• Tidak ada hasil yang ditemukan

AYAT-AYAT AL-QURAN DAN HADITS TENTANG TOLERANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AYAT-AYAT AL-QURAN DAN HADITS TENTANG TOLERANSI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

AYAT-AYAT AL-QURAN DAN HADITS TENTANG TOLERANSI

I. PENDAHULUAN

Budi Pekerti berarti sikap dan prilaku yang baik. Sifat-sifat yang baik akan mendatangkan kebaikan dan sebaliknya hal yang buruk akan menghasilkan

keburukan pula. Oleh karena itu kita perlu menjunjung tinggi nilai budi pekerti yang luhur. Ajaran budi pekerti menuntut kita agar selalu berbuat kebaikan, kebenaran, serta memupuk keharmonisan hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan, yang sering disebut dengan konsep tri hita karana. Salah satu bagian dari konsep tri hita karana adalah hubungan manusia dengan manusia. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat manusia, karena manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal ini dilakukan bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat perlu usaha manusia untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antar umat manusia. Salah satu caranya yaitu mengembangkan sikap Toleransi, Etika pergaulan.[1]

Kita sering terperangkap dengan jebakan “toleransi antar umat beragama”, yang diartikan dengan mencampuradukkan ritual keagamaan. Bila kaum Nasrani natalan, kitapun dianjurkan mengikutinya. Padahal sikap ini merupakan pengkhianatan terhadap keimanan dan ritual kita.

Makna toleransi yang sebenarnya bukanlah mencampuradukkan keimanan dan ritual Islam dengan agama non Islam, tapi menghargai eksistensi agama orang lain. Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya[2]. Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari bahasa Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs, customs, behaviors, etc, different from one’s own[3]. Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai

padanan dari kata toleransi adalah ةحامس atau حماست. Kata ini pada dasarnya berarti al-jûd (kemuliaan). atau sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/

terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia[4].

▸ Baca selengkapnya: ayat 15 dan fadilahnya

(2)

ada ayat yang memerintahkan agar kita berlaku adil kepada siapa pun, termasuk kepada non muslim. Yakni :

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan

bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah : 8)

Jadi, saat berinteraksi dengan non muslim, prinsip-prinsip toleransi, keadilan, dan kebenaran harus kita tegakkan. Namun untuk urusan yang berkaitan dengan kayakinan dan peribadatan, kita mengambil garis yang jelas dan tegas. II. PEMBAHASAN

Di dalam Islam, juga dikenal istilah toleransi. Toleransi (tasamuh) di dalam Islam hanya berkenaan dengan masalah–masalah duniawiyyah/masalah kemasyarakatan di dunia saja. Sedangkan dalam masalah i’tiqad/aqidah Islamiyyah juga dalam masalah syari’ah tidak diketemukan toleransi di dalamnya. Semua sudah terbingkai rapi dan teratur di dalam satu aturan/perundang–undangan yang berasal langsung dari Allah (Tuhan Segala makhluk) dengan sistem aturan dari ‘langit’.

Banyak orang yang tidak tahu apa–apa tentang ad-din (agama) ini dan berkata : “ayat toleransi dalam Islam adalah surat Al Kaafiruun ayat 6, ya’ni, untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.”

Dengan kejahilan (kebodohan) mereka, mereka menjadikan Al Kaafiruun : 6 sebagai dalil toleransi antar ummat beragama. Padahal, dari sebab–sebab turunnya ayat itu (asbabun nuzul) sendiri sudah terlihat bahwa Rasulullah زوTIDAK MAU

BERTOLERANSI dalam masalah aqidah. Coba perhatikan asbabunnuzulnya:

