• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA (Studi Tematik Ayat-ayat Toleransi dalam al-Quran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA (Studi Tematik Ayat-ayat Toleransi dalam al-Quran) "

Copied!
71
0
0

Teks penuh

Pembahasan toleransi antar umat beragama merupakan salah satu topik penting yang dibahas dalam Al-Qur'an. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai prinsip dan batasan toleransi antar umat beragama yang diajarkan Al-Qur'an.

Data dan Sumber Data a. Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua kategori, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan adalah sumber-sumber yang relevan dengan topik pembahasan, seperti buku “Al-Quran, Kitab Toleransi: Inklusivitas, Pluralisme, Multikulturalisme” dan.

Teknik Pengumpulan Data

Setelah ayat-ayat tersebut terkumpul, langkah selanjutnya adalah mempelajari ayat-ayat tersebut secara mendalam dari segi kosa kata, makna, dan lain-lain. Setelah mengkaji ayat-ayat tersebut secara mendalam, kami juga menambahkan pendapat para ahli tafsir tentang ayat-ayat tersebut guna mendukung topik penelitian.

Teknik Pengolahan Data

Analisis Data

Kelengkapan mengacu pada pengumpulan data secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian.15. Ketujuh, lakukan penulisan dengan membaginya menjadi beberapa bab dan setiap bab dibagi lagi menjadi beberapa sub bab yang berfungsi menjelaskan hasil kajian dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya.

Telaah Pustaka

Buku yang ditulisnya bertujuan untuk menciptakan peradaban toleran berdasarkan pesan-pesan Al-Quran. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji apa saja prinsip dan batasan toleransi antar umat beragama yang ada dalam Al-Quran.

Sistematika Pembahasan

Bab I mendeskripsikan gambaran secara umum penelitian meliputi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan kajian, manfaat kajian,

Pengertian Toleransi

Pertama, tafsir negatif yang mengatakan bahwa toleransi hanya sekedar sikap membiarkan dan tidak menyakiti orang atau kelompok lain yang berbeda atau sama. Kedua, penafsiran yang positif, yaitu pernyataan bahwa toleransi tidak hanya sekedar membiarkan dan tidak menyakiti orang lain, tetapi harus ada bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orang atau kelompok lain.29.

Esensi Toleransi

Dalam penelitian ini penafsiran atau makna toleransi cenderung mempunyai makna yang positif yaitu tidak hanya membiarkan dan tidak merugikan orang lain, melainkan saling memberi manfaat, mengingat Islam telah membawa ajaran yang rahmatan li al-is. Dengan demikian, dalam wacana teologis, toleransi tidak lebih dari wujud keimanan yang berlaku dalam setiap tindakan umat beragama. Adanya berbagai macam manusia, suku, bangsa, merupakan indikasi bahwa setiap orang mempunyai cara hidup masing-masing sebagai pilihan sadar dalam hidupnya.

30 Aloys Budi Purnomo, Membangun Teologi Inklusif-Pluralistik (Jakarta: Kompas baca: agama atau keyakinan) sebagai hasil pilihan secara sadar tentu membutuhkan proses yang panjang, dan dipandang sebagai jalan terbaik, bahkan jalan yang benar. Setiap orang mengambil jalan yang diyakininya terbaik, meski berbeda dengan jalan orang lain, yang juga dipahami sebagai jalan yang benar baginya. Budi Munawar Rachman menyatakan, “Kita diajarkan Al-Qur’an untuk tidak terlalu yakin bahwa diri kita benar.”

Oleh karena itu, “Orang lain dituntut untuk selalu mempunyai sikap pendiam di dalam hati agar orang lain itu bisa saja benar.” 31. Dengan demikian, upaya untuk mengembangkan sikap toleransi menjadi sangat penting dan akan menjadi obat untuk menyembuhkan luka batin akibat konflik yang terjadi di masa lalu dan untuk menciptakan sikap damai dan harmonis di masa depan.

Unsur-unsur Sikap Toleransi

Al-Maraghi dalam tafsirnya terhadap ayat ini menjelaskan bahwa dalam beragama atau memeluk suatu agama tidak ada paksaan, karena keimanan harus dibarengi dengan rasa ketaatan, rasa takut dan ketundukan terhadap agama tersebut. Ayat ini juga menjadi dalil yang diperuntukkan bagi orang-orang yang sengaja memusuhi Islam, bahkan di dalam Islam sendiri ada yang berpendapat bahwa Islam akan ditegakkan melalui kekerasan. Islam tidak seperti Kristen yang memaksa orang lain untuk memeluk agama ini.34 Sayyid Qut}b menekankan dalam Tafsir Fi>D{ila>l Al-Qur'a>n bahwa Allah memuliakan manusia dalam hal kemauan, yang artinya memberikan kelonggaran dan kebebasan untuk menentukan kemauan seseorang, baik dalam memeluk suatu agama maupun dalam mensosialisasikan agama tersebut kepada orang lain.35 Dan Quraish Shihab menambahkan bahwa pemaksaan dalam beragama tidak diperbolehkan karena Allah menghendaki kedamaian dalam memeluk agama sesuai dengan istilah ' Islam'. , yaitu "damai", jadi pelukan.

