi sebelumnya sebagai peringatan bagi umat manusia dan hiburan yang dapat melenyapkan kesedihan

Ayat ini diturunkan ketika orang-orang kafir Mekah berkata kepada Nabi saw., "Jika engkau ini benar-benar seorang nabi, maka lenyapkanlah gunung-gunung Mekah ini daripada

Nas ini bertujuan menjelaskan bahawa orang-orang yang mendakwa beriman kepada wahyu yang telah diturunkan kepada Rasulullah s.a.w dan wahyu yang diturunkan kepada

Apabila ayat tersebut dijabarkan maka akan berbunyi: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman; yakni yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad Saw., orang-orang Yahudi

Menurut Tafsir Al-Misbah: Ayat diatas memberi tuntunan kepada kaum beriman bahwa : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu antara lain dengan meneladani Nabi SAW

Ayat diatas memberi tuntunan kepada kaum beriman bahwa : Hai orang- orang yang beriman, peliharalah diri kamu, antara lain dengan meneladani Nabi dan pelihara juga keluarga kamu