• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Bauran Pemasaran Minuman Kopi Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Strategi Bauran Pemasaran Minuman Kopi Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Strategi Bauran Pemasaran Minuman Kopi Menggunakan Metode

Analytical Hierarchy Process

(AHP) dan

Technique for Order Preference by

Similarity to Ideal Solution

(TOPSIS)

(Studi Kasus pada Coffee Story Malang)

Priority Analysis of Marketing Mix for Coffee Using Analytical Hierarchy Process

(AHP) and Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)

(Study Case at Coffee Story Malang)

.

Ninik Wahyuningsih1)* , Wike Agustin Prima Dania2) , Ika Atsari Dewi2) 1)Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya 2)

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Jurusan Teknologi Industri Pertanian – Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Brawijaya Jl. Veteran No 1 Malang 65145

Email: ninik.wn@gmail.com1)* , wike_mobile8@yahoo.com2), ikamie@yahoo.com2)

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan faktor dan subfaktor yang menjadi prioritas dalam penyusunan strategi bauran pemasaran, serta untuk menentukan prioritas strategi bauran pemasaran minuman kopi di Coffee Story. Faktor yang digunakan adalah 4P (Product, Price, Place, Promotion). Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot pada masing-masing faktor dan subfaktor yang menjadi unsur penyusunan strategi bauran pemasaran. Selanjutnya digunakan metode Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) untuk menentukan prioritas startegi bauran pemasaran pada Coffee Story. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor bauran pemasaran yang menjadi prioritas utama dalam penyusunan strategi pemasaran minuman kopi pada Coffee Story adalah promosi, tempat, produk, harga dengan bobot 0.4, 0.3, 0.17, 0.13 secara berurutan. Strategi pemasaran yang menjadi prioritas bagi perusahaan yaitu melakukan pemasaran melalui brosur, website, dan media sosial dengan perolehan skor sebesar 0,62. Strategi yang menjadi prioritas terakhir adalah tidak melakukan perubahan apapun dengan skor sebesar 0,36.

Kata kunci: Pelanggan, Produk Agroindustri, Strategi pemasaran

Abstract

The purpose of this study are determine the priority factors and subfactors in arranging the marketing mix strategy and to determine the priority of marketing mix strategy for coffee at Coffee Story. Factors that have been used are 4Ps (Product, Price, Place, Promotion). Methods that have been applied in this research are Analytical Hierarchy Process (AHP) and Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). This method is used to determine the weight of each factor and subfactors as the elements of the marketing mix strategy formulation. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) is used to determine the priority of marketing mix strategy in Coffee Story. Based on the research, it can be seen that the priority in marketing mix strategy are promotion, place, product, price with the weight 0.4, 0.3, 0.17,0.13 respechively. Furthermore, the top priority for marketing strategy is marketing through brochures, website, and social media with score 0,62. On the other hand, the last prority is not to make any changes with score 0.36.

(2)

PENDAHULUAN

Kopi merupakan salah satu produk

agroindustri pangan yang digemari

masyarakat. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki oleh bahan minuman lainnya. Seiring semakin meningkatnya konsumsi kopi, banyak industri kopi yang terus bertambah, seperti cafe/coffee shop. Salah satunya adalah Coffee Story yang berlokasi di Jl. Kawi Atas No.23, Malang.

Coffee Story merupakan salah satu kafe yang menyajikan minuman kopi. Coffee Story mengusung konsep cafe, resto dan

education. Seiring dengan meningkatnya

pertumbuhan industri, maka persaingan

semakin ketat. Perusahaan perlu melakukan evaluasi strategi pemasaran yang digunakan

perusahaan untuk menciptakan strategi

pemasaran yang tepatuntuk bertahan di pasar. Coffee Story belum melakukan kegiatan

promosi secara kontinyu sehingga

mengakibatkan terjadinya penurunan

pendapatan. Masalah tersebut menuntut Coffee Story untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat untuk menaikkan pendapatan perusahaan.

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk penelitian serupa yang pernah dilakukan. Salah satunya adalah PROMETHEE. Menurut Saragih (2009), metode PROMETHEE memiliki kekurangan dalam strukturisasi permasalahan, dimana

tidak baik digunakan dalam melihat

permasalahan serta dalam sistem pembobotan kriteria, dikarenakan tidak tersedianya arahan

Pada penelitian ini akan digunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique For Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).