Dalam mewujudkan perdamaian antar umat beragama, hal yang harus dilakukan adalah menghormati keyakinan orang lain. Meminjam dari pernyataan Budi Munawar Rachman, “Kita diajarkan oleh Al-Qur’an untuk tidak terlalu yakin bahwa kitalah orangnya. Landasan keyakinan di atas didasarkan pada keyakinan bahwa tidak benar ada orang atau kelompok yang mempunyai hak tersebut. hak untuk memaksakan kehendaknya pada orang lain.

Tidak ada satu orang atau kelompok pun yang memonopoli kebenaran, dan premis ini disertai dengan catatan bahwa keyakinan adalah urusan masing-masing individu. Tidak akan ada rasa saling menghormati jika tidak ada saling pengertian dalam ranah pluralistik.

Ayat-ayat Tentang Prinsip Toleransi Antar Umat Beragama 1. Saling Menghormati Pluralitas Manusia dan Agama

Patron yang digunakan dalam ayat ini mengandung makna timbal balik yang artinya saling mengenal, sehingga dengan keadaan seperti ini diharapkan demikian. Ayat ini berisi kisah kaum Yunus yang enggan beriman, namun cinta merekalah yang mendatangkan Allah SWT. Mengenai ayat ini Al-Qurthuby menjelaskan bahwa pada ayat di atas lafad}al-H}aqq ada pada d}amir khabar ibtida', yaitu jika diterjemahkan menjadi qul huwa al-H}aqq .

Maksud ayat ini ialah berkata, Wahai Muhammad, kepada mereka yang hatinya lupa mengingati kami: Wahai manusia. Di akhir ayat ini, kata Hamka, "manfaat manusia sebenarnya dapat dilihat dari kemajuan manusia itu sendiri. Sayyid Qut}b berpendapat dalam tafsirnya, dalam ayat ini "Kami angkut mereka di darat dan di laut".

Beliau meneruskan penjelasannya dengan menyambung ayat ini "Kami beri mereka rezeki dari kebaikan.". Berdasarkan ayat ini, Sayyid Qut}b menjelaskan: “..dan Kami lebihkan mereka keutamaan daripada majoriti.

Ayat-ayat Tentang Batasan-batasan Toleransi 1) Tidak Mempertaruhkan keyakinan

Maka ayat ini datang dengan firman Tuhan: "Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah tuhan yang aku sembah." Tuhan adalah satu-satunya. Kemudian Allah berfirman: “Dan sekali-kali kamu sekali-kali tidak…” Perkataan “kamu” dinisbahkan kepada orang-orang kafir yang tidak akan sekali-kali mengikuti syariat yang Allah berikan dalam hal beribadah kepada-Nya, bahkan mereka merancang sesuatu menurut kehendak hawa nafsu mereka. sendiri. 73 Imam Syafi'i dan ulama lain menggunakan ayat ini: "Bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku" sebagai bukti bahawa kekufuran itu satu millah.

Ayat ini memberikan larangan atau lebih tepatnya larangan atau perintah untuk tidak mencemooh orang lain, apalagi yang berbeda agama, sehingga akan menimbulkan konflik. Lebih lanjut menurutnya kata qaumun dalam ayat tersebut diartikan sebagai sekelompok atau sekelompok laki-laki atau sekelompok perempuan. Dan di bagian akhir ayat ini, menurut Imam Suyuthi, mengandung ancaman bahwa siapa pun yang melakukan hal tersebut dan tidak bertaubat, maka ia termasuk orang yang bertakwa82.

Pertama, lafad} al-di>n pada ayat ini memuat makna ajaran syariat agama yang terkandung dalam lafad} tersebut. Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada paksaan untuk masuk atau meyakini suatu agama, karena hakikatnya agama adalah petunjuk, sedangkan kekafiran adalah kesesatan.

Prinsip-prinsip Toleransi Antar Umat Beragama

Ayat ini diturunkan karena pada zaman Nabi SAW ada seorang pemuda bernama Abu Hind yang setiap hari bekerja sebagai tembaga. Para ahli tafsir mempunyai pendapat mengenai ayat ini, antara lain Hamka dan Hasbi yang sepakat yaitu tidak ada perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lainnya karena pada hakikatnya mereka mempunyai asal usul yang sama yaitu dari Adam dan Hawa. Dari penjelasan di atas, jika kita menggunakan persoalan perbedaan agama yang dijelaskan dalam surat lain (al-Baqarah: 62), bahwa Yudaisme, Kristen, Sabi'in atau bahkan Islam sendiri mempunyai kesempatan yang sama dengan yang Allah berikan selama masih ada. masih dalam batas syariat yang ditentukan pada masing-masing agama tersebut.

