• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENTAL_OFFICE_IN_MARGO_UTOMO_YOGYAKARTA.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENTAL_OFFICE_IN_MARGO_UTOMO_YOGYAKARTA.pdf"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

KANTOR SEWA DI MARGO UTOMO, YOGYAKARTA KANTOR SEWA DI MARGO UTOMO, YOGYAKARTA

“DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK” “DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK”

 RENTAL OFFICE IN MARGO UT

 RENTAL OFFICE IN MARGO UTOMO, YOGYAKARTAOMO, YOGYAKARTA “BASED ON BIOCLIMATIC ARCHITECTURE APPROACH” “BASED ON BIOCLIMATIC ARCHITECTURE APPROACH”

PROYEK AKHIR SARJANA PROYEK AKHIR SARJANA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Disusun Oleh : Disusun Oleh : Dea Rakasiwi Dea Rakasiwi 11512076 11512076 Dosen Pembimbing : Dosen Pembimbing : Ir.Etik Mufida, M.Eng Ir.Etik Mufida, M.Eng

JURUSAN ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2015/2016 2015/2016

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia  Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir Sarjana yang berjudul “ Kantor Sewa di Margo Utomo, Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik”. Karya ini sebagai langkah akhir dalam menempuh pendidikan kuliah dan merupakan pertanggung jawaban atas apa yang telah diterima selama masa perkuliahan, serta langkah awal penulis dalam melangkah untuk jenjang selanjutnya. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita,  Nabi Muhammad SAW.

Dalam Proses pembelajaran yang telah dijalankan penulis selama proses hingga terselesaikannya proyek akhir sarjana ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan, doa, bimbingan, dan ilmu dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Noor Cholis Idham, S.T., M.Arch, Ph.D, IAI  selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.

2. Ibu Ir.Etik Mufida, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing, terima kasih telah mencurahkan waktu, tenaga, ilmu, dan kesabarannya dalam membimbing kami. Ibu adalah seorang guru serta orang tua penulis selama perkuliahan dan proses penyusunan proyek akhir sarjana.

3. Ibu Ir.Hastuti Saptorini , M.A., selaku Dosen Penguji. Terima kasih atas bimbingan, kritik, saran, dan ilmu yang telah banyak diberikan kepada kami sehingga kami mendapatkan pandangan lebih dalam menyusun proyek akhir sarjana agar menjadi lebih baik.

4. Ibu Johanita Anggia Rini, S.T., M.T., selaku koordinator PAS. Terima kasih atas informasi yang telah ibu berikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan proyek akhir sarjana ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Arsitektur FTSP UII dan Jajaran Petugas Jurusan, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih ilmu dan pengalaman yang bapak/ibu berikan kepada kami. Semoga ilmu

(7)

dan pengalaman tersebut menjadi amal ibadah bapak/ibu sekalian, serta  bermanfaat kepada kami.

6. Papah Eri Kustari & Mamah Mariasih,  sebagai orang tua tercinta. Terima kasih atas doa, dukungan, tenaga, dan materiil yang papah dan mamah berikan, terima kasih telah menjadi orang tua yang memberikan kebebasan dalam bertindak dan berpikir kepada penulis, sehingga penulis mempunyai pertanggung jawaban atas perbuatannya secara dewasa. Semoga papah dan mamah diberikan kemudahan dan kekuatan dalam setiap urusan dan dalam lindungan serta ridho Allah SWT.

7. Gadis Saktika (Adis), sebagai adik tercinta. Terima kasih atas doa, dukungan, dan senyuman maupun “kejudesannya”. Semoga engkau diberikan kemudahan dan kekuatan dalam setiap urusannmu dan dalam lindungan serta ridho Allah SWT.

8. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan satu bimbingan, Aulia, Kholid, Tantri, dan teman-teman satu grup evaluasi, Kiki, Meli, Dinar, Arep, Galuh, Ikah, Dira  . Semoga apa yang kita kerjakan ini menjadi  bermanfaat untuk kedepannya.

9. Terima kasih kepada sahabat selama perkuliahan, Faiz Abiyoso, M.

Choirul Anas. Terima kasih telah menjadi teman penulis selama

 perkuliahan dan semoga seterusnya. Amin

10. Terima kasih kepada sahabat selama perkuliahan yang lain, Endra

Dewatama, Rahmadian Ade. Terima kasih telah menjadi teman penulis

selama perkuliahan dan semoga seterusnya. Amin

11. Teman Archieleven (Arsitektur 2011), (Arsitektur 2012). Terima kasih

kalian telah menjadi teman penulis selama perkuliahan

12. Teman selama studio PAS berlangsung, Bang Dani, Ganang, Mas Beni, Beata, Aziz, Wan Habib. Semoga waktu yang kita habiskan di studio menjadi berkah selanjutnya. Amin

13. Teman BIMA (IPA 5). Terima kasih teman semasa SMA yang sampai sekarang masih tetap keep in touch walaupun dalam dunia maya maupun  berkumpul satu tahun sekali.

(8)

14. Bapak Sarjiman  selaku petugas studio PAS. Terima kasih pak atas waktu dan tenaganya.

15. Untuk calon istriku dan anakku tercinta, semoga ketika kalian melihat karya ini kalian telah menjadi doa dan harapan calon suami dan ayahmu ini sebelum kita dipersatukan. Kita harus menjadi keluarga yang hangat dan keren. Amin

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan proyek akhir sarjana ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan guna penyempurnaan Proyek Akhir Sarjana ini. Akhir kata, semoga laporan Proyek Akhir Sarjana ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk Proyek Akhir Sarjana yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 25 Juli 2016

(9)

ABSTRAK

Kantor Sewa di Margo Utomo, Yogyakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik

Oleh : Dea Rakasiwi

11512076

Investasi dikota Yogyakarta dinilai menarik oleh beberapa kalangan, kemudian  pemerintah kota Yogyakarta membuka lebar untuk berinvestasi terutama dibidang sektor

telekomunikasi. Yogyakarta menduduki peringkat ke enam dalam kemudahan kota untuk memulai bisnis property. Pertumbuhan ekonomi Yogyakarta meningkat dari tahun 2010-2014 terutama dibidang komunikasi dan real estate. Yogyakarta dikenal sebagai kota pariwisata sehingga akan mudah mendirikan bisnis parawisata di Yogyakarta. Margo Utomo adalah jalan yang memiliki nilaihistorical di Yogyakarta sehingga sangat cocok menjadi business district , dan fasilitas-fasilitas yang terpenuhi. Dalam isu lingkungan Indonesia adalah importir BBM terbesar kedua didunia, dan konsumsi minyak di Indonesia tahun 2025 selisihnya mencapai 2,5 juta barel  perhari, dan itu banya digunakan untuk tenaga bangunan. Sehingga bioklimatik adalah sebuah

strategi desain untuk mengurangi energi bangunan terutama dalam energi opersional bangunan, sehingga cocok untuk diterapkan dibangunan kantor sewa. Metode yang digunakan dalam  penulisan proyek akhir sarjana ini adalah menggunakan metode problem seeking  oleh William

Pena. Dalam metode tersebut penulis melihat permasalahan yang ada kemudian diarahkan menjadi persoalan desain yaitu persoalan tata ruang, gubahan massa, dan selubung bangunan. Setelah mendapatkan persoalan desain setelah itu pemecahan persoalan desain dengan menganalisis yang kemudian di synthesis  menjadi konsep bangunan. Konsep bangunan kantor sewa ini adalah efisiensi dalam perancangan ruang yang dijabarkan dengan penggunaan koridor yang menjadi pembatas aktifitas sehingga tidak ada ruang terbuang, unit kantor ditempatkan dalam sisi luar di bangunan, lalu selaras dengan pattern  bangunan kawasan di Margo Utomo namun tetap kontras sebagai bangunan komersial. Massa bangunan yang menggunakan self shading, dan penggunaan shading  sesuai dengan arah mata angin bangunan sehingga sinar matahari langsung tidak dapat masuk ke bangunan dan terpantulkan menjadi daylighting sebagai sumber pencahayaan kantor. Evaluasi bangunan menggunakan software  ecotech untuk mendapatkan data daylighting  yang masuk dalam bangunan, kemudian software  excel untuk mendapatkan data efisiensi koridor, dan perhitungan manual untuk menghitung cooling load . Kata kunci : Kantor Sewa, Bioklimatik, Margo Utomo.

(10)

ABSTRACT

Kantor Sewa di Margo Utomo, Yogyakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik

Oleh : Dea Rakasiwi

11512076

 Investment in Yogyakarta are rated by some quarters, the Yogyakarta City Government then opens wide to invest mainly in the telecommunications sector. Yogyakarta was ranked the sixth in the city to ease of starting a business property. Yogyakarta's economic growth increased  from 2010-2014, particularly in the field of communications and real estate. Yogyakarta is known as the city of tourism so that it will easy set up business tourism in Yogyakarta. Margo Utomo is the path value is historical in Yogyakarta so that it fits perfectly into business district, and  facilities that are met. Environmental issues in Indonesia is the world's second largest importer of FUEL, and oil consumption in Indonesia by 2025 the difference reached 2.5 million barrels per day, and it's only used to power the building. So bioclimatic is a strategy energy building design to reduce energy operating primarily in the building, making it suitable for the applied in rental office lease. The methods used in the writing of the final Bachelor's degree project this is using the method of the problem seeking by William pena.  In these methods the author look at existing  problems later in the point at issue, namely design issues into spatial composition of mass, and the veil of the building.  After getting the design issues after that solving problems by analyzing the design that later became the synthesis concept of the building. The concept of office building lease are efficiencies in the design space described with the use of corridors that bordered activity so there is no wasted space, office units are placed in the outer side in the building, and then aligned pattern with the building department at Margo Utomo but still contrasts as commercial buildings. Mass buildings that use self shading, and the use of shading in accordance with the cardinal directions of the building so that direct sunlight can not enter the building and bounced into daylighting as office lighting source. Evaluation EcoTech building using software to get the data daylighting included in the building, then excel software to get the data efficiency of the corridor, and the manual calculation to calculate the cooling load.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

CATATAN DOSEN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. Kata Pengantar ... v