Metode AHP disini digunakan untuk

mendapatkan bobot pada masing-masing kriteria dan subkriteria yang digunakan dalam

penyusunan strategi pemasaran. Hasil

pembobotan dengan menggunakan metode AHP akan dibawa ke metode TOPSIS. Metode TOPSIS merupakan salah satu

metode dalam Multi Criteria Decision

Making dalam penentuan alternatif. Metode TOPSIS kelebihannya ada pada kemampuan metode tersebut dalam mencari solusi yang paling ideal dari kebutuhan masalah yang ada

(Fridian dan Ciptomulyo, 2011). Dengan

metode kedua metode tersebut strategi yang

terbaik akan terpilih untuk menjadi solusi terbaik dari masalah yang dihadapi oleh Coffee Story.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Coffee Story

yang terletak di Jl. Kawi Atas No.23, Malang. Penelitian ini dilaksanakan April 2014 sampai Agustus 2014. Pengolahan data dilakukan di

Laboratorium Komputasi dan Analisis

Sistem, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang.

Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan batasan masalah sebagai berikut:

1. Responden adalah pemilik dan manajer dimana informasi dan kepakarannya akan digunakan sebagai sumber data penelitian.

2. Penelitian tidak membahas mengenai

biaya.

3. Metode Analytical Hierarchy Process

(AHP) hanya digunakan sampai pada

tahap pairwise comparison, tidak

digunakan untuk pemilihan alternatif strategi.

4. Struktur Hirarki Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dianalisis terdiri dari tujuan, faktor, dan subfaktor, tidak mencakup alternatif strategi.

Identifikasi Variabel

Penentuan variabel yang berupa kriteria didasarkan pada empat faktor bauran

pemasaran (4P), sedangkan subkriteria

didasarkan dari Kotler (2009) yang

disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria dan Subkriteria

Kriteria Subkriteria Product (Produk) Kualitas Nama merek Keragaman Produk Ciri Price (Harga)

Harga Berdasarkan Biaya Operasional Harga Berdasarkan Jenis Produk Potongan Harga Diskon Place (Tempat) Cakupan Pemasaran Lokasi Promotion (Promosi) Promosi Penjualan Periklanan

(3)

Pemasaran Langsung Hubungan Masyarakat Tenaga Penjualan Kuesioner

Kuesioner pada penelitian ini berisi

pertanyaan terkait dengan keputusan

pemilihan strategi pemasaran. Pada penelitian digunakan dua jenis kuesioner, yang pertama untuk pembobotan AHP dan kuesioner kedua untuk pemberian skor pada metode TOPSIS.

Analisis Data Meggunakan Metode AHP

1. Penyusunan Matrik Pendapat Individu

(MPI)

MPI memiliki elemen yang

disimbolkan dengan

a

ij, yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Matriks Pendapat Individu

A1 A2 An

A1 a11 a12 a1n

A2 a21 a22 a2n

An an1 an2 ann

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala yang telah ditetapkan oleh Saaty (1988), seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Skala Penilaian

Intensitas Kepentingan

Definisi Keterangan 1 Sama Penting Kedua elemen

mempunyai pengaruh yang sama 3 Sedikit Lebih Penting Pengalaman dan penilaian sedikit memihak satu elemen dibandingkan pasangannya 5 Lebih Penting Pengalaman dan

penilaian dengan kuat memihak satu elemen

dibandingkan pasangannya 7 Sangat lebih

penting

Suatu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya terlihat

9 Mutlak

penting

Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya 2,4,6,8 Untuk kompromi antara nilai-nilai di atas Ketika diperlukan sebuah kompromi

2. Penyusunan Matrik Pendapat Gabungan

(MPG)

MPG adalah susunan matrik dengan elemen (

g

ij) berasal dari rata-rata geometrik pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10% dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik, MPG dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Matrik Pendapat Gabungan

G1 G2 Gn

G1 g11 g12 g1n

G2 g21 g22 g2n

Gn gn1 gn2 gnn

Rumus rata-rata geometrik secara umum yaitu:

g

ij =

dimana:

n = jumlah MPI yang memenuhi persyaratan

(a

ij

)

k = Elemen baris ke-I dari MPI ke-k

3. Pengolahan horizontal

Bertujuan untuk melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang persis berada satu tingkat diatas elemen tersebut, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas (Rasio Vektor Eigen), uji konsistensi, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi. Tahap perhitugan yang dilakukan pada pengolahan horizontal adalah:

- Perkalian baris (Z) atau Vektor Eigen (VE) dengan rumus:

Z

ᵢ =

i,j = 1,2,...,n

- Perhitungan Vektor Prioritas (VP)

(4)

VPᵢ =

i = 1,2,3,...,n

- Perhitungan Eigen Maks (λmaks),

dengan rumus: VA = (aij) x VA dengan VA = (VAᵢ) VB =

dengan VB = (VBᵢ)