] ةيكم نورفاكلا ةروس 5 ) نن وررففاكن للا اهنييأن اين للقر ميحرلا نمحرلا هللا مسب } [ 1 ) نن ودر برعلتن امن دربرع ل أن ل ( 2 ( مل ترنلأن لون ) ر برعدل أن امن ن ن ودر بفاعن 3 { } { ( ةروسلا رخآ ىلإ نن وررففاكن للا اهنييأن اين للقر . : ،ةريغملا نب ديلولاو ،لئاو نب صاعلاو ،يمهسلا سيق نب ثراحلا مهنم شيرق نم طهر يف تلزن ] [دوسلاو] 6 [ ،دسأ نب بلطملا نب دوسلاو ،ثوغي دبع نب 202 ] : / مم له دمحم اي اولاق ،فلخ نب ةيمأو ب ] [علبتاف 7 هب تئج يذلا ناك نإف ،ةنس كهلإ دبعنو ةنس انتهلآ دبعت ،هللك انرمأ يف ككر رشنو كنيد عبتنو اننيد [ تذخأو انرمأ يف انتكرش دق تنك ارريخ انيديأب يذلا ناك نإو ،هنم انظم ح انذخأو هيف كانكرش دق انك ارريخ : : : ىتح لاقف ،كهلإ دبعنو كقدصن انتهلآ ضعب ملتساف اولاق ،هريغ هب كرشأ نأ هللا ذاعم لاقف ،هنم كظحب

" " :

▸ Baca selengkapnya: ayat 15 dan manfaatnya

(3)

) مل تردل بنعن امن ددبفاعن اننأن لنون 4 ) ر برعدل أن امن ن ن ودر بفاعن مل ترنلأن لنون ( 5 ) نف يدف ين لفون مل كر نريدف ملكرلن ( 6 (

{ (6) نف يدف ين لفون مل كر نريدف ملكرلن (5) ر برعدل أن امن ن ن ودر بفاعن مل ترنلأن لون (4) مل تردل بنعن امن ددبفاعن اننأن لون } { مل تردل بنعن امن ددبفاعن اننأن لون } [9] لابقتسلا يف دربرع { ل أن امن ن ن ودر بفاعن مل ترنلأن لون ،لابقتسلا يف } .

نونمؤي ل مهنأ هللا ملع يف قبس نمل باطخ اذهو.

] [ ] " :ام هلوقو 10

" : : " [

نودبعت ام ةلباقمل هركذ هنكل ،دبعأ نل من يأ دبعأ ".

: : مهبهاذم نمو ،مهباطخ زاجم ىلعو ،برعلا ناسلب لزن نآرقلا نأ وه يناعملا لهأ رثكأ لاق راركتلا هجوو زاجيلاو فيفختلا ةدارإ راصتخلا مهبهاذم نم نأ امك ماهفلاو ديكوتلا ةدارإ ،راركتلا. : : يف لخداف امراع كنيد يف لخدن نأ كرمس نإ اولاق مهنأ كلذو ،تقولا راركتل ملكلا راركت يبيتقلا لاقو ] { نف يدف ين لفون كرشلا م } { ل كر ننيدف ملكرلن ةروسلا هذه تلزنف ،امراع اننيد } . 11 [ ،عفانو ،ريثك نبا أرق ،ملسلا

] [فيسلا ةيآب ةخوسنم ةيلا هذهو اهناكسإب نورخلا أرق ،ءايلا حتفب يلو صفحو] . " " : 12

].[ 13 [

Sangat jelaslah dari asbabunnuzul tersebut bahwa surat Al-Kafirun diturunkan untuk menanggapi bujuk rayu para dedengkot kafir Quraisy diantaranya : Haris bin Qois Assahmy, 'Ashi bin Wa-il, Walid bin Mughirah, Aswad bin Abdu Yaguts, Al-Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf yang menemui Rasulullah saw dan berkata: "Wahai Muhammad! Mari kita bersama - sama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah pemimpin kami." Lalu para kafir itu pun

menjanjikan beberapa imbalan seperti harta yang berlimpah, sehingga akan

membuat Rasulullah SAW menjadi lelaki yang terkaya di kota Makkah, juga mereka (kafir Quraisy) akan menikahkannya dengan wanita – wanita yang cantik. Lalu mereka berkata :

“Semuanya itu adalah untukmu, hai Muhammad, asal kamu cegah dirimu dari mencaci maki tuhan-tuhan kami dan jangan pula kamu menyebut-nyebutnya dengan sebutan yang buruk. Jika kamu tidak mau, maka sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun dan kami akan mengikuti pula agamamu selama setahun.” Tapi, apa jawab orang yang Allah telah pilih menjadi kekasih-Nya itu, “"Tunggulah sampai ada wahyu yang turun kepadaku dari Robbku." Lalu seketika itu, Allah Jalla JalalluHu menurunkan firman-Nya :

Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (Al Kaafiruun : 1-6)

Lalu Allah menurunkan firman-Nya lagi,

(4)

Setelah mendengar keterangan itu, lalu pergilah mereka dengan tangan hampa dan dalam keadaan hina dina.