Abstrak ... viii

Abstract ...ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

BAB 1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Yogyakarta ... 1

1.1.2 Kebutuhan Kantor Sewa ... 2

1.1.3 Business Districk Margo Utomo ... 3

1.1.4 Konsumsi Energi Terhadap Bangunan ... 4

1.1.5 Arsitektur Bioklimatik Untuk Mereduksi Energi ... 6

1.1.6 Kesimpulan Latar Belakang Permasalahan ... 6

1.2 Rumusan Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 7

1.4 Lingkup Pembahasan ... 8 1.5 Metode Perancangan ... 8 1.5.1 Problem Seeking ... 9 1.5.2 Problem Solving... 10 1.5.3 Design... 11 1.6 Kerangka Berpikir ... 12 1.7 Keaslian Penulisan ... 13

BAB 2 Penulusuran Persoalan ... 16

2.1 Kajian Konteks Margo Utomo ... 16

(12)

2.1.2 Pemilihan Lahan, Kondisi Lahan & Data Ukuran Lahan ... 18

2.1.3 Peraturan Bangunan & Data Iklim ... 19

2.1.4 Kajian Arsitektur Infill ... 23

2.1.5 Pendekatan Arsitektur Infill... 23

2.2 Kajian Tipologi Fungsi Kantor Sewa & Preseden ... 25

2.2.1 Definisi Kantor Sewa ... 25

2.2.2 Definisi Efisiensi Terhadap Kantor Sewa ... 25

2.2.3 Jenis Kantor Sewa ... 26

2.2.4 Kantor Sewa Berdasarkan Bentuk Usaha Penyewa ... 26

2.2.5 Klasifikasi Kantor Sewa Berdasarkan Jumlah Penyewa ... 27

2.2.6 Gedung kantor Sewa Berdasarkan Kelasnya ... 27

2.2.7 Klasifikasi Modul Ruang Sewa ... 28

2.2.8 Jenis Ruangan Kantor ... 29

2.2.9 Bentuk Tata Ruang Kantor ... 40

2.2.10 Standar Tata Ruang Kantor & Massa Bangunan ... 41

2.2.11 Standar Pencahayaan Dalam Ruang Kantor ... 46

2.2.12 Preseden Kantor Sewa ... 47

2.3 Kajian Arsitektur Bioklimatik & Preseden ... 49

2.3.1 Definisi Arsitektur Bioklimatik ... 49

2.3.2 Paparan Teori Arsitektur Bioklimatik ... 49

2.3.3 Pencahayaan Alami ... 50

2.3.4 Kontrol Thermal... 52

2.3.5 Rancangan Pasif Daerah Tropis Basah ... 54

2.3.6 Kontrol Iklim Mikro ... 55

2.3.7 Strategi Ventilasi ... 55

2.3.8 Strategi Shading device ... 58

2.3.9 Kesimpulan Kajian Bioklimatik ... 60

2.3.10 Preseden Bangunan Bioklimatik ... 60

2.4 Kesimpulan Kajian ... 63

2.4.1 Peta Problematika ... 63

2.4.2 Data Klien & Property Size ... 65

(13)

3.1 Analisis dan Konsep Tata Ruang Kantor Sewa ... 70

3.1.1 Analisis Kegiatan Pengguna Kantor Sewa ... 71

3.1.2 Property Size ... 71

3.1.3 Analisis Efisiensi Ruang Kantor ... 71

3.1.4 Analisis Efisiensi Pada Zonasi Ruang Kantor Sewa ... 73

3.1.5 Analisis Daylighting Pada Zonasi Ruang ... 76

3.1.6 Synthesis dan Konsep Ruang ... 77

3.2 Analisis dan Konsep Massa Kantor Sewa ... 78

3.2.1 Analisis Massa Terhadap Bangunan Heritage ... 78

3.2.2 Analisis Pemanfaatan Daylighting Pada Massa Kantor ... 79

3.2.3 Synthesis dan Konsep Massa ... 85

3.3 Analisis dan Konsep Selubung Bangunan ... 85

3.3.1 Analisis Perangkat Pembayangan dan Selubung Bangunan dan Bukaan 85 3.3.2 Synthesis dan Konsep Selubung ... 87

BAB 4 Hasil Rancangan Skematik & Pembuktiannya ... 89

4.1 Rancangan Skematik ... 89

4.1.1 Rancangan Skematik Kawasan Tapak ... 89

4.1.2 Rancangan Skematik Bangunan ... 89

4.1.3 Rancangan Skematik Selubung Bangunan ... 91

4.1.4 Rancangan Skematik Interior Bangunan ... 92

4.1.5 Rancangan Skematik Sistem Struktur ... 93

4.1.6 Rancangan Skematik Akses Diffabel dan Keselamatan Bangunan 93 4.1.7 Rancangan Skematik Sistem Utilitas ... 95

4.1.8 Rancangan Skematik Detail Arsitektural Khusus ... 95

4.2 Hasil Pengujian Rancangan ... 96

4.2.1 Evaluasi Lux Daylighting Dalam Ruang Dalam ... 96

BAB 5 Hasil Pengembangan Rancangan & Pembuktiannya ... 99

5.1 Pengembangan Rancangan ... 99

5.1.1 Property Size, KDB, KLB ... 99

5.1.2 Program Ruang ... 104

(14)

5.1.4 Rancangan Bangunan Kantor Sewa ... 106

5.1.5 Rancangan Interior Bangunan Kantor Sewa ... 109

5.1.6 Rancangan Sistem Struktur ... 109

5.1.7 Rancangan Sistem Utilitas ... 110

5.1.8 Rancangan Sistem Akses Diffabel & Keselamatan Bangunan .... 110

5.2 Hasil Pengujian Rancangan ... 111

5.2.1 Evaluasi Lux Daylighting Dalam Ruang Dalam ... 111

5.2.2 Evaluasi Luas Koridor Sebagai Konsep Efisiensi ... 112

5.2.3 Evaluasi Cooling load ... 113

BAb 6 Evaluasi Rancangan ... 115

6.1 Kesimpulan Review Evaluatif Pembimbing dan Penguji ... 115

6.1.1 Operator Bangunan ... 115

6.1.2 Konsep Parkir ... 115

6.1.3 Jumlah Unit Kantor Sewa ... 115

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Yogyakarta 2014 ... 17

Tabel 2 Luas wilayah menurut kelurahan di kecamatan Jetis 2014 ... 17

Tabel 3 Perda RTRW No.2 Tahun 2010 ... 19

Tabel 4 Ukuran Standar Ruang Kantor ... 45

Tabel 5 Jenis-Jenis Shading... 58

Tabel 6 Property Size ... 68

Tabel 7 Efisiensi Ruang Kantor ... 73

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Blockplan Kawasan Jetis, (stupa 7) ... 3

Gambar 2 Peta Pemanfaatan Pola Ruang Kec. Jetis ... 4

Gambar 3 Kawasan Margo Utomo dan Sekitarnya... 4

Gambar 4 Proyeksi Konsumsi Energi Menurut Sektor Tahun 1950-2030... 5

Gambar 5 Metode Perancangan William Pena ... 8

Gambar 6 Kerangka Berpikir ... 12

Gambar 7 Lokasi site Terpilih ... 16

Gambar 8 Peta Pemanfaatan Pola Kec. Jetis, Yogyakarta ... 16

Gambar 9 Peta Site Terpilih di Jalan Margo Utomo ... 18

Gambar 10 Peta Ukuran Site ... 19

Gambar 11 Suhu Udara Kota Yogyakarta ... 20

Gambar 12 Kelembaban Udara Kota Yogyakarta ... 21

Gambar 13 Curah Hujan Kota Yogyakarta ... 21

Gambar 14 Kecepatan Angin Kota Yogyakarta ... 22

Gambar 15 Sunchart Kota Yogyakarta ... 22

Gambar 16 Bangunan Sekitar Jalan Margo Utomo ... 24

Gambar 17 Skema fasad bangunan heritage oleh MVRDV Architect... 24

Gambar 18 Jenis Ruang Kerja Terbuka ... 29

Gambar 19 Aksonometri Jenis Ruang Kerja Terbuka ... 29

Gambar 20 Aksonometri Jenis Ruang Tim ... 30

Gambar 21 Aksonometri Ruang Tim ... 30

Gambar 22 Tipe Ruang Cubicle ... 31

Gambar 23 Jenis Ruang Kantor Pribadi ... 31

Gambar 24 Denah Ruang Kantor Bersama ... 32

Gambar 25 Aksonometri Ruang Kantor Kamar ... 32

Gambar 26 Jenis Ruang Touch Down ... 33

Gambar 27 Jenis Ruang Pertemuan Kecil ... 33

Gambar 28 Suasana Ruang Meeting Terbuka... 34

Gambar 29 Jenis Ruang Pertemuan Besar Terbuka ... 34

(17)

Gambar 31 Jenis Ruang Filling ... 35

Gambar 32 Jenis Ruang Filling... 35

Gambar 33 Jenis Ruang Fotocopy ... 36

Gambar 34 Jenis Ruang Email... 36

Gambar 35 Jenis Ruang Pantry ... 37

Gambar 36 Jenis Ruang Istirahat ... 37

Gambar 37 Jenis Ruang Loker ... 38

Gambar 38 Perspektif Ruang Merokok ... 38

Gambar 39 Jenis Ruang Perpustakaan ... 39

Gambar 40 Jenis Ruang Hiburan ... 39

Gambar 41 Jenis Ruang Tunggu ... 40

Gambar 42 Ilustrasi Ruang Kantor Single Loaded  dan Panjang ... 41

Gambar 43 Ilustrasi Ruang Kantor Double Loaded ... 41

Gambar 44 Ilustrasi Ruang kantor Three Row Layout ... 41

Gambar 45 Ilustrasi Ruang Kantor Tanpa Koridor ... 42

Gambar 46 Ilustrasi Ruang Kantor Kecil ... 42

Gambar 47 Ilustrasi Ruang Kantor Kombinasi ... 43

Gambar 48 Standar Ukuran Peralatan Kerja ... 43

Gambar 49 Potongan Perkantoran Dengan kegiatan komunal ... 45

Gambar 50 Tipologi Massa Bangunan Kantor ... 46

Gambar 51 PH Midtown ... 47

Gambar 52 Potongan Lantai PH Midtown ... 48

Gambar 53 Ground Floor PH Midtown ... 48

Gambar 54 Lantai Parki PH Midtown ... 48

Gambar 55 Lantai Kantor PH Midtown ... 48

Gambar 56 Ilustrasi Pencahayaan Alami ... 51

Gambar 57 Tiga Tingkatan bangunan sustainable menurut Nobert Lechner ... 52

Gambar 58 Suhu Nyaman dan Batasan Suhu Nyaman ... 53

Gambar 59 Distribusi Sensasi Termis dari Seluruh Responden ... 54

Gambar 60 Development of Natural and Mechaninal Ventilation System ... 55

Gambar 61Ilustrasi Ventilasi Horizontal ... 56

(18)