λ

maks

=

i = 1,2,3,...,n

- Perhitungan Indeks Inkonsistensi (CI) dengan rumus:

CI=

dimana:

CI = Consistency Index λmaks =nilai eigen terbesar

n = jumlah elemen yang dibandingakan

- Perhitungan Rasio Inkosistensi (CR), dengan rumus: CR = dimana: CR = Consistency Ratio CI = Consistency Ratio RI = Random Index

Nilai RI diperoleh dari suatu eksperimen oleh

Oak Ridge National Laboratory kemudian

dikembangkan oleh Wharton School yang

diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5.Ketentuan Random Index (RI)

Ukuran matrik Nilai RI

1 0,00 2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 0,49 11 1,51 12 1,48 13 1,56 14 1,57 15 1,59

Matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi (CR) ≤ 0,1. Jika nilai CR > 0,1 maka pertimbangan yang dibuat perlu diperbaiki.

Dari hasil pembobotan kriteria melalui metode AHP, didapatkan bobot tiap kriteria yang akan digunakan dalam penilaian strategi bauran pemasaran. Penilaian ini bertujuan

untuk mengetahui kecocokan pilihan

alternatif yang akan direkomendasikan

dengan kriteria atau subkriteria. Penilaian

tersebut berupa kuesioner judgement.

Kuesioner ini memiliki 5 skala, dengan skala 1 yaitu sangat buruk, skala 2 adalah buruk, skala 3 adalah cukup, skala 4 adalah baik dan skala 5 adalah sangat baik (Arvianto, et al.,

2014). Tanggapan-tanggapan penilai

diberikan dengan nilai numerik agar

memungkinkan skor rata-rata dihitung. Skor merupakan hasil akhir suatu kriteria penilaian.

Untuk mendapatkan skor tiap kriteria

digunakan metode TOPSIS. Perhitungan

dengan metode TOPSIS digunakan

menggunakan Ms. Excel.

Secara umum prosedur TOPSIS adalah sebagai berikut:

1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi

TOPSIS membutuhkan rating kinerja setiap alternatif Ai pada setiap kriteria Cj yang ternormalisasi, yaitu:

rij =

;

dengan i = 1,2,..., m; dan j= 1,2,3,...,n dimana:

rij = matriks ternormalisasi [i] [j] xij = matriks keputusan [i] [j] 2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot

Solusi ideal positif A+ dan solusi ideal negatif A- dapat ditentukan berdasarkan rating bobot ternormalisasi (yij)sebagai:

yij = wᵢ rij;

(5)

dimana:

yij = matriks ternormalisasi terbobot wi = vektor bobot ke-i

3. Menentukan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif

Solusi ideal positif (A+ ) dihitung berdasasrkan:

A

+

= (y

1+

, y

2+

, ...y

n+

);

Solusi ideal negaif (A- ) dihitung

berdasarkan:

A

-

= (y

1-

, y

2-

, ...y

n-

);

dimana:

yj+ = - max yij, jika j adalah atribut keuntungan

- min yij, jika j adalah atribut biaya yj- = - min yij, jika j adalah atribut keuntungan

- max yij, jika j adalah atribut biaya 4. Menentukan jarak antara nilai setiap

alternatif dengan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif Jarak antara alternatif Ai dengan solusi

ideal positif dirumuskan sebagai: i = 1,2,3,...,m

dimana:

Dᵢ + = Jarak alternatif Aᵢ dengan solusi ideal positif

yᵢ = Solusi ideal positif

yij = Matriks ternormalisasi terbobot Jarak antara alternatif Ai dengan solusi

ideal negatif dirumuskan sebagai: i = 1,2,3,...,m

dimana:

Dᵢ - = Jarak alternatif Aᵢ dengan solusi ideal negatif

yᵢ = Solusi ideal negatif

yij = Matriks ternormalisasi terbobot 5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap

alternatif

Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi)

diberikan sebagai:

i= 1,2,3,...,m

dimana:

Vᵢ = Kedekatan tiap alternatif terhadap solusi ideal

Dᵢ + = Jarak alternatif Aᵢ dengan solusi ideal positif

Dᵢ - = Jarak alternatif Aᵢ dengan solusi

ideal negatif Nilai Vi yang lebih besar dari nilai

lainnya menunjukkan bahwa alternatif Ai lebih dipilih.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor Bauran Pemasaran

Hasil analisis prioritas atribut bauran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 6. Pengolahan ini telah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi ≤ 0,1, yaitu sebesar 0,02, yang artinya hasil pengolahan atribut bauran pemasaran dapat digunakan untuk pengolahan selanjutnya. Jika tidak konsisten, maka penilaian data keputusan harus diperbaiki.