Jadi sangatlah jelas bahwa Allah ‘Azza wa Jalla melarang Rasul-Nya untuk

bertoleransi dalam masalah aqidah dan syari’ah kepada orang kafir bahkan di ayat itu juga, secara tidak langsung Allah melalui Nabi-Nya menyuruh ummatnya agar menyebut mereka (yang bukan Islam) dengan sebutan Kafir (orang yang ingkar kepada Allah). Tidak pernah Allah menyebut mereka ataupun orang semacam mereka dengan sebutan “Yaa Ayyuha Ghoirul Muslimuun (Wahai, orang–orang non-Islam)”, tapi Allah menyebut mereka dengan sebutan “Yaa Ayyuhal Kaafiruun (Wahai, orang–orang kafir). Meskipun agak terdengar kasar (bagi orang Indonesia) tetapi itulah sebutan langsung dari Allah ‘Azza wa Jalla untuk mereka, dan kita wajib mengikutinya. Tidak oleh membantahnya. Hal itu semata–mata hanya untuk

menyatakan bahwa Islam tidak bisa bertoleransi dalam hal aqidah.

Dan ayat ‘Lakum Diinukum WaLiyadiin’ BUKANLAH ayat toleransi, melainkan ayat PENEGASAN untuk TIDAK mengikuti apa–apa yang orang kafir suruh kepada kita ummat Islam. Disinilah banyak yang salah kaprah.

2.1. Toleransi Saat Ini

Sebetulnya, tidak ada bedanya antara toleransi ummat beragama zaman ini dengan toleransi ummat beragama zaman dulu (ya’ni zaman Nabi SAW dan para

Shahabatnya RA), dimana toleransi itu hanya sebatas mu’amalah duniawiyyah saja. Bahkan, jika dilihat kenyataannya saat ini kaum Kafir tidak ada sikap toleransinya sama sekali terhadap kaum Muslimin. Bahkan masalah duniapun mereka memusuhi ummat yang telah dibangun atas dasar tauhid ini.

Telah benarlah firman Allah Tabaroka wa Ta’Ala :

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah

petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al Baqarah : 120)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman

kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang

(5)

1. Tidak menimbulkan madharat kepada kita (baik duniawy maupun ukhrawy); 2. Tidak merasa bahagia dengan derita dan kesusahan yang menimpa kita; 3. Jelas menyatakan benci kepada kita.

Dari Shahabat Abu Hurairah ra; Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh penipuan, dimana PENDUSTA

DIBENARKAN, sedangkan ORANG JUJUR DIDUSTAKAN, PENGKHIANAT DIPERCAYA, sedangkan ORANG AMANAT DIANGGAP PENGKHIANAT, Pada masa itu Ruwaibidhah berbicara.” Beliau saw ditanya : “Apakah Ruwaibidhah itu wahai Rasulullah ? Beliau saw bersabda : “Orang bodoh yang berbicara tentang persoalan (masalah) yang banyak.”[14]

Jadi, toleransi kaum kafir terhadap kaum Muslim hanyalah isapan jempol semata. Mereka memusuhi kaum Muslim dengan permusuhan yang besar. Bahkan sampai– sampai, mereka mampu membuat lidah saudara–saudara kita (yang awam) latah (ikut–ikutan) menyebut saudara/saudarinya sebagai ‘teroris’. Dan sampai sekarang pun, apa dan siapa yang disebut ‘teroris’, itu masih belum jelas.