Gambar 63 Ilustrasi Ventilasi Silang (Horizontal) Hasil Penelitian dari Texas

Engineering Experiment Station ... 57

Gambar 64 Ilustrasi Ventilasi Silang (Vertical) yang Mengalirkan Udara Dari .. 57

Gambar 65 Proyeksi Jenis Shading Overhang ... 59

Gambar 66 Skema Potongan Untuk Penerapan Shading Terhadap Sinar Matahari Langsung ... 59

Gambar 67 RB12 Offices ... 60

Gambar 68 Gambaran Suhu Bangunan ... 61

Gambar 69 Denah Lantai RB12 ... 61

Gambar 70 Modul kaca fasade RB12 ... 61

Gambar 71 Potongan Parsial Fasad depan ... 62

Gambar 72 Peta Permasalahan... 63

Gambar 73 Peta persoalan ... 64

Gambar 74 Presentase Luasan Lantai Berdasarkan Fungsi ... 68

Gambar 75 Skema Kajian Konsep Bangunan Kantor Sewa ... 70

Gambar 76 Analisis Kegiatan Pengguna Kantor ... 74

Gambar 77 Hubungan Antar Ruang ... 75

Gambar 78 Organisasi Ruang ... 76

Gambar 79 Diagram Penerimaan Daylighting Dalam Satu Tahun ... 77

Gambar 80 Konsep Ruang yang Efisien dan Dapat menerima Daylighting ... 78

Gambar 81 Analisis Pattern Heritage Pada Kantor Sewa ... 79

Gambar 82 Sunchart Kota Yogyakarta ... 79

Gambar 83 Sudut Pembayangan Massa Awal Pada Bulan Desember jam 09:00 80 Gambar 84 Sudut Pembayangan Massa Awal Pada Bulan Desember jam 12:00 80 Gambar 85 Sudut Pembayangan Massa Awal Pada Bulan Desember jam 15:00 81 Gambar 86 Sudut Pembayangan Massa Awal Pada Bulan Juni Jam 09:00 ... 81

Gambar 87 Sudut Pembayangan Massa Awal Pada Bulan Juni Jam 12:00 ... 81

Gambar 88 Sudut Pembayangan Massa Awal Pada Bulan Juni Jam 15:00 ... 82

Gambar 89 Perspektif Massa Kantor Sewa Pada Sisi Barat-Selatan di Bulan Desember Jam 09:00 ... 82

Gambar 90 Perspektif Massa Kantor Sewa Pada Sisi Barat-Utara di Bulan Desember Jam 12:00 ... 83

(19)

Gambar 91 Perspektif Massa Kantor Sewa Pada Sisi Timur di Bulan Desember

Jam 15:00 ... 83

Gambar 92 Perspektif Massa Kantor Sewa Pada Sisi Barat-Selatan di Bulan Juni Jam 09:00 ... 83

Gambar 93 Perspektif Massa Kantor Sewa Pada Sisi Barat-Utara di Bulan Juni Jam 12:00 ... 84

Gambar 94 Perspektif Massa Kantor Sewa Pada Sisi Timur di Bulan Desember Jam 12.00 ... 84

Gambar 95 Massa Ideal dan Kontekstual Kantor Sewa Margo Utomo ... 85

Gambar 96 Ilustrasi Pemakaian Shading Devices Pada Massa Arah Barat Bulan Juni Jam :15:00 ... 86

Gambar 97 Ilustrasi Pemakaian Shading Devices Pada Massa Arah Utara Bulan Juni Jam 12:00 ... 86

Gambar 98 Ilustrasi Shading Devices Pada Massa Arah Timur Bulan Desember Jam 09:00 ... 86

Gambar 99 Ilustrasi Shading Devices Pada Massa Arah Selatan Bulan Desember Jam 15:00 ... 87

Gambar 100 Synthesis Selubung Bangunan Arah Utara & Barat ... 87

Gambar 101 Synthesis Selubung Bangunan Arah Selatan & Timur ... 88

Gambar 102 Skematik Siteplan Kantor Sewa... 89

Gambar 103 Skematik Denah Kantor Sewa ... 90

Gambar 104 Skematik 1 Kantor Sewa ... 91

Gambar 105 Skematik 2 Kantor Sewa ... 91

Gambar 106 Skematik rancangan selubung kantor sewa ... 92

Gambar 107 Skematik Rancangan Interior Lobby ... 92

Gambar 108 Skematik Sistem Struktur Kantor Sewa ... 93

Gambar 109 Siteplan Skematik Akses Diffabel dan Tangga Darurat... 94

Gambar 110 Skematik Akses Diffabel & Keselamatan Bangunan ... 94

Gambar 111 Rancangan Skematik Sistem Utilitas Kantor Sewa ... 95

Gambar 112 Skematik Detail Selubung Kantor Sewa ... 96

Gambar 113 Uji Desain Lux Lantai Upper Ground ... 97

(20)

Gambar 115 Uji Desain Lux Lantai 2, 4, & 6... 98

Gambar 116 Uji Desain Lux Lantai 5 & 7 ... 98

Gambar 117 Hubungan Antar Ruang ... 104

Gambar 118 Organisasi Ruang ... 104

Gambar 119 Situasi Kantor Sewa Bioklimatik ... 105

Gambar 120 Siteplan Kantor Sewa Bioklimatik ... 105

Gambar 121 Lantai Upper Ground ... 106

Gambar 122 Lantai (1, 3, 5), Lantai (2, 4, 6), Lantai Semi Basement, & Lantai Basement 1... 107

Gambar 123 Potongan A-A’, & Potongan B-B’ ... 107

Gambar 124 Tampak Bangunan ... 108

Gambar 125 Detail Selubung Bangunan Kantor Sewa ... 108

Gambar 126 View Interior Lobby Kantor Sewa ... 109

Gambar 127 Aksonometri Sistem Struktur ... 109

Gambar 128 Skema Rancangan Utilitas Air Bersih & Air Kotor ... 110

Gambar 129 Skema Diffabel dan Keselamatan Bangunan ... 110

Gambar 130 Rancangan Diffabel dan Keselamatan Bangunan ... 111

Gambar 131 Hasil Pengujian Daylighting Lantai 6, 4, & 2 ... 112

Gambar 132 Hasil Pengujian Daylighting Lantai 5, 3, &1 ... 112

Gambar 133 Presentase Luasan Koridor ... 113

(21)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Yogyakarta

Investasi dikota Yogyakarta dinilai menarik. Pemkot Yogyakarta membuka lebar untuk investasi di bidang sektor unggulan yaitu pariwisata, jasa, angkutan, dan telekomunikasi, (tribunjogja.com 2015). Dengan terbukanya  peluang bisnis di Yogyakarta, dan Yogyakarta dinilai sebagi kota nomor satu dengan kemudahan memulai bisnis, serta kemudahan mendaftarkan peringkat 6 untuk usaha dan ijin pendaftaran properti, (Doing Business 2015).

Sektor ekonomi yang berkontribusi ialah sektor penyediaan akomodasi dan makan minum (12,87%), informasi dan komunikasi (10,83%), administrasi  pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (9,70%), dan real estate

(9,33), ( BPS Kota Yogyakarta 2015). Struktur ekonomi ini menempatkan sektor akomodasi dan makan minum dihasil teratas, namun ada pergerakan yang meningkat yaitu sektor Informasi komunikasi, dan real estate. Walaupun peran akomodasi dan makan minum membantu peningkatan perekonomian Yogyakarta, namun sektor real estate, dan informasi komunikasi di nilai cukup membantu kenaikan nilai ekonomi Yogyakarta.

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan wisata, termasuk usaha dalam objek wisata dan usaha yang mendukung wisata tersebut. Pariwisata didalamnya adalah usaha pariwisata, usaha pemberdayaan, objek dan daya tarik wisata serta berbagai dan jenis usaha pariwisata, (Manalo 2012). Yogyakarta selain dikenal sebagai kota pelajar dikenal juga sebagai kota  budaya dan kota wisata dengan jumlah wisatawan pada tahun 2014 mencapai 5.251.352 pengunjung, ( BPS Kota Yogyakarta 2015). Sehingga potensi terhadap usaha dalam pariwisata Yogyakarta cukup berpotensi.

Jadi adanya peluang untuk melakukan bisnis di Yogyakarta, sehingga pasar yang dibidik adalah pasar usaha pariwisata, telekomunikasi dan informasi untuk menjadi dasar dalam perancangan kantor sewa di Margo Utomo.

(22)

1.1.2 Kebutuhan Kantor Sewa

Kota Yogyakarta dari tahun 2010 hingga tahun 2014 menunjukan  peningkatan ekonomi yang baik. Salah satu sektor yang menunjukan peningkatan

setiap tahunnya yaitu sektor real estate, dari tahun 2010 dengan angka (9,22%) hingga tahun 2014 (9,33%), terutama dari segi pembangunan kantor sewa, ( BPS Kota Yogyakarta 2015). Meskipun ada penurunan angka dari tahun 2013 ke 2014, namun dengan adanya dukungan pemerintah untuk keterbukaanya kesempatan berinvestasi maka kebutuhan kantor juga akan semakin meningkat, (BPS Kota Yogyakarta 2015).