Tabel 6. Hasil Pengolahan Elemen Bauran Pemasaran Atribut Bauran Pemasaran Bobot Rasio Inkonsistensi Produk 0,17 0,02 Harga 0,13 Tempat 0,3 Promosi 0,4

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan hasil pengolahan, faktor yang mendapatkan prioritas pertama adalah promosi, dengan bobot 0,4. Hal ini didasari pada kondisi perusahaan yang masih belum melakukan promosi secara berlanjut, sehingga

perusahaan perlu melakukan beberapa

kegiatan promosi untuk mengenalkan produk ke masayarakat. Menurut Simorangkir (2009), betapapun berkualitasnya suatu produk, bila pelanggan belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya

Faktor tempat menjadi prioritas kedua, dengan bobot sebesar 0,3. Pendirian

(6)

kafe di lokasi yang saat ini telah melalui pertimbangan, salah satunya adalah tempat yang strategis, tetapi kelemahannya adalah lokasi sempit, sehingga sulit untuk melakukan perluasan. Dengan lokasi yang sudah dipilih, pemilihan cakupan pemasaran juga harus ditentukan dengan jelas.

Produk merupakan faktor bauran pemasaran yang memiliki bobot 0,17,

sehingga mendapatkan prioritas ketiga.

Produk sendiri memiliki peranan yang penting karena berhubungan langsung dengan kepuasan pelanggan .Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk terus menghasilkan produk yang berkualitas.

Harga adalah faktor bauran

pemasaran yang mendapatkan urutan prioritas keempat, dengan bobot sebesar 0,13. Harga mendapatkan prioritas terakhir karena selama ini Coffee Story tidak kesulitan dalam

menetapkan harga karena perusahaan

menetapkan harga berdasarkan biaya

operasional yang dikeluarkan oleh

perusahaan, serta menurut jenis produk yang dijual oleh perusahaan.

Analisis Subfaktor Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pelanggan

untuk dikonsumsi dalam pemenuhan

kebutuhan. Coffee Story dalam memasarkan produknya menekankan empat faktor yaitu kualitas, nama merek, keragaman produk, dan ciri. Hasil analisis prioritas subfaktor produk dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pengolahan Subfaktor Produk

Atribut Produk Bobot Rasio Inkonsistensi Keragaman Produk 0,14 0,05 Nama Merek 0,21 Kualitas 0,32 Ciri 0,32

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan hasil pengolahan yang telah dilakukan, kualitas dan ciri memiliki bobot yang sama yaitu 0,32. Kualitas produk harus senantiasa dijaga oleh Coffee Story agar pelanggan akan tetap loyal dengan produk yang ditawarkan. Ciri disini akan memberikan identitas bagi perusahaan agar lebih mudah

dikenal oleh pelanggan. Coffee Story

memiliki ciri pada rasa kuat kopi dan desain

interior. Rasa kuat kopi yang berasal dari kopi lokal yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia ditambah desain interior yang

menggambarkan sejarah kopi akan

memberikan edukasi bagi para pecinta kopi,

sehingga dapat dijadikan keunggulan

minuman kopi di Coffee Story.

Nama merek merupakan bauran produk yang menjadi prioritas kedua, dengan bobot sebesar 0,21. Nama merek merupakan

satu hal yang sangat penting untuk

memperkenalkan perusahaan pada

masyarakat. Nama merek menjadi prioritas kedua bagi perusahaan karena nama merek Coffee Story belum terlalu dikenal oleh masyarakat karena belum lama berdiri,

sehingga perusahaan harus lebih bisa

membangun nama merek tersebut.

Keragaman produk menjadi prioritas

ketiga, dengan bobot sebesar 0,14.

Keragaman produk pada Coffee Story menjadi prioritas terakhir karena perusahaan ingin mengurangi keragaman produk yang tidak banyak peminat untuk menghemat

biaya. Menurut Mukti (2012), pada

hakekatnya produk yang tidak sukses atau tidak sesuai dengan harapan perusahaan perlu

dihapuskan, karena bisa merugikan

perusahaan.

Analisis Subfaktor Harga

Harga adalah faktor yang mampu menghasilkan keuntungan ataupun kerugian

bagi perusahaan. Bauran harga yang

digunakan pada Coffee Story adalah harga

berdasarkan biaya operasional, harga

berdasarkan jenis produk, diskon, dan potongan harga. Hasil analisis prioritas subfaktor harga dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Pengolahan Subfaktor Harga

Atribut Produk Bobot Rasio Inkonsistensi

Diskon 0,08

0,01 Harga berdasarkan biaya

operasional

0,32 Harga berdasarkan jenis

produk

0,26 Potongan harga 0,35

Sumber: Data diolah (2014)

Potongan harga menjadi prioritas utama dalam bauran harga dalam penyusunan strategi pemasaran dengan bobot 0,35. Potongan harga yang diberikan oleh Coffee Story adalah bonus untuk pelanggan yang

(7)

sering berkunjung dan untuk pelanggan yang membeli dalam jumlah banyak. Potongan harga mendapatkan prioritas pertama karena

perusahaan ingin menjaga loyalitas

pelanggan.

