LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI POLIO
I. Konsep Dasar Penyakit 1.1 Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. (Yupi S, 2004).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh, 2001).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan antigen yang berupa virus atau bakteri ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio.
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.
1.2 Jenis – Jenis Imunisasi
Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua
yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari system humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif :
1.2.1 Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang menghasilkan respons seluler dan humoral serta sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :
1.2.1.1 Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
1.2.1.2 Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
1.2.1.3 Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
1.2.1.4 Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imonogenitas antigen. 1.2.2 Imunisasi pasif
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk di dalam tubuh yang terinfeksi.
Dalam pemberian imunisasi pada anak DepKes (2000) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi salah satunya adalah imunisasi polio:
1.2.2.1 Imunisasi Polio
Virus polio termasuk dalam kelompok (sub-grup) enteri virus, famili Picomaviridae. Dikenal 3 macam serotype virus polio yaitu P1, P2 dan P3. virus ini menjadi tidak aktif apabila terkena panas, formal dehid, klorin dan sinar ultraviolet (Biofarma, 2002). Imunisasi polio digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi Polio adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi Polio antara umur 0 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi Polio melalui oral.
Cara pemberian, dosis, dan lama bertahan didalam tubuh:
a. Diberikan secara oral sebanyak 2 tetes di bawah lidah langsung dari botol tanpa menyentuh mulut bayi. Diberikan 4 x dengan interval waktu minimal 4 minggu
b. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
c. Untuk anak-anak biasanya diberi vaksin ulang sebelum pertama kali masuk sekolah, untuk orang dewasa pemberian wajibnya ketika mau bepergian ketempat yang penyakit polionya tinggi didaerah tersebut.
Kontraindikasi :
a. Pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian Polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya sedang menderita diare atau
muntah, demam tinggi >38,5˚C, maka dosis ulangan dapat di berikan setelah sembuh.
b. Pasien yang mendapat imunosupresan
Efek samping :
Pada umumnya tidak ada efek samping. Tetapi ada hal yang perlu diperhatikan setelah imunisasi polio yaitu setelah anak mendapatkan imunisasi polio maka pada tinja si anak akan terdapat virus polio selama 6 minggu sejak pemberian imunisasi. Karena itu, untuk mereka yang berhubungan dengan bayi yang baru saja diimunisasi polio supaya menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.
1.3 Cara Dan Waktu Pemberiaan Imunisasi
Di Indonesia dipakai vaksin polio yang diberikan melalui mulut. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari, dan selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersama dengan BCG. Vaksin Hepatitis B, dan DPT. Bagi bayi yang sedang menetek maka ASI dapat diberikan seperti biasa karena ASI tidak berpengaruh terhadap vaksin polio. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan DPT. Dosis 1 diberikan saat anak berusia 0-2 bulan (Biofarma, 2002).
1.4 Rantai Dingin (Cold Chain)
Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik, atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin diluar temperature yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya. vaksin polio dapat bertahan 6-12 bulan pada suhu 2-8 oC, dan 1-3 hari pada suhu 35-37 oC.
1.5 Hal – hal yang di perhatikan sebelum pemberian imunisasi
Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan perawat, orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.
1.5.1 Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit.
1.5.2 Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
1.5.3 Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
1.5.4 Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya.
1.5.5 Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
1.5.6 Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit. Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan ini sebelum imunisasi diberikan pada anak. Gali pemahaman orang tua tentang imunisasi anak. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi seluas luasnya tentang pemahaman orang tua berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan anak melalui pencegahan penyakit dengan imunisasi supaya dapat memberikan pemahaman yang tepat. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
1.6 Kontraindikasi pemberiaan imunisasi
Ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu:
1.6.1 Perubahan pada system imun yang tidak dapat memberi vaksin virus hidup.
1.6.2 Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti sitostatika, transfusi darah, dan imonoglobulin
1.6.3 Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis.
1.7 Pathway
Vaksin masuk dalam tubuh sebagai antigen
Masuk kesistem pencernaan 6 minggu setelah diberi
vaksin, Tinja akan terpapar virus polio Imunisasi Polio Oral
Resiko infeksi: - Kurang Informasi tentang
II. Rencana Asuhan Keperawatan 2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular dan menurun.
2.1.2 Pemeriksaan fisik : Data Fokus 2.1.2.1 Subjektif
a. Orang tua mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan perilaku mencegah penyakit infeksi. b. Orang tua mengekspresikan keinginan untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai standar imunisasi
c. Mengungkapkan kebigungan dan kekhawatiran ketika anak tiba-tiba mengalami hipertermi, demam, rewel. 2.1.2.2 Objektif
a. Anak gelisah
b. Pernafasan cepat dan nadi meningkat
c. Orang tua memperlihatkan perubahan psikologi (tampak bingung, cemas)
2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : Defisiensi pengetahuan keluarga (ibu) mengenai jadwal imunisasi, jenis imunisasi efek samping imunisasi berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.
2.2.1 Definisi : Ketidaktahuan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
2.2.2 Batasan karakteristik 2.2.2.1 Perilaku hiperbola
2.2.2.2 Ketidakakurata mengikut perintah 2.2.2.3 Ketidakakuratan melakukan tes 2.2.2.4 Perilaku tidak tepat
2.2.2.5 Pengungkapan masalah 2.2.3 Faktor yang berhubungan
2.2.3.1 Keterbatasan kognitif 2.2.3.2 Salah interpretasi informasi 2.2.3.3 Kurang pajanan
2.2.3.4 Kurang minat beajar 2.2.3.5 Kurang dapat mengingat
2.2.3.6 Tidak familiar dengan sumber informasi
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Defisiensi pengetahuan keluarga (ibu) mengenai jadwal imunisasi, jenis imunisasi efek samping imunisasi berhubungan dengan kurang terpajannya informasi
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil :
Tujuan : Knowledge/disease process, health behavior Kriteria hasil :
2.3.1.1 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan 2.3.1.2 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
2.3.1.3 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
2.3.2 Intervensi keperawatan : Teaching : disease process
2.3.2.1 Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang imunisasi
2.3.2.2 Jelaskan tentang efeksamping imunisasi dan gejala yang muncul
2.3.2.3 Gambarkan proses imunisasi dengan cara yang tepat 2.3.2.4 Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang
tepat
2.3.2.5 Sediakan informasi pada keluarga dan orang tua dengan cara yang tepat
III. DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, H. A & Kusuma, H. (2015). APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA. Edisi Revisi. Jilid 1.
Jogjakarta : Mediaction
Ranuh.(2005).Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta:EGC. Yupi. S. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta:EGC.
Banjamasin, Desember 2016
Preseptor akademik, Preseptor klinik,