2.2. Islam Tidak Memaksa

Islam sendiri tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam Islam, sebagaimana :

tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[15] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha

mendengar lagi Maha mengetahui.(Al-Baqoroh: 256)

Islam tidak mengenal paksaan, karena paksaan hanya melahirkan ketidak setiaan bahkan ketidak ikhlasan, oleh karena itu Islam hanya mengenal ajakan. Ajakan kepada Islam adalah dakwah Islamiyyah yang mengajak manusia yang masih berkubang di dalam lumpur kejahiliyahan (kebodohan/ketidakpahaman masalah ad-din) ke dalam cahaya yang terang benderang. Oleh karena itu al-Islam juga

bermakna yang membedakan antara yang Haq (Jalan yang Benar) dengan yang Bathil (Jalan yang Sesat).

serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[16][845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Annahl:125)

(6)

hubungannya dengan kompromi atau toleransi dengan kekafiran dan kemaksiyatan. Tiap–tiap yang mengaku ummat Islam wajib menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia guna menancapkan kemuliaan Islam yang didasari dengan akhlak dan prinsip (aqidah) yang baik.

Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak

menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[17]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(Al-Maidah:67)

2.3. Toleransi Yang Dinginkan si Kafir

Orang–orang kafir menginginkan agar kita sebagai ummat Islam mau mengikuti tata cara mereka sebagai salah satu toleransi/loyalitas pada mereka. Padahal Islam sangat melarang berloyalitas pada kaum Kafir karena loyalitas yang dilakukan akan menimbulkan al-Muwaalaah (kecintaan) pada si kafir, jika sudah cinta, maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling[18], tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong. (An Nisaa’ : 89)

Kita dilarang menjadi penolong dalam agama–agama mereka. Seperti, mereka menginginkan kita ikut serta dalam perayaan hari raya mereka. Mereka juga menginginkan kita mensahkan apa–apa yang mereka lakukan, seperti minum khomr, makan daging–daging yang haram (anjing, babi, dsb), membuat rumah ibadah mereka, berzina, pacaran, mengghibah, dan lainnya. Yang pada akhirnya, mereka menyuruh agar kita menghargai pemurtadan yang mereka lakukan. Maka dari itu, kita harus mempunyai sikap al-Mu’aadaah (membenci). Membenci siapa yang dimaksud?. Membenci apapun yang bertentangan dengan hukum Qur’an dan Sunnah, membenci siapapun yang membenci Allah dan Rosul-Nya, membenci apa–apa yang selain Allah dan membenci karena Allah.

" :

دقف هلل عنمو هلل ىطعأو هلل ضغبأو هلل بحأ نم لاق ملسو هيلع هللا ىلص يبنلا نع ، ةمامأ يبأ نع

)

دواد وبأ هاور ناميلا لمكتسا

( .

Dari Abi Umamah dari Nabi Muhammad ز : Beliau ز pernah bersabda : “Siapa saja yang mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang karena Allah, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan

(7)

Dan siapa saja yang mencintai tidak karena Allah dan membenci tidak karena Allah, bahkan dia membenci Allah, Rosul dan penganut agama-Nya, maka ia telah Kafir. Atau membenci Allah saja maka ia sudah Kafir. Atau membenci Rosul-Nya saja maka ia juga Kafir, atau membenci penganut agama-Nya saja, maka ia juga telah Kafir. Jadi pada intinya, orang–orang kafir menginginkan kita bertoleransi terhadap mereka dengan cara, kita (kaum Muslimin) harus :

1. Mengikuti perayaan hari besar/raya mereka, seperti ; Natal bersama, Nyepi bersama, Paskah bersama, perayaan hari valentine, perayaan malam tahun baru serta ikut serta dalam pembuatan/memeriahkan hari besar mereka.

2. Mensahkan pendirian bangunan ibadah mereka, seperti Gereja, Pura, Wihara, dan tempat tempat penyembahan berhala lainnya yang dibangun di tengah–tengah komunitas kaum Muslimin.

3. Mengikuti atau membenarkan apa–apa yang mereka lakukan, seperti

ibadahnya mereka, minum–minuman haramnya mereka, pemurtadan yang mereka lakukan, dll.

4. Menampakkan kebahagiaan/kesenangan jika hari raya mereka tiba. Kesemuanya itu adalah HARAM dilakukan oleh ummat Islam, bahkan tidak boleh terlintas di dalam hati ummat Islam sedikitpun.