Harga berdasarkan biaya operasional mendapat bobot sebesar 0,32, sehingga menjadi urutan kedua. Penetapan harga

berdasarkan biaya operasional umum

digunakan oleh perusahaan. Coffee Story menjadikan subfaktor tersebut urutan kedua karena perusahaan perlu mempertimbangkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menentukan harga.

Harga berdasarkan jenis produk memiliki bobot 0,26, sehingga menjadi prioritas ketiga. Perusahaan menjadikannya prioritas ketiga karena harga berdasarkan

jenis produk hanya digunakan untuk

minuman kopi yang bahan bakunya mahal, yaitu biji kopi luwak. Biji kopi luwak

memiliki harga yang tinggi, sehingga

perusahaan perlu menentukan harga yang lebih tinggi untuk minuman kopi tersebut..

Diskon mendapatkan urutan prioritas keempat dengan bobot sebesar 0,08. Biasanya diskon diberikan pada hari-hari tertentu, misalnya pada ulang tahun perusahaan. Diskon menjadi prioritas terakhir, karena

Coffee Story memang lebih memilih

memberikan bonus berupa potongan harga tersebut kepada pelanggan yang telah berkali-kali mengkonsumsi minuman kopi di Coffee Story.

Analisis Subfaktor Tempat

Tempat menjadi unsur dalam

penyusunan strategi pemasaran untuk

minuman kopi di Coffee Story. Bauran tempat yang digunakan pada Coffee Story adalah cakupan pemasaran dan lokasi. Hasil analisis prioritas subfaktor tempat dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Pengolahan Subfaktor Tempat

Atribut Produk Bobot Rasio Inkonsistensi Cakupan

pemasaran

0,50 0,00

Lokasi 0,50

Sumber: Data diolah (2014)

Lokasi dan cakupan pemasaran

memiliki bobot yang sama yaitu sebesar 0,50. Lokasi Coffee Story strategis karena berada di

daerah yang ramai, sehingga memungkinkan untuk menarik pelanggan. Tetapi, disamping lokasi yang strategis, di daerah tersebut terdapat banyak kafe dan resto yang akan menjadi pesaing. Oleh karena itu, Coffee Story perlu strategi agar mampu bersaing. Lokasi usaha yang berada di pinggir jalan atau ditempat yang strategis cukup menyedot pengunjung untuk sekadar mampir dan

mencicipi hidangan dan konsep yang

ditawarkan (Rachmawati, 2011).

Cakupan pemasaran merupakan

seberapa luas pasar yang akan dijangkau oleh perusahaan. Pasar yang ingin dijangkau oleh Coffee Story adalah pelanggan di Kota Malang yang memiliki banyak penghuni dari

kalangan mahasiswa, pegawai, maupun

pelaku bisnis. Perusahaan menganggap

cakupan pemasaran sama penting dengan lokasi, karena pemilihan cakupan pemasaran didasarkan atas lokasi perusahaan.

Analisis Subfaktor Promosi

Promosi adalah salah satu faktor penentu keberhasilan program pemasaran dimana melalui kegiatan promosi, perusahaan berusaha menyebarkan informasi produk kepada masyarakat. Bauran promosi yang digunakan pada Coffee Story adalah promosi penjualan, tenaga penjualan, periklanan,

pemasaran langsung, dan hubungan

masyarakat. Hasil analisis prioritas subfaktor produk dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Pengolahan Subfaktor Promosi

Atribut Produk Bobot Rasio Inkonsistensi Promosi penjualan 0,08 0,02 Tenaga penjualan 0,23 Periklanan 0,27 Pemasaran langsung 0,23 Hubungan masyarakat 0,19

Sumber: Data diolah (2014)

Periklanan mendapat urutan prioritas

pertama dengan bobot sebesar 0,27.

Perusahaan menjadikan periklanan sebagai prioritas pertama karena periklanan adalah hal yang penting dan cara mudah untuk memperkenalkan produk pada masyarakat. Sebaiknya periklanan dilakukan melalui televisi. Di Kota Malang sendiri ada beberapa televisi lokal yang dapat digunakan untuk periklanan. Menurut Karim (2010), supaya

(8)

periklanan berhasil harus dilaksanakan secara terus menerus. Perusahaan perlu selalu

berkomunikasi dengan para pelanggan

melalui promosi, sehingga pelanggan tersebut selalu mengingat produknya dan sekaligus tertarik untuk membelinya.