Menurut Hunt (Marlina 2008) dalam merancang kantor sewa, ada  beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu tingginya kegiatan ekonomi di wilayah tersebut, tinggi harga lahan karena keterbatasan lahan diikuti dengan kebutuhan terhadap lahan khususnya di area-area strategis. Yogyakarta mempunyai iklim investasi yang kodusif, karena pemerintah telah memberikan kejelasan dan kepastian kepada calon investor atas pemanfaatan lahan dengan Perda Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW kota Yogyakarta tahun 2010-2029 yang menjabarkan status kawasan, pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan ruang. Dan  prosedur perizinan yang mudah, (Bag. P3ADK 2015).

Maka Kantor sewa adalah solusi bagi pelaku bisnis atas keterbatasan lahan. Dengan kantor sewa, pelaku bisnis dapat mendapatkan fasilitas yang baik dengan citra bangunan yang tepat sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Lalu akan banyak para pelaku bisnis yang terwadahi dalam satu bangunan sehingga akan memudahkan interaksi satu sama lainnya sehingga memudahkan untuk pengembangan bisnis, (Ray, Tri, Mira 2013).

(23)

1.1.3 Business Districk Margo Utomo

Gambar 1 Blockplan Kawasan Jetis, (stupa 7) Sumber : Rakasiwi, stupa 7, 2016

Menurut data statistik, luas wilayah kecamatan Jetis seluas 170,3 km². Luas tersebut terbagi menjadi tiga kelurahan yaitu kelurahan Bumijo dengan luas 58 km², kecamatan Gowongan dengan luas 46 km², dan yang terakhir adalah kecamatan Cokrodiningratan dengan luas 66,3 km², (BPS Kota Yogyakarta 2015). Dengan data tersebut kecamatan Jetis tidak begitu luas di bandingkan dengan kecamatan lain, namun karena wilayahnya yang historical dan di pertegas dengan banyaknya bangunan komersial, sehingga menjadi wilayah strategis bagi  pengembangan bisnis. Dari strategisnya kecamatan Jetis terutama jalan Margo

Utomo sebagai wilayah komersial. Lalu pemerintah Kota Yogyakarta memberikan aturan rencana tata ruang bahwa daerah Margo Utomo sebagai wilayah Pusat Administrasi Kota/Kecamatan, perdagangan jasa dan pemasaran, dan pusat perhubungan dan administrasi, (Pemerintah Kota Yogyakarta 2010).

(24)

Gambar 2 Peta Pemanfaatan Pola Ruang Kec. Jetis Sumber : BAPPEDA kota Yogyakarta, 2015

Margo Utomo berada di kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Margo Utomo adalah jalan historical di kota Yogyakarta yang mempertegas garis axis antara Gunung Merapi, Kraton Yogyakarta, dan pantai laut Parang tritis. Dengan  berkembangnya ekonomi di Yogyakarta dan daya tarik Yogyakarta terhadap  pariwisata, sehingga jalan Margo Utomo menjadi daerah yang prestigious untuk mendirikan bangunan komersial terutama kantor sewa. Karena lokasi yang strategis dekat dengan fasilitas transportasi seperti stasiun Tugu, halte trans Yogyakarta, dan Malioboro sebagai pusat pedagangan dan pariwisata.

Gambar 3 Kawasan Margo Utomo dan Sekitarnya Sumber : Dokumentasi penulis. 2016

Jadi dari data yang sudah di lampirkan, menunjukan pemilihan site di daerah Margo Utomo adalah pilihan yang baik. Dan memang untuk peruntukan fungsi daerah Margo Utomo sebagai daerah bisnis.

1.1.4 Konsumsi Energi Terhadap Bangunan

Indonesia adalah importir BBM terbesar kedua di dunia, jika tidak di tangani dengan serius, Indonesia akan menduduki peringkat pertama, Sudirman

(25)

Said, (Dhani 2015). Dan di prediksi selisih angka produksi dan konsumsi minyak di Indonesia pada tahun 2025 mencapai 2,5 juta barel per hari, Indonesia Pertroleum Association, (Duta 2014). Dari data dan fakta tersebut dapat di  pastikan salah satu faktor adalah konsumsi BBM terhadap operasional bangunan untuk konsumsi listrik. Karena Indonesia adalah negara terboros energi listrik di asia, ASEAN Centre for Energy, (Chandra 2016).

Arsitek harus mempunyai perhatian khusus terdahap krisis energi di Indonesia karena terjadi degradasi antara kelangsungan lingkungan yang terjaga dan pembangunan bangunan dengan material industry, (Suryabrata -). Data yang di keluarkan oleh organisasi internasional architecture 2030, menunjukan sektor  penggunaan energi BBM terbesar pada tahun 2013 yaitu sektor bangunan yang mencapai (47%) , lebih tinggi dari sektor trasnportasi sekitar (28,1%), dan sektor industri (24,4%) (architecture2030 2015). 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 0 10 20 30 40 50 60   E n  e  r  g  y   C o  n  s  u  m  p   t   i o  n   (   Q   B   t u   ) Buildings Transportation Industry Projected

Gambar 4 Proyeksi Konsumsi Energi Menurut Sektor Tahun 1950-2030 Sumber : Architecture2030.org

Menurut (architecture2030 2015) memproyeksikan konsumsi energi menurut sektor dari tahun 1950 hingga tahun 2030, data menunjukan angka yang signifikan pada sektor bangunan. Fakta bahwa bangunan adalah sektor paling  banyak mengkonsumsi energi. Dan salah satu energi yang paling banyak menggunakan BBM ialah energi listrik, dan sub energi di dalam bangunan yang  paling banyak menggunakan listrik adalah penghawaan mekanik mencapai angka

35%, dan penerangan buatan mencapai angka 20% dari total konsumsi energi  bagi semua sektor dalam suatu bangunan (Sangkertadi 2008). Menurut

(26)

desain yang merespon lingkungan setempat. Sebagai benchmark  di Jakarta sudah mempunyai peraturan tentang green building  yang intinya mengharuskan mengefisiensi energi bangunan tersebut, sehingga tidak menutup kemungkinan Yogyakarta akan mempunyai peraturan untuk green building yang mengharuskan setiap gedung harus mampu mengefisien energi bangunannya.

Maka perlu ada strategi desain khususnya untuk mengatur iklim mikro dan mengefisiensi energi. Salah satu strategi yang baik untuk mengurangi dampak tersebut adalah penekanan arsitektur bioklimatik pada kantor sewa yang tanggap dengan iklim dan konteks sekitar.

1.1.5 Arsitektur Bioklimatik Untuk Mereduksi Energi

Bioklimatik adalah sebuah strategi desain, dimana ruang, struktur, dan konstruksinya menjamin kenyamanan bagi penghuninya namun efisien terhadap energy operasional. Penekanan yang di utamakan adalah pengurangan perangkat elektro-mekanik dan energi tak terbarukan seminim mungkin, dengan memanfaatkan potensi energi dari iklim sekitar bangunan. Yang artinya bahwa arsitektur bioklimatik menekankan dua hal yang mendasar untuk menentukan strategi desain yang tanggap lingkungan global yaitu dengan mengutamakan kenyamanan terhadap manusia sebagai penghuni dan penggunaan energi pasif. Arsitektur bioklimatik juga termasuk dalam green architecture  yang diterapkan  pada bangunan perkotaan dengan sistem alami kebutuhan ventilasi sebagai  jalannya penghawaan dan pencayahaan bangunan sebagai penerangan,

(Sangkertadi 2008).

Jadi Strategi desain yang tepat untuk menghemat energi operasional dengan menggunakan arsitektur bioklimatik. Penekanan utama pada “bentuk bangunan, arah hadap bangunan, sistem bayangan, dan ventilasi”, menurut Yeang, (Zahnd 2009).

1.1.6 Kesimpulan Latar Belakang Permasalahan

Jadi dari lampiran latar belakang permasalahan tersebut terdapat beberapa  permasalahan. Dapat disimpulkan permasalahan isu pertumbuhan ekonomi dan isu krisis energi menjadi background   untuk merancang “kantor sewa di Margo Utomo, Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur bioklimatik”. Dari isu tersebut di dapatkan sub permasalahan awal yaitu, pertumbuhan usaha informasi

(27)

telekomunikasi dan pariwisata, peluang bisnis di Yogyakarta terbuka lebar, kemudahan memulai bisnis dan perizinan mendirikan bangunan, serta keterbatasan lahan yang memicu kebutuhan kantor sewa. Sub permasalahan selanjutnya adalah business districk   Margo Utomo, yang dimana dua sub  permasalahan tersebut yang berguna sebagai dasar perancangan kantor sewa. Dan sub permasalahan yang terakhir adalah Indonesia importis BBM kedua di dunia dan terboros listrik kedua di Asia, degradai antara bangunan industrial dan lingkungan, dan konsumsi energi bangunan terhadap listrik yang implikasinya terhadap BBM, yang dimana itu sebagai dasar awal untuk menggunakan strategi desain arsitektur bioklimatik.

1.2 Rumusan Permasalahan  Permasalahan Umum

Bagaimana merancang bangunan kantor sewa dengan menggunakan strategi bioklimatik di jalan Margo Utomo untuk efisiensi energi terhadap  bangunan?

1.3 Tujuan dan Sasaran  Tujuan

• Merancang bangunan kantor sewa dengan menggunakan strategi  bioklimatik di jalan Margo Utomo yang bisa mengendalikan iklim mikro  bangunan namun kontekstual dengan kawasan Margo Utomo.

• Merancang bangunan kantor sewa sebagai banguan komersial, yang bisa menarik para pelaku bisnis untuk bisa melakukakan usaha bisnis dengan tujuan mendapatkan keuntungan bagi pelaku bisnis.

 Sasaran

• Mampu merancang kantor sewa dengan layout ruang yang efisien, sehingga memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penggunannya. • Mampu merancang kantor sewa yang menerapkan strategi bioklimatik

khususnya pengendalian iklim mikro.

• Mampu merancang kantor sewa yang kontekstual dengan kawasan Margo Utomo.

(28)

• Mampu merancang kantor sewa yang menarik para pelaku bisnis untuk usaha di kantor sewa Margo Utomo.