Dari Abu Sa'id al-Khudry bahwasanya Rasulullah ز bersabda: "Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi

sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga andaikata mereka menelusuri/masuk ke lubang biawak, niscaya kalian akan masuk ke dalamnya juga. Para Shahabat

رؤbertanya : "Wahai Rasulullah! Apakah (mereka itu) orang-orang Yahudi dan Nashrani?". Beliau زو bersabda: "Siapa lagi (kalau bukan mereka).” (HR. Bukhari) [20]

2.4. Islam Melarang Mengambil Orang–Orang Kafir Sebagai Teman

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim." (Al Maa’idah: 51)

Ibnu Hazm telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa loyal (wala’) pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan.[21]

(8)

seorang mereka berhati-hati agar tidak menjadi Yahudi dan Nashrani tanpa disadarinya, Beliau menduga bahwa itu yang dikehendaki ayat ini."[22]

Islam melarang kita menjadikan orang–orang kafir dan musyrik sebagai pemimpin, karena dikhawatirkan bahkan diyakini bahwa mereka akan memimpin dengan kekafiran, kemaksiyatan dan kebodohannya. Islam juga melarang mengambil mereka sebagai teman dekat (shahabat), dikhawatirkan dia (si kafir) akan menjerumuskan kita ke dalam kekafirannya.

Rasulullah ز pernah berpesan : “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)[23].

Di hadist tersebut Nabi ز memberikan pesan yang tersirat, bahwa kita harus mengambil orang Mukmin saja sebagai teman.

Bahkan orang–orang Muslim yang mengambil orang–orang kafir sebagai teman, diancam oleh Allah dengan siksaan yang pedih,

“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,” (An Nisaa’ : 138)

2.5. Siapa yang dimaksud dengan orang–orang munafik ?

“(ya’ni) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (An Nisaa’ : 139)

Akan tetapi, Islam membolehkan kita berbuat adil terhadap orang kafir, dengan catatan ; si kafir tersebut TIDAK MEMERANGI DAN MEMBENCI KAUM MUSLIMIN. “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang TIDAK MEMERANGIMU karena agama dan TIDAK JUGA MENGUSIR KAMU dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al Mumtahanah : 8)

(9)

kepada mereka. Karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil.”[24]

2.6. Islam Menghargai Pluralitas Agama Tapi Tidak Untuk Pluralisme Agama “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (Huud : 118 – 119)

Imam Qotadah –rahimahullah- menjelaskan : “Kalaulah Allah menghendaki, tentu Dia akan menjadikan seluruh umat manusia ini sebagai Muslimin.”[25]

“Tetapi mereka senantiasa berikhtilaf (berselisih pendapat) … .” Dari perselisihan itu bercerailah antara dua kubu, sebagian menjadi Kafir dan sebagian lagi menjadi Mukmin.

Seorang kafir berhak untuk tetap dalam agamanya, tapi di akhirat, ia harus mempertanggung jawabkan atas pilihannya itu. Tapi tetap, kaum Muslim wajib mengajak mereka dengan seruan Islam.

Islam pun menghargai adanya pluralitas (kemajemukan, keberagaman, perbedaan) agama –selama kemajemukan itu tidak memerangi, menistai dan melecehkan agama Islam-, akan tetapi Islam tidak menerima pluralisme agama. Jika pluralitas diubah menjadi isme (suatu paham yang harus diyakini keberadaannya) maka otomatis Islam harus membenarkan keimanan/prinsip dasar orang kafir. Maka dari itu, ajaran Islam menolak pluralisme agama dan tidak memungkiri adanya pluralitas agama.

Perlu diketahui, kesesatan pluralisme dalam beragama bisa berdampak buruk : 1. Pernikahan beda agama, yang akan melahirkan anak yang cacat aqidah dan akhlaknya. Dan Allah pun tidak merestui/meridhoi pernikahan itu. Dan para ulama’ SEPAKAT bahwa, pernikahan tersebut (beda agama) termasuk dari zina dan dosa besar, juga harus dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,

(10)

2. Akan munculnya orang–orang yang bodoh (jahil) dalam perkara ad-din (agama), karena semua agama dijadikan satu dan diaduk secara sistematis dengan pemikiran yang berasal dari akal insani dan membuang wahyu Ilahi Yang Suci. Jika sudah begitu, maka lahirlah orang–orang bodoh yang berpengetahuan agama yang kosong.