Tenaga penjualan dan pemasaran langsung menjadi prioritas kedua, karena kedua hal itu mendapatkan bobot yang sama yaitu sebesar 0,23. Tenaga penjualan sendiri mendapat prioritas kedua karena tanpa tenaga penjualan, kegiatan promosi tidak akan berjalan. Coffee Story memiliki dua tenaga penjualan. Tenaga penjualan yang kreatif dan kompetitif sangat diperlukan oleh perusahaan.

Perusahaan menjadikan pemasaran langsung sebagi prioritas kedua. Hal ini

karena pemasaran langsung tidak

membutuhkan biaya yang tinggi. Coffee Story melakukan pemasaran langsung dengan menggunakan brosur, tetapi tidak berlangsung secara kontinyu, maka dari itu perlu dilakukan evaluasi agar kegiatan ini akan dapat berlanjut. Selain itu, pemasaran melalui

website belum berjalan baik karena pengolahan yang belum maksimal.

Hubungan masyarakat memiliki

bobot sebesar 0,19 dan menjadi prioritas ketiga dalam bauran promosi. Coffee Story menjadikan hubungan masyarakat sebagai prioritas ketiga karena dalam melakukan

kegiatan hubungan masyarakat, seperti

memberikan sponsor untuk beberapa kegiatan membutuhkan biaya yang tinggi. Promosi penjualan memiliki bobot sebesar 0,08, sehingga menjadi urutan prioritas keempat. Kegiatan promosi penjualan oleh Coffee Story dijadikan prioritas terakhir, karena dianggap tidak berkonstribusi besar terhadap perusahaan.

Analisis Prioritas Alternatif Strategi Bauran Pemasaran

Penyusunan strategi pemasaran

membutuhkan faktor yang yang

mempengaruhi. Faktor tersebut adalah faktor bauran pemasaran 4P yang masing-masing faktor memiliki subfaktor untuk menyusun strategi pemasaran. Sebelumnya, dilakukan pembobotan pada keseluruhan subfaktor

untuk selanjutnya dilakukan pemilihan

strategi pemasaran. Hasil pembobotan dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Pembobotan Keseluruhan Faktor Bauran Pemasaran

Atribut Produk Bobot Rasio Inkonsistensi Keragaman Produk 0,01 Nama Merek 0,02 Kualitas 0,02 Ciri 0,02 Diskon 0,04

Harga berdasarkan biaya operasional

0,08 Harga berdasarkan jenis produk 0,08 Potongan harga 0,09 0,1 Cakupan pemasaran 0,07 Lokasi 0,10 Promosi penjualan 0,04 Tenaga penjualan 0,09 Periklanan 0,12 Pemasaran langsung 0,12 Hubungan masyarakat 0,11

Sumber: Data diolah (2014)

Dari keseluruhan subfaktor, yang

mendapatkan prioritas terendah adalah

keragaman produk dengan bobot 0,01,

sedangkan yang mendapatkan prioritas

tertinggi adalah pemasaran langsung dan periklanan dengan bobot 0,12.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perusahaan, didapatkan delapan alternatif strategi pemasaran yang ditentukan sesuai dengan kondisi perusahaan. Selanjutnya dilakukan pemberian nilai untuk masing-masing alternatif strategi pemasaran oleh tiga responden. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Prioritas Alternatif Strategi Pemasaran

Alternatif Strategi Skor Melakukan pemasaran melalui brosur,

website, dan media sosial

0,62 Memberikan harga khusus pada pelanggan dan pada hari tertentu

0,58 Melakukan promosi melalui media cetak dan elektronik

0,56 Meningkatkan kualitas produk dan layanan 0,52 Melakukan perampingan produk 0,50 Menambah fasilitas pada tempat untuk kenyamanan

0,47 Melakukan penambahan variasi dan inovasi

produk yang ditawarkan

0,40 Tidak melakukan perubahan apapun 0,36

Sumber: Data diolah (2014)

Hasil pengolahan didapatkan strategi yang menjadi prioritas utama dengan skor 0,62 adalah melakukan pemasaran melalui brosur, website, dan media sosial. Perusahaan memilih strategi ini karena dirasa tepat untuk kegiatan pemasaran minuman kopi di Coffee

(9)

Story. Selain itu, menurut perusahaan, biaya yang dikeluarkan untuk strategi tersebut tidak terlalu mahal, sehingga mampu menghemat pengeluaran perusahaan.