1.4 Lingkup Pembahasan  Lingkup Waktu

Pengembangan kantor sewa di Margo Utomo, Yogyakarta akan dilakukan dalam proyek akhir sarjana tahun ajaran 2015/2016, dengan kurun waktu Maret 2016 hingga Juni 2016.

 Lingkup Kawasan

Batasan perencanaan pada kantor sewa ini terletak di jala Margo Utomo kecamatan Jetis, Yogyakarta.

 Lingkup Arsitektural

Batasan perancangan meliputi merancangan tata ruang kantor sewa dengan menggunakan arsitektur bioklimatik sebagai tema bangunan.

1.5 Metode Perancangan

. Dalam perancangan kantor sewa di Margo Utomo akan timbul  pertanyaan-pertanyaan terkait dengan fungsi bangunan, tema bangunan, dan kontekstual bangunan terhadap bangunan, hingga kenyamanan terhadap  penggunaan. Maka metode yang digunakan untuk perancangan bersumber dari

metode perancangan William Pena.

Gambar 5 Metode Perancangan William Pena Sumber : Analisis Penulis, 2016

(29)

1.5.1 Problem Seeking

I. Metode Perumusan Permasalahan

Metode perumusan permasalahan yaitu pengumpulan data sebagai dasar mengapa dibuat kantor sewa di Margo Utomo, Yogyakarta dengan menggunakan tema bangunan bioklimatik. Berikut adalah dari isu makro yang terbagi menjadi dua isu besar, yaitu:

 Isu Ekonomi

 Pertumbuhan sector informasi & real estat  Peluan investasi di Yogykarta terbuka lebar

 Kemudahan memulai bisnis dan membangun property di Yogyakarta  Isu Lingkungan

 Indonesia importer BBM kedua didunia

 Degradasi antara bangunan industrial & lingkungan  Konsumsi Energi listrik berlebihan terhadapa bangunan

Sehingga didapatkan rumusan permasalahannya adalah : Bagimana merancang  bangunan kantor sewa dengan menggunakan strategi bioklimatik di jalan Margo

Utomo untuk efisiensi energi terhadap bangunan? II. Metode penelusuran Persoalan

Metode penelusuran persoalan yaitu studi kajian literature maupun kajian faktual yang berkaitan dengan konteks, tipologi fungsi, dan tema. Berikut adalah garis besar kajiannya:

 Kajian Konteks

 Peta penggunaan lahan & rencana pengembangan  Pemilihan lahan, kondisi lahan & data ukuran lahan  Peraturan bangunan & data iklim

 Kajian arsitektur infill  Pendekatan arsitektur infill  Kajian Tema

 Definisi arsitektur bioklimatik  Paparan teori arsitektur bioklimatik  Pencahayaan alami

(30)

 Rancangan pasif daerah tropis basah  Strategi ventilasi

 Strategishading device

 Preseden bangunan bioklimatik  Kajian Tipologi Fungsi

 Definisi kantor sewa

 Definisi efisiensi terhadap kantor sewa  Jenis kantor sewa

 Kantor sewa berdasarkan bentuk usaha penyewa  Klasifikasi kantor sewa berdasarkan jumlah penyewa  Gedung kantor sewa berdasarkan jumlah penyewa  Klasifikasi modul ruang sewa

 Jenis ruangan kantor  Tata ruang kantor

 Bentuk tata ruang kantor

 Standar tata ruang kantor & massa bangunan  Standar pencahayaan dalam ruang kantor  Preseden kantor sewa

Setelah melakukan kajian persoalan tersebut, maka didapatkan persoalan desainnya yaitu: tata ruang, tata massa, selubung bangunan.

1.5.2 Problem Solving

III. Metode Pemecahan Persoalan

Setelah didapatkan persoalan desain yang akan diselesaikan, maka pada tahapan  pemecahan persolan yaitu menganalisis apa saja persoalan desainnya. Dari tiga

variabel persoalan desain terdapat konflik-konflik yang harus dianalisis. Yaitu :  Tata ruang : Bagaimana menciptakan layout ruang yang efisien dan

mewadahi fungsi kantor Dalam memberikan potensi daylighting dapat masuk kedalam bangunan ?

 Gubahan Massa : Bagaimana merancangan bentuk massa yang merespon  bangunan cagar budaya sekitar, namun meminimalkan radiasi matahari dan

(31)

 Selubung Bangunan : Bagaimana menciptakan selubung bangunan dengan elemen-elemen perangkat pembayangan untuk mereduksi radiasi dan  pemantul cahaya langsung matahari, serta bukaan-bukaan yang

memaksimalkan daylighting ?

IV. Metode Perumusan Konsep

Metode perumusan konsep adalah konsep untuk bangunan kantor sewa  berdasarkan sintesis dari hasil analisis persoalan arsitektural yang kemudian

menjadi konsep makro maupun mikro bagi bangunan kantor sewa. 1.5.3 Design

V. Tahap Skematik

Tahapan skematik adalah desain awal yang menunjukkan hubungan antar ruang, fungsi ruang maupun desain gambar eksterior bangunan yang sudah terukur. Gambaran skematik pada kantor sewa meliputi :

 Blockplan  Siteplan  Denah  Potongan  Tampak

VI. Pengujian Desain

Uji desain untuk menguji daylighting, efisiensi ruang dan cooling load  pada kantor dengan menggunakan aplikasi ecotech 2011, dan excel.

VII. Pengembangan Rancangan

Tahapan pengembangan desain ini sudah meliputi gambar skematik yang sudah matang kemudian ditambah dengan gambar-gambar rencana yang sesuai dengan kebutuhan. Gambar rencana meliputi

 Rencana sistem struktur  Rencana utilitas

 Rencana aksesibilitas diffabel dan tangga darurat  Detail arsitektural

(32)

1.6 Kerangka Berpikir

(33)

Sumber : Analisis penulis, 2016 1.7 Keaslian Penulisan

Tipe : Proyek Akhir Sarjana  Nama : Fasnan Wismara Agni

Judul : Gedung Perkantoran Sewa di Kotabaru, Penerapan Curtain Wall-Stick System Pada Kawaasan Indische

Tahun : 2014/2015

Institusi : Universitas Islam Indonesia

Statement : Pada karya proyek akhir sarjana ini memiliki jenis fungsi yang sama namun dengan pendekatan merespon kawasan indische, dengan memperhatikan bentuk tata ruang fleksibel dan mendapatkan pencahayaan sinar matahari sebagai kontrol cahaya bangunan melalui penggunaan curtain wall-stick system. Sedangkan permasalahan yang akan diselesaikan penulis yaitu merancang dengan pertimbangan iklim sebagai aspek dasar dalam merancang bangunan  bioklimatik dengan penekanan penghematan pada penghawaan mekanik,  penerangan buatan dengan beberapa kriteria yaitu orientasi bangunan, sistem  bayangan, strategi vegetasi, strategi ventilasi, serta efisiensi ruang sebagai faktor

utama merancang bangunan komersial. Tipe : Proyek Akhir Sarjan  Nama : Fahman R. J. Salim

Judul : Apartemen dan Kantor Sewa di Yogyakarta, Penekanan pada Penataan Ruang dan Perancangan fasad Sebagai Pencahayaan alami yang Dapat Mengurangi Biaya Operasional Bangunan

Tahun : 2014/2015

Institusi : Universitas Islam Indonesia

Statement : Pada karya ini memiliki salah satu kesamaan fungsi dengan  penulis yaitu kantor sewa, namun karya ini menggunakan penekanan  pencahayaan alami melalui fasad dengan menentukan orientasi pada “optimum daylighting”. luas letak bukaan, dan shading device. Berbeda dengan apa yang akan di selesaikan oleh penulis yaitu merancang dengan pertimbangan iklim sebagai aspek dasar dalam merancang bangunan bioklimatik dengan penekanan

(34)

kriteria yaitu orientasi bangunan, sistem bayangan, strategi vegetasi, strategi ventilasi, serta efisiensi ruang sebagai faktor utama merancang bangunan komersial.

Tipe : Pra Tugas Akhir

 Nama : Fitri Arifah Purnamarini

Judul : Kantor Sewa di Surabaya Dengan pendekatan Arsitektur Hijau

Tahun : 2013

Institusi : Universitas Gadjah Mada

Statement : Pada karya pra tugas akhir ini memiliki jenis fungsi yang sama namun dengan pendekatan yang berbeda yaitu pendekatan arsitektur hijau, yang dimana penekanan pada hemat energi tanpa penekanan khusus. Sedangkan  permasalahan yang akan diselesaikan penulis lebih khusus dan menjurus sehingga mengetahui batasan-batasannya, yaitu merancang dengan pertimbangan iklim sebagai aspek dasar dalam merancang bangunan bioklimatik dengan  penekanan penghematan pada penghawaan mekanik, penerangan buatan dengan  beberapa kriteria yaitu orientasi bangunan, sistem bayangan, strategi vegetasi, strategi ventilasi, serta efisiensi ruang sebagai faktor utama merancang bangunan komersial.