Zamakhshari, yang menegaskan ayat ini, menjelaskan bahawa Tuhan boleh atau tidak boleh memaksa sesuatu kaum untuk mempercayai semua ajaran yang dibawa melalui rasul-rasul-Nya kerana Tuhan berkuasa ke atas hati manusia. Quraish Shihab tersirat dalam ayat ini bahawa manusia diberi kebebasan oleh Allah untuk beriman (beriman) atau tidak kepada sesuatu. Dalam ayat tersebut, jika seseorang itu tidak beriman dengan ajaran yang diberikan Allah, maka azabnya berupa neraka, dan jika dia meminta minum, dia akan diberi air seperti besi mendidih yang boleh membakar mukanya.

Oleh karena itu penjelasan ini menunjukkan bahwa menurut penulis, kebebasan itu sangat dihargai, namun harus tetap berpegang pada petunjuk yang diberikan Tuhan. Lanjutnya: Dikatakan bahwa manusia semakin mendapat kemuliaan dari Tuhan, mengingat kemajuan yang telah dicapai manusia itu sendiri dan semakin membaik.

Batasan-batasan Toleransi Antar Umat Beragama

Mengenai ayat 6 surah al-kafirun, Imam Fakhruddin al-Razi menyatakan pendapatnya dalam tafsirnya: Ibn Abbas berkata bahawa kamu tidak beriman kepada Allah, tetapi bagi saya ada tauhid yang murni di dalamnya. 89. Selain Imam Fakhruddin, pakar tafsir seperti Ibnu Kathir berpendapat bahawa ayat ini berbicara tentang pembebasan dari segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh orang kafir (seperti menyembah berhala, tuhan dan lain-lain) serta sebagai tanda keikhlasan dalam melakukan sesuatu. diperintahkan oleh Allah. Maka Allah memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad dengan menurunkan ayat ini supaya taat kepada Allah semata-mata.

Menurut Fakhruddin, ayat terakhir surat ini mengandung tiga hal yaitu berusaha melepaskan diri dari agama lain yang artinya melepaskan apapun yang dilakukan oleh orang yang berbeda agama, namun saya sendiri tetap bertauhid hanya kepada Allah saja, ayat ini mempunyai arti dari hasr yang bagimu berarti agamamu, dan bukan bagi orang lain selain kamu, dan sebaliknya bagiku, agamaku dan bukan bagi orang lain selain kamu. Dan dalam urusan keimanan dari ayat ini kita dilarang untuk bersikap toleran bahkan kita diwajibkan untuk berusaha menguatkan keyakinan kita dengan cara melepaskan diri dari keyakinan agama orang lain sesuai dengan ayat terakhir surat ini yaitu dengan menceritakan agama saya , dan bagimu agamamu. Sebab menurut ayat ini, orang yang mengolok-olok belum tentu lebih baik dari orang yang diolok-olok.

Larangan dalam ayat ini (mengolok-olok orang lain dan mempermalukan diri sendiri) ditujukan bagi semua orang yang berbeda agama dan golongan, khususnya umat Islam. Di akhir ayat ini Allah SWT memberi tahu seluruh umat manusia, khususnya jika ada seseorang atau sekelompok orang yang melakukan hal tersebut setelah mengungkapkan ketaqwaannya.

PENUTUP

Kesimpulan

  • Prinsip-prinsip Toleransi Antar Umat Beragama dalam al-Quran Al-Quran sebagai kitab pamungkas yang diturunkan kepada umat
  • Batasan-batasan Toleransi Antar Umat Beragama dalam al-Quran Dari penelitian yang telah penulis lakukan, penulis menemukan

Saran-saran

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk pandangan Hamka dalam Tafsir Al Azhar tentang dzikir dan kesehatan mental dalam Al-Qur’an surat Ar Ra’du ayat 28 dan

penafsiran kata Isra>f menurut Hamka dan Ibnu Kathir, pada konteks apa saja Isra>f itu dimaknai dengan berlebih-lebihan, melampaui batas dan boros dalam hal apapun,

Hamka dalam menafsirkan ayat tentang Malaikat sama sekali tidak mengutip hadis- hadis yang berkaitan dengan hakikat Malaikat, sifat Malaikat, dan tugas-tugas

Quraish Shihab yang berkaitan dengan perpecahan umat dari seluruh aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Quran, kemudian dikuatkan dengan penafsiran ahli tafsir yang

Sedangkan pada ayat berikut melarang berbuat kepada non muslim yang memerangi dan mengusir, menurut al-Thabari ia adalah kafir musyrik makkah; 13 Keempat ayat di atas di

Allah pasti mengumpulkan manusia pada hari kiamat (untuk dihisab). Manusia yang merugi adalah yang tidak beriman. Pengertian dan penjelasan: Ayat diatas masih

Seluruh ustadz-ustadzah penulis mulai dari belum bisa membaca huruf hija‟iyyah hingga bisa membaca dan seluruh guru-guru penulis dari TK sampai perguruan tinggi serta semua mentor

Adapun metode pengolahan data adlah menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan menanam, meyiram, merawat dan keindahan tumbuhan, mendeskripsikan penafsiran M Quraish Shihab