3. Akan munculnya kesesatan dimana–mana, karena kebohodan dalam perkara agama. Orang–orang yang mengusung ideologi pluralisme agama akan menafsirkan ayat–ayat suci berdasarkan percampur adukkan dari semua agama. Jika sudah begitu, agama bukan lagi suatu produk dari langit (Allah), tapi sudah berupa produk dari manusia (ciptaan Allah).

4. Akan terjadi kemaksiyatan dimana–mana. Agama mengajarkan menyeru orang untuk berbuat baik/ma’ruf dan mencegah dari hal–hal yang munkar/maksiyat. Jika pluralisme agama sudah merebak di suatu masyarakat, maka hal–hal yang ma’ruf akan dianggap menjadi hal yang munkar/maksiyat, sedangkan hal–hal yang munkar/maksiyat dianggap sebagai hal–hal yang ma’ruf/baik.

Jika sudah begitu, orang–orang yang tidak mau agamanya dilecehkan, dinistakan bahkan dicampur aduk dengan agama lain, mereka akan mempertahankan agamanya dengan caranya sendiri.

Maka dari itu, Islam sangat menolak apapun bentuk pluralisme dalam beragama. Dan tiada toleransi maupun kompromi dengan pluralisme agama. Karena itu (pluralisme agama) bisa menjadi indikasi senjata orang–orang kafir untuk menghancurkan agama Allah Yang Mulia ini.

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Ali Imran : 54)

III. KESIMPULAN

Pada intinya, Islam tidak mengajarkan toleransi dan kompromi dalam masalah yang sifatnya i’tiqadiyyah (aqidah/prinsip) atau yang berkaitan dalam masalah

ukhrowi/akhirat seorang Muslim. Dan haram bagi ummat Islam untuk membenarkan aqidah keimanan orang–orang kafir dan musyrik serta bergembira atau ikut–ikutan pada acara hari raya mereka.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Yusuf al-Qaradhawi. 1994. Fatâwâ Mu’âshirah. Manshurah: Dar al-Wafa’. Cet. ke-3. Jilid ke-2.

2. A. S. Hornby. 1986. Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English. London: Oxford University Press. Cet. ke-23.

3. Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet. Ke-14.

4. Tafsir Al-Baghowy, Maosoatulquranil’adzim, Yaman, 2011, Juz 8. 5. http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi

6. Shahih Al-Bukhori, Maosoatulhaditsunnabawy, Yaman,2011, Juz 4. 7. Al Muhalla, Ibnu Hazm, Yaman, 2011, jilid 11.

8. Tafsir Ibnu Katsir, Maosoatulquranil’adzim, Yaman, 2011, Juz 3. 9. Shahih Al-Bukhori, Maosoatulhaditsunnabawy, Yaman,2011, Juz 8. 10. Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muhaqqiq: Sami bin Muhammad Salamah, jilid 8, terbitan Dar At Thoyibah, cetakan kedua, 1420 H

11. Jami’ul Bayan jilid 7.

[1] Yusuf al-Qaradhawi. 1994. Fatâwâ Mu’âshirah. Manshurah: Dar al-Wafa’. Cet. ke-3. Jilid ke-2. h. 667

[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi

[3] A. S. Hornby. 1986. Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English. London: Oxford University Press. Cet. ke-23. h. 909

[4] Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet. Ke-14. h. 657

[5] .ةكمب نورفاكلا اهيأ اي لق ةروس تلزن لاق امهنع هللا يضر سابع نبا نع هيودرم نبا جرخأ ( ) : - - :روثنملا ردلا رظنا :

8 /

654 .