Tipe : Pra Tugas Akhir  Nama : Atika Nur Fitriana

Judul : Kantor Sewa di Mega Kuningan Dengan Pendekatan Arsitektur Hemat energi

Tahun : 2013

Institusi : Universitas Gadjah Mada

Statement : Pada karya pra tugas akhir ini memiliki jenis fungsi yang sama namun dengan pendekatan hemat energi. Sedangkan permasalahan yang akan diselesaikan penulis lebih khusus dan menjurus sehingga mengetahui batasan- batasannya, yaitu merancang dengan pertimbangan iklim sebagai aspek dasar dalam merancang bangunan bioklimatik dengan penekanan penghematan pada  penghawaan mekanik, penerangan buatan dengan beberapa kriteria yaitu orientasi  bangunan, sistem bayangan, strategi vegetasi, strategi ventilasi, serta efisiensi

(35)

Tipe : Proyek Akhir Sarjana  Nama : Fahreza Ambraini

Judul : Pasar Hunian Terpadu di Kawasan Baciro dengan Pendekatan Bioklimatik Arsitektur

Tahun : 2015/2016

Institusi : Universitas Islam Indonesia

Statement : Pada proyek akhir sarjana ini memiliki fungsi yang berbeda namun dengan pendekatan yang sama. Namun kebaruan dari karya penulis adalah  pemanfaatan kantor sewa yang dengan biaya operasional energi yang tinggi namun akan dijawab dengan efisiensi energi. Dan merancang dengan  pertimbangan iklim sebagai aspek dasar dalam merancang bangunan bioklimatik dengan penekanan penghematan pada penghawaan mekanik, penerangan buatan dengan beberapa kriteria yaitu orientasi bangunan, sistem bayangan, strategi vegetasi, strategi ventilasi, serta efisiensi ruang sebagai faktor utama merancang  bangunan komersial. Sehingga karya penulis mempunyai nilai kompleksitas yang

(36)

BAB 2

PENULUSURAN PERSOALAN 2.1 Kajian Konteks Margo Utomo

Gambar 7 Lokasi site Terpilih Sumber : Penulis, stupa 7, 2016

2.1.1 Peta Penggunaan Lahan & Rencana Pengembangan

Gambar 8 Peta Pemanfaatan Pola Kec. Jetis, Yogyakarta Sumber : BAPPEDA Yogyakarta, 2015

(37)

Kecamatan Jetis adalah salah satu kecamatan dari empat belas kecamatan di Kota Yogyakarta. Menurut data statistik, luas wilayah kecamatan Jetis seluas 170,3 km². Luas tersebut terbagi menjadi tiga kelurahan yaitu kelurahan Bumijo dengan luas 58 km², kecamatan Gowongan dengan luas 46 km², dan yang terakhir adalah kecamatan Cokrodiningratan dengan luas 66,3 km² (BPS Jetis, 2015). Dengan fakta tersebut kecamatan Jetis tidak begitu luas dibandingkan dengan kecamatan lain, namun karena wilayahnya yang historical dan dipertegas dengan  banyaknya bangunan komersial sehingga menjadi wilayah strategis.

Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Yogyakarta 2014 Sumber : BPS Yogyakarta, 2015

Tabel 2 Luas wilayah menurut kelurahan di kecamatan Jetis 2014 Sumber : BPS Jetis, 2015

Menurut (Marlina 2008) salah kriteria perancangan kantor adalah tingkat aksesibilitas terhadap kantor pemerintah, area komersial dan area penting lainnya. Kawasan Margo Utomo dalam keterangan peta tata guna lahan dapat menjelaskan tingkat aksesibilitas terhadap kriteria diatas tersebut.

Jadi dari strategisnya kecamatan Jetis terutama jalan Margo Utomo sebagai wilayah komersial. Hal tersebut juga diperkuat dengan rencana fungsi pusat pemukiman kota Yogyakarta dan rencana pemanfaatan pola ruang yang pada kecamatan Jetis memang di peruntukan untuk pusat

(38)

administrasi kota, pusat perdagangan, jasa dan pemasaran, dan pusat perhubungan dan komunikasi.

2.1.2 Pemilihan Lahan, Kondisi Lahan & Data Ukuran Lahan 2.1.2.1 Pemilihan Lahan, Kondisi Lahan

Site  terpilih berada di jalan Margo Utomo, dan di sebelah utara bekas hotel tugu serta sebelah timur laut stasiun Tugu.

Gambar 9 Peta Site Terpilih di Jalan Margo Utomo Sumber : Google maps (modifikasi penulis), 2016

Batas batas site untuk setiap arah sebagai berikut: • Utara : Gedung XL lama

• Timur : Pemukiman warga • Selatan : Hotel Zurich • Barat : Jalan Margo Utomo

(39)

2.1.2.2 Data Ukuran Lahan

Gambar 10 Peta Ukuran Site

Sumber : Google Maps (modifikasi penulis), 2016

Site terpilih memiliki luas lahan 2615,05 m² , dengan kondisi kontur tanah yang relatif datar. Site terpilih mempunyai orientasi menghadap jalan pada arah  barat-timur.

2.1.3 Peraturan Bangunan & Data Iklim

2.1.3.1 Peraturan Bangunan & Gambaran Awal Luasan Lantai

Berikut adalah rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) no 2 tahun 2010 kota Yogyakarta. Peraturan tersebut mencakup aturan KDB, KLB, KDH, dan ketinggian bangunan.

(40)

Berdasarkan Perda RTRW no.2 tahun 2010, untuk aturan bangunan kantor sewa terdapat beberapa aturan, sebagai berikut:

• KDB maks : 70% • KLB maks : 4 • KDH min : 15%

• Ketinggian Bangunan (jumlah lantai) : 10 • GSB (sempadan bangunan) : 3-6-3

• RTH : 10 %

Dari data peraturan bangunan yang ada, didapatkan perhitungan yang digabungkan dengan luasan site.

• KDB : 70 % x 2615,05 m² = 1830,535 m² • KLB : 4 x 2615,05 m² = 10460, 2 m²

• Tinggi Bangunan : 10460, 2 m² / 1830,535 m² = 5,7

Sehingga didapatkan lantai efektif apabila lantainya tipikal, yaitu 6 lantai.

2.1.3.2 Data Iklim

 Suhu & Kelembaban a) Suhu Udara

Gambar 11 Suhu Udara Kota Yogyakarta Sumber : BPS Yogyakarta, 2015

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa suhu maksimal dan minimal Kota Yogyakarta mempunyai nilai rata-rata 25-27 ºC, kemudian suhu maksimal 32.7ºC di bulan Oktober dan suhu minimal 21.1 ºC di Agustus.

(41)

Gambar 12 Kelembaban Udara Kota Yogyakarta Sumber : BPS Yogyakarta, 2015

Kelembaban kota Yogyakarta untuk nilai minimal dan nilai maksimal  berkisar 37-100. Untuk bulan dengan kelembaban tertinggi secara keseluruhan rata-rata adalah bulan Januari, Februari, November, Desember yaitu 100% dan Kelembaban terendah secara keseluruhan rata-rata adalah bulan Oktober yaitu 37%.

 Curah Hujan

Gambar 13 Curah Hujan Kota Yogyakarta Sumber : BPS Yogyakarta, 2015

Dari Tabel di atas dapat dillihat bahwa bulan-bulan hujan adalah Januari hingga Juli dan November hingga Desember. Curah hujan tertinggi (MM) adalah 289 mm pada bulan Desember dan curah hujan terendah adalah 18 mm pada

(42)

 bulan Juli. Untuk hari hari hujan (HH) paling banyak dalam satu bulan jumlah hujannya adalah bulan Januari, dan paling sedikit adalah bulan Juli pada musim  penghujan.

 Arah Angin, Kecepatan Angin, & Tekanan Udara

Gambar 14 Kecepatan Angin Kota Yogyakarta Sumber : BPS Yogyakarta, 2015

Dari Tabel di atas dapat dillihat bahwa kecepatan angin maksimal adalah 15 knot pada bulan Januari dan terendah adalah 6,3 knot di bulan Mei.

 Matahari

Gambar 15 Sunchart Kota Yogyakarta Sumber : Gaisma, 2016

Sun chart berfungsi untuk menentukan sudut jatuh matahari sepanjang hari. Sun chart juga berfungsi untuk menentukan shading  dan sistem selubung  bangunan guna merespon pemanfaatan daylighting pada bangunan.

Jadi kesimpulannya adalah suhu nyaman menurut SNI (20.5ºC-27,1ºC), sehingga suhu luar di Yogyakarta tidak bisa mencapai titik nyaman

(43)

dalam rata-rata. Perlu adanya pengaturan suhu ke dalam ruangan kantor yang bisa dibuat secara passive ataupun mekanis.

2.1.4 Kajian Arsitektur Infill

Arsitektur  Infill  adalah sebuah pendekatan untuk merancang sebuah  bangunan dengan memerhatikan kondisi lingkungan sekitarnya dari aspek fisik maupun non-fisik, (Agni 2015). Menurut Brent. C. Bloin dan Keith Ray, (Wirawan 2014) , arsitektur infill  terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi dalam perancangan bangunan, yaitu proporsi fasade, material, warna, komposisi  bentu, skala dan ketinggian, dan garis sempadan.

2.1.5 Pendekatan Arsitektur Infill

2.1.5.1 Kontras

Kontras adalah salah satu strategi desain dalam pendekatan infill  yang cukup berpengaruh bagi perancangan. Diperlukan pemahaman tentang lingkungan dan kawasan sekitar sehingga dapat menemukan sisi kontras dalam kawasan tersebut.

2.1.5.2 Selaras

Selaras dalam arsitektur adalah selaras dalam bangunan baru terhadap kawasan yang mempunyai karakter yang bertujuan menjaga keselarasan pada lingkungan yang sudah ada. Pendekatan dengan tipe selaras dapat mengadopsi  beberapa kebutuhan dalam konteks kawasan seperti motif bangunan, bentuk  bangunan, pola atau irama bangunan, ornament  dll.

(44)

2.1.5.3 Heritage di Margo Utomo

Gambar 16 Bangunan Sekitar Jalan Margo Utomo Sumber : Google Maps, 2016

Gambar diatas menunjukkan eksisting bangunan heritage  yang ada di kawasan Margo Utomo. Terlihat bahwa pattern  repetitif yang ditampilkan pada kolom, shading, dan sirip-sirip sangat kuat untuk membentuk massa dan fasad  bangunan.

Gambar 17 Skema fasad bangunan heritage oleh MVRDV Architect

Sumber : http://www.dezeen.com/2016/04/20/crystal-houses-amsterdam-chanel-store-mvrdv-glass-facade-technology/

(45)

Pada gambar diatas menunjukkan bangunan eksisting dengan latar  belakangheritage. Kemudian direnovasi oleh sang arsiteknya yang menunjukkan sisi kontras dengan penggunaan material kaca yang bergradasi, dan menyelaraskan dengan menggunakan bentuk yang aslinya namun dengan material kaca bukan dengan material yang asli pada bangunan tersebut.

Jadi penulis menganalisis bahwa sesungguhnya penggunaan metode kedua yaitu selaras dan kontras dalam merancang kantor sewa dengan latar belakang heritage dapat digunakan. Alasan penggunaan metode keduanya adalah agar tetap mendapatkan dua poin yang diharapkan yaitu tetap menangkap karakteristik sekitar namun tetap menonjolkan sisi bangunannya sebagai bangunan komersial.