Pemasaran melalui media sosial juga efektif karena pada saat sekarang ini banyak pengguna media sosial, sehingga mudah untuk menemukan pelanggan. Menurut Boer (2013), pengguna media sosial didominasi sekitar 88% oleh marketing dan sebanyak 88,8% perusahaan menggunakan media sosial

facebook sebagi tool pemasaran. Tingginya

pengakses digunakan oleh marketing

menunjukkan efektifitas pemasaran melalui media sosial.

Strategi yang menjadi prioritas kedua dengan skor 0,58 adalah strategi pemasaran dengan memberikan harga khusus pada pelanggan dan pada hari tertentu. Perusahaan memilih strategi tersebut karena menurut perusahaan hal tersebut akan menjadikan

pelanggan loyal. Sebaiknya, dalam

memberikan potongan harga, Coffee Story

menggunakan kartu pegunjung atau voucher

agar mempermudah dalam memberikan potongan. Untuk pemberian harga khusus, Coffee Story harus melakukan perhitungan secara rinci agar menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Strategi selanjutnya adalah melakukan promosi melalui media cetak dan elektronik dengan skor 0,56. Promosi melalui media

cetak dan elektronik termasuk dalam

periklanan. Perusahaan memilih strategi tersebut sebagai prioritas ketiga, karena

strategi tersebut adalah strategi yang

membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi juga merupakan startegi yang mudah untuk

memperkenalkan ke masyarakat.

Strategi pemasaran selanjutnya adalah meningkatkan kualitas produk serta pelayanan dengan skor sebesar 0,52. Perusahaan memilih startegi tersebut karena menganggap bahwa kualitas produk serta pelayanan adalah sesuatu yang perlu dijaga dan ditingkatkan,

karena hal tersebut akan memberikan

kepuasan bagi pelanggan. Hal ini

mnyebabkan perusahaan harus selalu

meningkatkan kualitas produk serta

pelayanan.

Strategi pemasaran dengan melakukan perampingan produk mendapatkan skor sebesar 0,50 dan menjadi prioritas kelima. Perusahaan menganggap bahwa perampingan

produk perlu dilakukan karena ada beberapa produk yang menurut perusahaan memiliki sedikit peminat. Menurut Kotler dan Keller (2007), sebagian perencanaan keragaman produk merupakan tanggung jawab perencana

strategi perusahaan. Mereka harus

mengetahui penjualan laba tiap unit produk dalam lininya untuk menentukan unit produk mana yang akan dikembangkan, diperhatikan, dikurangi atau dihentikan.

Strategi pemasaran selanjutnya adalah menambah fasilitas pada tempat untuk kenyamanan. Strategi ini mendapatkan skor sebesar 0,47 dan mendapat prioritas keenam. Coffee Story telah menyediakan beberapa fasilitas, seperti TV, wifi, dan perpustakaan kecil. Menurut perusahaan, fasilitas yang seharusnya diperbaiki adalah tempat parkir karena sempit. Dalam jangka panjang, Coffee Story telah melakukan rencana membuat parkir bawah tanah. Tetapi, rencana tersebut memerlukan biaya yang banyak. Selain itu, kondisi lahan yang sempit akan menyulitkan untuk membuat parkir bawah tanah, sehingga perlu memikirkan secara matang untuk penerapan strategi ini.

Melakukan penambahan variasi dan inovasi produk yang ditawarkan mendapatkan skor sebesar 0,40, sehingga menjadi prioritas ketujuh karena sebelumnya perusahaan ingin melalakukan perampingan produk. Tetapi, pihak perusahaan merasa variasi dan inovasi produk harus dilakukan agar pelanggan tidak bosan. Strategi pemasaran terakhir adalah

tidak melakukan perubahan apapun

mendapatkan skor 0,36 dan menjadi prioritas terakhir. Tentunya strategi ini tidak harus dilakukan karena dengan keadaan yang sekarang ini sangat membutuhkan strategi pemasaran yang tepat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Faktor bauran pemasaran yang menjadi

prioritas dalam penyusunan strategi bauran pemasaran minuman kopi pada Coffee Story secara berturut-turut adalah promosi (0,4), tempat (0,3), produk (0,17), dan harga (0,13). Subfaktor yang menjadi prioritas utama pada masing-masing faktor adalah kualitas dan ciri (0,32), potongan harga (0,35), cakupan pemasaran dan lokasi (0,5), periklanan (0,27).

(10)

2. Strategi yang menjadi prioritas utama bagi perusahaan adalah melakukan pemasaran melalui brosur, website, dan media sosial (0,62). Strategi yang menjadi prioritas

terakhir adalah tidak melakukan

perubahan apapun (0,36).

Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar mempertimbangkan faktor eksternal perusahaan untuk digunakan dalam penelitian mendatang dan menambahkan atribut yang belum ada pada penelitian ini, yaitu People

(Orang), Physical Evidence (Bentuk fisik), dan Process (Proses). Disarankan kepada perusahaan agar terus meningkatkan kualitas

dan menjaga ciri produk untuk

pengembangan usaha dan senantiasa

mengontrol kegiatan pemasaran yang

dilakukan agar berjalan sesuai yang

diinginkan dan mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arvianto, A., Sari, D. P., dan Olivia, G. 2014.

Pemilihan Strategi Pemasaran Pada PT. Nyonya Meneer Dengan Menggunakan Pendekatan Metode Analytical Network Process (ANP)

dan Technique for Order Preference

By Similarity to an Ideal Solution (TOPSIS). Jurnal Teknik Industri. 9(1):35-44

Boer, K. M. 2013. Interaktivitas sebagai Strategi Mediated Communication pada Fans Pages Starbucks Coffee Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi 10(2): 113-128

Fridian R, T. dan Ciptomulyo, U. 2012.

Pengambilan Keputusan Strategi Pemasaran Terbaik Menggunakan Metode ANP (Analytic Network Process) dan TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to

Ideal Solution). ITS. Surabaya

Karim, A. 2010. Pengaruh Biaya Promosi

Terhadap Peningkatan Penjualan Mebel Jati “Amir” Di Palembang. Jurnal Ilmiah 1 (2): 1-9

Kotler, P. and Keller, K. L. 2007.

Manajemen Pemasaran. Jilid 12.PT. Indeks. Jakarta. Hal 15

_______. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 12 Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Hal 23

Mukti, D. T. 2012. Strategi Pengembangan Produk dan Promosi Kerajinan Gerabah di Desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta.

Skripsi Fakultas Ekonomi. UNY. Yogyakarta

Rachmawati, R. 2011. Peranan Bauran

Pemasaran (Marketing Mix) terhadap Peningkatan Penjualan (Sebuah Kajian terhadap Bisnis Restoran). Jurnal Kompetensi Teknik 2(2): 143-150

Saaty, Thomas L. 1998. Multi Criteria

Decision Making: “The Analytic Hierarchy Process”. Eta Services Ltd.

Beecles. Sufflok

Saragih, N. I. 2009. Integrasi Metode

Promethee dengan Metode AHP (Studi Kasus: Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Surabaya). ITS Community Only. Surabaya

Simorangkir, C. L. 2009. Strategi Promosi Produk Minuman Kesehatan Curma (Temulawak dan Madu) di PT Biofarmaka Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB. Bogor

Gambar

Tabel 3. Skala Penilaian
Tabel 5. Ketentuan Random Index (RI)  Ukuran matrik  Nilai RI
Tabel 6. Hasil Pengolahan Elemen Bauran  Pemasaran  Atribut Bauran  Pemasaran  Bobot  Rasio  Inkonsistensi  Produk  0,17  0,02 Harga 0,13  Tempat  0,3  Promosi  0,4
Tabel  11.  Hasil  Pembobotan  Keseluruhan  Faktor Bauran Pemasaran

Referensi

Dokumen terkait

Emboss adalah proses memberikan kesan hasil cetak dengan tulisan atau gambar dimana kesan tersebut berbentuk timbul atau tenggelam akibat press dari klise.. (cetakan

Terdapat tiga isu utama yang akan dikerjakan dalam lima tahun ke depan oleh Jurusan Ilmu Komputer, yaitu (1) peningkatan pengetahua, soft skill dan

Menurut Darby & Walsh (2003) informed consent adalah pernyataan pasien yang menunjukkan persetujuan untuk dilakukan tindakan perawatan oleh perawat gigi / dokter

Kompleks Ruko Mangga Dua Square Blok G No.6 Jalan Gunung Sahari Raya No.1.. Kota

NOTE FROM KPM : Peralatan yang berada di Makmal Komputer dan Pusat akses adalah Aset yang tidak boleh dialih.. BIL JENIS NO.PENDAFTARAN NO S/N

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa (1) dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Muhajirin Kecamatan Jambi Luar

Konsentrasi auksin dalam ekstrak taoge yang berinteraksi dengan sitokinin endogen sudah mampu memacu pembelahan sel-sel primordia daun.Auksin yang terkandung

Berangkat dari latar belakang pendidikan yang berbeda, yakni santriwati dari lulusan SD/MI (program reguler) dan santriwati lulusan SLTP/MTs (program intensif), maka adakah