[6] تبثأ ام حيحصلاو ،دسلا أ يف. " " [7] عبتت له أ يف. " "

[8] بابسأ ،561 / 4 :ريثك نبا ،331 / 30 :يربطلا رظناو .362 / 1 :ماشه نبا ةريس ،قاحسإ نبا هجرخأ ) ةحفص يدحاولل لوزنلا 543

:حتفلا يف ظفاحلا لاق .( 8

(12)

: :

دبعاف لعفت مل نإف ،ءوسب اهركذت لف انتهلآ نع فك ملسو هيلع هللا ىلص يبنلل شيرق تلاق لاق سابع

.

فيعض وهو ،ىسيع نب هللا دبع فلخ وبأ هدانسإ يفو تلزنف ،ةنس كهلإ دبعنو ةنس انتهلآ. [9] بابلا ةمجرت733 / 8يراخبلا رظنا : .

[10] "ل ب يف ."

[11] :لاق امك ،ءايلا تفذحف نونلاب تايلا نل ينيد لقي ملو " " 297 / 3 :نآرقلا يناعم يف ءارفلا لاق " " "

نيفشي و نيدهي ".

[12] ،سابع نبا نع كلذ لقن فيسلا ةيآب ةخوسنم ةيلا هذهو هلوقو ب نم طقاس نيسوقلا نيب ام : : ." "

راصي لو ،نكمم امهنيب عمجلا نل ،خسنلاب اهيف لوقلل لاجم لف ،فيسلا ةيآ نيبو اهنيب ضراعت ل ةيلا هذهو ( ) . ىلع متخ هنل ،ادبأ هنوكرتت لف مكنيد مكل ةيلا ىنعمو نيتيلا نيب عمجلا رذعت دعب لإ خسنلاب لوقلا ىلإ - - ( ) هيلع هللا ىلص لوسرلا نم اوبلط مدقت امك نيكرشملا نأ كلذو ،ادبأ هكرتأ ل يذلا نيد يلو مكبولق هيلع هللا ىلص لوسرلل اسيئيتو مهلاحل انايب ةروسلا تلزنف ةنس ههلإ اودبعيو ةنس مهتهلآ دبعي نأ ملسو :يربطلا ريسفت رظنا مهناميإ يف عمطلا مدعو مهنايعأب صاخشأ ناميإ نم ملسو : . 30 / 330 - 331 خسانلا ، ) :ةحفص ،يدادغبلل خوسنملاو 161 - 162 : قبس اميف عجارو قيلعتلا عم . ( 3 / 32 ) قيلعت 1 ( .

[13] ميركلا نآرقلا ةعوسوم8 . ج564-561.ص ىوغبلا ريسفت

[14] HR. Ibnu Majah no. 4023, Ahmad no. 7571, dan Al-Hakim no. 8708.

Dinyatakan HASAN oleh Ahmad Syakir, dan SHAHIH oleh Ibnu Katsir dan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadist Ash Shahihah no. 1887 dan Shahih Al Jami’ Ash Shagir no. 3650

[15] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t. [16] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

[17] Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w. [18] Diriwayatkan bahwa beberapa orang Arab datang kepada Rasulullah s.a.w. di Madinah. lalu mereka masuk Islam, kemudian mereka ditimpa demam Madinah, karena itu mereka kembali kafir lalu mereka keluar dari Madinah. kemudian mereka berjumpa dengan sahabat Nabi, lalu sahabat menanyakan sebab-sebab mereka meninggalkan Madinah. mereka menerangkan bahwa mereka ditimpa demam Madinah. sahabat-sahabat berkata: mengapa kamu tidak mengambil teladan yang baik dari Rasulullah? sahabat-sahabat terbagi kepada dua golongan dalam hal ini. yang sebahagian berpendapat bahwa mereka telah menjadi munafik, sedang yang sebahagian lagi berpendapat bahwa mereka masih Islam. lalu turunlah ayat ini yang mencela kaum muslimin karena menjadi dua golongan itu, dan memerintahkan supaya orang-orang Arab itu ditawan dan dibunuh, jika mereka tidak berhijrah ke Madinah, karena mereka disamakan dengan kaum musyrikin yang lain.