2.2 Kajian Tipologi Fungsi Kantor Sewa & Preseden 2.2.1 Definisi Kantor Sewa

Menurut pusat bahasa (Ray, Tri, Mira 2013) kantor adalah balai (gedung, rumah, ruangan) tempat mengurus pekerjaan atau tempat bekerja, sedangkan sewa adalah meminjam atau membayar karena memakai sesuatu. Menurut Hunt (Marlina 2008), kantor sewa adalah bangunan yang mewadahi transaksi bisnis dengan pelayanan secara profesional. Menurut (Marlina 2008) ruang kantor sewa didalamnya terdiri dari ruang-ruang dengan fungsi yang sama, yaitu ruang kantor dengan status sewa atas ruang yang digunakannya.

2.2.2 Definisi Efisiensi Terhadap Kantor Sewa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), efisiensi adalah ketepatan dalam menjalankan dan menempatkan sesuatu sehingga dapat menghemat biaya dan tenaga. Menurut (Hidayatullah 2014), efisiensi adalah  penggunaan sumber daya yang minimum untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Efisiensi dapat dievaluasi dengan penilaian relative, membandingkan masukan dan luaran yang diterima.

Sehingga efisiensi terhadap kantor sewa adalah pencapaian kualitas dan kuantitas ruang yang maksimum dengan keadaan luasan lahan kantor dalam gedung kantor yang minimum.

(46)

2.2.3 Jenis Kantor Sewa

Dalam sebuah usaha diperlukan sebuah kantor untuk mewadahi kegiatannya, kemudian dalam pengembangan bisnis selalu berkaitan dengan kantor yang digunakan dan jenis-jenisnya. Sehingga menurut (Agni 2015) terdapat beberapa jenis kantor yang berfungsi sebagai ruang pengembangan suatu usaha, yaitu :

2.2.3.1 Kantor Pusat

Kantor pusat menandakan suatu kantor inti dalam sebuah organisasi  perusahaan. Biasanya kantor pusat adalah pusat dari pengelolaan keseluruhan

organisasi bisnis tersebut. Kantor sewa biasanya terdapat di kota besar atau kota  pusat ekonomi.

2.2.3.2 Kantor Cabang

Kantor cabang adalah kantor pembantu yang mengurus bisnis suatu  perusahaan di suatu daerah. Kantor pembantu berkedudukan dibawah kantor  pusat, dan lokasinya berada di kota-kota berkembang suatu negara.

2.2.3.3 Kantor Perwakilan

Kantor perwakilan merupakan kantor pembantu namun tidak memiliki kewenangan untuk mengatur bisnis suatu perusahaan namun hanya membantu mengurus masalah administrasi suatu kantor.

2.2.4 Kantor Sewa Berdasarkan Bentuk Usaha Penyewa 2.2.4.1 Kantor untuk usaha sejenis (Single used building)

Kantor yang disewakan untuk usaha atau perusahaan sejenis. Hal ini karena kecenderungan suatu perusahaan yang mengelompok, karena kecenderungan ingin berhubungan satu sama lain.

2.2.4.2 Kantor untuk usaha campuran (Mixed used building)

. Jenis kantor yang disewakan dengan jenis usaha atau perusahaan yang  berbeda. Jenis kantor ini sudah banyak ditemui, sehingga dari segi bentuk memungkinkan terjadinya hubungan antara berbagai jenis perusahaan dalam satu  bangunan, (Marlina 2008).

Jadi berdasarkan kajian diatas, maka untuk peruntukkan kantor sewa di Margo Utomo adalah jenis kantor untuk usaha campuran ( Mixed

(47)

used building). Hal ini karena disebabkan target jenis usaha yang akan diwadahi beragam seperti usaha pari wisata, dan informasi komunikasi. 2.2.5 Klasifikasi Kantor Sewa Berdasarkan Jumlah Penyewa

Menurut time-saver standars for building types (Marlina 2008) kantor sewa tujuannya adalah untuk penyewaan ruang kantor. Sesuai tujuannya, ruang-ruang dalam sebuah kantor dapat disewa oleh satu atau sejumlah penyewa sesuai kemampuan penyewa. Sebaliknya penyewa dapat menyewa satu atau beberapa unit sekaligus. Maka dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah konsumen yang menyewa ruangnya :

1. Penyewa Bangunan Tunggal

Bangunan kantor yang hanya disewa oleh satu penyewa saja dalam keseluruhan  bangunan.

2. Penyewa Lantai Tunggal

Kantor sewa yang setiap lantainya hanya dimiliki satu penyewa saja. Fungsi yang ditampung pada kantor sewa ini bisa hanya satu jenis fungsi saja atau fungsi yang  bervariasi. Untuk sistem sewa jenis ini memudahkan dalam pengelolaan  bangunan yang terkait dengan fasilitas seperti sirkulasi vertikal, penghawaan,  penerangan, dll.

3. Penyewa Lantai Majemuk

Kantor sewa yang setiap lantainya disewa oleh banyak penyewa/unit kantor. Karena dalam satu lantai disewakan banyak penyewa sehingga modul ruang sewa merupakan aspek penting pada perancangan.

2.2.6 Gedung kantor Sewa Berdasarkan Kelasnya

 Building owners and managers association international  (BOMA) menjelaskan bahwa ada tiga jenis tipe kantor berdasarkan kelasnya yaitu kelas A, B, dan C. Yang membedakannya salah satunya adalah fasilitas dalam bangunan seperti food facilities, tempat foto copy, pusat kebugaran, dan penitipan anak. Selain itu juga mencakup kualitas bangunan seperti material bangunan, kecepatan kinerja lift . Salah satu menentukan kelas pada bangunan kantor adalah kemudahan akses transportasi, taman, dan dekat pusat perbelanjaan atau pusat ekonomi. Perbandingan kantor berdasarkan kelasnya adalah kelas A (bangunan kantor kelas A biasanya mempunyai harga sewa diatas rata-rata dan bergengsi

(48)

disuatu daerah), kelas B (bangunan kantor kelas B biasanya mempunyai harga sewa rata-rata disuatu daerah), dan kelas C (bangunan kantor sewa kelas C  biasanya mempunyai harga sewa dibawah rata-rata disuatu daerah) (boma.org,

2016).

Untuk kriteria bangunan kantor kelas B adalah : a. Bangunanya di bawah kelas A

 b. Mempunyai manajemen yang baik, mempunyai tenant yang berkualitas c. Kualitas bangunan yang baik

d. Sistem pada bangunan yang baik namun bukan seperti bangunan kelas A e. Menjadi kantor target investor.

f. Bangunan yang terawat dan fungsional g. Tarif sewa yang rata-rata

Jadi dalam perancangan kantor sewa di Margo Utomo, akan memilih menggunakan kelas B karena memang target pasarnya adalah perusahaan -perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata, informasi dan telekomunikasi. Karena perusahaan tersebut biasanya bersifat regional dalam konteks Yogyakarta sehingga pemilihan kelas B dinilai cukup tepat. 2.2.7 Klasifikasi Modul Ruang Sewa

Menurut (Marlina 2008) inti dari rancangan kantor sewa adalah rancangan ruang-ruang pada modul ruang kantor sewa. Terdapat tiga jenis bentuk-bentuk ruang pada kantor sewa, yaitu :

 Small Space

Jenis modul ruang small space terdapat beberap kriteria sebagai berikut : a. Berkapasitas 1-3 orang

 b. Luas area minimal 8 m² dan maksimal 40 m²

 Medium Space

Modul ruang medium space terdapat beberapa kriteria sebagai berikut : a. Kapasitas memadai untuk grup kerja

 b. Luas area minimal 40m² dan maksimal 150m²

 Large Space

Kriteria modul ruang large space, sebagai berikut : a. Kapasitas memadai untuk banyak grup kerja

(49)

 b. Luas area di atas 150m²

2.2.8 Jenis Ruangan Kantor

Ruang kantor adalah sarana yang mendukung kegiatan kerja dalam suatu  bangunan yang digunakan oleh pekerjanya. Ada tiga macam ruang dalam kantor

adalah:

2.2.8.1 Ruangan Kerja

Aktifitas pada ruang kantor konvensional seperti membaca, menulis, kerja di dengan komputer. Berikut disertakan sembilan jenis ruang kerja general, yang masing-masing mendukung kegiatan yang berbeda.

• Kantor Terbuka

Jenis ruang kerja yang berisi lebih dari sepuluh orang, sehingga cocok untuk kegiatan berdiskusi atau berkomunikasi. Ruang ini cocok untuk pekerjaan yang relatif sedikit konsentrasi.

Gambar 18 Jenis Ruang Kerja Terbuka

Sumber : entrawood.co.za/portfolio/open-plan-office/

Gambar 19 Aksonometri Jenis Ruang Kerja Terbuka Sumber : acoustics.org/pressroom/httpdocs/155th/danielsson.html

(50)

• Ruang Tim

Jenis ruang kerja yang berisi dua sampai delapan orang untuk kerja sama tim yang menuntut komunikasi yang lebih intensif. Ruang ini cocok untuk tingkat konsentrasi tingkat menengah.

Gambar 20 Aksonometri Jenis Ruang Tim

Sumber : www.octopusinteriors.com/wp-content/uploads/Space-Plan-2-3D.gif 

Gambar 21 Aksonometri Ruang Tim

Sumber : teamofficetalk.files.wordpress.com/2013/05/layouts-space-planning.jpg • Cubicle

Jenis ruang kerja untuk satu orang. Ruang ini cocok untuk konsentrasi menengah.

(51)

Gambar 22 Tipe RuangCubicle

Sumber : www.cubesolutions.com/used_pages/used_images/UCUBE693-24766-PLAN-525.jpg

• Kantor Pribadi

Jenis ruang kerja untuk satu orang yang tertutup, dan biasanya kegiatannya bersifat rahasia. Ruang ini cocok untuk pekerjaan yang menuntut konsentrasi.