(13)

[20] Shahih Al-Bukhori, Maosoatulhaditsunnabawy, Yaman,2011, Juz 4, hal. 169 no. 3456

[21] Al Muhalla, Ibnu Hazm, Yaman, 2011, jilid 11, hal 138

[22] Tafsir Ibnu Katsir, Maosoatulquranil’adzim, Yaman, 2011, Juz 3, hal 132

[23] Shahih Al-Bukhori, Maosoatulhaditsunnabawy, Yaman,2011, Juz 8, hal. 38 no. 6170

[24] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muhaqqiq: Sami bin Muhammad Salamah, jilid 8 hal 90, terbitan Dar At Thoyibah, cetakan kedua, 1420 H [25] Jami’ul Bayan jilid 7, hal 137 nomor 18712

Diposkan oleh Dini di 07.51 Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Kritik dan saran amat kami harapkan. Terima kasih

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Apa komentar Anda?

(14)

Arsip Blog

► 2013 (26)

▼ 2012 (22)

► Desember (1) ▼ Juli (4)

Konsep Diri

AL-QUR'AN, AS-SUNNAH DAN IJTIHAD

AYAT-AYAT AL-QURAN DAN HADITS TENTANG TOLERANSI Kenali Gejala Penyakit Lewat Mata

► April (6) ► Maret (11)

► 2011 (6)

► 2010 (11)

Mengenai Saya Foto Saya

Dini

Lihat profil lengkapku Share it

(15)

Newsletter

Apple Google Microsoft

Apple Said to Prepare Song-ID Feature for IPhone Software Bloomberg

Apple is bolstering its music offerings even as song-download sales have slowed across the industry. While the Cupertino, California-based company is the world's largest music seller through its iTunes store, customers are listening more to Internet ...

Related Articles »

'Now is the time to invest' in Apple ahead of new product launches, Morgan ... Apple Insider

A strong recommendation for Apple stock was pushed by investment firm Morgan Stanley on Thursday, which said now is the right time to invest due to low

institutional ownership, resilient iPhone sales, and anticipated upcoming product launches.

Related Articles »

Here's what Apple's CarPlay will look like in your next car The Verge

It's been a long time in the making, but Apple's CarPlay is finally here. Well, almost. At the New York International Auto Show, Apple is showing off its CarPlay integration with a handful of its automotive partners. We got a chance to take a look at ...

Related Articles »

Marissa Mayer's Secret Plan to Get Apple to Dump Google and Default to Yahoo ... Re/code

Apple has long had a good relationship with Yahoo, which Mayer hopes to further improve. Yahoo already is the default data source on the iPhone for the device's stocks and weather apps, the latter of which is a very slick and attractive piece of ... Related Articles »

(16)

Universal Converter Artikel Kita

di sini anda bisa kirim artikel Follow by Email

Powered By Blogger

powered by

Referensi

Dokumen terkait

menurunkan Kitab Taurat di dalamnya(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itudiputuskan perkara orang- orang Yahudi oleh nabi-nabi yangmenyerah diri

Hijab ini hanya berlaku pada isteri-isteri Nabi ketika mereka berbicara dengan laki- laki yang bukan muhrimnya dan ketika keluar rumah untuk suatu keperluan maka harus menutup seluruh

Setelah itu Allah Ta’ala menerangkan kebodohan orang-orang musyrik dalam pendapat mereka yang salah, yang menghalalkan bangkai-bangkai dan binatang-binatang yang disembelih

Munasabah ayat: Dalam ayat ini (S. Baqarah 2:136) Allah memerintahkan kita beriman kepada-Nya, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami (nabi), dan kepada apa yang

dan ia berupa Rahmat Allah yang terbesar untuk umat manusia dalam ayat-ayat permulaan ini Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW supaya suka membaca dan memperhatikan ayat

Seperti halnya surat, panjang pendek ayat juga sangat beragam. Dalam beberapa surat, pada umumnya surat-surat panjang, ayat-ayat pun yang panjang dan menggugah. Sedangkan

Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang cara pengelompokan dan klasifikasi ayat-ayat Al-Quran dan hadits dalam konteks agama

Hamka menambahkan dengan mengutip dari penafsiran Ibnu Kathir tersebut bahwa seruan Allah melalui utusan-Nya pada ayat kedua dalam surat ini “Aku tidaklah menyembah apa yang kamu