Gambar 23 Jenis Ruang Kantor Pribadi Sumber : entrawood.co.za/portfolio/open-plan-office/

• kantor bersama

Jenis ruang kerja tertutup yang diperuntukan untuk dua sampai tiga orang dengan menuntut pekerjaan kolaboratif. Pekerjaan di ruangan ini bersifat konsentrasi menengah.

(52)

Gambar 24 Denah Ruang Kantor Bersama

Sumber : troyfarrell.com/blog/post/Office-Space-vs-The-Programmer

• Tim kamar

Jenis ruang kerja yang tertutup untuk 4-10 orang. Ruang ini cocok untuk kerja sama tim yang bersifat rahasia, dan menuntut komunikasi yang intensif.

Gambar 25 Aksonometri Ruang Kantor Kamar

Sumber : binaofficefurniture.com/projects/floor-plan-example/fred3-color.jpg

• Stan studi

Jenis ruang kerja untuk satu orang dengan kegiatan jangka pendek. Ruang ini cocok untuk pekerjaan konsentrasi tinggi dan rahasia.

• Ruang lounge

Jenis ruang kerja yang bersifat lounge yang berisi dua sampai enam orang. Ruang ini cocok untuk kegiatan jangka pendek dan bersifat kerja sama tim, dan memungkinkan untuk interaksi dadakan.

• Touch down

Jenis ruang kerja terbuka untuk satu orang, dan bersifat jangka pendek yang memerlukan sedikit konsentrasi dan interaksi rendah.

(53)

Gambar 26 Jenis Ruang Touch Down Sumber :

slate.com/blogs/the_eye/2015/04/27/steelcase_s_new_brody_worklounge_office_pods_designed_   by_markus_mckenna.html

2.2.8.2 Ruang Pertemuan

Ruang pertemuan adalah ruang yang biasa digunakan untuk interaksi,  biasanya untuk pertemuan dengan relasi atau brainstroming ide. Terdapat enam  jenis ruang generik dari ruang pertemuan, dan masing masing mendukung

kegiatan yang berbeda.

• Ruang rapat kecil

Jenis ruang pertemuan tertutup berkapasitas dua sampai empat orang, cocok untuk pertemuan formal atau informal.

Gambar 27 Jenis Ruang Pertemuan Kecil Sumber : www.gsa.gov/

• Ruang rapat kecil terbuka

Jenis ruang pertemuan terbuka untuk 2-4 orang, cocok untuk pertemuan informal.

(54)

Gambar 28 Suasana Ruang Meeting Terbuka

Sumber : designcentralks.com/blog2/wp-content/uploads/2014/06/Campfire-Lounge-alight-lamp- papertable-screen-bigtable.jpg

• Ruang pertemuan besar

Jenis ruang pertemuan terbuka untuk 5-12 orang, cocok untuk pertemuan informal.

Gambar 29 Jenis Ruang Pertemuan Besar Terbuka

Sumber : https://www.jenkinslaw.org/services/room-rental/large-conference-room • Brainstroming room

Jenis ruang pertemuan tertutup untuk 5-12 orang, cocok untuk brainstroming ide dan lokakarya.

Gambar 30 Jenis Ruang Brainstorming

Sumber : graduatelifecenter.vt.edu/images/glc_c_layout.gif • Meeting point

Jenis ruang pertemuan terbuka untuk 2-4 orang, cocok untuk ad hoc, dan  pertemuan informal.

(55)

2.2.8.3 Ruang Pendukung

Ruang pendukungan adalah jenis ruang sekunder. Terdapat dua belas jenis ruang pendukung, sebagai berikut.

• Ruang filing

Jenis ruang terbuka atau tertutup untuk menyimpan file-file yang sering di gunakan.

Gambar 31 Jenis Ruang Filling

Sumber : lawfirmshelving.thestorageteam.com/wp-content/uploads/2013/03/reducing-footprint-opt-2-rotary.jpg

Gambar 32 Jenis Ruang Filling

Sumber : spacesaver.com/wp-content/uploads/2014/04/mobilej.jpg

• Ruang penyimpanan

Jenis ruang terbuka atau tertutup, ruangan ini digunakan untuk menyimpan barang barang kantor yang sering digunakan.

• Cetak & copy area

 jenis ruang terbuka atau tertutup untuk fasilitas mencetak, memindai, atau menyalin.

(56)

Gambar 33 Jenis Ruang Fotocopy

Sumber : itservices.nie.edu.sg/printing/photocopy.php

• Daerah mail

Jenis ruang pendukung terbuka atau semi-terbuka, dimana karyawan dapat mengambil atau mengirim email mereka.

Gambar 34 Jenis Ruang Email

Sumber : dehnco.com/work/in-line-config-1.cfm

• Pantry area

Jenis ruang terbuka atau tertutup dimana orang-orang dapat mengambil atau membuat minuman atau makanan mereka.

(57)

Gambar 35 Jenis Ruang Pantry

Sumber : annahape.files.wordpress.com/2010/08/denah-pantry-mewah-001.jpg

• Area istirahat

Jenis ruang semi terbuka untuk orang-orang bisa beristirahat.

Gambar 36 Jenis Ruang Istirahat

Sumber : s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/5c/5f/f5/5c5ff50c5f3caf11529fa8710af43a26.jpg

• Locker area

Jenis ruang terbuka atau semi-terbuka yan terdiri dari beberapa loker untuk meyimpan barang-barang pekerja.

(58)

Gambar 37 Jenis Ruang Loker

Sumber : schoollockers.com/media/upload/image/cms%20pages/diagram.jpg

• Ruang merokok

Jenis ruang tertutup untuk pekerja yang merokok, sehingga asap rokok yang tidak keluar ruang.

Gambar 38 Perspektif Ruang Merokok

Sumber : japan365.files.wordpress.com/2014/12/smorking_img01.jpg

• Perpustakaan

Jenis ruang tertutup atau semi-terbuka dan terdapat buku-buku bacaan yang dapat dibaca dan semi terbuka untuk orang-orang bisa beristirahat.

(59)

Gambar 39 Jenis Ruang Perpustakaan

Sumber : orig07.deviantart.net/cee2/f/2010/259/2/f/office_design__library_by_aeriim-d2yuiyo.png

• Ruang hiburan

Jenis ruang tertutup dimana orang-orang mendapatkan hiburan seperti  bermaingame.

Gambar 40 Jenis Ruang Hiburan Sumber :

s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/02/99/0f/02990f1679d6b93c995f993ddfda953c.jpg

• Ruang tunggu

 jenis ruang terbuka atau semi-terbuka, dimana pengunjung kantor dapat diterima dan menunggu karena janji mereka.

(60)

Gambar 41 Jenis Ruang Tunggu

Sumber : orig07.deviantart.net/cee2/f/2010/259/2/f/office_design__library_by_aeriim-d2yuiyo.png

• Ruang sirkulasi

Dukungan ruang untuk dan dibutuhkan untuk sirkulasi di area kantor yang menghubungan terhadap setiap ruang utama.

2.2.9 Bentuk Tata Ruang Kantor

Terdapat beberapa jenis ruang kantor yang mendukung kegiatan kantor. Berikut adalah tiga jenis bentuk tata ruang kantor, yaitu:

 Kantor Tertutup (Private Offices)

Tata ruang dengan penempatan ruang kantor yang dibagi-bagi ke dalam ruang kerja yang biasanya jenis pekerjaan yang rahasia (high confidential), (Som -).

 Kantor terbuka ( open-plan-offices)

Tata ruang kantor dengan ruangan yang besar dan ditempati oleh  banyak pegawain tanpa ada pemisah, (Som -).

 Kantor semi tertutup (semi-private)

Tata ruang kantor semi tertutup hanya berupa sekat setinggi 1,5 meter sebagai pembatas ruang, (Agni 2015).

Jadi sebagai acuan dalam perancangan kantor sewa dalam kasus ini menggunakan tipe tertutup, terbuka, dan semi tertutup karena banyaknya  jenis perusahaan yang dituju sehingga jenis sifat tata ruangnya akan

(61)

2.2.10 Standar Tata Ruang Kantor & Massa Bangunan 2.2.10.1 Standar Tata Ruang Kantor

Penataan tata ruang kantor adalah tahap yang penting, karena hal itu  berdampak bentuk bangunan, efisiensi atau penghematan, dan keberlanjutan pada sebuah kantor. Berikut adalah pola dan perbandingan luasan ruang menurut Erns  Neufert.

Gambar 42 Ilustrasi Ruang Kantor Single Loaded  dan Panjang Sumber : Neufert, Architecs’ Data

Pola ruang dengan menggunakan sistem single loaded   atau single row layout . Penataan ruang ini ekonomis dengan ruang kantor yang panjang.

Gambar 43 Ilustrasi Ruang Kantor Double Loaded  Sumber : Neifert, Architecs’ Data

Pola ruang dengan menggunakan sistem double loaded   dengan satu koridor, penataan ruang yang saling berhadapan sehingga berpotensi penerimaan cahaya alami ke koridor diantara dua sisi.

Gambar

Gambar 2 Peta Pemanfaatan Pola Ruang Kec. Jetis Sumber : BAPPEDA kota Yogyakarta, 2015
Gambar 9 Peta Site Terpilih di Jalan Margo Utomo Sumber : Google maps (modifikasi penulis), 2016
Gambar 23 Jenis Ruang Kantor Pribadi Sumber : entrawood.co.za/portfolio/open-plan-office/
Gambar 43 Ilustrasi Ruang Kantor  Double Loaded  Sumber : Neifert, Architecs’ Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Analisis dan Desain Sistem

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat faktor yang menyebabkan anak putus sekolah pada masyarakat kelurhan sipolha horisan berdasarkan wawancara dengan informan

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia |

Tanggapan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin terhadap tayangan Ini Talkshow menyatakan sesuai, baik secara keseluruhan maupun kategorisasi

biopsikososial harusnya digunakan dalam melakukan penanganan LBP kronis dan pemberian latihan pada pasien merupakan rekomendasi terbaik, akan tetapi pada prakteknya

Pemilihan alternatif rancangan modifikasi pada tahapan pengembangan menggunakan beberapa data hasil analisis, diantaranya bobot kriteria pemilihan produk (diperoleh dari

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh